• Tidak ada hasil yang ditemukan

makalah agama pandangan islam terhadap seni

N/A
N/A
indri widdyahana

Academic year: 2024

Membagikan "makalah agama pandangan islam terhadap seni"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

MATA KULIAH AGAMA

PANDANGAN ISLAM TERHADAP SENI Dosen Pengampu: Siti Habiba, Lc., M.Ag

KELOMPOK 7 Indri Widdyahana Manurung

Ivana Aurel Prida Riawan Meisel Rain Jova Andrawi Sakin

Vina Amanda Silvani Nur Sabrina

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG 2024

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami dalam menyelesaikan makalah ini. Dimana pada kesempatan kali ini kami mengangkat tema tentang “pandangan islam terhadap seni”. Makalah ini diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam.

Dalam kesempatan ini, kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang setinggi- tingginya kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya, yaitu : 1. Kepada Ibu Siti Habiba, Lc., M.Ag

Selaku dosen pengajar mata kuliah Agama 2. Kepada orang tua kami

Yang telah memberikan dukungan baik materil maupun nonmateril 3. Kepada teman-teman kelompok 7

Yang telah membantu memberikan masukan dan saran dalam penyusunan makalah ini Kami memohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan penyusunan makalah pada masa yang akan datang.

.Tanjungpinang, 10 September 2024

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... 1

DAFTAR ISI...2

BAB 1...3

PENDAHULUAN...3

A. LATAR BELAKANG... 3

B. RUMUSAN MASALAH... 3

C. TUJUAN PENULISAN... 3

D. MANFAAT PENULISAN...4

BAB II...5

PEMBAHASAN...5

A. DEFINISI SENI...5

B. PANDANGAN SENI MENURUT ISLAM DAN PARA AHLI...5

C. SENI MENURUT AL-QURAN DAN HADIST...10

D. BATASAN-BATASAN SENI DALAM ISLAM...13

BAB III...15

PENUTUP...15

A. KESIMPULAN... 15

B. SARAN... 15

DAFTAR PUSTAKA...16

(4)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Al-Quran adalah kitab suci umat Islam, sebagai kitab pedoman utama kehidupan, sesungguhnya merupakan lautan hikmah dan pelajaran yang tak terkira tepi dan dasarnya. Al-Quran menjadi sumber inspirasi dan dasar bagi penulisan begitu banyak kitab kitab maupun buku buku. Tidak tercatat dalam sejarah, sebuah kitab dan buku yang dapat menandingi Al-Quran dalam hal ini. Berjuta kitab dan buku yang telah ditulis berdasarkannya pun tak sanggup menguraikan isi dan kandungan Al-Quran secara menyeluruh. Hal ini disebabkan kandungannya yang begitu luas dan dalam untuk diselami. Untuk itu, kita harus selalu berusaha untuk mengambil pelajaran dan hikmah dari sebagian kecil isi Al-Quran. Tujuannya agar mengembangkan pengtahuan dan meningkatkan kesadaran kita sebagai sebagai umat islam. Tak terkecuali ilmu seni, baik seni rupa, seni suara, dan seni lainnya,

Islam melalui sumber utamanya yaitu Al-Quran sangat menghargai seni. Seni yang islami adalah seni yang menampakkan wujud dengan bahasa yang indah dan sesuai dengan fitrah. Menurut perspektif islam, seni seharusnya dapat membangun akhlak masyarakat dalam konteks positif dan tidak membawa keburukan dan sebagai perusak akhlak. Dengan seni seseorang dapat merasakan keindahan, ketenangan, kehangatan., kesyahduan, dan kerinduan. Menurut Al-Gazali dalam kitab Ihya’ ’Ulumddin, pernah mengatakan bahwa orang yang tidak memiliki rasa seni dikhawatirkan jiwanya kering.

Barangsiapa yang jiwanya tidak tergerak oleh musik merdu maka boleh jadi tabiatnya sudah rusak dan obatnya tidak ada. Bahka ia menyatakan permainan musik yang memperhalus jiwa dan budi pekerti anak-anak dan perempuan lebih baik daripada menjalani zuhud.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, telah diuraikan diatas dapatlah diambil beberap permasalahan yang ada bagaimana perpektif seni dalam Al-Quran dan hadist dalam hal ini permasaslahannya maka kami merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa itu definisi seni?

2. Bagaimana pandangan seni menurut islam dan para ahli agama?

3. Bagaimana seni menurut Al-Quran dan hadist?

4. Apa saja batasan-batasan seni dalam islam?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Menambah wawasan umat islam tentang seni yang diperbolehkan menurut islam 2. Memahami tentang ajaran-ajaran seni di dalam Al-Quran

3. Lebih mendekatkan diri kepada Allah S.W.T 4. Memahami islam lebih mendalam

(5)

D. MANFAAT PENULISAN

1. Lebih memahami tentang ajaran islam yang baik dan benar

2. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang kesenian dalam islam 3. Lebih mendekatkan diri kepada Allah S.W.T

4. Lebih berhati-hati dalam berbuat dan bertindak

(6)

BAB II PEMBAHASAN

A. DEFINISI SENI

Seni adalah penjelmaan rasa indah yang ada di dalam jiwa manusia. Seni juga berarti suatu karya yang berasal dari suatu keahlian yang dikembangkan melalui imajinasi atau ide-ide yang dituangkan dalam sebuah media atau perantara. Seni merupakan wujud yang terindra, dimana seni adalah sebuah benda atau artefak yang dapat dirasa, dilihat, dan didengar seperti seni tari, seni musik, seni lukis, dan lain-lain.

Seni yang didengar adalah bidang seni yang menggunakan suara (vokal maupun instrumental), baik dengan alat-alat tunggal seperti biola, piano, dan sebagainya maupun dengan alat majemuk seperti orkes simponi, band, juga lirik puisi yang berirama atau prosa yang tidak berirama. Seni yang dilihat seperti seni lukis adalah seni yang dapat dilihat seperti seni lukis yang menggunakan alat seperti kanvas, dan berbagai objek tertentu untuk dilukis.

Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah Swt kepada seluruh manusia yang bersumber dari Al-Quran dan Sunnah. Islam adalah agama yang nyata dan sesuai dengan fitrah manusia yang memilki cita rasa, kehendak, hawa nafsu, sifat, perasaan dan akal pikiran. Dalam jiwa, perasaan, nurani dan keinginan manusia terbenam rasa suka akan keindahan, yang mana keindahan tersebut adalah seni. Keindahan disini adalah sesuatu yang dapat menggeraka jiwa, kemesraan, dapat menimbulkan keharuan, kesenangan bahkan juga bisa menimbulkan kebencian, dendam dan lain-lain sebagainya. Di dalam Islam, seni adalah penggerak nalar yang bisa menjangkau lebih jauh apa yang berada di balik materi. Setiap manusia berhak menggeluarkan kreativitas mereka seperti seni dalam membaca Al-Quran, seni kaligrafi dan lain-lain. Seni Islam adalah ekspresi tentang keindahan wujud dari sisi pandangan Islam tentang alam, hidup dan manusia yang mengantar menuju pertemuan sempurna antara kebenaran dan keindahan.

B. PANDANGAN SENI MENURUT ISLAM DAN PARA AHLI

Konsep kesenian mengikuti perspektif islam adalah membimbimbing manusia ke arah tauhid. Seni dibentuk untuk melahirkan manusia yang benar-benar baik dan beradab. Motif seni bertuju pada kebaikan dan berakhlak. Selain itu, seni juga

(7)

seharusnya lahir dari pendidikan yang positif dan tidak lari dari batas-batas syariat.

Maka dari itu kita akan membahas bagaimana pendapat para ahli mengenai kesenian dalam pandangan islam:

1. Imam Asy Syaukani, dalam kitabnya Nailul Authar menyatakan sebagai berikut:

a. Para ulama berselisih pendapat tentang hukum menyanyi dan alat musik.

Menurut mazhab Jumhur adalah haram, sedangkan mazhab Ahlul Madinah, Azh-Zhahiriyah dan jama’ah Sufiyah memperbolehkannya.

b. Abu Mansyur Al Baghdadi (dari mahzab Asy Syafi’i) menyatakan:

“Abdullah bin Ja’far berpendapat bahwa menyanyi dan musik itu tidak menjadi masalah. Dia sendiri pernah menciptakan sebuah lagu untuk dinyanyikan para pelayan (budak) wanita (Jawari) dengan alat musik seperti rebab. Ini terjadi pada masa Amirul mukminin Ali bin Abi Thalib ra.

c. Ar Ruyani meriwayatkan dari Al Qaffal bahwa mazhab Maliki membolehkan menyanyi dengan ma’azif (alat-alat musik yang berdawai).

d. Abu Al Fadl bin Thahir mengatakan: “Tidak ada perselisihan pendapat antara ahli Madinah tentang menggunakan alat gambus. Mereka berpendapat boleh saja.”

2. Abu Ishak Asy Syirazi dalam kitabnya Al Muhazzab berpendapat:

a. Diharamkan menggunakan alat-alat permainan yang membangkitkan hawa nafsu seperti alat musik gambus, tambur (lute), mi’zah (sejenis piano), drum dan seruling.

b. Boleh memainkan rebana pada pesta perkawinan dan khitanan. Selain dua acara tersebut tidak boleh.

c. Dibolehkan menyanyi untuk merajinkan unta yang sedang berjalan.

3. Al’Alusi dalam tafsirnya Ruhul Ma’ani mengatakan:

a. Al Muhasibi di dalam kitabnya Ar Risalah berpendapat bahwa menyanyi itu haram seperti haramnya bangkai.

b. Al Manawi mengatakan dalam kitabnya Asy Syarhul Kabir bahwa menurut mazhab Syafi’i menyanyi adalah makruh tanzih yakni lebih baik ditinggalkan daripada dikerjakan agar dirinya lebih terpelihara dan suci.

(8)

Tetapi perbuatan itu boleh dikerjakan dengan syarat ia tidak khawatir akan terlibat dalam fitnah.

c. Ibnu Hajar menukil pendapat Imam Nawawi dan Imam Syafi’i yang mengatakan bahwa haramnya (menyanyi dan main musik) hendaklah dapat dimengerti karena hal demikian biasanya disertai dengan minum arak, bergaul dengan wanita, dan semua perkara lain yang membawa kepada maksiat. Adapun nyanyian pada saat bekerja, seperti mengangkat suatu yang berat, nyanyian orang Arab untuk memberikan semangat berjalan unta mereka, nyanyian ibu untuk mendiamkan bayinya, dan nyanyian perang, maka menurut Imam Awza’iy adalah sunah.

d. Sebagian ulama berpendapat boleh menyanyi dan main alat musik tetapi hanya pada perayaan-perayaan yang memang dibolehkan Islam, seperti pada pesta pernikahan, khitanan, hari raya dan hari-hari lainnya.

e. Al ‘Izzu bin Abdussalam berpendapat, tarian-tarian itu bid’ah. Tidak ada laki-laki yang mengerjakannya selain orang yang kurang waras dan tidak pantas, kecuali bagi wanita. Adapun nyanyian yang baik dan dapat mengingatkan orang kepada akhirat tidak mengapa bahkan sunat dinyanyikan.

4. Abdurrahman Al Jaziri di dalam kitabnya Al Fiqh Ala Al Mazahibi Al Arba’ah (Jilid II, hal. 42-44) mengatakan:

a. Ulama-ulama Syafi’iyah seperti yang diterangkan oleh Al Ghazali di dalam kitab Ihya Ulumuddin. Beliau berkata, “Nash-nash syara’ telah menunjukkan bahwa menyanyi, menari, memukul rebana sambil bermain dengan perisai dan senjata-senjata perang pada hari raya adalah mubah (boleh) sebab hari seperti itu adalah hari untuk bergembira. Oleh karena itu hari bergembira dikiaskan untuk hari-hari lain, seperti khitanan dan semua hari kegembiraan yang memang dibolehkan syara’.

b. Al Ghazali mengutip perkataan Imam Syafi’i yang mengatakan bahwa sepanjang pengetahuannya tidak ada seorangpun dari para ulama Hijaz yang benci mendengarkan nyanyian suara alat-alat musik, kecuali bila di dalamnya mengandung hal-hal yang tidak baik. Maksud ucapan tersebut adalah bahwa macam-macam nyanyian tersebut tidak lain nyanyian yang bercampur dengan hal-hal yang telah dilarang oleh syara’.

(9)

c. Para ulama Hanafiyah mengatakan bahwa nyanyian yang diharamkan itu adalah nyanyian yang mengandung kata-kata yang tidak baik (tidak sopan).

d. Para ulama Malikiyah mengatakan bahwa alat-alat permainan yang digunakan untuk memeriahkan pesta pernikahan hukumnya boleh. Alat musik khusus untuk momen seperti itu misalnya gendang, rebana yang tidak memakai genta, seruling dan terompet.

e. Para ulama Hanbaliyah mengatakan bahwa tidak boleh menggunakan alat- alat musik, seperti gambus, seruling, gendang, rebana, dan yang serupa dengannya. Adapun tentang nyanyian atau lagu, maka hukumnya boleh.

Bahkan sunat melagukannya ketika membacakan ayat-ayat Al-Qur’an asal tidak sampai mengubah aturan-aturan bacaannya.

Adapun pandangan islam dan ahli agama mengenai seni lukis dan seni rupa adalah sebagai berikut:

a. Menurut Imam Bukhari hukumnya haram. Jika gambaran tersebut makhluk yang bernyawa/hidup. Ini hanya berlaku pada gambaran hewan dan manusia, sedangkan menggambar hewan hukumnya mubah.

b. menurut ulama Syafi’iyah, membuat gambar atau patung imajinasi hukumnya haram atau tidak diperbolehkan. Seperti misalnya manusia yang memiliki sayap dan sapi yang memiliki paruh yang ini semua tidak pernah nyata ada di makhluk. Namun beda halnya jika gambar atau patung untuk mainan anak-anak karena ‘Aisyah dahulu pernah memiliki mainan berupa kuda yang memiliki sayap.

c. Haram mutlak menggambar/membuat sesuatu yang bernyawa dari yang berbentuk contohnya patung manusia.

d. Halal mutlak baik mutlak menggambar/membuat sesuatu yang tidak bernyawa dari yang berbentuk seperti patung rumah, patung pohon, dll.

e. kebanyakan ulama mngatakan diperbolehkan Gambar dari sesuatu yang bernyawa tapi tidak berbentuk dibolehkan asal tidak mencaci, mencela, dan membangkitkan syahwat.

f. Gambar yang tidak berbentuk dari yang tidak bernyawa sangat diperbolehkan

(10)

Nabi Muhammad SAW juga berpandangan seni dalam islam merupakan suatu hal yang diperbolehkan. Banyak hadis yang menerangkan tentang ketertarikan, penegasan dan kecenderungan Nabi dalam menikmati seni. Bahkan sejumlah hadis dengan perawi, sanad dan matan yang sahih menerangkan serta mengaktualisasikan sejumlah kejadian dan momen-moment di mana Rasul ikut mengekspresikan nilai-nilai ekstetika bermain musik. Seperti didapati dalam hadis, dari Aisyah ra, ia berkata dua gadis perempuan budak sedang menyanyikan sebuah nyanyian seraya memukul gendang, (kulihat) Rasulullah berbaring tetapi dengan memalingkan mukanya. Pada saat itu Abu Bakar masuk dan ia marah kepada saya katanya “di tempat Nabi ada seruling saitan? ” mendengar hal tersebut Rasul berkata “ biarkanlah keduanya wahai Abu Bakar.”

Tatkala Abu Bakar tidak memperhatikan lagi maka saya suruh kedua budak itu keluar.

Waktu itu adalah hari raya di mana orang-orang Sudan sedang menari dengan memainkan alat-alat penangkis dan senjata perangnya (HR. Bukhari). Dari hadis di atas dapat diketahui bahwa Rasulullah SAW tidak melarang dalam mengekspresikan seni dan musik, dengan syarat nyanyian yang dilantunkan mestilah berisikan hal-hal yang ma’ruf tidak mengarah kepada lantunan kemaksiatan. Hadis tersebut juga sebagai landasan para ulama yang membolehkan nyanyian dan musik.

Dalam riwayat yang lain juga yang bersumber dari Aisyah r.a. bahwa ia pernah mengawinkan seorang wanita dengan seorang lakilaki dari kalangan Anshar. Maka Nabi SAW bersabda “ Hai Aisyah, tidak adakah padamu hiburan (nyanyian) karena sesungguhnya orang-orang Anshar senang dengan hiburan”(HR. Bukhari). Dari hadis diatas dapat disimpulkan bahwa Rasulullah membolehkan seseorang menyanyi dan memainkan alat musik tetapi kebolehan itu hanya ada pada acara pesta perkawinan, khitanan, ketika menyebut tamu baru datang, memuji-muji orang yang mati syahid dalam perang dan menyambut kedatangan hari raya.

Keikutsertaan Rasulullah Saw dan Aisyah r.a dalam menyaksikan penampilan dua budak wanita dari Sudan dengan nyanyian dan kebolehan nyanyian dan musik dalam Islam, seandainya beliau melihat bahwa nyanyian dan musik itu sebagai sesuatu yang dilarang dalam Islam pasti beliau dengan tegas memerintahkan untuk menghentikan nyanyian tersebut. Begitu pula dengan seni rupa yang telah ada pada zaman dulu dan sampai sekarang yang kita lihat dari munculnya kaligrafi dalam berbagai bentuk dan corak. Seni rupa ini terdapat pada penulisan ayatayat suci dengan gaya penulisan yang bermacam (khat Nashk, Ri’ah, Tsuluts dll). Sehingga pada saat ditampilkan ke tengah khalayak ramai dapat menimbulkan kekayaan rasa cipta dan khayal seni untuk

(11)

meningkatkan nilai ibadah kepada Allah SWT dan juga rasa cinta kepada sesama.5 Beberapa faktor yang menyebabkan nyanyian halal menjadi haram sebagai yang disebutkan oleh Imam Al-Ghazali yaitu ada lima faktor yang menyebabkan nyanyian halal menjadi haram:.

1. Faktor penyanyi

Yaitu pelakuannya adalah wanita yang tidak halal untuk dilihat. Dengan mendengarkan suara seseorang dikhawatirkan bisa terkena fitnah

2. Faktor alat

Yakni alat yang dipergunakan itu sudah menjadi simbol para pemabuk atau pelaku kemaksiatan

3. Faktor kandungan syair

yakni jika ia berbisikan kata kotor, keji dan caci maki atau kedustaan kepada Allah dan Rasulnya serta para sahabat. Demikian pula syair lagu yang mengeksploitasi keindahan tubuh wanita dihadapan laki-laki karena hal ini akan menggangu pikirannya yang membuat ia durhaka kepada Allah.

4. Faktor pandangan

Yakni si pendengar memiliki nafsu yang mudah bangkit utamanya anak muda maka baginya haram mendengarkan lagu-lagu yang menggambarkan keindahan wanita.

5. Faktor keawaman

Yakni orang yang lezat dan nikmat dalam mendengarkan musik sehingga ia lupa akan kewajibannya dan menyia-nyiakan waktu.

Dari beberapa pendapat ahli yang telah disebutkan diatas, pandangan para ahli agama berpendapat bahwa kesenian dalam islam diperbolehkan asalkan tidak melanggar syara’ dan seni tersebut harus merujuk pada hal-hal positif dan tidak medatangkan mudhorot.

C. SENI MENURUT AL-QURAN DAN HADIST

Ada dua kelompok yang memperdebatkan mengenai seni di dalam islam apakah diperbolehkan atau tidak diperbolehkan, keduaanya mempunya rujukan yang sangat kuat dengan segala penafsirannya perihal seni di dalam Al-Quran dan As sunah.

(12)

1. Kelompok Yang Memperbolehkan

bedasarkan dalil yang ada didalam Al-Quran surat:

a. Surat Ar-Rum ayat 30

نَۙ وْ مُ وْ ا سِ ا لا وْ ا سِ للٰ مُنَۙ يِّ لوْا مُ وْ يِّ لا لسِ!لٰ "سِهِۗلٰ لا $سِوْ %لسِ &وْ سِ 'وْ( ا اهِۗ)وْ * ا لا +, -وْ.سِلا "سِلٰ لا /+وْ,سِ اهِۗ0فًوْسِ2 سِ وْ يِّ لسِ )3وْ وْ 4سِا,

۝٣

30. Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;

(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui ( Ar Rum. 30 ).

Dalam ayat tersebut dijelaskan tentang “fitrah” dimana posisi seni adalah sebuah fitrah dari diri manusia, itulah yang menjadikan kedudukan manusia dan makhluk Allah yang lainnya berbeda. (Asy'ari, 2007)

b. Surat Al-A'raf ayat 180

نَۖ وْ مُ وْ اوْ 8مُا ا9 وْ :;وْمُ< "=هِۗ>?سِااۤ <وْا -وْيْٓ,سِ وْ مُ Bسِوْمُ وْCسِلا ا Dمُ! انَۖ)Eسِ Fمُوْ *مُGوْا, ىلٰIوْBمُلوْا Jمُااۤ <وْاوْا "سِلٰ لسِ

۝١٨٠

180. Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-namaNya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan (Al A'raf 180) Dalam ayat ini jelas tersebutkan tentang “Asmaul Husna”, dan di dalam lafadz lafadz asmaul husna tersebut disebutkan kata kata seperti jamal ( maha indah) jalal ( maha agung ) dan seterusnya.

c. Hadist

Salah satu topik yang sering diperdebatkan oleh para ulama adalah seni, baik mengenai statusnya makruh, halal, atau haram karena pertimbangan tertentu. Oleh karena itu, perlu dikupas lebih dalam mengenai bagaimana Rasulullah memandang seni. Seperti pada beberapa hadis berikut ini:

“Empat perkara termasuk dalam kategori kebahagiaan: wanita yang shalihah, rumah yang luas/lapang, tetangga yang baik, dan kendaraan yang menyenangkan.” (HR. Ibnu Hibban dalam kitab Shahihnya)

(13)

“Hiasilah Al-Quran itu dengan suaramu. Bukanlah ia golongan kami, siapa-siapa yang tidak melagukan (bacaan) Al-Quran.” (HR.Bukhari dan Abu Dawud)

Kedua hadis tersebut menunjukkan dengan jelas bahwa Rasulullah senang dan menyenangi akan keindahan, serta merasa bahwa keindahan merupakan bagian dari seni sendiri, dan berkesenian hanyalah dapat dirasakan dengan perasaan manusia. Manusia juga dipandang sebagai makhluk yang bisa menciptakan seni itu sendiri. Pada hadis tersebut jelas terlihat bahwa Rasulullah tidak anti seni.

2. Kelompok Yang Tidak Memporbolehkan

Pada zaman umat-umat terdahulu, terdapat tradisi membuat gambar-gambar atau patung orang-orang saleh dikalangan mereka yang meninggal dunia. Hal itu secara perlahan berubah makna, sehingga gambar dan patung tersebut dikuduskan dan kemudian dipertuhankan selain Allah, ditakuti, diharapkan, serta disembah sebagai berhala. Oleh sebab itu, Rasulullah mengancam bahwa membuat gambar atau patung (dengan tujuan kesyirikan) akan mendapat dosa yang sangat besar. Adapun dalil dalil yang digunakan dan dapat dipertanggung awabkan juga, yang antara lain adalah :

b. Surat Al-Anbiya : 51-52

وْ سِ سِ *لٰ "=Eسِ ا مُ &مُ'وْ4 وْ 9سِ Fهٗ OوْDمُ وْPسِلٰ Eوْاسِ ايْٓ وْ(الٰ وْ ل

۝٥١

وْ 0مُسِ *لٰ ا)ل وْ .مُ8وْا -وْيْٓ.سِلا &مُوْRسِا .لا FسِCسِPلٰ ا9 "=9سِوْ 4 "سِوْEسِاسِ Sا4 !وْاسِ

۝٥٢

51. Dan sesungguhnya telah Kami anugerahkan kepada Ibrahim hidayah kebenaran sebelum (Musa dan Harun), dan adalah Kami mengetahui (keadaan) nya

52. (Ingatlah), ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya:

"Patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadat kepadanya?( Al- Anbiya : 51-52 )

c. Surat Al-Anbiya : 63-64

وْ مُ +سِوْ اوْ 8مُا وْ اسِ وْ Pمُوْ مُ UVIوْ, اCPلٰ وْ Pمُمُ وْ'سِ "هٗ , &وْE Sا4

۝٦٣

(14)

نَۙ وْ مُ سِ Xلٰلا مُ .مُ8وْا وْ مُ 8اسِ اوْيْٓ لمُا , وْ )سِIسِ0مُ8وْا ىللٰيْٓاسِ اوْيْٓ مُ 3 ,

۝٦٤

63. Ibrahim menjawab: "Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara"

64. Maka mereka telah kembali kepada kesadaran dan lalu berkata:

"Sesungguhnya kamu sekalian adalah orang-orang yang menganiaya (diri sendiri)" ( Al-Anbiya : 63-64 )

D. BATASAN-BATASAN SENI DALAM ISLAM

Ada beberapa batasan-batasan dalam Islam atau larangan dalam Islam terhadap berbagai seni, seperti seni patung, dimana ada beberapa alasan yang melarang terhadap seni ini, yaitu : Dalam surat Al-Anbiya ayat 21

وْ مُ Zسِوْ مُ وْ Pمُ [سِDوْاوْ ا 9يِّ \فً)لسِالٰ اوْيْٓ Cمُ%(ا ]سِا

۝٢١

21. Apakah mereka mengambil dari bumi tuhan-tuhan yang dapat menghidupkan (orang-orang yang mati)?

Dari ayat tersebut diuraikan tentang patung-patung yang disembah oleh ayah Nabi Ibrahim dan kaumnya. Sikap Al-Quran terhadap patung-patung itu bukan sekedar menolaknya, tapi juga menghendaki penghancuran terhadap patung-patung tersebut. Di sini Allah menginginkan bahwa patung-patung pahatan hasil manusia tidak dijadikan sebagai suatu sembahan atau suatu yang menggambarkan kepada suatu Maha Pencipta yaitu Tuhan untuk disembah atau berhala.

Selain itu juga ada batasan dalam seni musik, dimana sering kali orang lebih menyenangi jenis-jenis musik yang terkadang bisa membuat kita lalai dan jauh dari agama, seperti musik-musik Rock, yang bernuansa keras, bukan musik-musik yang Islami. Kemudian juga seni bernyanyi, seperti kasus Inul Daratisda dimana seni yang ditampilkan bukanlah seni bernyanyi melainkan gerakan-gerakan yang fulgar yang bisa menggarah kepada hal-hal yang tidak baik untuk dipertontonkan. Tidak seperti syair- syair Islam yang bisa memberi semangat spiritual kepada yangmendengarkannya. Ada beberapa dalil yang mengatakan bahwa nyanyi itu diharamkan :

1. Berdasarkan Firman-Firman Allah yang terdapat dalam beberapa surat di dalam Al- Quran diantaranya surat Luqman ayat 6, An-Najm ayat 59-61, Al-Isra’ ayat 64

(15)

2. Berdasarkan Hadist-hadist diantarannya :

Hadits Abu Malik Al-Asy’ari ra bahwa Rasulullah Saw bersabda:

“Sesungguhnya akan ada di kalangan umatku golongan yang menghalalkan zina, sutera, arak, dan alat-alat musik “al-ma’azif” (HR. Bukhari, Shahih Bukhari) Hadits Aisyah ra Rasulullah Saw bersabda:

“Sesungguhnya Allah mengharamkan nyanyian-nyanyian (qoynah) dan menjualbelikannya, mempelajarinya atau mendengar-kannya.” Kemudian beliau membacakan ayat di atas (HR. Ibnu Abi Dunya dan Ibnu Mardawaih) Selain itu aksi pornografi dan porno aksi adalah batasan yang sangat melanggar agama.

Disatu sisi orang memandang itu adalah suatu bentuk seni, tetapi di dalam Islam itu justru menggarah kepada hal-hal yang tidak baik, haram untuk di kembangkan.

Pengaruh dunia barat dalam Islam terhadap seni seperti kasus kartun yang melecehkan Rasulullah saw, Satanic Verses Salman Rusdi, film Buruan Cium Gue, rencana majalah Playboy versi Indonesia, kasus Anjasmara “telanjang”, penolakan terhadap RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi yang dilakukan LSM-LSM feminis dan mereka yang mengatakan diri sebagai pekerja seni, serta puluhan kasus serupa yang telah menimbulkan keresahan masyarakat-hingga menyebabkan terjadinya demonstrasi dalam skala internasional, terjadi bisa dikarenakan akibat dari merebaknya ideologi kebebasan berekspresi, yakni paham liberal. Paham ini, adalah sebuah ideologi “mentah” yang dipaksakan oleh negara-negara besar terhadap dunia ketiga. ideologi produk Barat berbeda dengan Islam.

Islam adalah agama “realita”, Islam bukanlah agama yang menyuruh umatnya untuk tinggal di kuil-kuil dan terus-menerus melakukan ritual meninggalkan kehidupan dunia, juga bukan ideologi yang mencampakkan penganutnya ke dalam lautan syahwat yang tidak bertepi, yang tidak mengenal halal-haram, tidak mengenal akhlak, serta menyebarkan kerusakan di mana-mana dengan dalih seni.

(16)

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

Seni dalam islam adalah seni yang menggambarkan dengan bahasa yang indah sesuai dengan fitrah. Jika seni dikatakan sebagai sesuatu yang indah maka ia fitrah manusia untuk menyenagi keindahan. Islam pasti mendukung kesenian asalkan itu tidak menjauhkan dari sang pencipta dan tidak menimbulkan kemudharatan. Sebab Allah pun menyukai keindahan, Allah itu indah, suka pada keindahan. Seni dalam islam tidak pernah dimakan usia. Seni dalam islam selalu aktual bersama pengagumnya. Al Quran dan hadist tidak mengecam seni patung atau gambar, dan jenis seni lainnya, melainkan mengecam sikap manusia terhadap seni tersebut.

B. SARAN

Sebagai umat islam kita harus lebih banyak mempelajari Al Quran dan hadist agar kita lebih mengetahui apa saja hal-hal yang diperbolehkan agama dan yang tidak diperbolehkan agama. Dengan begitu kita bisa menjadi pribadi muslim yang lebih baik dan bisa memberikan contoh dan pelajaran untuk generasi muslim-muslim selanjutnya.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Akromusyuhada, A. (2018). Seni Dalam Perpektif Al Quran Dan Hadist. Jurnal Tahdzibi:

Manajemen Pendidikan Islam, 3(1), 1-6.

Safliana, E. (2018). Seni dalam perspektif Islam. Jurnal Ilmiah Islam Futura, 7(1), 100-107 .

Wildan, R. (2018). Seni dalam Perspektif Islam. Jurnal Ilmiah Islam Futura, 6(2), 78-88.

Ramadhan. (2023, september 11). seni dalam pandangan ulama islam. Retrieved from media islam: https://mediaislam.id/seni-dalam-pandangan-ulama-islam/3/

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pandangan Islam, antara agama, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni terdapat hubungan yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi dalam suatu sistem

Selain adanya pandangan yang menentang adanya pluralisme agama beliau juga berpendapat bahwa pluralisme agama adalah kemajemukan agama-agama hanya menegaskan

Dari pendalaman berkaitan dengan ketiga lembaga tersebut akan mengasilkan pandangan dari tokoh agama yang berbeda yaitu tentang pemahaman Covid-19, bentuk dari doktrin yang

Analisis ulama mazhab mengenai pandangan tokoh agama terkait tajdidun nikah bagi wanita hamil diluar nikah adalah pendapat yang dikemukakan oleh para tokoh agama

Pendapat ketiga yang menolak pendapat, bahwa Islam adalah suatu agama yang serba lengkap, dan bahwa dalam Islam terdapat sistem ketatanegaraan, tetapi golongan ini juga

Amal yang dianalogikan sebagai buah ataupun daunnya yang bermanfaat dari pohon itu identik sebagai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang dibuat secara ramah terhadap

Wasiat Wajibah bagi Ahli Waris beda Agama menurut Perspektif Hukum Positif di Indonesia .... Pendapat ulama mengenai wasiat wajibah bagi ahli waris beda

Kesenian ini di mata masyarakat di nilai sebagai kesenian yang melanggar agama karena di dalamnya ada unsur pemanggilan jin/setan apalagi mayoritas masyarakat indonesia adalah penganut