• Tidak ada hasil yang ditemukan

TASAWUF DAN TAREKAT

N/A
N/A
akagami aish

Academic year: 2024

Membagikan " TASAWUF DAN TAREKAT "

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

TASAWUF DAN TAREKAT

Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Akhlak Tasawuf

Oleh :

SIBGALAH ILHAM 222304003 ALYA HAYATUN NUFUS 212201042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM BINAMADANI

TANGERANG 1443 / 2022

(2)
(3)

A. Hubungan Tasawuf Dan Tarekat

Istilah tasawuf bisa diartikan dalam beberapa pandangan berikut, yang pertama menurut Ma’ruf al-Karkhi bahwa tasawuf adalah upaya menyucikan diri dengan cara menjauhkan diri dari kehidupan dunia dan memusatkan perhatian hanya kepada Allah, sedangkan menurut Abu Turab an-Nakhsati bahwa tasawuf adalah memperindah diri dengan berbagai akhlak yang bersumber pada ajaran agama dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah, dan menurut Sahl ibn. ‘Abd Allah at-Tustari bahwa tasawuf adalah kesadaran fitrah atau perasaan percaya kepada Tuhan, yang dapat mengarahkan jiwa agar selalu tertuju kepada kegiatan-kegiatan yang dapat menghubungkan manusia dengan Tuhan.

Dengan demikian maka pada intinya tasawuf adalah upaya melatih jiwa dengan berbagai latihan-latihan yang dapat membebaskan diri manusia dari pengaruh duniawi, membersihkan jiwanya dari akhlak yang tidak terpuji sehingga darinya hanya terpancar akhlak yang terpuji dan mulia sehingga mampu berkonsentrasi, memusatkan perhatian hanya kepada Allah dan selalu merasakan kedekatan denganNya.

Selanjutnya tentang istilah tarekat merupakan istilah dalam kosa kata Arab, yaitu tariqah yang artinya jalan kecil, tepatnya jalan, lorong, gang. Tarekat atau tariqah yang artinya jalan tidaklah sama dengan syariat atau syari’ah yang juga memiliki arti jalan, tetapi yang ini adalah jalan besar. Dalam bahasa Annimarie Schimmel, jika tarekat adalah anak jalan, sedangkan syariat adalah jalan utama. Dikaitkan dengan tarekat dalam tradisi tasawuf, Schimmel menghubungkan kedua kata tersebut dengan pernyataan bahwa tarekat adalah jalan yang ditempuh para sufi dan digambarkan sebagai jalan yang berpangkal dari syariat sebab jalan utama disebut syara’, sedangkan anak jalan disebut tariq. Kata turunan

(4)

ini menunjukkan bahwa menurut anggapan para sufi, pendidikan mistik atau pendidikan kesufian atau ketasawufan merupakan cabang dari jalan utama yang terdiri atas hukum ilahi, tempat berpijak bagi setiap muslim. Tak mungkin ada jalan tanpa adanya jalan utama tempat dia berpangkal. Pengalaman mistik atau pengalaman kesufian atau ketasawufan tak mungkin didapat bila perintah syariat yang mengikat itu tidak ditaati terlebih dahulu dengan seksama. Dengan demikian untuk mencapai ma’rifah atau pengalaman kedekatan dengan Tuhan perlu tarekat, yang tarekat tersebut harus berbasis pada syariat.

B. Sejarah Aliran-aliran Tarekat (Mu’tabarah) dalam Islam dan tokoh-tokohnya

Tarekat merupakan kelanjutan dari tasawuf yang sudah ada sejak zaman nabi.

Istilah tarekat mulai muncul pada abad keempat hijriyah ketika tasawuf yang semula sangat ekskulisf dan di lakukan secara individu berubah menjadi sebuah gerakan kolektif dengan beranggotakan kalangan awam. Kondisi ini tidak begitu saja terjadi, tapi memang karena tuntutan keadaan.. Setidaknya ada dua faktor yang menyebabkan lahirnya gerakan tarekat pada masa itu, yaitu faktor kultural dan struktur. Dari segi politik, dunia Islam sedang mengalami krisis hebat. Di bagian barat dunia Islam, seperti : wilayah Palestina, Syiria, dan Mesir menghadapi serangan orang-orang Kristen Eropa, yang terkenal dengan Perang Salib. Selama lebih kurang dua abad (490-656 H. / 1096-1258 M.) telah terjadi delapan kali peperangan yang dahsyat. Di bagian timur, dunia Islam menghadapi serangan Mongol yang haus darah dan kekuasan. Ia melahap setiap wilayah yang dijarahnya. Demikian juga halnya di Baghdad, sebagai pusat kekuasaan dan peradaban Islam. Situasi politik kota Baghdad tidak menentu, karena selalu terjadi perebutan kekuasan di antara para Amir (Turki dan Dinasti Buwihi).

(5)

Dalam situasi seperti itu wajarlah kalau umat Islam berusaha mempertahankan agamanya dengan berpegang pada doktrinnya yang dapat menentramkan jiwa, dan menjalin hubungan yang damai dengan sesama muslim.

Masyarakat Islam memiliki warisan kultural dari ulama sebelumnya yang dapat digunakan, sebagai pegangan yaitu doktrin tasawuf, yang merupakan aspek kultural yang ikut membidani lahirnya gerakan tarekat pada masa itu. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah kepedulian ulama sufi, mereka memberikan pengayoman masyarakat Islam yang sedang mengalami krisis moral yang sangat hebat (ibarat anak ayam kehilangan induk). Dengan dibukanya ajaran tasawuf kepada orang awam, secara praktis lebih berfungsi sebagai psikoterapi yang bersifat massal. Maka kemudian banyak orang awam yang memasuki majelis dzikir dan halaqah-nya para sufi, yang lama kelamaan berkembang menjadi suatu kelompok tersendiri (eksklusif) yang disebut dengan tarekat.

Tokoh-tokoh terkenal dalam tarekat adalah Shaikh Abdul Qadir Al-Jailani (w.

1161/561 H), Shaikh Ahmad Ar-Rifa’I (w. 1182 M/578 H), Ahmad Asy-Syadzili (w.

1258/658 H), Shaikh Maulana Jalaluddin Rumi, (w. 1273/672 H), Shaikh Bahauddin Naqsabandi (w. 1389/791 H), Abu Al-najib Al-suhrawardi(w. 1168M), dll.

C. Sejarah dan Perkembangan Tarekat di Indonesia serta Tokoh-tokohnya

Sejarah tarekat di Indonesia diyakini sama dengan sejarah masuknya Islam ke Nusantara itu sendiri. Para sejarawan Barat menyakini, Islam bercorak Sufistik itulah yang membuat penduduk nusantara yang semula beragama Hindu dan Budha menjadi sangat tertarik. Tradisi dua agama asal India yang kaya dengan dimensi metafisik dan spiritualitas itu dianggap lebih dekat dan lebih mudah beradaptasi dengan tradisi tarikat yang dibawa

(6)

para wali. Sehingga perubahan besar itu pun berlangsung nyaris tanpa meneteskan darah sedikitpun. Ini berbeda dengan proses Islamisasi di india yang dilakukan secara besar- besaran melalui penaklukan dan tekanan, bahkan konon sedikit pemaksaan dengan senjata.

Oleh para raja Muslim seperti Sultan Mahmud Ghadzna, Auranzeb, Haidar Aly, Tipu Sultan, dan sebagainya. Namun hingga saat ini India terlebih setelah terbagi tiga dengan Pakistan dengan Banglades dan muslim, Islam tetap tidak berhasil secara masif menggeser Hindu sebagai Agama mayoritas masyarakat.

Tokoh-tokoh yang dikenal menyebarkan tarekat-tarekat di nusantara antara lain, wali songo, misal pada Serat Banten Rante-rante dituliskan bahwa Sunan Gunung Djati memperoleh ijazah tarekat Kubrawiyyah dan Syadziliyyah. Tokoh lainnya adalah Hamzah Fansuri, yang membawa tarekat Qadiriyyah di tanah Sumatera. Ada pula Syekh Abdul Ra’uf al-Singkili. Asal singkel, yang menyebarkan tarekat Asy-Syadthariyyah di Aceh.

Dari pulau Sulawesi ada Syekh Yusuf al-Makassari ulama pejuang asal Sulawesi Selatan. Setelah mengembara hingga ke Damaskus, Syekh Yusuf pulang ke Nusantara dengan mengantongi ijazah kemursyidan tarikat Naqsabandiyah, Qadariyyah, Syathariyyah, Ba’alawiyyah dan Khalwatiyyah. Di Makasar, Syekh Yusuf lalu mengajarkan Tarekat Khalwatiyyah yang dipadu dengan beberapa ritual tarekat lain yang dikuasainya, dan dikenal kemudian dengan nama Khalwatiyyah Yusufiyyah. Pengikut tarekat ini juga dikenal sangat militan. Beberapa kali merekat terlibat bentrokan dengan penjajah dan ditangkapi. Syekh Yusuf sendiri kemudian hijrah ke kesultanan Banten, ikut membantu perjuangan rakyat Banten sambil terus mengajarkan tarekat Khalwatiyyahnya.

D. Konsep Mahabbah dan Perilaku bertasawuf dalam dinamika kehidupan Modern

(7)

Konsep mahabbah menurut Dzunnun al-Mishri, “Katakanlah pada orang yang memperlihatkan mahabbahnya pada Allah, katakan supaya ia berhati-hati, jangan sampai merendah pada selain Allah. Salah satu orang yang mahabbah pada Allah adalah dia tidak punya kebutuhan pada selain Allah.” Salah satu orang yang cinta pada Allah adalah mengikuti kekasih-Nya Nabi Muhammad dalam akhlak, perbuatan, perintah dan juga sunnah-sunnahnya. Pangkal dari dalam Islam ini ada pada empat perkara: “Cinta pada yang agung, benci pada yang fana, mengikuti al-Qur’an, dan takut akan tergelincir dalam kesesatan.

Perilaku bertasawuf pada era modern dipengaruhi oleh kehidupan bermasyarakat yang semakin majemuk. Kekuatan kehidupan modern saat ini dengan segala atribut perangkatnya memang sudah membantu manusia dalam banyak hal. Teman dan saudara jauh tidak lagi terasa jauh, bahkan sangat dekat. Segala hal yang dikonsumsi, baik makanan, pakaian, rumah, kendaraan, bahkan tempat ibadah saat ini kesemuanya tidak bisa dilepaskan dari corak modernisasi. Kehidupan modern kemudian menjelma menjadi gaya hidup yang jadi sebuah pilihan dari kemudahan berbagai alat dan perangkat yang dihadirkan di era modern saat ini.

Intisari ajaran tasawuf bertujuan memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan, sehingga seseorang merasa dengan kesadarannya berada di hadirat-Nya.

Upaya ini antara lain dilakukan dengan kontemplasi, melepaskan diri dari jeratan dunia yang senantiasa berubah dan bersifat sementara. Sifat dan pandangan sufistik ini sangat diperlukan oleh masyarakat modern yang mengalami jiwa terpecah, yang artinya dimana manusia saat ini hidup dengan kesibukan masing-masing dan lebih indiviualis, pandangan

(8)

terhadap tujuan hidup tasawuf tidak dilakukan secara ekslusif dan individual, melaikan berdaya implikatif dalam meresponi berbagai masalah yang dihadapi.

(9)

Bibliography

A. Siregar, Q. (2012). Resensi Buku Tasawuf Dan Tarekat (Dimensi Esoteris Ajaran Islam) Oleh Cecep Alba. Jurnal Sosioteknologi, 245 - 246.

Ainun Najib, M. (2018). Epistemologi Tasawuf Modern Hamka. Jurnal Dinamika Penelitian:

Media Komunikasi Sosial Keagamaan, 303 - 324.

Awaludin. (2016). Sejarah Dan Perkembangan Tarekat Di Nusantara. El-Afkar, 125 - 134.

Ridlo, M. (2020). Sejarah Dan Tipologi Tarekat Dalam Pandangan Tasawuf Dan Makrifat.

Humanistika: Jurnal Keislaman, 139 - 153.

Ulya. (2015). Tasawuf Dan Tarekat: Komparasi Dan Relasi. Esoterik: Jurnal Akhlak Dan Tasawuf, 147 - 165.

Wati, M. (2019). Mahabbah Dan Ma’rifah Dalam Tasawuf Dzunnun Al-Mishri. Jurnal Filsafat Dan Pemikiran Islam : Refleksi, 221 - 239.

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian ini dapat ditemukan hasil rumusan masalah sebagai berikut: pertama , implementasi amar ma‟ruf nahi munkar dalam kehidupan sosial berdasarkan kajian

Kedua , istilah tasawuf berasal dari kata al-shaf , yaitu barisan pertama yang bermakna bahwa kaum sufi berada pada barisan pertama di depan Tuhan, karena besarnya keinginan

Pertama menggambarkan sesuatu yang tidak dibatasi terlebih dahulu (lancar), dan kedua didasarkan pada sistem.. yang jelas yang dibatasi sebelumnya. Selain itu tarekat

Apabila defenisi tasawuf dari kategori pertama didasarkan kepada kesa- daran manusia sebagai hamba Allah, dan yang kedua dikaitkan dengan upaya men- cari hubungan

Pertama, tasawuf berasal dari istilah yang dikonotasikan dengan “ahlu suffah” yang berarti sekelompok orang pada masa rasulullah yang hidupnya diisi dengan banyak berdiam di

Melihat fenomena dalam penyebaran Islam melalui jalur tasawuf dan tarekat sebagai metodenya yang kemudian berkembang menjadi suatu ikatan lembaga perkumpulan ini,

Maka dari itu, dengan adanya fenomena tersebut, peneliti hendaknya bermaksud melakukan penelitian yang berkaitan dengan judul Pendidikan Akhlak tasawuf Pada Tarekat

Definisi Istilah Tasawuf adalah Ilmu untuk mengetahui bagaimana cara mensucikan jiwa, ada pula yang mengartikan tasawuf merupakan suatu usaha dan upaya dalam rangka mensucikan diri