BIOGRAFI MUHADDIST DAN TAKHRIJ HADIST
Di susun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Al Hadist Dosen Pengampu : Ahmad Aris Fajaruddin, M.Pd
Disusun Oleh Kelompok 2 :
Muchammad Fatih Ubaid (4011622058) Mukhammad Khoirul Huda (4011422050)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SALAHUDDIN PASURUAN FAKULTAS AGAMA ISLAM
PROGRAM STUDI AGAMA ISLAM TAHUN 2024
KATA PENGANTAR
Bimillahirrohmanirrohim
Alhamdulillah hirabil’alamin ,dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih dan maha penyayang. Kami panjatkan puji syukur kehadirat-nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “Asbabun Nuzul” dari dosen kami Bapak M.Ainul Yaqin, M.Pd
Para Muhaddis adalah para cendekiawan yang ahli dalam meriwayatkan, mengumpulkan, dan menganalisis hadis-hadis yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW. Sedangkan Takhrij Hadis adalah proses verifikasi dan penelusuran sanad (rantai perawi) serta matan (teks hadis) suatu hadis guna memahami keabsahan dan keandalannya. Melalui makalah ini, kita akan mengenal biografi muhaddist lebih dalam lagi dan memperdalam ilmu takhrij hadist.
Terima kasih atas kesempatan ini untuk membuat makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua kalangan. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Pasuruan, 12 November 2024
Tim penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...ii
DAFTAR ISI... iii
BAB I PENDAHULUAN...1
A. Latar Belakang...1
B. Rumusan masalah...1
C. Tujuan... 1
BAB II PEMBAHASAN...2
1.Biografi Tentang Perawi Hadist ...2
2. Pengertian Takhrij Hadist...7
3 Faktor Penyebab Takhrij Hadist... 8
4 Metode Metode Yang Di Gunakan Takhrij Hadist ….…………...10
5 Tujuan Takhrij Hadist...11
6. Kitab Yang Di Gunakan Dalam Mentakhrij Hadis... 12
BAB III PENUTUP...15
A. Kesimpulan...15
DAFTAR PUSTAKA...16
BAB I
PENDAHULUAN
1. A. Latar Belakang
Dalam penelitian dan studi ilmu hadis, para muhaddis atau ahli hadis memiliki peran yang sangat penting. Mereka adalah para ulama yang ahli dalam meneliti, mengumpulkan, dan mengklasifikasikan hadis-hadis yang tersebar dalam literatur Islam. Disiplin ilmu hadis melibatkan berbagai metode penelitian untuk memastikan kedalaman pengetahuan dan validitas hadis-hadis yang disampaikan. Selain itu, takhrij hadis juga merupakan bidang studi yang berkaitan erat dengan ilmu hadis, di mana para muhaddis melakukan penelusuran sumber-sumber hadis untuk mengetahui keabsahan dan kekuatan sanad (rantai perawi) suatu hadis.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Biografi Tentang Perawi Hadist 2. Apa Pengertian Takhrij Hadist
3. Apa Saja Faktor Penyebab Takhrij Hadist
4. Apa Saja Metode Metode Yang Di Gunakan Takhrij Hadist 5. Apa Tujuan Takhrij Hadist
6. Apa SajaKitab Kitab Yang Di Gunakan Dalam Mentakhrij Hadist
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Biografi Perawi Hadist 2. Mengetahui Pengertian Takhrij Hadist 3. Mengetahui Faktor Penyebab Takhrij Hadist
4. Mengetahui Metode Metode Yang Di Gunakan Takhrij Hadist 5. Mengetahui Tujuan Takhrij Hadist
6. Mengetahui Kitab Kitab Yang Di Gunakan Dalam Mentakhrij Hadist
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Biografi Para Perawi Hadits dan Karya-karyanya
Berikut ini merupakan beberapa nama perawi hadits dan karya-karyanya : 1. Imam Bukhari
A.. Nama dan tempat kelahirannya
Nama lengkap beliau adalah Abu 'Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al- Mughirah bin Bardizbah, beliau adalah seorang ulama hadits yang sangat masyhur, kelahiran bukhara, suatu kota di usbezkistan, wilayah Uni sovyet, yang merupakan simpang jalan antara rusia, persi, Hindia, dan tiongkok. Beliau lebih terkenal dengan nama bukhary (putra daerah bukhara). Beliau dilahirakan setelah shalat jum'at, pada tanggal 13 bulan syawal, tahun 194 H. (810 M).
Seorang Muhadditsin yang jarang tandingannya ini, sangat wara', sedikit makan, banyak membaca Al-Qur'an, baik siang maupaun malam, serta gemar berbuat kebajikan kepada murid-muridnya.
B. . Perhatiannya terhadap Ilmu Hadits.
Sejak berumur kurang lebih 10 tahun sudah mempunyai perhatian dalam ilmu ilmu Hadits, bahkan sudah mempunyai hafalan hadits yang tidak sedikit jumlahnya. Beliau merantau kenegeri syam, mesir, jazirah, ke basrah, ke hijaz, yang bermukim selama enam tahun dan pergi ke bagdad bersama-sama para ahli hadits yang lain. Ketika beliau peergi ke bagdad para ulama hadits bersepakat menguji ulama muda yang mulai menanjak namanya. Ulama hadits tersebut terdiri dari sepuluh orang yang masing-masing akan mengutarakan sepuluh hadits kepada beliau, bukhari di undang padasuatu pertemuan umum yang di hadiri oleh muhadditsin dari dan luar kota bahkan juga ulama dari khurasan.
Satu demi satu dari 10 ulama hadits tersebut mennanyakan sepuluh hadits yang telah mereka persiapkan. Jawaban beliau terhadap setiap hadits yang di kemukakan oleh penanya pertama ialah "saya tidak mengetahuainya".
Demikianlah selesai penanya pertama, majulah penanya kedua dengan satu persatu di kemukakan hadits yang suadah di siapkan dan seterusnya sampai selesai penanya yang ke sepuluh, jawabaanya pun tetapa sama. tetapi setelah beliau mengetahui gelagat mereka yang bermaksud mengujinya, lalu beliau menerangkan dengan memebenarkan dan mengembalikan sanad- sanadnya pada matan yang sebenarnya, sampai selesai semuanya. Para ulama yang tercengang dan terpaksa mengakui kepandaiannya, keteletiannya, dan hafalannya dalam ilmu hadits.
C. Guru dan Muridnya
Di antara guru-gurunya dalam memperoleh Hadits antara lain Ali Bin al- madini, Ahmad bin Hanbal, yahya bin ma'in, Muhammad bin yusuf al- faryabi, makki bin Ibrahim al- bakhi, dan Muhammad bin yusuf al-baykandi.
Banyak ulama atau rawi yang di temui sehingga bukhari banyak mencatat jati diri dan sikap mereka secara teliti dan akurat. Untuk mendapatkan keterangan yang lengkap mengenai sebuah hadits, mengecek keakuratan sebuah hadits, dan ia berkali-kali mendatangi ulama atau rawi meskipun berada di kota atau negeri yang jauh. Di sela-sela kesibukkanya sebagai ulama dan pakar hadits, ia juga di kenal sebagai ulama dan ahli figh, bahkan tidak lupa dengan kegiatan kegiatan olaraga dan rekreatif seperti memanah sampai mahir.
Adapun di antara murid-muridnya, syek Abu zahrah, abu hatim tirmidzi, muhammad Ibnu nasr, dan Imam muslim.
d. Karya-karyanya.
Karya-karya beliau bnayak sekali antara lain:
Jami'us shahih
Yakni kumpulan hadits- hadits shahih yang beliau persiapkan selama 16 tahun lamanya. Beliau sangat berhati-hati menuliskan tiap hadits pada kitab ini, setiap hendak mencamtumkan dalam kitabnya, beliau lebih dulu mandi dan shalat istikharah, minta petunjuk baik kepada Allah tentang hadits yang kan di tulisnya.
Qadlayas-shahabah wa-tabi'in At-tharikhu'l-khabir
At-tarikhu'l- Ausath Al-'Adabu'l- Munfarid Birru'l-walidain e. Taggal wafatnya
Beliau wafat pada malam sabtu selesai salat 'isya', tepat pada malam Idul fitri tahun 252 H. (875 M). Dan dikebumikan sehabis salat dhuhur dikhirtank, suatu kampung tiodak jauh dari kota samarkhand.
2. Imam Muslim
Nama lengkapnya adalah Abu Husain Muslim bin Al- Hajj Al-Quraysyi An- Naysasaburi. Beliau lahir di Naisabur pada tahun 2004 H/ 820 M yaitu kota kecil yang terletak di negara Iran. Beliau salah seorang ahli hadits terkemukakan dan murid Al- bukhari. Sejak kecil beliau belajar hadits ke beberapa guru di berbagai negara antaranya ke Hijaz, syam,irak,mesir dan lin- lain. Seperti gurunya al- bukhari. An-Nawawi berkata: imam muslim seorang yang sangat berhati-hati, teguh penderian, wara' dan ma'rifat.
Ia juga sudah belajar hadits sejak kecil seperti Imam Bukhari dan pernah mendengar dari guru-guru Al-Bukhari dan ulama lain selain mereka. Orang yang menerima hadits dari imam muslim, termasuk tokoh- tokoh ulama pada masanya, ia juga telah menyusun beberapa karangan yang bermutu dan bermamfaat. Yang paling bermanfaat adlah kitab shahihnya yng terkenal dengan shshih muslim, kitab ini di susun lebih sistematis dari shahih bukhari. Kedua kitab shahihi ini
shahih bukhari dan shahih muslim biasa di sebut dengan as- shahihain. Kedua tokoh hadits ini biasa di sebut asy-syaikhani.
Ia belajar hadits sejak usia dini yaitu saat ia berusia 16 tahun, yaitu mulai tahun 218 H. Ia pergi ke Hijaz, irak, syam, mesir, dan negara-negara lain. di khurasan ia berguru kepada yahya bin yahya, ishak bin rawaih, di ray, ia berguru kepada Muhammad bin mahran dan Abu Ansan, di Irak, ia belajar hadits kepada Imam Ahmad dan Abdullah bin maslamah, di Hijaz, ia belajar kepada sa'id bin mansur dan Abu Mas' Abuzar, di Mesir ia berguru kepada Amru bin sawad, Harmalah bin yahya, dan kepada ulama Hadits yang lain. ketika Imam bukhari datang ke Naisabur Imam Muslim sering datang kepadanya Untuk berguru sebab ia mengetahui jasa dan ilmunya.
Imam Muslim pada minggu sore dan kebumikan di kampung Nasir abad, salah satu daerah di luar naisabur, pada hari senin, 25 ra'jab 261 H./5 mei 875 M.
Dalam usia 55 tahun. Imam muslim meninggalkan karya tulis yang tidak sedikit jumlahnya, di antaranya: Al- jami' ash- shahih atau lebih di kenal sebagai shahih muslim, Al- Musnad Al - kabir, Al-Asma Wal- kuna, Al-Ilal, Al- Al-Aqran, kitab su'alat Ahmad bin Hambal, Al-ntifa' bi uhubis siba', al- muhadramin, ma laisa lahu illa rawin wahid, auladish shahabah, auham al-muhadditsin. Diantara karya- karyanya tersebut yang termasyhur ialah ash-shahih yang mempunyai judul lengkapnya al-musnad ash-shahih al-mukhtasar min as-sunan bin naqlal-'adl 'an rasul Allah.
Beliau mengambil hadits secara qira'ah dari Nafi' bin Abi Nua'im, Az- zuhry, Nafi', pelayan ibnu Umar r.a dan lain sebagiannya. Ulama-ulama yang pernah berguru kepada beliau antara lain: al-Auza'iy, Sufyan ats-Tsaury, Sufyan bin Uyainah, Ibnu'I Mubarak, asy-Syafi'iy, dan lain sebagainya.
Disamping keahliannya dalam bidang ilmu fiqhi, seluruh ulama telah mengakuinya sebagai muhaddits yang tangguh, seluruh warga Negara Hijaz memberikan gelar kehormatan baginya "Sayyidi Fuqaha'i-Hijaz". Imam Yahya
bin Sa'id al-Qahthan dan Imam Yahya bin Ma'in menggelarinya sebagai Amirulmukminin Fi'l-Hadits.
Imam Bukhari mengatakan bahwa sanad yang dikatakan ashahu'i-asnaid, ialah bila sanad itu terdiri dari Malik, Nafi'I, dan Ibnu'Umar r.a.
Karya beliau yang sangat gemilang dalam bidang ilmu hadits, ialah kitab- kitab Al-Muwaththa tersebut ditulis pada tahun 144 H, atas anjuran khalifah Ja'far al-Manshur, sewaktu bertemu di saat-saat menunaikan ibadah haji.
Beliau wafat pada hari ahad, tanggal 14 Rabiul Awwal tahun 169 (menurut sebagian pendapat, tahun 179 H), di Madinah, dengan meninggalkan orang putra:
Yahya, Muhammad dan Hammad.
3. Imam Abu Daud
Nama lengkapnya adalah Abu daud sulaiman bin Al- asy❜ats bin Is-haq as- sijistani. Beliau di nisbatkan kepada tempat kelahirannya, yaitu di sijistan( terletak antara iran dengan afganistan). Beliau di lahirkan di kota tersebut, pada tahun 202 H. (817 M).
Bapak beliau yaitu al-Asy'asy bin Ishaq adalah seorang perawi hadis yang meriwayatkan hadis dari Hamad bin Zaid, dan demikian juga saudaranya
Muhammad bin al-Asy'asy termasuk seorang yang menekuni dan menuntut hadis dan ilmu-ilmunya juga merupakan teman perjalanan Abu Dawud dalam menuntut hadis dari para ulama ahli hadis.
A. Guru-guru dan Murid-muridnya
Di antara guru gurunya adalah Imam ahmad, al- Qanabiy, Sulaiman bin harb, Abu Amr Adh-Dhariri, Abu walid Ath- Thayalisi, Abu zakarya yahya bin Ma'in, Abu Khaitsamah, Zuhair bin Harb, Ad-Darimi dan lain-lain.
Murid-muridnya cukup banyak antara lain Imam turmudzi Imam Nasai, Abu ubaid al- ajury, Abu Thayib Ahmad bin Ibrahim Al-bagdadi, Abu Amr
Ahmad bin Ali basrhy, Abu bakar bin Muhammad Muhammad Al-Khollal Al- faqih, Ismail bin Muhammad Ash Shofar, Abu Bakar bin Abi daud, dan lain-lain.
B. Karya Imam Abu Daud
Abu Daud mewariskan banyak karya, khususnya dalam bidang hadis dan sebagian ilmu syariah. Karya-karya beliau tersebut antara lain:
Sunan Abu Dawud, Al-Marasi, Masa'il al-Imam Ahmad, An-Nasikh waal- Mansukh, Risalah fi Wasfi Kitab as-Sunan, Al Zuhd, Ijabat 'an Sawalat al-Ajuri, As'ilah 'an Ahmad bin Hanbal, Tasmiyat al-Akhwan, Qaul Qadr, Al-Ba's wa al- Nusyur, Ilallati Halafa 'Alaih al-Imam Ahmad, Dalail An Nubuwwat, dan Fadai'l al-Ansar.
2.2 Pengertian Takhrij Hadist
Al-Takhrij menurut bahasa berkumpulnya dua perkara yang berlawanan pada sesuatu yang satu. Sedang pengertian takhrij al-hadits menurut istilah ada beberapa pengertian, di antaranya ialah:
1. Suatu keterangan bahwa hadits yang dinukilkan ke dalam kitab susunannya itu terdapat dalam kitab lain yang telah disebutkan nama penyusunnya. Misalnya, penyusun hadits mengakhiri penulisan haditsnya dengan kata-kata akhrajahul Bukhari artinya bahwa hadits yang dinukil itu terdapat dalam kitab Jami'us Shahih Bukhari. Bila ia mengakhirinya dengan kata akhrajahul muslim berarti hadits tersebut terdapat dalam kitab Shahih Muslim.
2. Suatu usaha mencari derajat, sanad, dan rawi hadits yang tidak diterangkan oleh penyusun atau pengarang suatu kitab.
3. Ad-Dilalat, artinya menunjukkan kitab-kitab sumber hadis dan menisbatkan padanya dengan cara menyebutkan para periwayatnya, yaitu para pengarang kitab-kitab sumber hadis tersebut.²
Dari sekian banyak pengertian takhrij di atas, yang dimaksud takhrij dalam
"penelusuran atau pencarian hadits pada berbagai kitab-kitab koleksi hadits sebagai sumber asli dari hadits yang bersangkutan, yang di dalam sumber tersebut dikemukakan secara lengkap matan dan mata rantai sanad yang bersangkutan
Para ulama dan peneliti hadis terdahulu tidak membutuhkan kaidah-kaidah dan pokok-pokok takhrij (usul al-takhrij), karena pengetahuan mereka sangat luas dan ingatan mereka terhadap sumber-sumber sunnah sangat kuat. Ketika mereka membutuhkan sebuah hadis sebagai penguat, dalam waktu singkat mereka dapat menemukan tempatnya dalam kitab-kitab hadis bahkan juznya, paling tidak, mereka dapat mengetahuinya dalam kitab-kitab hadis berdasarkan dugaan kuat. Di samping itu, mereka mengetahui sistematika penyusunan kitab-kitab hadis, sehingga mudah menggunakan dan memeriksa kembali guna mendapatkan hadis.
Hal seperti itu juga mudah bagi orang yang membaca hadis pada kitab-kitab selain hadis, karena ia berkemampuan mengetahui sumbernya dan dapat sampai pada tempatnya dengan mudah.
Keadaan seperti itu bisa berlangsung berabad-abad. Namun ketika pengetahuan para ulama tentang kitab-kitab hadis dan sumber aslinya menjadi sempit, maka akibatnya sangat sulit untuk mengetahui tempat-tempat hadis yang menjadi dasar ilmu shar', seperti fiqih, tafsir, sejarah, dan sebagainya. Berangkat dari kenyataan itu, sebafian ulama kembali memperhatikan hadis dengan cara melakukan takhrij hadith dari kitab-kitab selain hadis, menisbatkannya pada sumber asli, menyebutkan sanad-sanadnya, dan membicarakan keshahihan dan kedha'ifansebagian atau seluruhnya, karenanya kemudian muncul kitab-kitab takhrij.³ Buku-buku takhrij, yang diantaranya adalah :
-Takhrij Ahaadits Al-Muhadzdzab; karya Muhammad bin Musa Al-Hazimi Asy- Syafi'l (wafat 548 H). Dan kitab Al-Muhadzdzab ini adalah kitab mengenai fiqih madzhab Asy-Syafi'l karya Abu Ishaq Asy-Syairazi.
- Takhrij Ahaadits Al-Mukhtashar Al-Kabir li Ibni Al-Hajib; karya Muhammad bin Ahmad Abdul-Hadi Al-Maqdisi (wafat 744 H).
- Nashbur-Rayah li Ahaadits Al-Hidyah li Al-Marghinani; karya Abdullah bin Yusuf Az-Zaila'I (wafat 762 H).
-Takhrij Ahaadits Al-Kasyaf li Az-Zamakhsyari; karya Al-Hafidh Az-Zaila'I juga.
[Ibnu Hajar juga menulis takhrij untuk kitab ini dengan judul Al-Kafi Asy-Syaafi fii Takhrij Ahaadits Asy-Syaafi].
2.3 Faktor Penyebab Takhrij AI-Hadits
Adapun faktor utama yang menyebabkan kegiatan penelitian terhadap hadits (takhrij al-hadits) dilakukan oleh seorang peneliti hadits adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui asal-usul riwayat hadits yang akan diteliti
Maksudnya adalah untuk mengetahui status dan kualitas hadits dalam hubungannya dengan kegiatan penelitian, langkah awal yang harus dilakukan oleh seorang peneliti adalah mengetahui asal-usul periwayatan hadits yang akan diteliti, sebab tanpa mengetahui asal-usulny a sanad dan matan hadits yang bersangkutan mengalami kesulitan untuk diketahui matarantai sanadnya sesuai dengan sumber pengambilannya, sehingga tanpa diketahui secara benar tentang mata rantai sanad dan matan, maka seorang peneliti mengalami kesulitan dalam melakukan penelitian secara baik dan cermat. Makanya dari faktor ini. Kegiatan penelitian hadits (takhrij) dilakukan.
,2. Mengetahui dan mencatat seluruh periwayatan hadits bagi hadits yang akan diteliti.
Maksudnya adalah mengingat redaksi hadits yang akan diteliti itu bervariasi antara satu dengan yang lain, maka diperlukan kegiatan pencarian seorang peneliti terhadap semua periwayatan hadits yang akan diteliti, sebab boleh jadi salah satu sanad haadits tersebut berkualitas dha'if dan yang lainnya berkualitas shahih.
3. Mengetahui ada tidaknya syahid dan mutabi' pada mata rantai sanad
Mengingat salah satu sanad hadits yang redaksinya bervariasi itu
dimungkinkan ada perawi lain yang sanadnya mendukung pada sanad hadits yang sedang diteliti, maka sanad hadits yang sedang diteliti tersebut mungkin
kualitasnya dapat di naikkan tingkatannya oleh sanad perawi yang mendukungnya.
Dari dukungan tersebut, jika terdapat pada bagian perawi tingkat pertama (yaitu tingkat sahabat) maka dukungan ini dikenal dengan syahid. Jika dukungan itu terdapat pada bagian perawi tingkat kedua atau ketiga (seperti pada tingkatan tabi'l atau tabi'it tabi'in), maka disebut sebagai mutabi'.
Dengan demikian, kegiatan penelitian (takhrij) terhadap hadits dapat dilaksanakan dengan baik jika seorang peneliti dapat mengetahui semua asal-usul matarantai sanad dan matannya dari sumber pengambilannya. Begitu juga jalur periwayatan mana yang ada syahid dan mutabi'nya, sehingga kegiatan penelitian (takhri) dapat dengan mudah dilakukan secara baik dan benar dengan
menggunakan metode pentakhrijannya
2.4 Metode-metode yang Digunakan Di dalam takhrij Hadis
Di dalam melakukan takhrij, ada lima metode yang dapat dijadikan sebagai pedoman, yaitu :
1. Takhrij bi al-lafzh, yaitu penelusuran hadis melalui lafal matan, baik di bagian awal, tengah,maupun akhir.lafal ini mempunyai akar kata yang dapat di-tashrif (perubahan bentuk kata).kamus yang di perlukan untuk metode takhrij ini adalah al- mu' jam al-mufahras li alfazh al-hadits al-nabawi yang di susun A.J wensinck dan kawan kawan sebanyak 8 jilid yang mengacu kepada 9 buku induk hadis, yaitu al- jami'al-shahih li al-bukhari.al-jami' al-shahih li mislim,sunan abi dawud.jami' al timidzi,sunan al-nasa'i sunan ibni majah,musnad ahmad,al- muwaththa (imam malik) dan sunan al-darimi.
2. Takhrij bỉ al- maudhu', yaitu penelusuran hadis yang didasarkan pada topik, seperti bab sholat, nikah, dan jual beli.salah satu kamus yang digunakan dalam takhrij ini adalah miftah min kunuz al-sunnah oleh Dr. fuad abdul bagi, terjemah
dari A handbook of early muhammad karya A.J. wensinck pula yang mengacu kepada 14 buku induk hadis, yaitu 9 buku induk di atas ditambah musnad zaid bin 'ali, musnad abi dawud al-thayalisi,thabaqat ibnu sa'ad,sirah ibni hisyam,dan maghazi al-waqidi.
3. Takhrij bi awwal al-matn, yaitu penelusuran hadis dengan menggunakan permulaan matan. Misalnya, dengan menggunakan kitab al-jami' al-shaghir karya al-suyuthi dan mu' jam jami al-ushul fi ahadits al-rasul karya ibnu al-atsir.
4. Takhrij bi al-rawi al-a 'la,yaitu penelusuran hadis melalui nama perawi pertama dalam sanad,yaitu nama sahabat yang meriwayatkannya dengan menggunakan kitab musnad al-imam ahmad.
5. Takhrij bỉ al-shifah, yaitu penelusuran hadis berdasarkan status hadis,
misannya, hadis maudhu' dicari dalam kitab al-maudhu'at karya ibnu al-jauzi atau hadis mutawatir di cari dalam kitab al-azhar al-mutanatsirah fi al-akhbar al- mutawatirah karya al-suyuthi. (untuk lebih jelasnya baca buku ulumul hadis.
Seorang mukharrij dapat memiliki salah satu dari metade takhrij di atas sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang ada. Dengan itu ia akan mendaatkan nformasi bahwa hadis yang di cari dapat di temukan di berbagai buku induk hadis untuk di olah lalu dianalisis matan da sanadnya. Penelusuran hadis ke berbagai buku induk juga dapat dibantu dengan software atau aplikai komputer (CDR), seperti al-maktabah al-syamilah, al-kutub al-tis'ah, dan alfiyah al-sunnah yang memuat berbagai kitab hadis dan ulumul hadis
2.5 Tujuan Takhrij akhadis
Adapun kegunaan kegiatan Takhrij al-hadis ini, antara lain:
1. Mengetahui sumber asal suatu hadis beserta ulama yang meriwayatk annya.
2. Mengetahui keadaan sanad hadis dan silsilahnya berapa pun banyaknya, apakah sanad-sanad itu bersambung atau tidak.
ditemukannya syahid atau tabi"
4. Memperjelas perawi hadis yang samar dan dapat memperjelas perawi hadis yang tidak diketahui namanya melalui perbandingan antara sanad-sanad.
5. Dapat membedakan hadis yang mudraj dari yang lain.
2.6 Kitab-kitab yang Digunakan di dalam Mentakhrij Hadis
Ada beberapa kitab yang diperlukan untuk melakukan takhrij hadis. Adapun kitab-kitab tersebut adalah sebagai berikut.
1. Hidayatul bari ila tartibi ahadisil Bukhari
Penyusun kitab ini adalah Abdur Rahman Ambar al-Misri at-Tahtawi.
Kitab ini disusun khusus untuk mencari hadis-hadis yang termuat dalam kitab Sahih Bukhari. Lafal-la fal hadis disusun menurut aturan urutan huruf abjad Arab.
Namun hadis-hadis yang dikemukakan secara berulang dalam kitab Sahih Bukhari tidak dimuat secara berulang dalam kamus di atas. Dengan demikian perbedaan lafal dalam matan hadis riwayat al-Bukhari tidak dapat diketahui lewat kamus tersebut.
2. Mu'jam al-Fazi wala siyyama al-Garibu minha fihr litartibi ahadisi sahihi Muslim
Kitab tersebut merupakan salah satu juz, yakni juz ke-V dari kitabSahih Muslim yang dikutip oleh Muhammad Abdul Baqi. Jus V ini merupakan kamus yang di dalamnya di mulai juz I-V yang berisi:
a. Daftar urutan judul kitab serta nomor hadis dan juz yang memuatnya.
b. Daftar nama para sahabat Nabi yang meriwayatkan hadis yang termuat dalam kitab Sahih Muslim
c. Daftar awal matan hadis dalam bentuk sabda yang tersusun menurut abjad serta diterangkan nomor-nomor hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, bila kebetulan hadis tersebut juga diriwayatkan oleh Imam Bukhari sendiri.
3. Miftahus Sahihain
Kitab ini disusun oleh Muhammad Syarif bin Mustafa al-Taugiah kitab ini dapat digunakan untuk mencari hadis-hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan diriwayatkan oleh Muslim. Akan tetapi hadis-hadis yang dimuat dalam kitab ini hanyalah hadis-hadis yang berupa qauliyah saja. Hadis-hadis tersebut disusun menurut abjad dari awal lafal matan hadis.
4) Al-Bughyatu fi tartibi ahadisi al-hilyah
Kitab ini disusun oleh Said Abdul Aziz bin al-Said Muhammad bin Said Siddig al-Qammari. Kitab hadis tersebut memuat dan menerangkan hadis-hadis yang tercantum dalam kitab yang disusun Abu Nuaim al-Asabuni (w.430 H) yang berjudul Hilyatul auliyai wababagatul asfiyai. Sejenis dengan kitab tersebut adalah kitab Miftahut tartibi li ahadisi tarikhul khatib, yang disusun oleh Said Ahmad bin Said Muhammad bin Said As-Siddiq al-Qammari yang memuat dan menerangkan hadis-hadis yang tercantum dalam kitab sejarah yang disusun oleh Abu Bakar bin Ali bin Subit bin Ahmad al-Bagdadi yang dikenal dengan al- Khatib al-Bagdadi (w.463 H). Susunan kitabnya diberi judul Tarikhul Bagdadi yang terdiri atas empat jilid.
5) ALJami 'us Sagir
Kitab ini disusun oleh Imam Jalaluddin Abdurrahman As-Suyuti (w. 91 H). Kitab hadis tersebut memuat hadis-hadis yang terhimpun dalam kitab himpunan kutipan hadis yang disusun oleh Imam Suyuti juga yaitu Kitab Jam'ul Jawani. Hadis yang dimuat di dalam kitabjami'us Sagir disusun berdasarkan urutan abjad dari awal lafal matan hadis. Sebagian dari hadis-hadis itu ada yang ditulis secara lengkap dan ada pula yang ditulis sebagian-sebagian saja, namun
Kitab hadis tersebut juga menerangkan nama-nama sahabat Nabi saw yang meriwayatkan hadis yang bersangkutan dan nama-nama mukharijnya. Selain hampir setiap hadis yang dikutip dijelaskan kualitasnya menurut penilaian yang dilakukan atau disetujui oleh Imam Suyuti.
6) Al-mu'jam al-Mufahras li alfazil hadis nabawi
Penyusun kitab ini adalah sebuah tim dari kalangan orientalis. Diantara anggota tim yang paling aktif dalam kegiatan proses peyusunan ialah Dr. Arnold John Weinsinck (w. 1939 M), seorang profesor bahasa-bahasa semit, termasuk bahasa Arab di Universitas Leiden, negeri Belanda. Kitab ini dimaksudkan untuk mencari hadis berdasarkan petunjuk lafal matan hadis. Berbagai lafal yang disajikan tidak dibatasi hanya lafal-lafal yang berbeda di tengah dan bagian-bagian lain dari matan hadis. Dengan demikian, kitab Mu'jam manmpu memberikan informasi kepada pencari matan dan sanad hadis, asal saja sebagian dari lafal matan yang dicarinya itu telah diketahuinya.
Kitab Mu' jam ini terdiri dari tujuh juz dan dapat digunakan untuk mencari hadis- hadis yang terdapat dalam sembilan kitab hadis, yakni: Sahih Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan Turmuzi, Sunan Nasai, Sunan Ibnu Majjah, Sunan ad-Darimi, Muwatha' Malik dan Musnad Ahmad.
BAB III PENUTUP
2. A. Kesimpulan
takhrij dalam hubungannya dengan kegiatan penelitian hadits lebih lanjut, maka takhrij berarti "penelusuran atau pencarian hadits pada berbagai kitab-kitab koleksi hadits sebagai sumber asli dari hadits yang bersangkutan, yang di dalam sumber tersebut dikemukakan secara lengkap matan dan mata rantai sanad yang bersangkutan.
Faktor penyebab takhrij hadits adalah untuk mengetahui asal-usul riwayat hadits, mengetahui dan mencatat seluruh periwayatan hadits, dan mengetahui ada tidaknya syahid dan mutabi' pada matarantai sanad. Sedangkan metode- metode yang digunakan didalam takhrij hadits yaitu menurut lafaz pertama matan hadits, melalui kata-kata dalam matan hadits, melalui perawi hadits pertama, berdasarkan tema hadits, berdasarkan status hadits.
Manfaat takhrij hadits itu sendiri adalah memberikan informasi apakah hadits itu termasuk hadits shahih, hasan ataupun dhaif, memberikan kemudahan bagi orang yang mau mengamalkan setelah tahu bahwa hadits itu makbul (dapat diterima), dan menguatkan keyakinan bahwa hadits itu benar-benar berasal dari Rasulullah
SAW.
DAFTAR PUSTAKA
Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushtalahul Hadits, ( Bandung: PT Alma 'arif, 1974) Agus sholahuddin dan Agus suyadi, Ulumul Hadits, (Bandung: Pustaka
Setia, 2008)
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadits,(jakarta: Amzah, 2010)
Totok Jumantoro, Kamus Ilmu hadis, (Jakarta, Bumi Aksara, cet. III, 2007) Ahmad At-Tahhan, terj. M. Ridlwan Nasir, Metode Takhrij Al-Hadith dan
Penelitian Sanad Hadis, (Surabaya: Imtiyaz, 2015)
Abu Muhammad, 'Abd Al-Mahdi bin Abd Al-Qodir bin Abd al-Hadi, Metode Takhrij Hadits, Terj.S. Aqil Husin Munawwar dan Ahmad Rifqi Muchtar,
Semarang, Dina Utama Semarang Taha Putra Group, 1994
Abdul Majid Khon, Takhrij dan Metode Memahami Hadis, (Jakarta: Amzah, 2004)
Ahmad, Muhammad, H. Drs., dan Mudzakir .M., dan Djaliel Abd Maman. Drs.
2004. Ulumul Hadits, Bandung: CV. Pustaka Setia.
Utang Ranuwijaya. 1996. Ilmu Hadist, Jakarata: Gaya Media Pratama.
Dr. Utang Ranuwijaya, MA. 2001. Ilmu Hadis, Jakarta : Gaya Media Pratama.