اَهُتا َوَخَأ َو َناَك
KAANA WA AKHWAATUHA (KAANA DAN SAUDARANYA)
Dosen Pengampu:
Muhammad Ajrin, M.H.
Kelompok Enam:
2210010646 - Irsyadul Ibad
2210010191- Muhammad Ibnu Ri’ayath Syah
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARI
BANJARMASIN
2023
ii
KATA PENGANTAR
مْي ِحَّرلا ِن ٰمْحَّرلا ِالله ِمْسِب Bismillaahirrahmaanirrahiim
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami ucapkan puji syukur kehadirat Allah, yang telah melimpahkan Rahmat hidayah dan inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang اَهُتا َوَخَأ َو َناَك “Kaana Wa Akhwatuha”.
Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terimakasih kepada Bapak Muhammad Ajrin, M.H. selaku dosen pengampu pada mata kuliah Bahasa Arab ini. Tak lupa juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang mendukung terselesainya penulisan makalah ini.
Terlepas itu semua kami menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangan baik dari segi penulisan, susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Kaana Wa Akhwatuha ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Banjarmasin, 28 September 2023
Kelompok Enam
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 1
1.3 Tujuan Pembahasan ... 2
BAB II PEMBAHASAN ... 3
2.1 Definisi اَهُتا َوَخَأ َو َناَك (Kaana Wa Akhwatuha) ... 3
2.2 Fungsi اَهُتا َوَخَأ َوََناَك (Kaana Wa Akhwatuha) ... 3
2.3 Bagian dari اَهُتا َوَخَأ َو َناَك ... 6
a. Kana, Yakuunu, Kun ... 6
b. Amsa dan perubahannya ... 6
c. Ashbaha ( َحَبْصَأ) ... 6
d. Adha (ىَحْضَأ) ... 7
e. Dzolla ( لَظ) ... 7
f. Bata ( َتاَب) ... 7
g. Shoro ( َراَص) ... 7
h. Laisa ( ْيَل َس ) ... 7
i. Maa Zaala ( َلا َز ) ... 8اَم j. Maa Infakka ( كَفْنِا ) ... 8اَم k. Maa Fatia ( َئِتَف ) ... 8اَم l. Maa Bariha ( َح ِرَب ) ... 8اَم m.Maa Daama ( َماَد ) ... 8اَم 2.4 اَهُتا َوَخَأ َو َناَك dan Contohnya ... 11
BAB III PENUTUP ... 14
3.1 Kesimpulan ... 14
3.2 Saran ... 14
DAFTAR PUSTAKA... 15
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa Arab adalah salah satu bahasa yang sangat penting guna memahami Al-Quran dan Hadits yang menjadi pedoman hidup bagi Umat Islam di seluruh dunia. Dalam mempelajari Bahasa arab ada beberapa yang perlu diperhatikan baik dari susunan kalimat, penulisan kalimat, dan pengucapan kalimat. Maka dalam mempelajari Bahasa arab dengan baik harus melihat dan mempelajari ilmu nahwu dan shorof.
Ilmu nahwu merupakan salah satu ilmu yang bisa memahamkan kita dalam berbahasa Arab serta memahami Al-Quran dan Hadits. Apabila tidak tahu tentang ilmu nahwu, maka kita tidak akan bisa memahami Al-Quran dan Hadits secara baik dan benar. Maka dari itu ilmu nahwu memiliki peran yang sangat penting.
Pada Makalah ini akan menjelaskan dari ilmu Nahwu yaitu, tentang اَهُتا َوَخَأ َو َنا َك “Kaana Wa Akhwatuha” Sintaksis atau ilmu nahwu merupakan bagian dari ilmu yang mesti menjadi prioritas dalam pembelajaran ahasa Arab. Seseorang yang belajar ahasa Arab menjadi sebuah keharusan untuk memahami dan menguasai berbagai aturan tata ahasa sebagai awal untuk mempelajari ahasa Arab. Sintaksis yang membahas kaidah ahasa Arab yang menjadi pokok mendasar justru sangat diperlukan dalam memahami teks-teks berbahasa Arab yang kadang kala terdapat pemaknaan yang berbeda-beda disebabkan karena minimnya pengetahuan tentang tata ahasa yang ada di dalamnya. Maka dari itu pada makalah ini Penulis akan membahas mengenai Kaana Wa Akhwatuha.
1.2 Rumusan Masalah
Dari sedikit uraian pada latar belakang di atas penulis akan memberikan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dari اَهُتا َوَخَأ َو َناَك?
2 2. Apa fungsi dari اَهُتا َوَخَأ َو َناَك?
3. Apa saja contoh اَهُتا َوَخَأ َو َناَك?
4. Apa saja bagian dari اَهُتا َوَخَأ َو َناَك?
1.3 Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui definisi dari اَه ُتا َوَخَأ َو َناَك 2. Dapat mengetahui fungsi dari اَهُتا َوَخَأ َو َناَك
3. Untuk memahami bagaimana penggunaan dari اَهُتا َوَخَأ َو َناَك 4. Memberikan pemahaman mengenai contoh dari اَهُتا َوَخَأ َو َناَك
3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi اَهُتا َوَخَأ َو َناَك (Kaana Wa Akhwatuha)
اَهُتا َوَخ َأ َو َناَك (Kana wa akhwatuha) adalah salah satu kumpulan fi’il yang termasuk dalam amil nawasikh, atau amil yang merusak tatanan mubtada dan khobar. Kana Wa Akhwatuha (Kana dan saudaranya) adalah amil nawashikh yang ada pada susunan ismiyyah.
Kana dan saudaranya disebut sebagai amil nawashik atau faktor perusak karena mengubah khobar (merusak khobar) dari wajib marfu menjadi manshub. Sedangkan untuk mubtada tidak diubah, tetap dengan isim kana berupa rofa’. Contoh pada kalimat ( ِسا نلا ِب م ِحَد ْز م ق ْوُّسلا) “Pasar itu dipenuhi manusia”. Setelah kana masuk, maka kalimatnya menjadi (اًم ِحَد ْز م ق ْوُّسلا َناك ِسا نلاِب).
Kana dan saudaranya mengubah ( م ِحَد ْز م) yang awalnya dhomatain menjadi (اًم ِحَد ْز م) dengan fathatain. Bisa disimpulkan bahwa Kana dan saudaranya berfungsi untuk mengubah/ merusak tatanan hukum khoba dan mubtadi. Kana dan saudara menashabkan khabar dan merafa’kan mubtada’.
Setelah kana masuk, mubtada’ berubah menjadi isim kana. Sedangkan khabar berubah menjadi khabar kana.
2.2 Fungsi اَهُتا َوَخَأ َوََناََك (Kaana Wa Akhwatuha)
Fungsi kana dan saudaranya adalah “ َرَبَخلا ب ِصْنَت َو َمْسِلاا عَف ْرَت” (merofa’kan isim dan menashobkan khobar). Contohnya seperti Firman Allah SWT:
َناَك َو رْمَأ ِ اللّ
ًلاو عْفَم
Artinya: "Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi.". (Q.S. Al-Ahzab: 37) Tidak ada keraguan bahwa َناَك pada ayat di atas memberikan pengaruh kepada khabar mubtada ( ًلاو عْفَم) yang semula marfu’ menjadi manshub sebagai khabarnya َناَك. Sedangkan lafadz ِ اللّ رْمَأ tetap dalam keadaan rofa’ sebagai isimnya. Jadi, dhammahnya lafadz ِ اللّ رْمَأ tersebut bukan lagi sebab ibtida’, melainkan akibat masuknya amil kana.
4
Dan ketahuilah bahwa kana ( َناَك) yang masuk pada mubtada khobar dalam bab asma Allah SWT dan sifat-Nya tidak menunjukkan atas makna zaman atau waktu. Akan tetapi, berfungsi ta’kid (penegasan/pengukuhan) terhadap sifat-sifat Allah SWT. Contohnya seperti Firman Allah dalam QS. Al-Fath ayat 14:
َناَك َو اللّ
ا ًرو فَغ اًمي ِح َر
Artinya: “Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Fath:
14).
Pada ayat di atas, lafadz kana ( َناَك) merupakan bentuk fi’il madhi (kata kerja) dan tidak menunjukkan atas makna madhi (lampau), melainkan sebagai taukid (penguat) atas sifat-sifat Allah. Karena jika menunjukkan makna madhi, tentunya maghfirah (ampunan) dan rahmah (kasing sayang) Allah SWT tidak lagi wujud sekarang.
Dalam penemuan Fadil Shalih al-Samirai (tt; 189-191), kana ( َناَك) dalam struktur kalimat positif memiliki sepuluh fungsi, yaitu:
• Al-Madhi al-Munqathi; makna ini terbagi kepada dua bagian, yaitu;
a. Menunjukkan suatu kejadian terdahulu dengan sifat kejadian yang tetap, sehingga masih dianggap berlaku pada masa sesudahnya.
b. Menunjukkan kepada makna bahwa suatu peristiwa hanya terjadi satu kali saja.
• Al-Madhi al-Mutajaddid wa al-Mu’taad; makna ini muncul apabila kata yang menjadi khobar “kana” berupa fiil mudhari. Dalam struktur seperti ini, makna yang ditunjukkan terbagi kepada dua bagian, yaitu:
a. Menunjukkan suatu kejadian terdahulu dengan sifat kejadian yang tetap, sehingga masih dianggap berlaku pada masa sesudahnya.
b. Menunjukkan kepada makna bahwa suatu peristiwa hanya terjadi satu kali saja.
• Tawaqqu al-Huduts fi al-Madli; makna ini menunjukkan kepada suatu pekerjaan yang terjadi pada masa lampau saja.
5
• Al-Dawam wa al-Istimrar bi Makna Lam Yazal; makna ini menunjukkan bahwa suatu peristiwa terus berlangsung dan tidak pernah berhenti.
• Chal; dalam bahasa Indonesia berarti “keadaan”. Dengan ini, terdapat struktur kalimat yang mengandung kana ( َناَك) menunjukkan kepada makna
“keadaan”.
• Istiqbal; menunjukkan kepada suatu kejadian pada masa yang akan datang.
• Shairurah; artinya adalah menjadi. Sehingga, di antara struktur kalimat yang ada kata kana menunjukkan kepada makna “menjadi”.
• Yanbagi wa al-Qudrat wa al-Istitha’ah; secara harfiyah kata yanbagi ( ىِغَبْنَي) diartikan “patut”, “pantas”. Sementara kata al-qudrat dan al-istitha’ah memiliki arti yang sama yaitu “kemampuan".
• Wajada dan Waqa'a; secara harfiyah kata wajada ( َدَج َو) berarti “mendapati”
dan kata waqa’a ( َعَق َو) berarti “menimpa”. Makna seperti ini akan muncul ketika kana berlaku tam, yakni hanya membutuhkan ma’mul marfu’ saja.
• Zaidah; artinya adalah tambahan. Kana berlaku zaidah jika:
Berupa fi'il madhi (kata kerja lampau) dan Berada di antara dua kata yang multazim (terikat).
Adapun fungsi saudaranya kana ( َناَك) adalah sebagai berikut:
• Menunjukkan kepada makna zaman atau waktu, yaitu لَظ (waktu siang), َتاَب (waktu malam), ىَحْضَأ (waktu dhuha), َحَبْصَأ (waktu subuh), ىَسْمَأ (waktu sore).
• Menunjukkan kepada makna penafian, yaitu َسْيَل (bukan, tidak).
• Menunjukkan atas perubahan suatu kondisi tertentu kepada kondisi yang lain, yaitu َراَص (menjadi).
• Menunjukkan kepada makna kontinyuitas suatu kejadian atau peristiwa, yaitu zaala ( َلا َز اَم), bariha ( َح ِرَب اَم), fati’a ( َئِتَف اَم), infakka ( كَفْنِإ اَم), yang dapat berarti "terus-menerus" atau "senantiasa".
• Menunjukkan kepada masa suatu kejadian atau peristiwa, yaitu َماَد اَم (sepanjang, selama).
6 2.3 Bagian dari اَهُتا َوَخَأ َو َناَك
a. Kana, Yakuunu, Kun
Amil yang pertama adalah kana ( َناَك), yang artinya ada. Bentuk mudhari’nya نو كَي , dan fiil amrnya ْن ك.
Contohnya:
َناَك ْي َز ًمِئاَق د ا
اًمِئاَق dibaca nashab karena menjadi khobarnya kana.
Contoh lainnya:
ْن ك
اًمِلاَع “Jadilah kamu orang yang ‘alim.”
Kana sendiri bisa mempunyai 3 arti:
• Kana berarti terus menerus (istimror)
Contoh : اًمْيِلَعاًعْيِمَس الل َناَك َو (wa kaanallahu sami’an ‘aliiman)
Artinya : Allah senantiasa Dzat Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
• Kana bisa berarti menjadi
Contohnya: ًة د َوْس م ه هْج َو َناَك (kaana wajhuhu muswaddatan) Artinya : wajahnya (para orang musyrik) menjadi suram.
• Kana bisa berarti madhi (dulu) Contohnya: ًاّيِنَغ د مَح م َناَك
Artinya : Dulu Muhammad itu kaya.
b. Amsa dan perubahannya
Amsa (ىَسْمَأ) artinya ada di waktu sore.
Pengamalannya sama dengan kaana, tarfa’ul isma watansibul khobar.
Contohnya:
ىَسْمَأ رَقَبْلا ِباَش ًع ا
Sapi itu kenyang di waktu sore.
c. Ashbaha (ََحَبْصَأ)
َحَبْصَأ artinya ada di waktu pagi.
7 Contohnya:
تْحَبْصَا اًس ِّرَد م
Aku menjadi guru di waktu pagi.
d. Adha (ىَحْضَأ)
ىَحْضَأ artinya berada di waktu dhuha.
Contohnya:
مَنَغْلا ىَحْضَأ اًضْي ِرَم
Artinya: kambing itu sakit di waktu dhuha.
e. Dzolla (َ لَظ)
لَظ artinya berada di waktu siang.
Bisa juga berarti tetap.
Contohnya:
بِك م لِماَعلا لَظ ِهلَمَع ىَلَع ا
Pekerja itu tetap terpaku pada pekerjaannya.
f. Bata (ََتاَب)
Bata berarti di waktu malam.
Contohnya:
لا َتاَب مْج ن اًعِملا
Bintang itu bersinar di waktu malam.
g. Shoro (ََراَص)
Shoro artinya menjadi atau menunjukkan perubahan.
Contohnya:
َراَص ا ًر ِجاَت د مَح م
Muhammad menjadi seorang pedagang.
h. Laisa (ََسْيَل)
Laisa berarti bukan atau tidak.
Contohnya:
نلا َسْيَل َس حاَج ًلْه
8 Kesuksesan itu tidaklah mudah.
i. Maa Zaala (ََلاَز ) اَم
Artinya masih atau senantiasa.
Contohnya:
َك م ق ِراَسْلا َلا َزاَم اًرِّد
Pencuri itu senantiasa menjadi orang yang membuat resah.
j. Maa Infakka (َ كَفْنِا ) اَم
Artinya masih atau senantiasa.
Contohnya:
اًمِئاَن لْفِّطلا كَفْنا اَم
Anak itu masih terus tidur.
k. Maa Fatia (ََئِتَف ) اَم
Artinya masih atau senantiasa.
Contohnya:
اًد ِراَب ُّوَجْلا َئِتَف اَم
Artinya: cuacanya senantiasa dingin.
l. Maa Bariha (ََحَِرَباَم)
Artinya masih atau senantiasa.
Contohnya:
ًةَيِفاَص ءاَم سلا ِتَح ِرَب اَم
Langitnya senantiasa cerah.
m. Maa Daama (ََماَد ) اَم Artinya selama.
Contoh:
ِصَتنَي ْنَل اًمِئاَق ن واَع تلا َماد اَم ُّو دَعلا َر
Musuh tidak akan menang selama kerja sama ditegakkan.
9
Dalam kitab Alfiyah Ibnu Aqil syarah Alfiyah Ibnu Malik menyebutkan bahwa kana dan saudaranya dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu: 1) beramal tanpa adanya syarat khusus, 2) tidak dapat beramal kecuali dengan syarat khusus.
Kana dan saudaranya yang beramal tanpa syarat khusus ada 8 (delapan) macam, yaitu:
• Kana “ َناَك” (ada, menjadi, terjadi), contoh: اًذاَتْس أ د ِماَح َناَك (Hamid adalah seorang guru).
• Dhalla “ لَظ” (menjadi, pada waktu siang), contoh: ًلا ِزاَن رَطَملا لَظ (di waktu siang hujan turun).
• Baata “ َتاَب” (pada waktu malam), contoh: اًمِئاَن لْفِّطلا َتاَب (di malam hari anak kecil tidur).
• Adlha “ىَحْضَأ” (memasuki waktu dhuha), contoh: َنْيِّلَص م َن ْو مِلْس ملا ىَح (di ْضَأ waktu dhuha orang-orang Islam sholat).
• Ashbaha “ َبْصَأ َح ” (memasuki waktu subuh), contoh: اًدْيِدَش د ْرَبلا َحَبْصَأ (di pagi hari sangat dingin).
• Amsaa “ىَسْمَأ” (memasuki waktu sore), contoh: ِع ِجا َر ب لُّطلا ىَسْمَأ َنْي (di sore hari para siswa pulang).
• Shaara “ َراَص” (menjadi), contoh: اًصْي ِخ َر زْب خلا َراَص (roti menjadi murah).
• Laisa “ َسْيَل” (tidak), contoh: اًطْيِشَن دْي َز َسْيَل (Zaid tidak rajin).
Sedangkan kana dan saudaranya yang tidak beramal kecuali dengan syarat khusus dibagi lagi menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu:
Pertama, harus didahului oleh nafi atau syibh nafi (nahi atau du’a) baik secara lafadz maupun tersirat, adalah:
10
• Zaala ( َلا َز اَم) (senantiasa, selalu, tak henti-hentinya), contoh: اًمِلاَع دْي َز َلا َز اَم (Zaid senantiasa berilmu).
• Bariha ( َح ِرَب اَم) (senantiasa, selalu, tak henti-hentinya), اًمِئاَن لْفِّطلا َح ِرَب اَم (Anak tak henti-hentinya tidur).
• Fati’a ( َئِتَف اَم) (senantiasa, selalu, tak henti-hentinya), contoh: َق دِلاَخ َئِتَف اَماًمِئا (Khalid selalu berdiri).
• Infakka ( كَفْنِإ اَم) (senantiasa, selalu, tak henti-hentinya), contoh: َز كَفْنِإ اَم دْي اًدِهَتْج م (Zaid senantiasa berjuang).
Contoh saudaranya kana yang beramal dengan syarat tertentu secara tersirat sebagaimana Firman Allah SWT dalam Q.S. Yusuf Ayat 85, yang berbunyi:
كْذَت أَتْفَت ِ للَّاَت او لاَق ًض َرَح َنو كَت ٰى تَح َف سو ي ر
َنيِكِلاَهْلا َنِم َنو كَت ْوَأ ا
Artinya: “Mereka berkata: Demi Allah, senantiasa kamu mengingati Yusuf, sehingga kamu mengidapkan penyakit yang berat atau termasuk orang-orang yang binasa”. (Q.S. Yusuf : 85)
Pada ayat tersebut, lafadz “ أَتْفَت” merupakan saudara kana yang tidak dapat beramal kecuali didahului oleh nafi atau syibh nafi, namun secara tersirat.
Jika diperlihatkan maka berupa “ أَتْفَت َلا”. Huruf nafi dibuang karena terjatuh setelah qosam (sumpah).
Tidak boleh membuang huruf nafi kecuali ia terjatuh setelah qosam (sumpah), apabila dibuang maka hukumnya adalah syadz (menyalahi aturan), sebagaimana syair Arab berikut:
َأ َو اَدْي ِج م اًقِطَتْن م ِ ّاللّ ِدْمَحِب | ْيِم ْوَق ّاللّ َماَدَأ اَم ح َرْب
Artinya: “Sepanjang kaum-kaumku masih memiliki kuda dan pelananya, tidak mungkin aku menghentikan rasa syukurku kepada Allah”.
Kedua, harus didahului oleh ma mashdariyyah dharfiyyah, yakni daama “ َماَد”
(senantiasa). Maksud dari mashdariyyah dharfiyyah di sini adalah antara “اَم”
dan “ َماَد” dapat dita’wil mashdar, dan menempati tempatnya dharaf.
Contohnya seperti “اًمَه ْرِد اًبْي ِص م َتْم داَم ِطْعَأ”, apabila dita’wil mashdar menjadi
“ اًمَه ْرِد اًبْي ِص م َكِما َوَد َة د م ِطْعَأ” (memberilah kamu, selagi kamu masih memperoleh
11
dirham). Contoh lain sebagaimana Firman Allah SWT dalam Q.S. Maryam Ayat 31 :
َم ِةاَك زلا َو ِة َل صلاِب يِناَص ْوَأ َو تْن ك اَم َنْيَأ اًك َراَب م يِنَلَعَج َو ا يَح تْم د ا
Artinya: “dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup;”. (Q.S. Maryam : 31)
Dengan demikian, secara keseluruhan kana dan saudaranya berjumlah 13 macam, yang dihimpun oleh Imam Ibnu Malik dalam bait syair Alfiyah berikut ini:
َتاَب لَظ َناَكَك اَح ِرَب َلا َز َسْيَل َراَص َو ىَسْمَأ | اَحَبْصَأ ىَحْضَأ
.... كَفْنا َو َئِتَف
"Seperti َناَك yaitu كَفْنِإ ,َئِتَف ,َح ِرَب ,َلا َز , َسْيَل , َراَص ,ىَسْمَأ , َحَبْصَأ ,ىَحْضَأ , َتاَب , لَظ".
ْبَشِل | ْةَعَب ْرَلأا ىِذَه َو َعَبْت م ٍيْفَنِل ْوَأ ٍيْفَن ِه
ْة ....
"Adapun yang empat ini ( كَفْنِإ ,َئِتَف ,َح ِرَب ,َلا َز) harus diikuti syibh nafi atau nafi".
اًقو بْسَم َماَد َناَك لْثِم َو اَمَه ْرِد اًبْي ِص م َتْم د اَم ِطْعَأَك | اَمِب
"Dan semisal َناَك yaitu َماَد yang didahului ma mashdariyyah dharfiyyah, seperti kalimat ‘اًمَه ْرِد اًبْي ِص م َتْم داَم ِطْعَأ’ (memberilah kamu selagi kamu masih memperoleh dirham".
2.4 اَهُتا َوَخَأ َو َناَك dan Contohnya
Berikut ini adalah saudara-saudaranya kaana, yaitu fi'il yang merofa'kan isimnya dan menashobkan khobarnya:
• َتا : (mengerjakan sesuatu) di malam hari atau bermakna menjelaskan َب bahwa hal yang diberitakan itu terjadi pada malam hari. Contoh:
اَب َت دْي َز
اًم ْوَن "Zaid tidur di malam hari"
اًم ْوَص دْي َز لَظ "Zaid berpuasa pada siang hari"
• ىَحْضَأ : (mengerjakan sesuatu) di waktu dhuha 'siang sebelum dhuhur' atau bermakna menjelaskan bahwa hal yang diberitakan itu terjadi pada waktu dhuhur. Contoh:
اًبِهاَذ دْي َز ىَحْضأ "Zaid pergi di waktu dhuha"
12
• َحَبْصَأ : (mengerjakan sesuatu) di waktu pagi
atau bermakna menjelaskan bahwa hal yang diberitakan itu terjadi pada pagi hari.
Contoh:
ًلِكآ دْي َز َحَبْصأ "Zaid makan di pagi hari"
• ىَسْمَأ : (mengerjakan sesuatu) di waktu sore
atau bermakna menjelaskan bahwa hal yang diberitakan itu terjadi pada sore hari.
Contoh:
ًلِكآ دْي َز ىَسْمَأ "Zaid makan di sore hari"
• ىَسْمَأ : (mengerjakan sesuatu) di waktu sore
atau bermakna menjelaskan bahwa hal yang diberitakan itu terjadi pada sore hari.
Contoh:
ًلِكآ دْي َز ىَسْمَأ "Zaid makan di sore hari"
• َراَص : berbubah atau jg bermakna perpindahan dari suatu keadaan ke keadaan lain.
Contoh:
اًمِلاَع دْي َز َراَص "Zaid berubah menjadi orang yang alim"
• َسْيَل : bukan atau tidak Contoh:
اًس ِّرَد م دْي َز َسْيَل "Zaid bukan seorang guru"
• َلا َز ام : senantiasa atau masih Contoh:
اًمِئاَق دْي َز لا َزاَم "Zaid masih berdiri"
• َح ِرَب اَم : senantiasa atau masih Contoh:
َح ِرَباَم
اًمِئاَق دْي َز "Zaid masih berdiri"
• َئِتًف ام : senantiasa atau masih Contoh:
َئِتًفاَم
اًمِئاَق دْي َز "Zaid masih berdiri"
13
• َكَفْنا اَم : senantiasa atau masih Contoh:
َكَفْنااَم
اًمِئاَق دْي َز "Zaid masih berdiri"
• َماَد اَم : senantiasa atau masih Contoh:
َماَداَم دْي َز
اًمِئاَق "Zaid masih berdiri".
Contoh Isim Kana wa Akhwatuha
Berikut ini contoh isim kana wa akhwatuha dalam ayat suci Al-Qur’an:
ميِظَك َو ه َو ا د َوْس م ه هْج َو لَظ ٰىَثْن ْلأاِب ْم ه دَحَأ َرِّش ب اَذِإ َو
Artinya: "Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah". (Q.S. An-Nahl: 58)
ٰى َراَصَن ْوَأ اًدو ه َناَك ْنَم لاِإ َة نَجْلا َل خْدَي ْنَل او لاَق َو
Artinya: "Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata: Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau Nasrani".
(Q.S. Al-Baqarah: 111) َبْصَأ َو اًغ ِراَف ٰىَسو م ِّم أ داَؤ ف َح
Artinya: "Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa". (Q.S. Al-Qasas: 10) ْنَأ حاَن ج ْم كْيَلَع َسْيَل
ْم كَل عاَتَم اَهيِف ٍةَنو كْسَم َرْيَغ اًتو ي ب او ل خْدَت
Artinya: "Tidak ada dosa atasmu memasuki rumah yang tidak disediakan untuk didiami, yang di dalamnya ada keperluanmu". (Q.S. An-Nur: 29)
لْبَأ ٰى تَح ح َرْبَأ َلا هاَتَفِل ٰىَسو م َلاَق ْذِإ َو اًب ق ح َي ِضْمَأ ْوَأ ِنْيَرْحَبْلا َعَمْجَم َغ
Artinya: "Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun". (Q.S. Al-Kahf: 60).
14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
اَهُتا َوَخَأ َو َناَك (Kana wa akhwatuha) adalah salah satu kumpulan fi’il yang termasuk dalam amil nawasikh, atau amil yang merusak tatanan mubtada dan khobar. Kana Wa Akhwatuha (Kana dan saudaranya) adalah amil nawashikh yang ada pada susunan ismiyyah.
Fungsi kana dan saudaranya adalah “ َرَبَخلا ب ِصْن َت َو َمْسِلاا عَف ْرَت” (merofa’kan isim dan menashobkan khobar).
اَهُتا َوَخَأ َو َناَك (Kana wa akhwatuha) terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
• Kana ( َناَك), yang artinya ada.
• Amsa (ىَسْمَأ) artinya ada di waktu sore.
• َحَبْصَأ artinya ada di waktu pagi.
• ىَحْضَأ artinya berada di waktu dhuha.
• ل artinya berada di waktu siang. َظ
• Bata ( َتاَب) berarti di waktu malam.
• Shoro ( َراَص) artinya menjadi atau menunjukkan perubahan.
• Laisa ( َلا َز اَم) berarti bukan atau tidak.
• Maa Zaala ( َلا َز اَم) Artinya masih atau senantiasa.
• Maa Infakka ( كَفْنِا اَم) Artinya masih atau senantiasa.
• Maa Fatia ( َئِتَف اَم) Artinya masih atau senantiasa.
• Maa Bariha ( َح ِرَب اَم) Artinya masih atau senantiasa.
• Maa Daama ( َماَد اَم) Artinya selama.
3.2 Saran
Demikian apa yang dapat disajikan oleh pemakalah, semoga dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya. Tentu masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan dalam makalah yang singkat ini, untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
15
DAFTAR PUSTAKA
https://annajah.co.id/isim-kana-wa-akhwatuha-penjelasan/
https://kumparan.com/berita-terkini/ulasan-mengenai-kana-wa-akhwatuha-dalam- bahasa-arab-1yZVMXh9rq6/full
http://arabunaa.blogspot.com/2019/07/kaana-wa-akhwatuha-amil-yang-masuk- pada.html
https://www.pinhome.id/blog/isim-kana-dan-saudaranya-beserta-contohnya/