MAKALAH ASESMEN PENDIDIKAN PENYUSUNAN INSTRUMEN NON TES
Dosen Pengampu: Dr. H. Imam Sujarwo, M. Pd.
Disusun oleh:
Andini Endah Sri Mulyani 220108210005 Nadila Choirunnisa` Intsani 220108210009 Muhammad Irfan Afandi 220108210013
MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM 2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah yang berjudul “Penyusunan Instrumen Non Tes”. Atas dukungan moral dan materiil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penyusun mengucapkan terima kasih kepada Dr. H. Imam Soejarwo selaku dosen mata kuliah asesmen pembelajaran matematika yang banyak memberikan materi pendukung, masukan, dan bimbingan kepada penulis. Harapan kami, semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca agar dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi karena penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.
Malang, 14 Oktober 2023
Penyusun
ii DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... ii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah... 2
1.3 Tujuan ... 2
BAB II PEMBAHASAN ... 3
2.1 Penilaian Non Tes ... 3
2.2 Jenis-Jenis Teknik Penyusunan Instrumen Penyusunan Non–Tes ... 3
2.3 Penerapan Kecerdasan Buatan atau Artificial Intelligence dalam Pembelajaran Error! Bookmark not defined. BAB III PENUTUP ... 15
3.1 Kesimpulan ... 26
3.2 Saran ... 26
DAFTAR PUSTAKA ... 1
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Di dalam dunia pendidikan, kita mengetahui bahwa setiap jenis atau bentuk pendidikan pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan, selalu mengadakan evaluasi. Artinya pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan, selalu mengadakan penilaian terhadap hasil yang telah dicapai, baik oleh pihak terdidik maupun oleh pendidik. Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Salah satu indikator bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya suatu perubahan tingkah laku pada orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya. Demikian pula dalam satu kali proses pembelajaran, guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi pelajaran yang diajarkan sudah tepat. Semua pertanyaan tersebut akan dapat dijawab melalui kegiatan evaluasi atau penilaian.
Penilaian atau evaluasi berhubungan dengan setiap bagian dari proses pendidikan, bukan hanya keberhasilan belajar saja, tetapi mencakup semua proses belajar mengajar. Kegiatan penilaian tidak hanya terbatas pada karateristik peserta didik saja, tetapi juga mencakup karakteristik metode mengajar, kurikulum, fasilitas dan administrasi sekolah. Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar peserta didik, guru hendaknya terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh peserta didik dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan balik (feed back) terhadap proses belajar mengajar. Umpan balik ini akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya. Dengan demikian proses belajar mengajar akan terus dapat ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal. Evaluasi memiliki kedudukan yang penting dalam proses pembelajaran.
Dengan melakukan evaluasi, guru sebagai pengelola kegiatan pembelajaran dapat mengetahui kemampuan yang dimiliki peserta didik, ketepatan metode yang
2
digunakan, dan keberhasilan peserta didik dalam meraih kompetensi yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil penilaian, pendidik dapat mengambil keputusan secara tepat untuk menentukan langkah yang akan diambil selanjutnya. Hasil penilaian juga dapat memberikan motivasi kepada peserta didik untuk berprestasi lebih baik di kemudian hari. Selanjutnya didalam melakukan evaluasi ada dua teknik evaluasi yang kita kenal yaitu teknik evaluasi menggunakan tes dan evaluasi dengan teknik non tes. Teknik non tes pada umumnya memegang peranan penting dalam rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah sikap (affective domain) dan ranah keterampilan (Psychomotoric domain), sedangkan teknik tes lebih banyak digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah proses berfikirnya (cognitif domain).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam makalah ini meliputi:
1. Apa yang dimaksud dengan instrumen non tes?
2. Apa saja jenis-jenis instrumen non tes?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, dapat dipahami tujuan dari penyusunan makalah ini yakni meliputi:
1. Untuk mengetahui instrumen non tes.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis instrumen non tes.
3 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Teknik Penilaian Non Tes
Alat penilaian dapat berarti teknik evaluasi. Teknik evaluasi non-tes berarti melaksanakan penilaian dengan tidak mengunakan tes. Teknik penilaian ini umumnya untuk menilai kepribadian anak secara menyeluruh meliputi sikap, tingkah laku, sifat, sikap sosial, ucapan, riwayat hidup dan lain-lain. Yang berhubungan dengan kegiatan belajar dalam pendidikan, baik secara individu maupun secara kelompok.
Penilaian non test adalah penilaian pengamatan perubahan tingkah laku yang berhubungan dengan apa yang dapat diperbuat atau dikerjakan oleh peserta didik dibandingkan dengan apa yang diketahui atau dipahaminya (Sudjana, 2007)
Alat penilaian yang non-test, yang biasanya menyertai atau inheren dalam pelaksanaan proses belajar mengajar sangat banyak macamnya. Di antaranya bisa disebutkan adalah observasi (baik dengan cara langsung, tak langsung, maupun partisipasi), wawancara (terstruktur atau bebas), angket (tertutup atau terbuka), sosiometri, checklist, concept map, portfolio, student journal, pertanyaan- pertanyaan, dan sebagainya.
Keberhasilan siswa dalam proses belajar-mengajar tidak dapat diukur dengan alat tes. Sebab masih banyak aspek-aspek kemampuan siswa yang sulit diukur secara kuantitatif dan mencakup objektifitas misalnya aspek efektif psikomotor.
2.2 Jenis-Jenis dan Teknik Penyusunan Instrumen Penilaian Non Tes Dalam penilaian non tes terdapat beberapa jenis diantaranya adalah:
2.2.1 Angket
Kelebihan angket dari wawancara adalah sifatnya yang praktis, hemat waktu, tenaga, dan biaya. Kelemahannya adalah jawaban sering tidak objektif, lebih-lebih bila pertanyaannya kurang tajam dan memungkinkan siswa berpura-pura. Alternatif jawaban yang ada dalam angket bisa juga diinformasikan dalam bentuk simbol kuantitatif agar menghasilkan data interval. Caranya adalah dengan jalan memberi skor terhadap setiap jawaban berdasarkan kriteria tertentu. Petunjuk yang lebih teknis dalam membuat angket adalah sebagai berikut:
4
1. Mulai dengan pengantar yang isinya permohonan mengisi angket sambil dijelaskan maksud dan tujuannya.
2. Jelaskan petunjuk atau cara mengisinya supaya tidak salah.
3. Mulai dengan pertanyaan untuk mengungkapkan identitas responden.
4. Isi pertanyaan sebaiknya dibuat beberapa katergori atau bagian sesuai dengan variabel yang diungkapkan sehingga mudah mengolahnya.
5. Rumusan pertanyaan dibuat singkat, tetapi jelas sehingga tidak membingungkan dan salah mengakibatkan penafsiran.
6. Hubungan antara pertanyaan yang satu dengan pertanyaan yang lain harus dijaga sehingga tampak logikanya dalam satu rangkaian yang sistematis.
7. Usahakan kemungkinan agar jawaban, kalimat, dan rumusannya tidak lebih panjang daripada pertanyaan.
8. Angket yang terlalu banyak atau terlalu panjang akan melelahkan dan membosankan responden sehingga pengisiannya tidak objektif lagi.
9. Ada baiknya angket diakhiri dengan tanda tangan sipengisi untuk menjamin keabsahan jawabannya.
Tujuan penggunaan angket dalam kegiatan pengajaran adalah:
1. Untuk memperoleh data mengenai latar belakang siswa sebagai bahan dalam menganalisis tinglah laku hasil dan proses belajarnya.
2. Untuk memperoleh data mengenai hasil belajar yang dicapainya dan proses belajar yang ditempuhnya.
3. Untuk memperoleh data sebagai bahan dalam menyusun kurikulum dan program pembelajaran.
Angket merupakan alat untuk mengumpulkan dan mencatat data, informasi, pendapat, dan paham dalam hubungan kausal. Pada dasarnya angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Pada umumnya tujuan penggunaan angket atau angket dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka.
Angket adalah daftar pertanyaan yang terbagi dalam beberapa kategori.
Pembagiannya dibedakan menjadi dua, yaitu pembagian angket berdasarkan siapa
5
yang menjawab, dan pembagian berdasarkan cara menjawab. Ditinjau dari responden yang menjawab, maka angket dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Angket Langsung. Disebut angket langsung apabila angket dikirimkan dan diisi langsung oleh orang yang akan dimintai jawaban tentang dirinya.
2. Angket Tidak Langsung. Angket diisi oleh orang yang bukan dimintai keterangan tentang dirinya.
Berikut ini merupakan langkah-langkah menyusun angket.
1. Merumuskan tujuan 2. Merumuskan kegiatan 3. Menyusun langkah-langkah 4. Menyusun kisi-kisi
5. Menyusun panduan angket 6. Menyusun alat penilaian
Berikut ini contoh bentuk angket penilaian dalam pembelajaran matematika:
6
ANGKET PENILAIAN SIKAP Petunjuk:
1. Tuliskan nama dan kelas pada tempat yang telah disediakan.
2. Angketini terisioleh siswa untukmenilai sikappeserta didik.
Berilahtanda cek(√) padakolomskor sesuai sikap dalam keseharian Anda, dengan kriteria sebagai berikut :
SS: Sangat Setuju S: Setuju
KS: Kurang Setuju TS: Ttidak Setuju
No Pernyataan SS S KS TS
1 Saya mengucapkan “bismillah” setiap memulai
mengikuti perkuliahan
2 Saya selalu melaksanakan piket di kelas sesuai
dengan jadwal yang ada
3 Saya selalu menerima setiap masukan atau pun
pendapat dari orang lain
4 Saya bersikap tidak peduli ketika saya melakukan
kesalahan sumbernya pada saat mengerjakan tugas 5 Saya selalu menerima setiap masukan atau pun
pendapat dari orang lain
6 Saya selalu mendengarkan dan mecermati pendapat
dari teman
7 Saya bertele tele saat guru memberikan tugas 8 Saya selalu tidak melaksanakan piket saat di kelas 9 Saya pura-pura tidak tahu saat orang lain sedang
membutuhkan bantuan
10 Saya tidak peduli dangan orang yang sedang
menjalankan ibadah
11 Saya selalu terlambat saat berangkat kesekolah 12 Saya tidak peduli dengan pendapat orang lain 13 Saya selalu pura-pura tidak tahu dengan kesalahan
saya agar tidak terkena marah
14 Saya memulai perkuliahan setiap hari dengan
menyiapkan berbagai alat tulis di atas meja 15 Saya akan membantu teman yang sedang kesulitan 16 Saya menggunkan Bahasa gaul atau Bahasa anak
muda saat mengungkap kan pendapat 17 Saya mengerjakan soal ujian dengan kemampuan
yang saya bisa
7
18 Saya bersikap biasa saja saat bertemu dengan orang
tua
19 Saya menanyakan jawaban kepada teman saat ujian
berlangsung
20 Saya tidak peduli dengan orang yang sedang
mengalami kesulitan
21 Saya selalu menggunakan Bahasa yang sopan saat
saya sedang berpendapat
22 Saya selalu salim atau membungkukan badan ketika
melewati orang tua
23 Saya selalu ikhlas sat membantu orang lain yang
sedang membutuhkan bantuan
24 Saya masuk 15 menit sebelum bel sekolah berbunyi 25 Saya mengerjakan tugas yang guru berikan sesuai
dengan waktu yg telah di tentukan 26 Saya selalu bertanggung jawab dengan kesalahan
yang pernah sayaperbuat
27 Saya tidak mendengarkan teman saya jika hal itu
tidak sependapatdengan saya
8
ANGKET MINAT SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN Mata Pelajaran :
Kelas/ Semester : Hari/tanggal :
Petunjuk :
1. Pada angket ini terdapat 5 pernyataan. Pertimbangkan baik-baik setiap pernyataan dalam kaitannya dengan materi pembelajaran yang baru selesai kamu pelajari, dan tentukan kebenaranya.
2. Berilah jawaban yang benar sesuai dengan pilihanmu.
3. Pertimbangkan setiap pernyataan secara terpisah dan tentukan kebenarannya.
Jawabanmu jangan dipengaruhi oleh jawaban terhadap pernyataan lain.
4. Catat responmu pada lembar jawaban yang tersedia, dan ikuti petunjuk-petunjuk lain yang mungkin diberikan berkaitan dengan lembar jawaban. Terima kasih.
Keterangan pilihan jawaban:
SS: Sangat Setuju S: Setuju
KS: Kurang Setuju TS: Ttidak Setuju
No Pernyataan SS S KS TS
1 Saya merasa bahwa pembelajaran ini memberikan banyak kepuasan kepada saya
2 Dalam pembelajaran ini, saya mencoba menentukan standar keberhasilan yang sempurna
3
Saya berpendapat bahwa nilai dan penghargaan lain yang saya terima adalah adil jika dibandingkan dengan yang diterima oleh siswa lain
4 Siswa di dalam pembelajaran ini tampak rasa ingin tahunya terhadap materi pelajaran
5 Saya senang aktif dalam pembelajaran ini
9 2.1.2 Wawancara
Wawancara merupakan salah satu alat penilaian nontes yang digunakan untuk mendapatkan informasi tertentu tentang keadaan responden dengan jalan tanya jawab secara sepihak atau dengan kata lain wawancara adalah cara menghimpun informasi yang dilaksanakan dengan berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan. Dikatakan sepihak karena pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam kegiatan wawancara itu hanya berasal dari pihak pewawancara saja, sementara responden hanya bertugas sebagai penjawab (Noviyanti dkk, 2014).
Adapun menurut Arifin (2012) wawancara memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Untuk memperoleh informasi secara langsung guna menjelaskan suatu hal atau situasi dan kondisi tertentu.
2. Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah.
3. Untuk memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau orang tertentu.
4. Wawancara juga dapat dilengkapi dengan alat bantu berupa tape recorder (alat perekam suara), sehingga jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dapat dicatat secara lebih lengkap. Penggunaan pedoman wawancara dan alat bantu perekam suara itu akan sangat membantu kepada pewawancara dalam mengategorikan dan menganalisis jawaban-jawaban yang diberikan oleh peserta didik atau orang tua peserta didik untuk pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan.
Wawancara terbagi menjadi dua jenis, yakni wawancara terpimpin dan wawancara bebas.
1. Wawancara terpimpin biasa juga disebut wawancara terstruktur atau wawancara sistematis. Yang dimaksud wawancara terpimpin adalah suatu kegiatan wawancara yang pertanyaan-pertanyaan serta kemungkinan-kemungkinan jawabannya itu telah dipersiapkan pihak pewawancara, responden tinggal memilih jawaban yang sudah dipersiapkan pewawancara.
2. Wawancara bebas atau wawancara tak terpimpin, pada wawancara seperti ini responden diberi kebebasan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pewawancara sesuai dengan pendapatnya tanpa terikat oleh ketentuan-ketentuan yang telah dibuat pewawancara.
10
Sebagai alat penilaian, wawancara dapat dapat digunakan untuk menilai hasil dan proses belajar. Ada tiga aspek yang harus diperhatikan dalam melaksanakan wawancara, yakni (Noviyanti dkk, 2014):
1. Tahap awal pelaksanaan wawancara bertujuan untuk mengkondisikan situasi wawancara. Buatlah situasi yang mengungkapkan suasana keakraban sehingga siswa tidak merasa takut, dan ia terdorong untuk mengemukakan pendapatnya secara bebas dan benar atau jujur.
2. Penggunaan pertanyaan, setelah kondisi awal cukup baik, barulah diajukan pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan tujuan wawancara. Pertanyaan diajukan secara bertahap dan sistematis berdasarkan rambu-rambu atau kisi-kisi yang telah dibuat sebelumnya.
3. Pencatatan hasil wawancara, hasil wawancara sebaiknya dicatat saat itu juga supaya tidak lupa.
Sebelum melaksanakan wawancara perlu dirancang pedoman wawancara.
Pedoman ini disusun dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
1. Tentukan tujuan yang ingin dicapai dari wawancara.
2. Berdasarkan tujuan diatas tentukan aspek-aspek yang akan diungkap dalam wawancara tersebut.
3. Tentukan bentuk pertanyaan yang akan digunakan, yang bentuk berstruktur ataukah bentuk terbuka.
4. Buatlah bentuk pertanyaan yang berstruktur atau yang bebas.
5. Ada baiknya dibuat pula pedoman mengolah dan menafsirkan hasil wawancara, baik pedoman wawncara terpimpin atau untuk wawancara bebas.
Berikut ini contoh bentuk pedoman wawancara dalam pembelajaran matematika:
11
PEDOMAN WAWANCARA CARA BELAJAR SISWA DI RUMAH
Tujuan : Memperoleh informasi terkait cara belajar siswa ketika di rumah Bentuk : Wawancara Bebas
Responden : Siswa yang memperoleh hasil belajar tinggi
Nama Siswa : ………
Kelas/Semester : ………
Tanggal : ………
1. Kapan dan berapa lama anda belajar di rumah?
Jawaban siswa
………
………
Komentar/kesimpulan guru
………
………
2. Bagaimana cara anda mempersiapkan diri untuk belajar secara efektif?
Jawaban siswa
………
………
Komentar/kesimpulan guru
………
………
3. Seandainya anda mengalami kesulitan dalam mempelajarinya, usaha apa yang akan anda lakukan untuk mengatasi kesulitas tersebut?
Jawaban siswa
………
………
Komentar/kesimpulan guru
………
………
Pewawancara,
(Andini Endah Sri Mulyani)
12 2.1.3 Sosiometri
Salah satu cara untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyesuaikan diri, terutama dengan teman sekelasnya, adalah dengan teknik sosiometri (Noviyanti dkk, 2014). Sosiometri adalah alat untuk meneliti struktur sosial dari suatu kelompok individu dengan dasar penelaahan terhadap relasi sosial dan status sosial dari masing-masing anggota kelompok yang bersangkutan. Menurut Bimo Walgito (1987) sosiometri adalah alat untuk dapat melihat bagaimana hubungan sosial atau hubungan berteman. Sosiometri merupakan suatu metode untuk memperoleh data tentang hubungan sosial dalam suatu kelompok, yang berukuran kecil sampai sedang (10 – 50 orang), berdasarkan preferensi pribadi antara anggota- anggota kelompok. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan pengertian sosiometri adalah suatu tehnik untuk mengumpulkan data tentang hubungan sosial seorang individu dengan individu lain, struktur hubungan individu dan arah hubungan sosialnya dalam suatu kelompok.
Dengan teknik sosiometri ini dapat diketahui posisi seorang siswa dalam hubungan sosialnya dengan siswa lain. Sosiometri dapat dilakukan dengan cara menugaskan kepada semua siswa di kelas untuk memilih temannya yang paling dekat atau paling akrab. Usahakan dalam kesempatan memilih tersebut tidak ada siswa yang melakukan kompromi untuk saling memilih supaya pilihan tersebut bersifat netral, tidak diatur sebelumnya.
1. Manfaat Sosiometri
Sosiometri secara umum memiliki beberapa manfaat diantaranya sebagai berikut:
a. Memperbaiki struktur hubungan sosial para siswa di dalam kelasnya.
b. Memperbaiki penyesuaian hubungan sosial siswa secara individual.
c. Mempelajari akibat-akibat praktik-praktik sekolah terhadap hubungan sosial di kalangan siswa.
d. Mempelajari mutu kepemimpinan dalam stuasi yang bermacam-macam.
e. Menemukan norma-norma pergaulan antarsiswa yang diinginkan dalam kelompok / kelas bersangkutan.
Sosiometri sebagai alat penilaian non tes sangat berguna bagi guru dalam beberapa hal, antara lain:
13
a. Untuk pembentukan kelompok dalam menentukan kelompok kerja (pembagian tugas)
b. Untuk pengarahan dinamika kelompok
c. Untuk memperbaiki hubungan individu dalam kelompok dan memberi bimbingan kepada setiap anak.
2. Langkah-Langkah Sosiometri a. Tahap Persiapan
- Menentukan kelompok siswa yang akan diselidiki.
- Memberikan informasi atau keterangan tentang tujuan penyelenggaraan sosiometri.
- Mempersiapkan angket sosiometri.
b. Tahap Pelaksanaan
- Membagikan dan mengisi angket sosiometri.
- Mengumpulkan kembali dan memeriksa apakah angket sudah diisi dengan Benar
c. Tahap Pengolahan
- Memeriksa hasil angket
- Mengolah data sosiometri dengan cara menganalisa indeks, menyusun tabel tabulasi, membuat sosigram.
Langkah yang ditempuh guru dalam sosiometri ada 2 yaitu:
a. Langkah pemilihan teman
Disini guru menyuruh semua murid untuk memilih teman-temannya yang disenangi secara berurutan sebanyak satu atau dua anak. Dalam memilih anak perlu disebutkan alasan mengapa harus memilih teman itu.
b. Langkah Pembuatan Gambar (Sosiogram)
Dari data yang telah kita buat dalam metrik sosiometri, dapat pula kita buat sebuah peta atau sosiogram. Dalam pembuatan sosiogram usahakan anak yang paling banyak dipilih diletakan ditengah-tengah, agar dapat mudah diketahui siapa yang paling banyak dipilih.
Dengan melihat hasil sosiometri kita dapat mengetahui bagaimana kedudukan dan relasi sosial dari masing-masing anak dalam kelompok.
14
Sehingga hasil dari sosiogram ini dapat dibuat pertimbangan untuk menilai sikap sosial anak dan kepribadiannya dalam kelompok.
3. Kelebihan dan Kelemahan Sosiometri a. Kelebihan sosiometri
- Mengetahui hubungan sosial antar siswa.
- Meningkatkan hubungan sosial antar siswa.
- Menempatkan siswa dalam kelompok yang sesuai.
- Menemukan siswa mana yang mempunyai masalah penyesuaian diri dengan kelompoknya.
- Membantu meningkatkan partisipasi sosial diantara siswa dengan penerimaan sosialnya.
- Membantu meningkatkan pemahaman siswa dalam pergaulan yang sedang dialami.
- Membantu konselor dalam menciptakan iklim sosial yang lebih baik dengan menyesuaikan program yang konstruktif.
b. Kelemahan sosiometri
- Sangat sulit dijamin kerahasiaannya, karena siswa cenderung saling mananyai pilihannya.
- Siswa memilih bukan atas dasar pertimbangan dengan siapa dia akan paling berhasil dalam melakukan pekerjaan, tetapi atas dasar rasa simpati dan antipati.
4. Penilaian Sosiometri
Penilaian ini dilakukan dengan meminta peserta didik untuk menilai temannya sendiri. Sama halnya dengan penilaian hendaknya guru telah menjelaskan maksud dan tujuan penilaian, membuat kriteria penilaian, dan juga menentukan format penilaiannya. Berikut Contoh format penilaian teman sebaya:
15 Nama yang diamati : ...
Pengamat : ...
No Pernyataan Ya Tidak Jumlah Skor
Skor Sikap
Kode Nilai 1 Mau menerima pendapat
teman.
2 Memberikan solusi terhadap
permasalahan.
3
Memaksakan pendapat sendiri kepada anggota kelompok.
4 Marah saat diberi kritik.
5 ...
Catatan:
1. Skor penilaian Ya = 100 dan Tidak = 50 untuk pernyataan yang positif, sedangkan untuk pernyataan yang negatif, Ya = 50 dan Tidak = 100
2. Skor maksimal = jumlah pernyataan dikalikan jumlah kriteria = 5 𝑥 100 = 500
3. Skor sikap = (jumlah skor dibagi skor maksimal dikali 100) = (450 ∶ 500) 𝑥 100 = 90,00
4. Kode nilai / predikat :
75,01 – 100,00 = Sangat Baik (SB)
50,01 – 75,00 = Baik (B) 25,01 – 50,00 = Cukup (C) 00,00 – 25,00 = Kurang (K) 2.1.4 Asesmen Kinerja
1. Pengertian Asesmen Kinerja
Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu seperti: praktik di laboratorium, praktek 5sholat, praktek OR, presentasi, diskusi, bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca puisi/deklamasi dll. Cara penilaian ini dianggap lebih
16
otentik daripada tes tertulis karena apa yang dinilai lebih mencerminkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya.
Pengamatan unjuk kerja perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk menilai kemampuan melakukan kinerja ilmiah peserta didik, dilakukan pengamatan atau observasi yang beragam, seperti: mempersiapkan alat, merangkai percobaan, dan mengamati hasil percobaan. Untuk mengamati unjuk kerja peserta didik dapat menggunakan alat atau instrumen berupa daftar cek (check-list), skala bertingkat (rating scale), catatan pengamatan
2. Daftar Cek (Check-list)
Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (baik- tidak baik). Dengan menggunakan daftar cek, peserta didik mendapat nilai bila kriteria penguasaan kompetensi tertentu dapat diamati oleh penilai. Jika tidak dapat diamati, peserta didik tidak memperoleh nilai. Kelemahan cara ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah, dapat diamati-tidak dapat diamati, baik-tidak baik. Dengan demikian tidak terdapat nilai tengah, namun daftar cek lebih praktis digunakan mengamati subjek dalam jumlah besar.
17
Contoh check list untuk menilai kegiatan praktikum Matematika:
Nama peserta didik : ...
Kelas : ...
No Aspek yang dinilai Baik Tidak
1 2 3 4 5
Pengetahuan tentang prosedur kerja Ketepatan memilih alat dan bahan Ketepatan cara mengoperasikan alat Hasil pengamatan
Ketepatan menyusun laporan
Skor yang dicapai
Skor maksimum
Keterangan
Baik mendapat skor 1 Tidak baik mendapat skor 0
Kriteria penilaian dapat dilakukan sebagai berikut Skor maksimum: 5
Skor yang dicapai: jumlah skor setiap aspek Nilai = (skor yang dicapai/skor maksimum) x 10 Penentuan Kriteria:
Skor 4-5, dapat ditetapkan kompeten Skor 3-4, dapat ditetapkan cukup kompeten Skor 1-2, dapat ditetapkan tidak kompeten
18 4. Skala Penilaian (Rating Scale)
Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala penilaian memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara kontinum di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua.
Skala penilaian terentang dari tidak sempurna sampai sangat sempurna. Untuk memperkecil faktor subjektivitas, perlu dilakukan penilaian oleh lebih dari satu orang, agar hasil penilaian lebih akurat. Agar para penilai memiliki frame yang sama maka perlu dibuat rubrik penilaiannya. Rubrik penilaian dapat berupa generik dan spesifik. Contoh rating scale dan rubriknya dapat dicermati pada uraian berikut.
19 Contoh Rating Scale
Format Penilaian Praktikum Matematika Nama Siswa : ________
Kelas : _____
No Aspek yang dinilai 4 3 2 1
1 2 3 4 5
Pengetahuan tentang prosedur kerja Ketepatan memilih alat dan bahan Ketepatan cara mengoperasikan alat Hasil pengamatan
Ketepatan menyusun laporan
Skor yang dicapai
Skor maksimum
Rubrik penilaian:
a. Pengetahuan tentang prosedur kerja
Skor 4 = memahami prosedur kerja, dan menerapkannya secara benar dan tepat Skor 3 = dapat menerapkan prosedur kerja secara tepat dengan membaca petunjuk
Skor 2 = dapat menerapkan prosedur kerja dengan bimbingan orang lain Skor 1 = tidak mampu menerapkan prosedur kerja
b. Ketepatan memilih alat dan bahan
Skor 4 = memilih alat dan bahan, dan dilakukan dengan benar dan tepat Skor 3 = memilih alat dan bahan secara tepat dengan bertanya kepada teman sekelompok
Skor 2 = memilih alat dan bahan sendiri, tetapi tidak seluruhnya benar Skor 1 = memilih alat dan bahan dengan bimbingan orang lain (guru/laboran) Dst.
Kriteria penilaian dapat dilakukan sebagai berikut Skor maksimum : 5 x 4 = 20
Skor yang dicapai: jumlah skor setiap aspek Nilai = (skor yang dicapai/skor maksimum) x 10 Penentuan Kriteria:
Skor 16-20, dapat ditetapkan sangat kompeten Skor 12-15, dapat ditetapkan kompeten
Skor 8-11, dapat ditetapkan cukup kompeten Skor 4-7, dapat ditetapkan tidak kompeten
20 Contoh Penilaian Unjuk Kerja:
No Nama Siswa
Aspek yang dinilai Alat yang
digunakan
Cara mengukur
Kecermatan mengukur
Kebenaran hasil perhitungan
Skor yang dicapai
Nilai
1 Ani 3 4 3 4 14
2 3 4 5 6 7 8 9 10
Keterangan:
Skor 4 = tidak ada kesalahan Skor 3 = ada sedikit kesalahan Skor 2 = ada banyak kesalahan Skor 1 = tidak melakukan Skor maksimal = 16 Skor minimal = 4
Jumlah skor dapat ditransfer ke nilai dengan skala 0 s.d. 100
Contoh: Nilai Ani= 14:16× 100 = 87,5 Tugas
Mata pelajaran / kelas : :
Mengukur dan menghitung jarak kota A ke kota B pada peta dengan perbandingan skala.
Matematika / V
21 2.1.5 Portofolio
1. Pengertian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata.
Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan refleksi peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi. Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik, hasil tes (bukan nilai), atau informasi lain yang relevan dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dituntut oleh topik atau mata pelajaran tertentu.
Fokus penilaian portofolio adalah kumpulan karya peserta didik secara individu atau kelompok pada satu periode pembelajaran tertentu. Penilaian terutama dilakukan oleh guru, meski dapat juga oleh peserta didik sendiri.
Melalui penilaian portofolio guru akan mengetahui perkembangan atau kemajuan belajar peserta didik. Misalnya, hasil karya mereka dalam menyusun atau membuat karangan, puisi, surat, komposisi musik, gambar, foto, lukisan, resensi buku/literatur, laporan penelitian, sinopsis, dan lain-lain. Atas dasar penilaian itu, guru dan/atau peserta didik dapat melakukan perbaikan sesuai dengan tuntutan pembelajaran.
2. Manfaat Portofolio
Portofolio sangat berguna bagi siswa dalam rangka mengembangkan keahliannya untuk menilai diri sendiri dan sampe memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan intropeksi dan refleksi perkembangan dirinya. Johnson
& Johnson (2002) menngemukakan manfaat portofolio sebagai berikut:
a. Portofolio memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara langsung.
b. Portofolio dapat digunakan untuk menentukan level prestasi siswa.
c. Portofolio dapat digunakan untuk menentukan perkembangan siswa
22
d. Portofolio dapat digunakan untuk memahami bagaimana siswa berpikir, menalar, mengorganisasi, investigasi dan brkomunikasi.
e. Portofolio memberikan suatu cara efektif dalam mengoleksi dan mendemonstrasikan pencapaian hasil belajar siswa yang tidak dapat dinilai secara efektif dengan metode kertas dan pensil ( paper and pencil methods) f. Portofolio dapat digunakan untuk mengkomunikasikan usaha siswa,
pekembangan ke arah penyelesaian tugas belajar dan prestasi siswa.
g. Portofolio dapat digunakan untuk mengevaluasi dan meningkatkan kurikulum dan pembelajaran
3. Tiga Komponen Portofolio
Menurut Wolf ( Haladyna; 1997), portofolio mempunyai tiga komponen utama sebagai berikut:
a. Biografi
Bagian ini memperlihatkan sejarah perkembangan dari suatu proyek atau produk yang signifika. Tujuan biografi adalah untuk memberikan gambaran kepada pembaca apa yang siswa lakukan sejak awal dan bagaimana siswa dapat sampai pada akhir ( penyelesaian) tugas.
b. Cakupan kerja
Cakupan kerja meliputi berbagai tugas yang termuat dalam portofolio c. Refleksi
Siswa dapat diminta mengkritisi hasil kerja mereka sendiri atau untuk merefleksikan bagaimana perubahan kinerja mereka, apakah mereka telah belajar, dan apa yang mereka butuhkan untuk peningkatan.
4. Tipe-tipe Portofolio
Tipe-tipe Portofolio yang dikemukakan oleh Wolf (1989) dan Valencia &
Calfee Haladyna (1997), mendeskripsikan adanya lima tipe portofolio, yakni:
a. Portofolio ideal (ideal portfolio)
Portofolio ideal merupakan usaha mendasar yang mungkin tidak digunakan untuk akuntabilitas tingkatan , sekolah, atau guru. Tujuannya adalah untuk menunjukkan perkembangan dan refleksi diri dalam belajar.
Portofolio ideal dimaksudkan untuk membantu siswa menjadi pelajar yang efektif dan evaluator dari kerja siswa.
23
b. Portofolio lemari kaca (showcase portfolio)
Merupakan potofolio yang lebih familiar. Portofolio ini memuat kumpulan hasi kerja siswa yang terbaik. Seleksi dan refleksi diri sendiri merupakan hal yang esensial
c. Portofolio dokumentasi (documentation portfolio)
Merupakan catatan kemajuan siswa yang juga meliputi refleksi diri. Ini merupakan portofolio yang lebih terstruktur. Karena portofolio ini memperlihatkan, maka tidak dimanfaatkan untuk peningkatan, pertanggungjawaban, atau penilaian kurikulum.
d. Portofolio evaluasi (evaluation portfolio)
Merupakan koleksi atau produk terstandar, mungkin berasal dari guru, atau dari sekolah. Seleksi diri diperbolehkan, tetapi ini merupakan isu yang sangat controversial, karena tugas-tugas seleksi diri sulit untuk ditetapkan.
e. Portofolio kelas (class portfolio)
Merupakan ringkasan kelas dari pencapaian portofolio yang memuat a.
kertas-kertas ringkasandari setiap siswa b. komentar-komentar guru c.
rencana kurikulum dan pembelajaran untuk penyempurnaan hasil belajar siswa
5. Mempersiapkan dan Menilai Portofolio
Untuk menggunakan portofolio dalam penilaian, terdapat beberapa hal yang harus dipersiapkan dan diperhatikan guru, yakni:
a. Merencanakan siapa yang harus mengerjakan tugas portofolio, apakah siswa secara individual dengan input dan bantuan guru.
b. Merencanakan bentuk portofolio yang akan digunakan yang akan digunakan, yakni apakah menggunakan portofolio kerja terbaik atau portfolio proses/perkembangan
c. Apakah maksud dan tujuan portofolio
d. Apakah kategori dari sample kerja yang seharusnya dimuat dalam portofolio e. Apakah kriteria yang akan digunakan siswa atau kelompok untuk menyeleksi
masing-masing entri.
24
f. Siapa yang akan mengembangkan rubric untuk menilai dan mengevaluasi portofolio tersebut, apakah (1) siswa sendiri, (2) guru mata pelajaran, atau (3) tim penilai.
Untuk menilai portofolio siswa, guru perlu menyusun aspek-aspek dan criteria yang releven. Aspek dan criteria tersebut dapat dibuat sesuai dengan kebutuhan dan jenis portofolio yang dibuat siswa, misalnya:
a. Kesesuain:
- Apakah portofolio memuat bahan yang sesuai dengan tugas (yang diharapkan)?
- Apakah portofolio disusun secara sistematis?
b. Kejelasan:
- Apakah portofolio disusun secara jelas dan sesuai dengan kaidah dan tata bahasa?
- Apakah ide pokok dan paparan argumentasi mudah dipahami?
c. Informasi
- Apakah informasi yang disajikan pada portofolio cukup valid?
- Apakah informasi mencakup konsep-konsep penting?
d. Tampilan:
- Apakah portofolio disajikan secara menarik?
- Apakah portofolio memuat sajian-sajian menarik?
e. Dokumentasi:
- Apakah hal-hal pokok dari setiap bagian portofolio terdokumentasi secara baik?
- Apakah sumber-sumber portofolio releven dan layak digunakan?
f. Refleksi
- Apakah portofolio memberikan gambaran bahwa siswa memikirkan secara cermat setiap entri yang dimasukkan dalam portofolio?
- Apakah siswa memperlihatkan bahwa dirinya telah belajar dari pengalaman membuat portofolio
Berikut adalah contoh portofolio siswa dalam pembelajaran matematika:
25
Penilaian Portofolio Kelas X MIA 1 Tema: Penjumlahan Vektor 1. Buatlah diagram penjumlahan vektor
2. Pilih salah satu
a. Metode poligon (gunakan 3 vektor; θA = 45o, θB = 0o, θC = -90o) b. Metode jajar genjang (gunakan 2 vektor; θA = 45o, θB = 0o) c. Metode analitik (gunakan 2 vektor; θA = 45o, θB = 120o)
3. Gunakan kertas Manila ukuran folio sebagai media dasar dan gunakan alat atau bahan tambahan lain yang sesuai
4. Teknik pengerjaan
a. Gambar secara langsung b. Tempel
c. Gabungan a dan b 5. Penilaian
No Kriteria 1 2 3 4
1 Persiapan Draft
Pemilihan Media/Bahan Pemilihan alat bantu
Pemilihan teknik pengerjaan 2 Proses
Cara menggambar/menempel Pewarnaan
Kesesuaian sudut Kesesuaian dengan teori 3 Laporan
Kerapian
Kelengkapan tiap bagian Keserasian antar bagian
26 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan
Kehadiran teknologi Artificial Intelligence (AI) merupakan sebuah terobosan di bidang teknologi pendidikan untuk memudahkan pembelajaran.
Penggunaan teknologi dengan bijak dan terkendali dapat memicu akselerasi pendidikan. Kemunculan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) juga dapat menanamkan sifat mandiri dalam diri pelajar. Guru tidak dibebani peran yang begitu dominan, namun, tugasnya menjadi spesifik dalam lingkup memberikan pencerahan dengan kata kunci yang substansial. Pangkal dari setiap pemanfaatan teknologi bagi guru adalah tetap mengedepankan esensi dari mengajar yaitu menata moral dan perilaku dari pelajar. Adapun bagi pelajar, adanya teknologi pendidikan dapat membantu mereka dalam mengontrol dan memantau pembelajaran mereka sendiri, memungkinkan mereka untuk hidup dan bekerja dengan baik di masa depan.
3.2 Saran
Diharapkan agar pembaca mencari referensi lain yang mendukung sehingga dapat menambah wawasan lebih lagi mengenai kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).
DAFTAR PUSTAKA
Djemari (1996). Penilaian unjuk kerja sebagai usaha meningkatkan sumber daya manusia. Pidato Dies Natalis XXXII IKIP Yogyakarta
Hari Setiadi. (2006). Penilaian Kinerja. Jakarta: Puspendik Balitbang Depdiknas Sudjana, Nana. (2007). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT
Remaja RosdaKarya.
Sumarna Surapranata. (2006). Pedoman Pengembangan Penilaian Portofolio.
Jakarta: Puspendik Balitbang Depdiknas
Surapranata, S. & Hatta, M. Penilaian Portofolio Impelementasi Kurikulum 2004, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005.