• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENDAHULUAN CHRONIK KIDNEY DISEASE ( CKD ) DENGAN DIABETES MILLITUS DIRUANG HEMODIALISA

N/A
N/A
Ali Ababil

Academic year: 2023

Membagikan "LAPORAN PENDAHULUAN CHRONIK KIDNEY DISEASE ( CKD ) DENGAN DIABETES MILLITUS DIRUANG HEMODIALISA"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

Gagal ginjal kronis (CRF) atau penyakit ginjal stadium akhir merupakan gangguan fungsi ginjal yang kronik, progresif, dan ireversibel. Gagal ginjal kronik merupakan suatu sindrom klinis yang disebabkan oleh penurunan fungsi ginjal yang kronik, progresif dan cukup lanjut, terjadi bila laju filtrasi glomerulus kurang dari 50 ml/menit (Suyono, dkk, 2001). CKD merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat, biasanya berlangsung beberapa tahun (Brunner & Suddarth, 2002).

Seseorang yang menderita gagal ginjal kronik (CKD) stadium 1 biasanya tidak menunjukkan gejala yang menandakan kerusakan ginjal. Gambaran klinis gagal ginjal kronik berat disertai sindrom azotemia sangat kompleks dan meliputi gangguan pada berbagai organ, seperti: gangguan hematopoiesis, saluran pencernaan, mata, kulit, membran serosa, gangguan neuropsikiatri, dan gangguan kardiovaskular (Sukandar, 2006). Kardiovaskular: Patogenesis gagal jantung kongestif (CKD) pada gagal ginjal kronik sangat kompleks.Beberapa faktor seperti anemia, hipertensi,

Mual dan muntah gastrointestinal seringkali menjadi keluhan utama beberapa pasien gagal ginjal kronik, terutama pada stadium terminal. Gangguan mata: Hilangnya penglihatan (azotemia amaurosis) hanya ditemukan pada sebagian kecil pasien gagal ginjal kronik. Gangguan penglihatan hilang dengan cepat setelah beberapa hari pengobatan gagal ginjal kronis yang memadai, misalnya hemodialisis.

Keratopati juga dapat ditemukan pada beberapa pasien gagal ginjal kronik akibat komplikasi hiperparatiroidisme sekunder atau tersier.Azotemia ameurosis, retinopati, nistagmus, miosis dan pupil asimetris, sindrom mata merah akibat iritasi dan hipervaskularisasi, Keratopati juga dapat ditemukan pada beberapa pasien. dengan gagal ginjal kronis karena komplikasi hiperparatiroidisme sekunder atau tersier.

PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Urine

Penumpukan atau pengendapan garam kalsium pada konjungtiva menimbulkan gejala sindrom mata merah akibat iritasi dan hipervaskularisasi. Sistem hematologi : gangguan hematopoiesis, anemia normositik dan normokromik normositik (MCV 78-94 CU), kelelahan dan kelemahan akibat anemia atau penimbunan zat sisa dalam tubuh. Gangguan keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa: biasanya retensi garam dan air, tetapi kehilangan natrium, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia juga dapat terjadi.

Anemia yang terjadi sangat bervariasi jika kadar ureum darah lebih dari 100 mg% atau bersihan kreatinin kurang dari 25 ml per menit. Tanda-tanda kongesti paru akibat kelebihan cairan, efusi pleura, kardiomegali, dan efusi periradial dapat diamati. Mungkin abnormal, menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa, aritmia, hipertrofi ventrikel, dan tanda-tanda perikarditis.

KOMPLIKASI

PENATALAKSANAAN Konservatif

  • Definisi
  • Etiologi a. DM Tipe I
  • Komplikasi
  • Patofisiologi Dan Pathway
  • Petanalaksanaan
  • Tujuan Hemodialisis
  • Indikasi Hemodialisis
  • Prinsip Dan Cara Kerja Hemodialisis
  • Komplikasi Hemodialisis

Cara pengobatan gagal ginjal yang umum dilakukan di Indonesia adalah dengan menggunakan mesin dialisis yang berfungsi sebagai ginjal buatan. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik kronik yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah (Hiperglikemia), yang disebabkan oleh kurangnya produksi insulin dalam tubuh, atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif (Riskesdas, 2013). Kadar gula darah yang terlalu tinggi dan terjadi terus menerus dapat menyebabkan kerusakan pada sistem saraf dan pembuluh darah.

Jika terlalu banyak glukosa yang dikeluarkan melalui urin, ekskresi ini disertai dengan ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebihan. Diet dan olahraga, serta pemantauan gula darah secara rutin, merupakan komponen terapi yang penting. Hemodialisis merupakan upaya memperbaiki kelainan biokimia darah yang terjadi akibat terganggunya fungsi ginjal, yang dilakukan dengan menggunakan mesin hemodialisis.

Tujuan hemodialisis adalah untuk menghilangkan zat beracun nitrogen dari darah dan membuang kelebihan air (Suharyanto dan Madjid, 2009). Pada hemodialisis, aliran darah yang penuh dengan racun dan limbah nitrogen dialihkan dari tubuh pasien ke dialyzer dimana darah dibersihkan dan kemudian dikembalikan ke tubuh pasien. Pertukaran zat sisa dari darah ke cairan dialisis akan terjadi melalui membran tubulus semipermeabel (Brunner & Suddarth, 2002).

Racun dan produk limbah dalam darah dikeluarkan melalui proses difusi dengan berpindah dari darah dengan konsentrasi tinggi ke cairan dialisat dengan konsentrasi lebih rendah. Selama proses hemodialisis, darah yang bersentuhan dengan dializer dan selang dapat menyebabkan terjadinya penggumpalan darah. Namun akan sangat berbahaya jika darah yang telah menjalani proses hemodialisis kembali ke tubuh pasien dengan kandungan kalsium yang rendah.

Akses segera ke sirkulasi darah pasien dalam hemodialisis darurat dicapai melalui kateterisasi subklavikula untuk penggunaan sementara. Jarum dimasukkan ke dalam pembuluh darah agar cukup banyak darah yang mengalir melalui dialyzer. Dialisat kemudian dialirkan ke dalam dialyzer dimana cairan akan mengalir keluar serat berongga sebelum keluar melalui saluran pembuangan.

Urea, kreatinin, asam urat, dan fosfat dapat dengan mudah berdifusi dari darah ke dalam cairan dialisis karena unsur-unsur tersebut tidak terdapat dalam cairan dialisis. Glukosa dalam konsentrasi rendah (200 mg/100 ml) ditambahkan ke dalam bak dialisis untuk mencegah difusi glukosa ke dalam bak dialisis, yang dapat mengakibatkan hilangnya kalori.

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HEMODIALISIS a. Pengkajian

  • Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
  • Pola nutrisi dan metabolisme
  • Pola Eliminasi
  • Pola tidur dan Istirahat Gelisah, cemas, gangguan tidur
  • Pola Aktivitas dan latihan
  • Pola hubungan dan peran
  • Pola sensori dan kognitif
  • Pola persepsi dan konsep diri
  • Pola seksual dan reproduksi
  • Pola mekanisme / penanggulangan stress dan koping
  • Pola tata nilai dan kepercayaan
  • Pernafasan (B 1 : Breathing) Gejala
  • Cardiovascular (B 2 : Bleeding) Gejala
  • Persyarafan (B 3 : Brain)
  • Perkemihan-Eliminasi Uri (B 4 : Bladder) Gejala
  • Pencernaan - Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)

Nyeri dada mungkin terjadi karena pCO2 menurun seiring dengan peredaran darah ke luar tubuh. Misalnya, jika obat antihipertensi diminum pada hari yang sama dengan hemodialisis, efek hipotensi dapat terjadi selama hemodialisis dan tekanan darah rendah yang berbahaya dapat terjadi. Pada penderita gagal ginjal kronik terjadi perubahan persepsi dan penatalaksanaan hidup sehat akibat kurangnya pengetahuan tentang dampak gagal ginjal kronik sehingga menimbulkan pandangan negatif terhadap diri sendiri dan kecenderungan untuk tidak patuh dalam jangka waktu yang lama. -pengobatan dan pengobatan jangka panjang. prosedur perawatan, oleh karena itu perlu adanya penjelasan yang benar dan mudah dipahami oleh pasien.

Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi kesehatan klien. Pertambahan berat badan yang cepat (edema), penurunan berat badan (malnutrisi), anoreksia, mulas, mual, muntah, bau mulut (amonia), penggunaan diuretik, penurunan status mental, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan ingatan. Pasien CKD cenderung mengalami neuropati luka/mati rasa sehingga tidak sensitif terhadap trauma.

Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah organ reproduksi dan dapat menyebabkan gangguan potensi seksual, gangguan kualitas dan ereksi, serta berdampak pada proses ejakulasi dan orgasme. Perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh, serta gagal ginjal kronik, dapat menghambat kemampuan klien dalam menjalankan ibadah atau mempengaruhi pola ibadah klien. Pasien yang menjalani hemodialisis harus mengikuti diet ketat dan membatasi asupan cairan untuk meminimalkan gejala seperti kelebihan cairan, yang dapat mengakibatkan gagal jantung kongestif dan edema paru. Pembatasan asupan protein akan mengurangi penumpukan limbah nitrogen sehingga meminimalkan gejala mual dan muntah.

Waktu yang diperlukan untuk terapi dialisis akan mengurangi waktu yang tersedia untuk kegiatan sosial dan dapat menimbulkan konflik dan frustrasi. Risiko tinggi hilangnya akses vaskular berhubungan dengan perdarahan akibat diseksi yang tidak disengaja. Risiko tinggi terjadinya kelebihan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan untuk menunjang tekanan darah selama dialisis.

Tujuan: Penurunan curah jantung tidak terjadi dengan pengukuran hasil: pemeliharaan curah jantung dengan bukti tekanan darah dan denyut jantung dalam batas normal, denyut perifer kuat dan waktu pengisian kapiler yang sama. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan edema sekunder: volume cairan tidak seimbang akibat retensi Na dan H2O). Sasaran : Terjaganya berat badan ideal tanpa kelebihan cairan dengan ukuran luaran : tidak ada edema, keseimbangan antara intake dan output.

Pantau kondisi umum pasien: kelemahan, pusing, penurunan tekanan darah secara tiba-tiba dan hipotensi, hipoglikemia. Peran stres oksidatif dan pengendalian faktor risiko dalam perkembangan CKD dan hipertensi, JNHC 2006; 1-7.

Referensi

Dokumen terkait

Memberikan tambahan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit gagal ginjal kronik yang mengalami hipoglikemia. Bagi

asuhan keperawatan pada pasien dengan gagal ginjal kronik yang. dilakukan hemodialisa dan

Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk

Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme

(Suyono, et al, 2001) Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme

Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk

Latar belakang Gagal ginjal kronik adalah kegagalan fungsi ginjal (Unit nefron)atau penurunan faal ginjal yang menahun dimana ginjal tidak mampu lagi berfungsi dengan

CKD atau gagal ginjal kronik didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif, irreversibel, dan samar insidius dimana kemampuan tubuh