(FIQIH IBADAH DAN MUAMALAH) Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok
Mata Kuliah Studi Fiqih
Disusun Oleh Kelompok 10 / PAI F:
Sulis Binti Munfaati (201200191) Tiyas Indarti (201200192)
Dosen pengampu:
Frandy Argadinata, M.H.
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
TAHUN 2020
PEMBAHASAN 1. Fiqih Ibadah
a. Pengertian Fiqih Ibadah
Secara bahasa kata fiqih ibadah dapat diartikan al-ilm artinya ilmu, dan al- fahm, artinya pemahaman. Jadi, fiqih dapat diartikan ilmu yang mendalam.
Secara istilah fiqih adalah ilmu yang menerangkan tentang hukum-hukum syar’i yang berkaitan dengan perbuatan-perbuatan para mukalaf yang
dikeluarkan dari dalil-dalilnya yang terperinci. Mukalaf adalah orang yang layak di bebani dengan kewajiban. Seseorang dianggap mukalaf setidaknya ada dua ukuran, yaitu berakal dan baliq.
Sementara itu ibadah berasal dari kata ‘ibadah jamaknya lafadz ‘ibadat yang berarti pengabdian, penghambaan, ketundukan dan kepatuhan. Dari akar kata yang sama kita kenal dengan istilah ‘abd (hamba, budak) yang
menghimpin makna kekurangan, kehinaan dan kerendahan.1
Ibadah dalam arti umum adalah segala perbuatan orang Islam yang halal yang dilaksanakan dengan niat ibadah. Sedangkan ibadah dalam arti yang khusus adalah perbuatan ibadah yang dilaksanakan dengan tata cara yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Saw. Ibadah dalam arti yang khusus ini meliputi Thaharah, Shalat, Zakat, Puasa, Haji, Kurban, Aqiqah Nadzar dan Kifarat.
Dari dua pengertian tersebut jika digabungkan, maka Fiqih Ibadah adalah ilmu yang menerangkan tentang dasar-dasar hukum-hukum syar’i khususnya dalam ibadah khas seperti meliputi thaharah, shalat, zakat, shaum, hajji, kurban, aqiqah dan sebagainya yang kesemuanya itu ditujukan sebagai rasa bentuk ketundukan dan harapan untuk mecapai ridla Allah.
b. Ruang Lingkup Fiqih Ibadah
1 Yunasril Ali, Buku Induk Rahasia dan Makna Ibadah, (Jakarta: Zaman, 2012), hlm. 15.
yang dilaksanakan dengan niat mengharap keridhaan Allah Swt bernilai ibadah. Ada ibadah yang sifatnya langsung berhubungan dengan Allah tanpa ada perantara yang merupakan bagian dari ritual formal atau hablum minallah dan ada ibadah yang secara tidak langsung, yakni semua yang berkaitan dengan masalah muamalah, yang disebut dengan hablum minannas (hubungan antar manusia).
Secara umum, bentuk ibadah kepada Allah dibagi menjadi dua, yaitu ibadah mahdhah dan ibadah ghoiru mahdhah. Ibadah mahdhah adalah ibadah yang perintah dan larangannya sudah jelas secara dzahir dan tidak memerlukan penambahan atau pengurangan. Ibadah ini misalnya perintah shalat, zakat, puasa, haji dan bersuci dari hadas kecil dan besar.2
Ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah yang cara pelaksanaannya dapat direkayasa oleh manusia, artinya bentuknya dapat beragam dan mengikuti situasi dan kondisi, tetapi substansi ibadahnya tetap terjaga. Misalnya, perintah melaksanakan perdagangan dengan cara yang halal dan bersih, larangan berdagang yang mengandung unsur penipuan dan sebagainya.
Ibadah merupakan bentuk pengakuan yang hakiki dari hamba Allah bahwa dirinya adalah alam yang akan binasa, dirinya tiada berarti, dirinya lemah, dirinya kotor dan tidak berdaya upaya. Oleh karena itu, beribadah kepada Allah merupakan upaya agar Allah memberikan kekuatan-Nya, melimpahkan rahmat, melimpahkan kasih sayangnya serta membersihkan jiwa yang kotor.
c. Macam-Macam Fiqih Ibadah
1.) Dilihat dari segi umum dan khusus:
Ibadah umum ialah ibadah yang mencakup semua aspek kehidupan.
Ibadah khusus ialah ibadah ibadah yang sudah diatur oleh Allah Swt dan sudah diatur aturan-aturannya (khusus dan mutlak).3
2 Hasan Ridwan, Fiqh Ibadah, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hlm. 70-71.
3 Ahmad Azhar Basyir, Falsafah Ibadah dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2003), hlm. 15-16.
2.) Dilihat dari tata cara melaksanakannya:
Ibadah Badaniyah, yaitu ibadah yang dalam pengerjaannya menggunakan gerakan badan. (Sholat, puasa, dzikir, membaca Al- Qur’an).
Ibadah Maliyah, yaitu ibadah yang dalam pengerjaannya menggunakan harta. (Sedekah, zakat, infaq, wakaf, aqiqah, kurban).
Ibadah Ijtima’ iyyah, yaitu ibadah seperti haji, sholat berjamaah, sholat idul fitri, idul adha dan sholat jum’at.
Ibadah Ijabiyah, yaitu memenuhi panggilan (tawaf).
Ibadah Salbiyah, yaitu meninggalkan sesuatu yang dilarang ketika sedang berihram.
3.) Dilihat dari niat melaksanakannya:
Ibadah hakiki, yaitu ibadah yang dilakukan sepenuh-penuhnya untuk ibadah semata.
Ibadah sifati, yaitu yang melaksanakannya memiliki nilai-nilai ibadah (berdo’a, haji, infaq, sedekah dsb).
2. Fiqih Muamalah
a. Pengertian Fiqih Muamalah
Menurut etimologi, fiqh adalah paham. Sedangkan menurut terminologi, fiqh pada mulanya berarti pengetahuan keagamaan yang mencakup seluruh ajaran agama, baik berupa akidah, akhlak, maupun amaliah, yakni sama dengan arti Syari’ah Islamiyah.
Arti Muamalah menurut etimologi adalah saling bertindak, saling berbuat dan saling beramal. Muamalah ialah segala aturan agama yang mengatur hubungan antara sesama manusia, serta antara manusia dan alam sekitarnya tanpa memandang agama atau usul kehidupannya.
Pengertian fiqih muamalah menurut terminologi, yaitu:
peraturan Allah yang di ikuti dan di taati dalam hidup
bermasyarakat untuk menjaga kepentingan manusia”. Sedangkan menurut Mahmud Syaltout “ketentuan-ketentuan hukum mengenai hubungan perekonomian yang dilakukan anggota masyarakat dan bertendensikan kepentingan material yang saling menguntungkan satu sama lain.4
Dalam arti sempit (khas), Menurut Hudhari Beeik, muamalah adalah semua akad membolehkan manusia saling menukar manfaat. Sedangkan menurut Rasyid Ridha, muamalah tukar menukar barang atau sesuatu yang bermanfaat dengan cara-cara yang telah ditentukan.5
Muamalah mempunyai ruang lingkup yang luas, yang meliputi segala aspek, baik dari bidang agama, politik, ekonomi, pendidikan serta sosial- budaya.6
b. Ruang Lingkup Fiqih Muamalah
Ruang lingkup fiqih muamalah adalah seluruh kegiatan muamalah manusia berdasarkan hukum-hukum islam yang berupa peraturan-peraturan yang berisi perintah atau larangan seperti wajib, sunnah, haram dan makruh.
Ruang lingkup fiqih muamalah terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Muamalah Madiyah, hal-hal yang termasuk dalam muamalah madiyah adalah jual beli (al-ba’i at-tijarah), gadai (rahn), jaminan dan tanggapan (kafalah dan dhaman), pemindahan utang (hiwalah), sewa-menyewa tanah (al-munasaqah al-mukharabah) dan lain sebagainya.
4 Dede Rosyada, Hukum Islam dan Pranata Sosial, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), hlm.
70-71.
5 Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), hlm. 14-16.
6 Masjfuk Zuhdi, Studi Islam jilid III: Muamalah, (Jakarta: Rajawali, 1988), hlm. 2-3.
2. Muamalah Adabiyah, hal-hal yang termasuk muamalah adabiyah adalah ijab kabul, hak dan kewajiban, kejujuran para pedagang, dan segala sesuatu yang bersumber dari indera manusia yang ada kaitannya dengan peredaran harta.
c. Pembagian Fiqih Muamalah
Menurut Ibn Abidin, fiqih muamalah dibagi menjadi 5 bagian:
Muawadhah Maliyah (Hukum kebendaan)
Munakahat (Hukum perkawinan)
Muhasanat (Hukum acara)
Amanat dan Ariyah (Pinjaman)
Tirkah (Harta peninggalan)
Menurut Al-Fikri dalam kitab Al-Muamalah Al Madiyah wa Al-Adabiyah:
Al Muamalah Al- Madiyah adalah muamalah yang mengkaji dari segi objeknya, sehingga sebagian ulama berpendapat bahwa muamalah ini bersifat kebendaan.
Al Muamalah Al Adabiyah adalah muamalah yang ditinjau dari segi cara tukar-menukar benda yang sumbernya dari panca indera manusia, sedangkan unsur-unsur penegaknya adalah hak dan kewajiban seperti jujur, hasud, iri, dll. Atau bisa disebut juga aturan-aturan Allah yang berkaitan dengan aktivitas manusia dalam bermasyarakat yang ditinjau dari segi sebjeknya (manusia).
KESIMPULAN
hukum syar’i khususnya dalam ibadah khas seperti meliputi thaharah, shalat, zakat, shaum, hajji, kurban, aqiqah dan sebagainya yang kesemuanya itu ditujukan sebagai rasa bentuk ketundukan dan harapan untuk mecapai ridla Allah. Secara umum bentuk ibadah kepada Allah dibagi menjadi dua, yaitu Ibadah mahdhah dan Ibadah ghairu mahdhah. Jika dilihat secara menyeluruh ibadah dibagi menjadi dua, yaitu Ibadah khusus dan Ibadah umum.
Fiqih muamalah adalah hukum-hukum yang berkaitan dengan tindakan manusia dalam persoalan keduniaan, misalnya dalam persoalan jual beli, hutang piutang, kerja sama dagang, perserikatan, kerja sama dalam penggarapan tanah dan sewa menyewa.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Yunasril, Buku Induk dan Makna Ibadah, (Jakarta: Zaman, 2012), hlm. 15 Ridwan, Hasan, Fiqh Ibadah, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hlm. 70-71 Basyir, Ahmad Azhar, Falsafah Ibadah dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press,
2003), hlm. 15-16
Rosyada, Dede, Hukum Islam dan Pranata Sosial, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), hlm. 70-71
Syafei, Rachmat, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), hlm. 14-16 Zuhdi, Masjfuk, Studi Islam jilid III: Muamalah, (Jakarta: Rajawali, 1988), hlm 2-3