MAKALAH AKIDAH TAUHID
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akidah Akhlak Dosen Pengampu : Moh. Badruddin Busyro, M.Hi
Disusun Oleh :
Badruttamami
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH INSIDA JAKARTA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Akidah Tauhid". Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya hingga akhir zaman.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai konsep akidah tauhid, yang merupakan inti dari keimanan dalam Islam.
Tauhid, sebagai pengesaan Allah SWT, memiliki peran yang sangat mendasar dalam kehidupan seorang Muslim, baik dari segi keyakinan, ibadah, maupun perilaku sehari-hari.
Dengan memahami tauhid secara benar, seorang Muslim akan mampu menjalankan kehidupan sesuai dengan tuntunan syariat dan mendapatkan ridha Allah SWT.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, arahan, dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca, khususnya dalam memperdalam pemahaman tentang akidah tauhid.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat diharapkan demi penyempurnaan karya ini di masa yang akan datang.
Jakarta, 19 September 2024
(Penyusun)
ii DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... ... 1
B. Rumusan Masalah ... 1
C. Tujuan Masalah ... 1
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Akidah Tauhid ... 2
B. Hakikat Akidah Tauhid dalam Islam ... 3
1. Tauhid Rububiyah ... 3
2. Tauhid Uluhiyah ... 3
3. Tauhid Asma wa Sifat ... 4
C. Faktor-faktor yang menyebabkan penyimpangan dalam Akidah Tauhid ... 5
1. Faktor Internal ... 5
2. Faktor Eksternal ... 6
D. Solusi dan cara untuk menjaga kemurnian Akidah Tauhid agar terhindar dari berbagai penyimpangan ... 6
1. Meningkatkan pemahaman agama ... 7
2. Mengamalkan ibadah dengan ikhlas ... 7
3. Meningkatkan kualitas spiritual ... 7
4. Berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan ... 8
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ... 9
DAFTAR PUSTAKA ... 10
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Akidah tauhid merupakan inti dan fondasi utama dari ajaran Islam. Tauhid, yang berarti pengesaan Allah SWT, menekankan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang layak disembah dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Tauhid menjadi landasan bagi semua bentuk ibadah dan keyakinan seorang Muslim. Semua amal ibadah yang dilakukan seorang Muslim harus didasarkan pada tauhid yang benar agar diterima oleh Allah SWT.
Namun, dalam perkembangan masyarakat modern, pemahaman tentang akidah tauhid sering kali mengalami distorsi. Banyak umat Islam yang terjebak dalam praktik-praktik yang menyimpang dari ajaran tauhid yang murni, seperti syirik, takhayul, dan bid'ah. Penyimpangan ini tidak hanya berdampak pada kerusakan keimanan, tetapi juga menimbulkan masalah sosial, spiritual, dan moral dalam kehidupan umat Muslim. Oleh karena itu, penting untuk kembali mengkaji dan memahami konsep akidah tauhid dengan benar, sehingga umat Islam dapat melindungi keimanan mereka dari berbagai bentuk penyimpangan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dan hakikat dari akidah tauhid?
2. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penyimpangan dalam akidah tauhid?
3. Bagaimana cara umat Muslim menjaga kemurnian tauhid dalam kehidupan sehari-hari?
C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Menjelaskan pengertian dan hakikat akidah tauhid dalam Islam.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan penyimpangan dalam akidah tauhid.
3. Memberikan solusi dan cara untuk menjaga kemurnian akidah tauhid agar terhindar dari berbagai penyimpangan.
2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Akidah Tauhid
Akidah berasal dari bahasa Arab, yaitu kata ‘’aqada’’ yang berarti “mengikat” atau
“mengikatkan diri”1. Secara terminologi, akidah adalah keyakinan yang kokoh dan pasti yang tertanam dalam hati seorang Muslim mengenai keesaan Allah, serta segala sesuatu yang berhubungan dengan-Nya, seperti sifat-sifat-Nya, malaikat-Nya, kitab- kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan qadha serta qadar (takdir). Akidah merupakan inti dari keimanan dan menjadi landasan seluruh ajaran Islam2.
Akidah dalam Islam mencakup enam rukun iman, yaitu: iman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat, dan qadha serta qadar.
Keyakinan terhadap enam rukun iman ini membentuk dasar dari kepercayaan setiap Muslim. Dengan akidah yang benar, seorang Muslim akan memiliki pemahaman yang jelas tentang tujuan hidupnya, tanggung jawabnya kepada Allah, serta bagaimana ia harus menjalani hidup sesuai dengan tuntunan syariat3. Akidah menjadi fondasi dari segala amal perbuatan. Tanpa akidah yang benar, amal ibadah seseorang tidak akan diterima oleh Allah. Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang meninggal dunia dalam keadaan mengetahui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, maka ia akan masuk surga." (HR. Muslim)4. Akidah yang benar juga melindungi seorang Muslim dari segala bentuk penyimpangan seperti syirik (menyekutukan Allah), bid'ah (perbuatan yang tidak ada dasar dalam agama), dan khurafat (kepercayaan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam)5. Oleh karena itu, memahami akidah merupakan kewajiban bagi setiap Muslim agar keimanan dan amalnya tetap lurus dan diterima oleh Allah.
Tauhid adalah konsep sentral dalam ajaran Islam yang berarti mengesakan Allah atau keyakinan bahwa Allah SWT adalah satu-satunya Tuhan yang layak disembah.
Kata tauhid berasal dari bahasa Arab, dari akar kata wahhada yang berarti "menyatakan keesaan." Dalam konteks keimanan, tauhid menegaskan bahwa tidak ada Tuhan selain
1 Al-Munawwir, Ahmad Warson. Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Pustaka
Progressif, 1997), h. 823.
2 Al-Jazairi, Abu Bakar. Aqidah al-Mu’min, (Madinah: Maktabah Darussalam, 1999), h. 15.
3 Qardhawi, Yusuf. Tauhid dan Perilaku Kehidupan, (Jakarta: Penerbit Mizan, 2002), h. 20.
4 HR. Muslim, no. 93.
5 Al-Ghazali, Abu Hamid. Ihya Ulumuddin, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2001), h. 76.
3
Allah SWT dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam segala aspek rububiyah (penciptaan), uluhiyah (ibadah), maupun asma wa sifat (nama dan sifat Allah).
Tauhid bukan hanya fondasi dari keimanan seorang Muslim, tetapi juga dasar dari seluruh ajaran Islam. Memahami dan mengamalkan tauhid dengan benar adalah syarat utama diterimanya segala bentuk ibadah yang dilakukan oleh seorang Muslim. Tanpa tauhid, seluruh amal dan perbuatan akan menjadi sia-sia.
B. Hakikat Akidah Tauhid dalam Islam
Hakikat tauhid merupakan inti dari ajaran Islam yang menekankan pengesaan Allah SWT sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah dan tidak ada sekutu bagi- Nya. Memahami hakikat tauhid adalah kunci untuk memahami seluruh ajaran Islam, karena tauhid adalah dasar dari setiap aspek keimanan dan ibadah seorang Muslim.
Dalam kajian Islam, tauhid dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu:
1. Tauhid Rububiyah
Berkeyakinan bahwa Allah adalah satu-satunya Pencipta, Pemelihara, dan Pengatur alam semesta. Allah menguasai segala sesuatu dan tidak ada yang sebanding dengan-Nya dalam aspek rububiyah-Nya. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:
ا ࣰم ۡلِع ٍء ۡیَش َّلُك َعِس َو ََۚوُه َّلَِإ َهٰـَلِإ ۤ َلَ یِذَّلٱ ُ َّللَّٱ ُمُكُهٰـَلِإ ۤاَمَّنِإ Artinya: "Sesungguhnya Tuhan kamu hanyalah Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia. Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu." (QS. Ta Ha: 98).
Dalam konteks ini, Allah memiliki kekuasaan mutlak atas segala sesuatu yang ada. Adapun penerapan dalam kehidupan sehari-hari yaitu:
a) Mengakui kekuatan Allah, setiap muslim harus mengakui bahwa segala sesuatu yang terjadi, baik yang baik maupun buruk, adalah bagian dari rencana Allah. Hal ini mendorong sikap sabar dan syukur.
b) Bergantung kepada Allah dalam segala aktivitas, seorang Muslim diharapkan untuk selalu bersandar pada Allah. Misalnya, saat menghadapi kesulitan, mereka harus berdoa dan berharap kepada-Nya untuk mendapatkan pertolongan.
2. Tauhid Uluhiyah
Tauhid uluhiyah adalah pengesaan Allah dalam ibadah. Seorang Muslim harus beribadah hanya kepada Allah, baik dalam bentuk shalat, doa, maupun
4
perbuatan lainnya. Dalam hal ini, Allah berfirman:
ٰ َٰو ࣱ
هٰـَلِإ ۡمُكُهٰـَلِإ َو
 ُمی ِح َّرلٱ ُنٰـَم ۡح َّرلٱ َوُه َّلَِإ َهٰـَلِإ ۤ َّلَ ࣱۖ د ِح
Artinya: “Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Baqarah:
163).
Semua bentuk ibadah harus ditujukan hanya kepada-Nya tanpa menyekutukan-Nya dengan apapun. Adapun penerapan dalam kehidupan sehari-hari yaitu:
a) Melaksanakan ibadah dengan Ikhlas, setiap amal ibadah seperti shalat, puasa, dan zakat, harus dilakukan dengan niat yang tulus untuk Allah. Hal ini memastikan bahwa setiap tindakan merupakan bentuk pengabdian kepada-Nya6.
b) Menjauhi syirik, seorang muslim harus menghindari segala bentuk syirik, baik yang tampak maupun yang tersembunyi, seperti meminta pertolongan kepada selain Allah atau mempercayai benda-benda keramat7
3. Tauhid Asma wa Sifat
Tauhid Asma wa Sifat adalah Beriman dan mengakui bahwa Allah memiliki nama-nama yang indah (asma) dan sifat-sifat yang sempurna. Semua nama dan sifat Allah yang terdapat dalam Al-Qur'an dan hadits shahih harus diimani tanpa melakukan tahrif (memalingkan makna), ta’til (meniadakan), takyif (membayangkan bentuknya), atau tamtsil (menyerupakan dengan makhluk).
Tauhid asma wa sifat adalah keyakinan bahwa Allah memiliki nama- nama yang indah dan sifat-sifat yang sempurna, yang tidak menyerupai makhluk-Nya. Adapun penerapan dalam kehidupan sehari-hari yaitu:
a) Mengagungkan nama-nama Allah, seorang muslim dianjurkan untuk memahami dan mengingat asmaul husna (nama-nama Allah yang indah) dalam doa dan ibadah mereka. Ini membantu mereka untuk lebih mengenal Allah dan merasakan kedekatan dengan-Nya.
b) Mengikuti sifat-sifat Allah, sebagai seorang muslim seharusnya berusaha meneladani sifat-sifat Allah dalam perilaku sehari-hari, seperti menjadi
6 Al-Ghazali, Abu Hamid. Ihya Ulumuddin, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2001.
7 Shalih al-Fauzan. Al-Irsyad ila Shahih al-I’tiqad, Riyadh: Darul As-Salam, 2004.
5
penyayang, sabar, dan adil, agar dapat menciptakan lingkungan yang lebih baik.
Dengan demikian, akidah tauhid tidak hanya berbicara tentang keimanan, tetapi juga menjadi pedoman dalam seluruh aspek kehidupan seorang Muslim, baik secara individu maupun sosial. Seorang Muslim yang memahami dan mengamalkan tauhid dengan benar akan terhindar dari syirik dan berbagai bentuk penyimpangan, serta akan menjalani hidup dengan penuh keyakinan dan ketundukan kepada Allah SWT.
C. Faktor-faktor yang menyebabkan penyimpangan dalam Akidah Tauhid
Penyimpangan dalam akidah tauhid merupakan masalah serius yang dapat merusak keimanan seorang Muslim. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan ini, yang dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan eksternal.
1. Faktor Internal
Ada beberapa faktor internal yang menyebabkan penyimpangan dalam Akidah Tauhid yaitu:
a) Kelemahan pemahaman agama
Kurangnya pemahaman yang mendalam tentang ajaran Islam, khususnya mengenai tauhid, dapat menyebabkan seseorang terjebak dalam penyimpangan. Jika individu tidak memahami konsep keesaan Allah dengan benar, mereka mungkin terpengaruh oleh ajaran yang salah atau praktik-praktik bid'ah.
b) Keraguan dan kebingungan
Keraguan dalam akidah dapat muncul dari pengaruh lingkungan, pendidikan, atau media. Ketika seseorang terpapar oleh informasi yang bertentangan dengan ajaran Islam, keraguan dapat mengganggu keyakinan mereka dan menyebabkan mereka menyimpang dari akidah tauhid.
c) Kehilangan Iman dan Spiritual
Krisis iman atau kehilangan koneksi spiritual dengan Allah dapat menyebabkan seseorang mencari alternatif untuk mengisi kekosongan tersebut. Dalam pencarian tersebut, mereka mungkin terjebak dalam praktik-praktik syirik atau kepercayaan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
6 2. Faktor Eksternal
Ada beberapa faktor internal yang menyebabkan penyimpangan dalam Akidah Tauhid yaitu:
a) Pengaruh budaya dan tradisi
Budaya lokal dan tradisi yang tidak sesuai dengan ajaran Islam dapat menyebabkan seseorang terjerumus dalam praktik-praktik yang bertentangan dengan tauhid. Misalnya, praktik pemujaan terhadap nenek moyang atau penggunaan jimat dan benda-benda keramat sering kali muncul dalam budaya tertentu, dan ini dapat mengarah pada syirik.
b) Pengaruh lingkungan sosial
Lingkungan sosial yang tidak mendukung keimanan dapat menjadi faktor penyebab penyimpangan akidah. Jika seseorang berada dalam kelompok yang menganggap remeh ajaran agama atau bahkan mempraktikkan ajaran yang menyimpang, individu tersebut mungkin terpengaruh untuk mengikuti kelompok tersebut.
c) Propaganda dari kelompok atau paham penyimpangan
Kelompok-kelompok tertentu yang menyebarkan ideologi penyimpangan dari ajaran Islam seringkali menggunakan propaganda yang menyesatkan untuk menarik orang-orang yang kurang pengetahuan. Paham- paham seperti sekte-sekte yang mengklaim memiliki kebenaran baru atau alternatif dapat mengganggu akidah tauhid8
Faktor-faktor yang menyebabkan penyimpangan dalam akidah tauhid sangat beragam, baik dari dalam diri individu maupun dari pengaruh luar. Oleh karena itu, penting bagi setiap Muslim untuk meningkatkan pemahaman tentang tauhid, menjaga keimanan, dan terlibat dalam lingkungan yang positif serta mendukung. Dengan memahami faktor-faktor ini, individu dapat lebih waspada dan berusaha untuk menjaga kemurnian akidah dalam hidup mereka.
D. Solusi dan cara untuk menjaga kemurnian Akidah Tauhid agar terhindar dari berbagai penyimpangan
Menjaga kemurnian akidah tauhid adalah tanggung jawab setiap Muslim untuk memastikan bahwa keimanannya tidak terpengaruh oleh penyimpangan yang dapat
8 Al-Bani, Muhammad Nasiruddin. Silsilah Ahadith Shahihah, Riyadh: Maktabah al-Ma'arif, 1991.
7
merusak hubungan dengan Allah SWT. Berikut adalah beberapa solusi dan cara yang dapat dilakukan untuk menjaga kemurnian akidah tauhid:
1. Meningkatkan pemahaman agama a) Belajar ilmu agama
Mendalami ajaran Islam melalui studi yang serius tentang Al-Qur’an dan Sunnah sangat penting. Mengikuti pelajaran di pesantren, kelas agama, atau seminar dapat membantu meningkatkan pemahaman mengenai tauhid dan prinsip-prinsip dasar Islam.
b) Membaca buku referensi
Membaca buku-buku yang ditulis oleh para ulama terpercaya tentang tauhid dan akidah dapat memperluas wawasan. Referensi dari kitab klasik dan kontemporer dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang pentingnya tauhid.
2. Mengamalkan ibadah dengan ikhlas a) Memperbaiki niat
Selalu mengingatkan diri untuk beribadah hanya kepada Allah semata.
Memperbaiki niat dalam setiap amal ibadah, sehingga semua yang dilakukan adalah demi meraih ridha Allah, akan menjaga keikhlasan dalam beribadah.
b) Melaksanakan ibadah rutin
Menjalankan ibadah secara konsisten, seperti shalat lima waktu, puasa, dan membaca Al-Qur’an, dapat memperkuat hubungan dengan Allah dan menjaga kemurnian akidah. Ibadah yang rutin juga membantu seseorang tetap fokus pada tujuan hidup yang benar.
3. Meningkatkan kualitas spiritual a) Dzikir dan Doa
Melakukan dzikir (mengingat Allah) dan doa secara rutin membantu memperkuat keimanan dan mendekatkan diri kepada Allah. Mengingat Allah dalam berbagai keadaan menjadikan hati tenang dan terhindar dari keraguan.
b) Menghindari lingkungan negatif
Berusaha untuk menjauh dari lingkungan yang dapat mempengaruhi iman secara negatif. Bergaul dengan orang-orang yang baik dan saleh dapat memberikan dukungan dan motivasi dalam menjaga akidah.
8 4. Berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan
a) Bergabung dengan komunitas Islam
Menjadi anggota komunitas atau organisasi Islam dapat memperkuat ikatan sosial dan memberikan dukungan dalam mengamalkan ajaran agama.
Kegiatan bersama, seperti kajian atau pengajian, dapat memperdalam pengetahuan dan memperkuat iman9.
b) Menghadiri Majelis Ilmu
Menghadiri majelis ilmu secara rutin, baik di masjid maupun tempat lainnya, membantu untuk terus belajar dan berdiskusi tentang isu-isu keagamaan terkini. Diskusi ini dapat memperkuat pemahaman dan keimanan10. c) Mencari Nasihat Ulama
Berkonsultasi dengan ulama atau tokoh agama yang terpercaya ketika menghadapi kebingungan atau keraguan dalam akidah. Nasihat dari mereka dapat menjadi penuntun yang baik untuk menjaga kemurnian akidah11.
Menjaga kemurnian akidah tauhid adalah upaya yang memerlukan keseriusan dan komitmen. Dengan meningkatkan pemahaman agama, mengamalkan ibadah dengan ikhlas, dan berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan, setiap Muslim dapat terhindar dari berbagai penyimpangan yang dapat merusak akidah. Ketekunan dalam menjaga hubungan dengan Allah adalah kunci untuk mencapai ketenangan jiwa dan keberkahan hidup.
9 Al-Maqdisi, Muhammad. Aqidah Ahlus Sunnah, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2007.
10 Al-‘Utsaimin, Muhammad bin Saleh. Al-Qawaid Al-Muthla, Riyadh: Maktabah al-Ma'arif, 1993.
11 Al-Hakim, Al-Nasai. Sunan al-Nasai, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2001.
9 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
Akidah tauhid merupakan pokok ajaran dalam Islam yang menekankan pada pengesaan Allah SWT sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah. Pemahaman yang mendalam tentang tauhid mencakup tiga aspek utama: tauhid rububiyah, yang menegaskan bahwa Allah adalah pencipta dan pengatur alam semesta; tauhid uluhiyah, yang menekankan bahwa hanya Allah yang berhak menerima ibadah; dan tauhid asma wa sifat, yang mengakui nama dan sifat-sifat Allah yang sempurna tanpa menyerupai makhluk-Nya.
Menjaga kemurnian akidah tauhid adalah tanggung jawab setiap Muslim. Beberapa langkah penting untuk mencapai hal ini termasuk meningkatkan pemahaman agama melalui belajar, mengamalkan ibadah dengan ikhlas, dan berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan. Selain itu, penting untuk menjauhi penyimpangan, baik dari dalam diri sendiri maupun pengaruh lingkungan.
Dengan memahami dan mengamalkan akidah tauhid secara benar, seorang Muslim dapat memperkuat iman dan menjalin hubungan yang lebih baik dengan Allah SWT, serta membangun karakter yang sesuai dengan ajaran Islam. Kesadaran akan tauhid tidak hanya berdampak pada kehidupan pribadi, tetapi juga pada interaksi sosial dan kontribusi positif terhadap masyarakat.
10
DAFTAR PUSAKA
Al-Munawwir, Ahmad Warson. Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya:
Pustaka Progressif, 1997), h. 823.
Al-Jazairi, Abu Bakar. Aqidah al-Mu’min, (Madinah: Maktabah Darussalam, 1999), h. 15.
Qardhawi, Yusuf. Tauhid dan Perilaku Kehidupan, (Jakarta: Penerbit Mizan, 2002), h. 20.
HR. Muslim, no. 93.
Al-Ghazali, Abu Hamid. Ihya Ulumuddin, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2001), h. 76.
Shalih al-Fauzan. Al-Irsyad ila Shahih al-I’tiqad, Riyadh: Darul As-Salam, 2004.
Al-Bani, Muhammad Nasiruddin. Silsilah Ahadith Shahihah, Riyadh: Maktabah al-Ma'arif, 1991.
Al-Maqdisi, Muhammad. Aqidah Ahlus Sunnah, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2007.
Al-‘Utsaimin, Muhammad bin Saleh. Al-Qawaid Al-Muthla, Riyadh: Maktabah al-Ma'arif, 1993.
Al-Hakim, Al-Nasai. Sunan al-Nasai, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2001.