• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH TASAWUF DAN TAREKAT

N/A
N/A
Zahra Kayla

Academic year: 2023

Membagikan "MAKALAH TASAWUF DAN TAREKAT"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

TASAWUF DAN TAREKAT

Dosen Pengampu : Rohmat Awaludin, M.Pd.

Disusun Oleh : Kelompok 5

Arga Alfian A1A220419

Mochamad Raka Abizar A1A220403

Silvia Nurul Uyun A1A220416

Tabita Aulia Budianto A1A220402

Zahra Kayla A1A220406

Ilmu Administrasi Publik

UNIVERSITAS SUBANG

(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan taufik dan hidayah- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Tasawuf Dan Tarekat dengan baik. Sholawat serta salam penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW yang merupakan tauladan bagi kaum muslimin. Makalah ini penulis selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, penulis ucapkan terima kasih kepada segenap pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaian makalah ini. Makalah ini masih memiliki kekurangan, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun isi. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran dari pembaca. Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan pembaca.

Subang, 25 Maret 2023

(3)

ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...i

Daftar Isi ... ii

BAB I Pendahuluan ...1

1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Rumusan Masalah ...1

1.3 Tujuan Penulisan ...1

BAB II Pembahasan

2.1 Pengertian Tasawuf ...2

2.2 Sejarah Perkembangan Tasawuf ...3

2.3 Pengertian Tarekat ...7

2.4 Macam-macam tarekat ...8

2.5 Sejarah Perkembangan Tarekat ...8

2.6 Hubungan Tasawuf Dan Tarekat ... 10

BAB III Kesimpulan dan Saran

3.1 Kesimpulan ... 12

3.2 Saran ... 12

DAFTAR PUSTAKA

(4)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan yang penuh dengan teknologi yang berkembang saat ini, manusia semakin mengetahui sesuatu hal yang belum diketahui oleh para pendahulunya melalui teknologi yang diciptakannya. Jika kita pikirkan sejenak, terlintas di benak kita kekuasaan serta keagungan Tuhan yang Maha Esa dan begitu kecil dan terbatasnya pengetahuan kita tentang ciptaan-Nya.

Atas dasar tersebut, kita sebagai Makhluk ciptaan-Nya harus mencintai dan mengabdikan diri kepada Allah SWT. Dengan kedua hal tersebut kita dapat selalu berada didekat-Nya. Tasawuf merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari cara bagaimana orang dapat berada sedekat mungkin dengan Tuhannya. Selain itu, tasawuf dapat menjadikan agama lebih dihayati serta dijadikan sebagai suatu kebutuhan bahkan suatu kenikmatan.

Untuk mendekatkan diri pada tuhan, maka harus menempuh jalan ikhtiar, salah satu jalan ikhtiar yaitu dengan mendalami lebih jauh ilmu tasawuf, untuk mengetahui sesuatu maka pasti ada ilmunya, banyak dikalangan orang awam yang kurang mengetahui tentang ilmu mengenal tuhan (tarekat). Pengertian tentang Tarekat yaitu Tariqah adalah Khazanah kerohaian (esoterisme), dalam islam dan sebagai salah satu pusaka keagamaan yang terpenting. Karena dapat mempengaruhi perasaan dan pikiran kaum muslimin serta memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pembinaan mental beragam masyarakat. Banyak orang yang salah paham tentang tarekat, sehingga mereka tidak mau mengikutinya. Namun, mereka yang sudah mengetahui tarekatpun umumnya belum memahami bagaimana sebenarnya pengertian tarekat, awal mula dan sejarah perkembangannya dalam Islam.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud dengan Tasawuf ? b. Bagaimana Sejarah Perkembangan Tasawuf?

c. Apa yang dimaksud dengan Tarekat?

d. Macam-macam Tarekat

e. Bagaimana sejarah perkembangan Tarekat?

f. Apa hubungan Tasawuf dengan Tarekat?

1.3 Tujuan Penulisan

a. Mengetahui pengertian tentang Tasawuf dan Tarekat Beserta Macam-macamnya b. Mengetahui lebih jauh tentang sejarah perkembangan Tasawuf dan Tarekat c. Mengetahui hubungan Tasawuf dan Tarekat

(5)

2

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Tasawuf

Pengertian Tasawuf secara Etimologi

Istilah tasawuf, menurut Amin Syukur adalah istilah yang baru di dunia Islam. Istilah tersebut belum ada pada zaman Rasulullah saw, juga pada zaman para sahabat namun prakteknya sudah dijalankan pada masa itu. Bahkan, tasawuf sendiri tidak ditemukan dalam dalam Al-Qur’an. Tasawuf adalah sebutan untuk mistisisme Islam. Dalam pandangan etimologi kata sufi mempunyai pengertian yang berbeda. Menurut Haidar Bagir, kata sufi berasal bahasa Arab yang merujuk pada beberapa kata dasar. Di antaranya adalah: 1. Kata shaff (baris, dalam shalat), karena dianggap kaum sufi berada dalam shaff pertama. 2. Kata Shuf, yakni bahan wol atau bulu domba kasar yang biasa mencirikan pakaian kaum sufi. 3. Kata Ahlu as-Shuffah, yakni parazahid (pezuhud), dan abid (ahli ibadah) yang tak punya rumah dan tinggal di serambi masjid Nabi, seperti Abu Hurairah, Abu Dzar al-Ghifary, Imran ibn Husein, Abu Ubaidah bin Jarrah, Abdullah ibn Mas’ud, Abdullah ibn Abbas, dan Hudzifah bin Yaman. 4. Ada juga yang mengaitkannya dengan nama sebuah suku Badui yang memiliki gaya hidup sederhana, yakni Bani Shufah. Dan yang paling tepat pengertian tasawuf berasal dari kata suf (bulu domba), baik dilihat dari konteks kebahasaan, sikap sederhana para sufi maupun aspek kesejarahan.

Pengertian Tasawuf Secara Terminologi

1. Imam Junaid dari Baghdad (w. 910) mendefinisikan tasawuf sebagai mengambil setiap sifat mulia dan meninggalkan setiap sifat rendah. Atau keluar dari budi perangai yang tercela dan masuk kepada budi perangai yang

2. Syekh Abul Hasan Asy Syadzili (w.1258), syekh sufi besar dari Arika Utara, mendefinisikan tasawuf sebagai praktik dan latihan diri melalui cinta yang dalam dan ibadah untuk mengembalikan diri kepada jalan

3. Ibn Khaldun mendifinisaikan tasawuf adalah semacam ilmu syar’iyah yang timbul kemudian dalam Asalnya ialah bertekun ibadah dan memutuskan pertalian dengan segala

(6)

3

selain Allah, hanya menghadap kepada Allah semata. Menolak hiasan-hiasan dunia, serta membenci perkara-perkara yang selalu memperdaya orang banyak, kelezatan harta-benda, dan kemegahan. Dan menyendiri menuju jalan Tuhan dalam khalwat dan ibadah”.

4. Ibnu Maskawayh mengatakan akhlak ialah suatu keadaan bagi diri atau jiwa yang mendorong (diri atau jiwa itu) untuk melakukan perbuatan dengan senang tanpa didahului oleh daya pemikiran dan pertimbangan kerana sudah melekat dalam

5. Harun Nasution dalam bukunya falsafat dan Mistisme dalam Islam menjelaskan bahwa, tasawuf merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari cara dan jalan bagaimana seorang Islam bisa sedekat mungkin dengan

6. Amin syukur mendefinisikan tasawuf sebagai sistem latihan dengan kesungguhan (riyadhah mujahadah) untuk membersihkan, mempertinggi dan memeperdalam aspek kerohanian dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah (taqarrub) sehingga segala perhatian hanya tertuju kepada

Jadi, tasawuf adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, men- jernihkan akhlaq, membangun dhahir dan batin, untuk memperoleh kebahagiaan yang abadi. Dari definisi tentang tasawuf di atas diperhatikan dan dipahami secara utuh, maka akan tampak selain berorientasi spiritual, tasawuf juga berorientasi moral. Dan dapat disimpulkan bahwa basis tasawuf ialah penyucian hati dan penjagaannya dari setiap cedera, dan bahwa produk akhirnya ialah hubungan yang benar dan harmonis antara manusia dan Allah.

2.2 Sejarah Perkembangan Tasawuf

Mengenali sejarah tasawuf sama saja dengan memahami potongan-potongan sejarah Islam dan para pemeluknya, terutama pada masa Nabi. Sebab, secara faktual, tasawuf mempunyai kaitan yang erat dengan prosesi ritual ibadah yang dilaksanakan oleh para Sahabat di bawah bimbingan Nabi. Kenapa gerakan tasawuf baru muncul paska era Shahabat dan Tabi’in? Kenapa tidak muncul pada masa Nabi? Jawabnya, saat itu kondisinya tidak membutuhkan tasawuf. Perilaku umat masih sangat stabil. Sisi akal, jasmani dan ruhani yang menjadi garapan Islam masih dijalankan secara seimbang. Cara pandang hidupnya jauh dari budaya pragmatisme, materialisme dan hedonisme.

Tasawuf sebagai sebuah perlawanan terhadap budaya materialisme belum ada, bahkan tidak dibutuhkan. Karena Nabi, para Shahabat dan para Tabi’in pada hakikatnya sudah sufi: sebuah

(7)

4

perilaku yang tidak pernah mengagungkan kehidupan dunia, tapi juga tidak meremehkannya.

Selalu ingat pada Allah Swt sebagai sang Khaliq.

Ketika kekuasaan Islam makin meluas. Ketika kehidupan ekonomi dan sosial makin mapan, mulailah orang-orang lalai pada sisi ruhani. Budaya hedonisme pun menjadi fenomena umum. Saat itulah timbul gerakan tasawuf (sekitar pertengahan abad 2 Hijriah). Gerakan yang bertujuan untuk mengingatkan tentang hakikat hidup. Mayoritas ahli sejarah berpendapat bahwa terma tasawuf dan sufi adalah sebuah tema yang muncul setelah abad II Hijriah. Sebuah terma yang sama sekali baru dalam agama Islam. Pakar sejarah juga sepakat bahwa yang mula-mula menggunakan istilah ini adalah orang-orang yang berada di kota Bagdad-Irak. Pendapat yang menyatakan bahwa tema tasawuf dan sufi adalah baru serta terlahir dari kalangan komunitas Bagdad merupakan satu pendapat yang disetujui oleh mayoritas penulis buku-buku tasawuf.

Sebagian pendapat mengatakan bahwa paham tasawuf merupakam paham yang sudah berkembang sebelum Nabi Muhammad menjadi Rasulullah. Dan orang-orang Islam baru di daerah Irak dan Iran (sekitar abad 8 Masehi) yang sebelumnya merupakan orang-orang yang memeluk agama non Islam atau menganut paham-paham tertentu. Meski sudah masuk Islam, hidupnya tetap memelihara kesahajaan dan menjauhkan diri dari kemewahan dan kesenangan keduniaan. Hal ini didorong oleh kesungguhannya untuk mengamalkan ajarannya, yaitu dalam hidupannya sangat berendah-rendah diri dan berhina-hina diri terhadap Tuhan. Mereka selalu mengenakan pakaian yang pada waktu itu termasuk pakaian yang sangat sederhana, yaitu pakaian dari kulit domba yang masih berbulu, sampai akhirnya dikenal sebagai semacam tanda bagi penganut-penganut paham tersebut. Itulah sebabnya maka pahamnya kemudian disebut PAHAM SUFI, SUFISME atau PAHAM TASAWUF, dan orangnya disebut ORANG SUFI. Sebagian pendapat lagi mengatakan bahwa asal-usul ajaran tasawuf berasal dari zaman Nabi Muhammad. Berasal dari kata “beranda”

(suffa), dan pelakunya disebut dengan ahl al-suffa, seperti telah disebutkan di atas. Mereka dianggap sebagai penanam benih paham tasawuf yang berasal dari pengetahuan Nabi Muhammad.

Kemudian, menurut catatn sejarah, diantara sekalian sahabat Nabi, maka yang pertama sekali memfilsyafatkan ibadah dan menjadikan ibadah secara satu yang khusus, adalah sahabat Nabi Yang bernama Huzaifa bin Al Yamani, salah seorang sahabat Nabi yang Mulia dan terhormat.

Beliaulah yang pertama kali menyampaikan ilmu-ilmu yang kemudian hari ini kita kenal dengan Tasawuf dan beliaulah yang membuka jalan serta teori-teori untuk tasawuf itu. Menurut cacatan

(8)

5

sejarah, dari sahabat Nabi Huzaifah bin al Yamani inilah pertama-tama mendirikan Madrasah Tasawuf . tetapi pada masa itu belumlah terkenal dengan nama Tasawuf, masih sangat sederhana sekali. Imam sufi yang pertama di dalam sejarah Islam yaitu Al Hasan Al Basry seorang ulama besar Tabiin, adalah murid pertama Huzaifah bin al Yamani dan adalah keluaran dari Madrasah yang pernah didirikan oleh Huzaifah bin Al Yamani.

Selanjutnya, Tasawuf itu berkembang yang dimulai oleh Madrasah huzaifah bin Al yamani di madinah, kemudian diteruskan Madrasah Al Hasanul basry di basrah dan seterusnya oleh Saad bin Al Mussayib salah seorang ulama besar Tabiin, dan masih banyak lagi tokoh-tokoh ilmu Tasawuf lainnya. Sejak itulah pelajaran Ilmu tasawwuf telah mendapat kedudukan yang tetap dan tidak terlepas lagi dari masyarakat ummat Islam sepanjang masa. Sedang menurut versi yang lain, munculnya istilah tasawuf baru dimulai pada pertengahan abad III Hijriyyah oleh abu Hasyim al- Kufi (w. 250 H.) dengan meletakkan al-Sufi dibelakang namanya. Dalam sejarah islam sebelum timbulnya aliran tasawuf, terlebih dahulu muncul aliran zuhud. Aliran zuhud timbul pada akhir abad I dan permulaan abad II Hijriyyah. Harun Nasution mencatat ada lima pendapat tentang asal – usul zuhud. Pertama, dipengaruhi oleh cara hidup rahib-rahib Kristen. Kedua, dipengaruhi oleh Phytagoras yang megharuskan meninggalkan kehidupan materi dalam rangka membersihkan roh.

Ajaran meninggalkan dunia dan berkontemplasi inilah yang mempengaruhi timbulnya zuhud dan sufisme dalam Islam. Ketiga, dipengaruhi oleh ajaran Plotinus yang menyatakan bahwa dalam rangka penyucian roh yang telah kotor,sehingga bisa menyatu dengan Tuhan harus meninggalkan dunia. Keempat, pengaruh Budha dengan faham nirwananya bahwa untukmencapainya orang harus meninggalkan dunia dan memasuki hidup kontemplasi. Kelima, pengaruh ajaran Hindu yang juga mendorong manusia meninggalkan dunia dan mendekatkandiri kepada Tuhan untuk mencapai persatuan Atman dengan Brahman13[13].

Sementara itu Abu al’ala Afifi mencatat empat pendapat para peneliti tentang faktor atau asal –usul zuhud. Pertama, berasal dari atau dipengaruhi oleh India dan Persia. Kedua, berasal dari atau dipengaruhi oleh askestisme Nasrani. Ketiga, berasal atau dipengaruhi oleh berbagai sumber yang berbeda- beda kemudian menjelma menjadi satu ajaran. Keempat, berasal dari ajaran Islam.

Untuk faktor yang keempat tersebut Afifi memerinci lebih jauh menjadi tiga : Pertama, faktor ajaran Islam sebagaimana terkandung dalam kedua sumbernya, al-Qur’an dan al-Sunnah. Kedua sumber ini mendorong untuk hidup wara’14[14], taqwa dan zuhud. Kedua, reaksi rohaniah kaum muslimin terhadap system sosial politik dan ekonomi di kalangan Islam sendiri,yaitu ketika Islam

(9)

6

telah tersebar ke berbagai negara yang sudah barang tentu membawa konskuensi – konskuensi tertentu,seperti terbukanya kemungkinan diperolehnya kemakmuran di satu pihak dan terjadinya pertikaian politik interen umat Islam yang menyebabkan perang saudara antara Ali ibn Abi Thalib dengan Mu’awiyah,yang bermula dari al-fitnah al-kubraI yang menimpa khalifah ketiga, Ustman ibn Affan (35 H/655 M). Dengan adanya fenomena sosial politik seperti itu ada sebagian masyarakat dan ulamanya tidak ingin terlibat dalam kemewahan dunia dan mempunyai sikap tidak mau tahu terhadap pergolakan yang ada,mereka mengasingkan diri agar tidak terlibat dalam pertikaian tersebut. Ketiga, reaksi terhadap fiqih dan ilmu kalam, sebab keduanya tidak bisa memuaskan dalam pengamalan agama Islam. Menurut at-Taftazani, pendapat Afifi yang terakhir ini perlu diteliti lebih jauh, zuhud bisa dikatakan bukan reaksi terhadap fiqih dan ilmu kalam, karena timbulnya gerakan keilmuan dalamIslam, seperti ilmu fiqih dan ilmu kalam dan sebaginya muncul setelah praktek zuhud maupun gerakan zuhud. Pembahasan ilmu kalam secara sistematis timbul setelah lahirnya mu’tazilah kalamiyyah pada permulaan abad II Hijriyyah, lebih akhir lagi ilmu fiqih,yakni setelah tampilnya imam-imam madzhab, sementara zuhud dan gerakannya telah lama tersebar luas didunia Islam15[15].

Menurut hemat penulis, zuhud itu meskipun ada kesamaan antara praktek zuhud dengan berbagai ajaran filsafat dan agama sebelum Islam, namun ada atau tidaknya ajaran filsafat maupun agama itu, zuhud tetap ada dalam Islam. Banyak dijumpai ayat al-Qur’an maupun hadits yang bernada merendahkan nilai dunia, sebaliknya banyak dijumpai nash agama yangmemberi motivasi beramal demi memperoleh pahala akhirat dan terselamatkan dari siksa api neraka (QS.Al- hadid :19),(QS.Adl-Dluha : 4),(QS. Al-Nazi’aat : 37 – 40).

(10)

7

2.3 Pengertian Tarekat

Tarekat dalam Bahasa arab (Tharīqah) merupakan sebuah istilah yang merujuk kepada aliran-aliran dalam dunia tasawuf atau sufisme Islam. Secara bahasa berarti "jalan" atau "metode", dan secara konseptual bermakna "jalan kering di tengah laut" ini juga di anggap "merujuk kepada sebuah ayat dalam Alquran": "Dan sungguh, telah Kami wahyukan pada Musa, ‘Tempuhlah perjalanan di malam hari bersama para hamba-hamba-Ku, [dan] buatlah untuk mereka jalan kering di tengah laut'." (Q.S. Thāhā [20]: 77).

Pemimpin sebuah tarekat biasa disebut sebagai Mursyīd (dari akar kata rasyada, yang artinya:

"penuntun"). Adapun para pengikut tarekat biasa disebut sebagai Murīd (dari akar kata arāda, yang artinya: "yang menginginkan"), yang bermakna orang yang menginginkan untuk mendekat kepada Tuhan; atau Sālik (dari akar kata salaka, yang artinya "yang memasuki"), yang bermakna orang yang memasuki atau menempuh jalan menuju Tuhan.

Metafora tarekat sebagai "jalan" harus dipahami secara khusus, sehubungan dengan istilah syariat yang juga memiliki arti "jalan". Dalam hal ini tarekat bermakna sebagai jalan yang khusus atau individual, yang merupakan fase kedua dari skema umum tahapan perjalanan keagamaan: syariat, tarekat, hakikat, dan makrifat. Ada banyak aliran tarekat yang berkembang di dunia Islam, beberapa diantaranya lahir dan besar di Indonesia.

Kata tarekat atau tharīqah berasal dari kata tharīq yang memiliki bebeberapa arti: (1) jalan atau petunjuk jalan atau cara, (2) metode atau sistem (uslub), (3) mazhab, aliran, atau haluan (mazhab), (4) keadaan (halah), (5) tiang tempat berteduh, tongkat, atau payung (‘amud al-mizalah). Menurut Mulyadi Kartanegara, dalam konteks tradisi Arab, kata "tarekat" dimaknai sebagai: jalan kecil (jalan pintas) menuju wadi (oase) di gurun dan sulit dilalui karena terkadang sudah tertutup pasir.

Dalam konteks agama, Alwi Shihab mendefinisikan tarekat merupakan suatu metode tertentu yang ditempuh seseorang secara kontinyu untuk membersihkan jiwanya dengan mengikuti jalur dan tahapan-tahapan dalam upayanya mendekatkan diri kepada Allah Swt.Hal ini senada dengan pendapat Al-Jurjani ‘Ali bin Muhammad bin ‘Ali (740-816 M) bahwa tarekat ialah metode khusus yang dipakai oleh salik (para penempuh jalan) menuju Allah Ta’ala melalui berbagai maqamat (tahapan-tahapan).

(11)

8

Dengan demikian tarekat memiliki dua pengertian: pertama, merupakan metode pemberian bimbingan spiritual kepada individu dalam mengarahkan kehidupannya menuju kedekatan diri dengan Tuhan; dan kedua, tarekat sebagai persaudaraan kaum sufi (sufi brotherhood) yang ditandai dengan adanya lembaga formal seperti zawiyah, ribath, atau khanaqah.

Bila ditinjau dari sisi lain, tarekat itu mempunyai tiga sistem, yaitu: sistem kerahasiaan, sistem kekerabatan (persaudaraan), dan sistem hierarki seperti khalifah tawajjuh atau khalifah suluk, syekh atau mursyid, wali atau qutub. Kedudukan guru tarekat diperkokoh dengan ajaran wasilah dan silsilah. Keyakinan berwasilah dengan guru dipererat dengan kepercayaan karamah, barakah atau syafa’ah atau limpahan pertolongan dari guru.

2.4 Macam-macam tarekat

Menurut Muhammad As-Sanusi al- Idris bahwa tarekat di dunia ini mempunyai 40 tarekat yaitu: Tarekat Muhammaddiyyah, Shiddiqiyyah, Uwaysiyyah, mjunaidiyyah, Halajiyah, Qodiriyah, Madyaniyah, Rifa’iyyah, Utabiyyah, Hatimiyyah, Suhrawardiyyah, Ahmaddiyyah, Syaziliyyah, Wafaiyyah, Zaruqiyyah, Jazuliyah dan tarekat-tarekat yang lain.

Di Indonesia ini sendiri terdapat bermacam-macam nama tarekat dan organisasi-organisasi baik tarekat yang internasional maupun tarekat yang lokal, tarekat internasianal yang muhtahbara yaitu tarekat Qadiriyah, Syaziliyah, Naqsabandiyyah, Khalwatiyah,Syattariyyah, Samamiyyah, tarekat tijaniyah, dan tarekat Qadirriyah wa Naqsabandiyyah. Sedangkan lokal yaitu tarekat Shiddiqiyyah.

1. Tarekat Qadiriyyah

Tarekat ini didirikan oleh syeikh Abdul Qodir Al-Jailani, kadang-kadang disebut AL-Jilli.

Syekh Abdul Qodir seorang alim dan zahid, diangkap qutubul’aqtab, mula pertama ahli fikih yang terkenal dalam mazhab Hambali, kemudian beralih kegemarannya kepada ilmu tarekat dan hakikat menunjukan keramat dan tanda-tanda yang berlainan dengan kebiasaan sehari- hari. Orang dapat membaca sejarah hidup keanehan- keanehan dalam kitab yang dinamakan Munakib Syeikh Abdul Qodir jailani, asli tertulis dalam bahasa Arab, yang dibaca oleh rakyat pada waktu-waktu tertentu, konon untuk mendapatkan berkah. Pernyataan, apakah mukjizat dan keramat itu terdapat dasar-dasar pemikirannya dalam Islam.3

2. Tarekat Syaziliyyah

Tarekat syaziliyah tidak bisa dilepaskan hubungan dengan pendirinnya, yakni Abu al-Hasan al- Syatdzili. Selanjutnya nama terekat ini dinisbatkan kepada nama Syaziliyah yang mempunyai ciri khusus yang berbeda dengan tarekat-tarekat yang lain. Secara lengkap nama pendirinya adalah Al bin Abdullah bin Abd.4 Al- Jabbar Abu al- syadziliyah. Silsilanya

(12)

9

keturunannya mempunyai hubungan dengan orang-orang garis keturunan Hasan bin Ali bin Abi Thalib, dan dengan demikian berarti juga keturunan siti fatimah, anak perempuan Nabi Muhammad SAW. Al-Shadzili sendiri pernah menuliskan silsilah keturunanya sebagai berikut: Ali bin Abdulllah bin Abd Jabbar bin Yusuf bin Ward bin bathal bin Ahmad bin Muhammad bin Isya bin Muhammad bin Muhammad bin Hasan bin Abi Thalib. Menurut ibn Atha’illah, ada perbedaan pendapat mengetauhi nasab Abu al-Hasan al- Syazili.

3. Tarekat Naqsabandiyah

Pendiri tarekat Naqsabandiyah adalah seorang pemuda tasaawuf terkenal yakni, Muhammad Baha al-Din al-Uwaisi al-bukhari Naqsabandi . Dilahirkan disebuah desa Qashrul Arifah, kurang lebi 4 mildari Bukhara temat lahir Imam Bukhari. Ia berasal dari keluarga dan lingkungan yang baik. Ia mendapat gelar Syaikh yang menunjukan posisinya yang penting sebagai seorang pemimpin spritual. Setelah ia lahir segera di bawah oleh gurunnya kepada Baba al-Samasi ketika berusia 18 tahun. Kemudian ia belajar ilmu tarekat kepa seorang quthb di Nasaf, yaitu Amir sayyid kulal al- Bukhari Kulal adalah seorang khalifah Muhammad Baba al- Samasi. Dari inilah ia pertama belajar tarekat yang didirikannya.

4. Tarekat Khawatiyah

Tarekat Khalwatiyah di indonesia banyak dianut oleh suku bugis dan Makasar abad ke-17 Syaikh Yusuf al- Makasari al- Khalwati (tabaruk) terhadap Muhammad (Nur) al- Khalwati al- Khawa Rizmi (w.751/1350), yang sampai sekarang masih sangat dihormati. Sekaranag terdapat dua cabang terpisah dari tarekat ini yang hadir bersama. Keduannya dikenal dengan nama Tarekat Khalwatiyah Yusuf dan Khalwatiyah Samman. Pengikut kedua cabang tarekat ini keseluruhan mencakup 5% dari penduduk provinsi yang berumur di atas 15 tahun.

5. Tarekat Syattariyyah

Tarekat Syattariyyah di Sumatera Barat telah menjadi salah satu pilar terpenting dalam penyebaran ajaran neosufisme, sehingga sangat berperan dalam pembentukan struktur

masyarakat Muslimnya. Ulama-ulama setempat yang mengembangkan Tarekat Sattariyyah di wilayah ini, mulai dari syaikh Burhannuddin Ulakan sehingga para Kholifah dan murid- muridnya telah mengalami pergumulan yang demikian intens dengan berbagai unsur dan kerakter budaya, sehingga pada gilirannya melahirkan sifat dan kecendrungan ajaran yang khas dan relatiftif berbeda engan sifat dan kecendrungan Tarekat Syattariyyah di wilayah lain.

6. Tarekat Samamiyyah

Tarekat samamiyah didirikan oleh Muhammad bin Abd al-karim al-Madani al-Syafi’i al- Samman (1130-1189/1718- 1775). Ia lahir di Madinah dari keluarga Quraisy. Dikalangan murud dan pengikutnya, ia lebih dikenal dengan nama al-Sammani atau Muhammad Samman (dalam tulisan ini akan disebut dengan Syaikh Samman). Sambil mengajar di Sanjariya, tampaknya Syaikh Samman banyak menghabiskan hidupnya di Madianah dan tinggal di

(13)

10

rumah Malik Abu Bakar al- Shiddiq. Syaikh Samman sebenarnya tidak hanya mengusai bidang tarekat saja tetapi bidang-bidang Islam lainnya. Ia belajar hukum Islam ke lima ulama fikih terkenal: Muhammad al-Daqqad, Sayyid Ali –Aththar, Ali al-Kurdi. Abd al- Wahhab Al-Thanhawi (di Mekkah) dan Said Hilal al- Makki. Ia juga pernah berguru denagan Muhammad Hayyat, seorang muhad disebut dengan reputasi lumayan di Haramayn dan dinisiasi sebagai penganut tarekat naqsabandiyyah

7. Tarekat Tijaniyah

Tarekat Tijaniyah didirikan oleh Syaikh Ahmad bin Muhammad al- Tijani (1150-1230 H/1737-1815 M) yang lahir di Ain Madi, Aljazair selatan, dan meninggal di Fez, Maroko, dalam usia 80 tahun. Syaikh Ahmad Tijani diyakini oleh kaum Tijaniyah sebagai wali agung yang memiliki derajat tertinggi, dan memiliki banyak keramat, karena didukung oleh faktor geneologis, tradisi keluarga, dan proses penempaan dirinya. Menurut pengakuan, Ahmat Tijani memiliki nasab sampai kepada Nabi Muhammad. Silsilah dan garis nasabnya adalah Sayyid Ahmat bin Muhammad bin Salim bin al-Idl bin Abi Thalib, dari garis siti Fatimah al- Zahrah binti Muhammad Rosulullah SAW.

8. Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyyah

Terekat Qadiriyah dan Naqsabbandiyyah adalah sebuah tarekat gabungan dari tarekat Qadiriyyah dan Naqsabandiyah (TQN). Tarekat ini didirikan oleh Syaikh Ahmad Khatib Sambas (1802-1872) yang dikenal sebagai penulis kitab Fath al-Arifin. Sambas adalah nama sebuah kota disebelah utara pontianak, Kalimantan Barat. Syaikh Naquib al-Attas mengatakan bahwa TNQ tampil sebagai sebuah tarekat gabungan karena Syaikh Sambar adalah seorang syaikh dari kedua tarekat dan mengajarkannya dalam satu versi yang mengajarkan dua jenis zikir sekaligus yaitu zikir di baca keras dalam tarekat Qadiriyyah dan zikir dilakukan dalam hati yaitu tarekat Naqsabandiya

(14)

2.5 Sejarah Perkembangan Tarekat

Setidaknya ada dua faktor yang menyebabkan lahirnya gerakan tarekat pada, yaitu faktor kultural dan struktur. Dari segi politik, dunia Islam sedang mengalami krisis hebat. Di bagian barat dunia Islam, seperti : wilayah Palestina, Syiria, dan Mesir menghadapi serangan orang-orang Kristen Eropa, yang terkenal dengan Perang Salib. Selama lebih kurang dua abad (490-656 H. / 1096-1258 M.) telah terjadi delapan kali peperangan yang dahsyat.

Di bagian timur, dunia Islam menghadapi serangan Mongol yang haus darah dan kekuasan.

Ia melahap setiap wilayah yang dijarahnya. Demikian juga halnya di Baghdad, sebagai pusat kekuasaan dan peradaban Islam. Situasi politik kota Baghdad tidak menentu, karena selalu terjadi perebutan kekuasan di antara para Amir (Turki dan Dinasti Buwihi). Secara formal khalifah masih diakui, tetapi secara praktis penguasa yang sebenarnya adalah para Amir dan sultan-sultan.

Keadaan yang buruk ini disempurnakan (keburukannya) oleh Hulagu Khan yang memporak porandakan pusat peradaban Umat Islam (1258 M.).

Kerunyaman politik dan krisis kekuasaan ini membawa dampak negatif bagi kehidupan umat Islam di wilayah tersebut. Pada masa itu umat Islam mengalami masa disintegrasi sosial yang sangat parah, pertentangan antar golongan banyak terjadi, seperti antara golongan sunni dengan syi’ah, dan golongan Turki dengan golongan Arab dan Persia. Selain itu ditambah lagi oleh suasana banjir yang melanda sungai Dajlah yang mengakibatkan separuh dari tanah Iraq menjadi rusak. Akibatnya, kehidupan sosial merosot. Keamanan terganggu dan kehancuran umat Islam terasa di mana-mana.

Dalam situasi seperti itu wajarlah kalau umat Islam berusaha mempertahankan agamanya dengan berpegang pada doktrinnya yang dapat menentramkan jiwa, dan menjalin hubungan yang damai dengan sesama muslim.

Masyarakat Islam memiliki warisan kultural dari ulama sebelumnya yang dapat digunakan, sebagai pegangan yaitu doktrin tasawuf, yang merupakan aspek kultural yang ikut membidani lahirnya gerakan tarekat pada masa itu. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah kepedulian ulama sufi, mereka memberikan pengayoman masyarakat Islam yang sedang mengalami krisis moral yang sangat hebat (ibarat anak ayam kehilangan induk). Dengan dibukanya ajaran tasawuf kepada orang awam, secara praktis lebih berfungsi sebagai psikoterapi yang bersifat massal. Maka

(15)

12

kemudian banyak orang awam yang memasuki majelis dzikir dan halaqah-nya para sufi, yang lama kelamaan berkembang menjadi suatu kelompok tersendiri (eksklusif) yang disebut dengan tarekat.

Di antara ulama sufi yang kemudian memberikan pengayoman kepada masyarakat umum untuk mengamalkan tasawuf secara praktis (tasawuf ‘amali), adalah Abu Hamid Muhammad al- Ghazali (w. 505 H./1111 M.). Kemudian menurut Al-Taftazani diikuti oleh ulama’ sufi berikutnya seperti syekh Abd. Qadir al – Jailani dan Syekh Ahmad ibn Ali al-Rifa’i. Kedua tokoh sufi tersebut kemudian dianggap sebagai pendiri Tarekat Qadiriyah dan Rifa’iyah yang tetap berkembang sampai sekarang. Secara garis besar melalui tiga tahap yaitu : tahap khanaqah, tahap thariqah dan tahap tha’ifah.

1. Tahap khanaqah

Tahap khanaqah (pusat pertemuan sufi), dimana syekh mempunyai sejumlah murid yang hidup bersama-sama dibawah peraturan yang tidak ketat, syekh menjadi mursyid yang dipatuhi.

Kontemplasi dan latihan-latihan spiritual dilakukan secara individual dan secara kolektif. Ini terjadi sekitar abad X M. Gerakan ini mempunyai masa keemasan tasawuf.

2. Tahap thariqah

Sekitar abad XIII M. di sini sudah terbentuk ajaran-ajaran, peraturan dan metode tasawuf.

Pada masa inilah muncul pusat-pusat yang mengajarkan tasawuf dengan silsilahnya masing- masing. Berkembanglah metode-metode kolektif baru untuk mencapai kedekatan diri kepada Tuhan. Disini tasawuf telah mencapai kedekatan diri kepada Tuhan, dan disini pula tasawuf telah mengambil bentuk kelas menengah.

3. Tahap tha’ifah

Terjadinya pada sekitar abad XV M. Di sini terjadi transisi misi ajaran dan peraturan kepada pengikut. Pada masa ini muncul organisasi tasawuf yang mempunyai cabang di tempat lain. Pada tahap tha’ifah inilah tarekat mengandung arti lain, yaitu organisasi sufi yang melestarikan ajaran syekh tertentu. Terdapatlah tarekat-tarekat seperti Tarekat Qadiriyah, Tarekat Naqsyabandiyah, Tarekat Syadziliyah dan lain-lain.

Sebenarnya, munculnya banyak tarekat dalam Islam pada garis besarnya sama dengan latar belakang munculnya banyak madzhab dalam figh dan banyak firqah dalam ilmu kalam. Di dalam kalam berkembang madzhab-madzhab yang disebut dengan firqah, seperti : khawarij, Murji’ah, Mu’tazilah, Asy’ariyah dan Maturidiyah. Di sini istilah yang digunakan bukan mazhab tetapi

(16)

13

firqah, di dalam figh juga berkembang banyak firqah yang disebut dengan madzhab seperti madzhab Hanafi, Maliki, Hanbali, Syafi’i, Zhahiri dan Syi’i. Di dalam tasawuf juga berkembang banyak madzhab, yang disebut dengan thariqah. Thariqah dalam tasawuf jumlahnya jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan perkembangan madzhab dan firqah dalam fiqh dan kalam, oleh karena itu dapat dikatakan bahwa tarekat juga memiliki kedudukan atau posisi sebagaimana madzhab dan firqah-firqah tersebut di dalam syari’at Islam.

2.6 Hubungan Tarekat dengan Tasawuf

Di dalam ilmu tasawuf, istilah tarekat itu tidak saja ditunjukkan pada aturan dan cara-cara tertentu yang digunakan oleh seseorang syaikh tarikat dan bukan pula terhadap kelompok yang menjadi pengikut salah seorang syaikh tarekat, tetapi meliputi segala aspek ajaran yang ada di dalam agama islama seperti salat zakat dan lain-lain yang semuanya itu merupakan jalan atau cara mendekatkan diri kepada Allah.

Dalam tarekat yang sudah melembga itu sudah tercakup semua aspek ajaran islam seperti salat zakat dan lain-lain, ditambah lagi pengamalan serta seorang syaikh. Akan tetapi, semua itu merupakan tuntunan dan bimbingan seorang syaikh melalui baiat.

Sebagaimana telah diketahui bahwa tasawuf itu secara umum adalah usaha mendekatkan diri kepada Allah dengan sedekat mungkin, melalui penyesuaian rohani dan memperbanyak ibadah usaha dan mendekatkan diri ini biasanya dilakukan dibawah bimbingan seorang guru atau syaikh.

Ajaran-ajaran tasawuf yang harus di tempuh untuk mendekatkan diri itu kepada Allah merupakan hakikat tarekat yang sebenarnya.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tasawuf adalah usaha mendekatkan diri kepada Allah, sedangkan tarekat itu adalah cara dan jalan yang ditempuh seseorang dalam usahanya mendekatkan diri kepada Allah. Gambaran ini menunjukkan bahwa tarekat adalah tasawuf yang telah berkembang dengan beberapa variasi tertentu. Sesuai dengan spesifikasi yang diberikan seorang guru pada muridnya.

(17)

14

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Secara substansial tasawuf berarti usaha mendekatkan diri kepada Tuhan dengan cara mensucikan rohani dan memperbanyak ibadah. Orang yang bertasawuf adalah orang yang

mensucikan dirinya lahir dan batin dalam satu pendidikan etika (budi pekerti) dengan menempuh jalan atas dasar didikan tiga tingkat yang dalam istilah ilmu tasawuf dinamakan: Takhali,

Tahalli, dan Tajalli.

Tarekat (Thariqah) adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh oleh para ahli tasawuf atau kaum mutashawwifin untuk mencapai tujuan, yaitu dapat lebih dekat dengan Allah SWT. Metode ini semula dipergunakan oleh seorang sufi besar dan kemudian diikuti oleh murid-muridnya sebagaimana mazhab-mazhab dalam bidang fiqih dan firqah – firqah dalam bidang kalam pada perkembangan berikutnya membentuk suatu jam’iyah organisasi yang disebut Tarekat (thariqah).

Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa tasawuf itu adalah usaha mendekatkan diri kepada Tuhan, sedangkan tarikat adalah cara dan jalan yang ditempuh seeorang dalam usahanya mendekatkan diri kepada Allah.

3.2 Saran

Demikianlah makalah ini kami susun, semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca. Dalam penulisan ini kami sadari masih banyak kekurangan, saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan untuk menyempurnakan makalah kami ini.

(18)

15

DAFTAR PUSTAKA

http://ridhasyahidaiz.blogspot.com/2015/05/sejarah-dan-perkembangan-tarekat.html https://id.wikipedia.org/wiki/Tarekat_(Islam)

https://www.studocu.com/id/document/universitas-islam-negeri-syarif-hidayatullah- jakarta/akhlak-tasawuf/makalah-tasawuf-tarekat/40693536

https://www.academia.edu/8302231/Makalah_tasawuf http://digilib.uinsgd.ac.id/7429/3/BAB%20II.pdf https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-tasawuf/

https://an-nur.ac.id/pengertian-tasawuf-dalil-dan-asal-usulnya/

https://an-nur.ac.id/tarekat-pengertian-sejarah-dan-aliran-alirannya/

Referensi

Dokumen terkait

3 Harun Nasution mendefinisikan tasawuf sebagai ilmu yang mempelajari cara dan jalan bagaimana orang Islam dapat sedekat mungkin dengan Allah agar memperoleh hubungan

Dari sekian banyak tarekat terdapat dekurang-kurangnya tujuh aliran tarekat yang berkembang di Indonesia, yaitu traekat Qadariyah, Rifaiyah, Naqsyabandiyah, Sammaniyah,

Sedangkan ilmu tasawuf adalah ilmu untuk mengetahui keadaan jiwa manusia, terpuji atau tercela, bagaimana cara-cara menyucikan jiwa dari berbagai sifat yang

Maka dari itu, dengan adanya fenomena tersebut, peneliti hendaknya bermaksud melakukan penelitian yang berkaitan dengan judul Pendidikan Akhlak tasawuf Pada Tarekat

Pendidikan Akhlak Tasawuf Menurut Syaikh Abdullah Bin Husain Ba‟alawi (Telaah Kitab Sullam Taufiq).. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Perkembangan tarekat Syadziliyah di Nusantara, terutama di Jawa tidak terlepas dari peran Syaikh Mahfuzh yang memperoleh otoritas dalam bidang tasawuf, selain otoritas beberapa ilmu

Sehingga keutamaan mempelajari ilmu tasawuf sangat afhdal secara mutlak, maka ilmu yg berkaitan dengan Dzatul 'Aliyyah adalah paling utama secara mutlaq.Karena

Dalam memahami klien pada dasarnya terdapat banyak teknik atau cara untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya termasuk dengan pemahaman tasawuf, tasawuf sejatinya ilmu yang