• Tidak ada hasil yang ditemukan

KUALITAS HADIS DALAM KITAB LUBAB AL-HADITS BAB FADHILAT AL-FAQRI (Kajian Takhrij Hadis) - Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "KUALITAS HADIS DALAM KITAB LUBAB AL-HADITS BAB FADHILAT AL-FAQRI (Kajian Takhrij Hadis) - Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Repository"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

KUALITAS HADIS DALAM KITAB LUBAB AL-HADITS BAB FADHILAT AL-FAQRI

(Kajian Takhrij Hadis)

SKRIPSI

Oleh:

ANNUR WAHID NIM: 11830111168

Dosen Pembimbing I Suja’i Sarifandi, M. Ag

Pembimbing II

Agus Firdaus Chandra, Lc., MA

Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag) pada Program Studi Ilmu Hadis

FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

1444 H / 2022 M

251/ILHA-U/SU-S1/2022

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

KATA PENGANTAR

, الله الرحمن الرحيممسب يهىلااىك ٍنىمىك ًوًبٍحىصىك ًوًلآ ىىلىعىك لله ًؿٍويسىر ىىلىع يـىلاَّسلاىك يةىلاَّصلاىك ًلله يدٍمىٍلْا

Allah tempat pujian semua ciptaan, rasulNya Muhammad shallallahu „alaihi wasallam cermin bagi yang mendambakan kebahagiaan. Dengan rahmat Allah semua hajat dapat diselesaikan. Syukur tidak dapat dibelakangkan sebab dengan izinNya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan tidak sedikit pengorbanan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Agama (S. Ag).

Shalawat cinta bagi ciptaan terindahNya penghulu kita Muhammad shallallahu

„alaihi wasallam semoga rasa ini tidak putus dalam mencintai sosok dan seluruluh yang diwariskannya. Amma Ba‟du.

Disamping izin Allah penulis menyadari penulisan skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa dorongan langsung maupun secara tidak langsung baik berupa motivasi, materi maupun do‟a dari orang-orang disekitar penulis. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih dari hati terdalam kepada:

1. Kedua orang tua, ibunda tercinta Rondawati dan ayahanda Samhari Lubis yang selalu mendo‟akan dari kampung halaman begitu juga motivasi-motivasi hebatnya hingga penulis bisa melangkah sampai ketempat sekarang. Begitu juga saudara penulis M. Saleh dan kerabat lainnya.

2. Rektor Universitas Islam Sultan Syarif Kasim Riau, bapak Prof. Dr.

Hairunas, M.Ag beserta jajarannya dan juga kepada Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Sultan Syarif Kasim Riau, bapak Dr. H. Jamaluddin, M. Us yang telah memberi kesempatan penulis untuk menimba ilmu di Universitas ini.

3. Kepada Ustadz Adynata, M.Ag, selaku Ketua Program Studi Ilmu Hadis sekaligus penasehat akademik penulis yang senantiasa memberikan arahan dan kemudahan dalam semua hal yang berkaitan dengan studi penulis.

(7)

ii

4. Kepada ustadz Suja‟i Sarifandi dan ustadz Agus Firdaus Chandra, Lc.

MA, selaku pembimbing skripsi penulis yang ringan hari memberikan bimbingan begitu juga arahan terbaiknya.

5. Kepada semua dosen yang telah mentransformasikan keilmuannya kepada penulis, sehingga penulis bisa tertuntun baik secara keilmuan maupun akhlak. Terkhusus kepada dosen mata kuliah favorit penulis Takhrij Hadis yang dengan ilmu tersebut penulis melakukan penulisan skripsi ini.

6. Kepada sahabat satu kelas tercinta ILHA A. yang senantiasa memberikan semangat sekaligus menjadi saksi atas suka duka penulis di masa perkuliahan. Terkhusus kepada Laek Dimas P. dan Wak Alvi yang banyak membantu penyediaan kitab, begitu juga teman-teman lainnya yang menemani perjuangan penulis.

7. Kepada seluruh rekan-rekan di organisani SEMA dan DEMA Fakultas Ushuluddin yang didalamnya penulis dan rekan-rekan semuanya sama- sama berproses menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang lain.

Penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan yang penulis miliki dalam penulisan skripsi ini. Karena itu tentulah terdapat kekurangan serta kejanggalan yang memerlukan kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Kepada Allahﷻ penulis berdo‟a semoga kebaikan dan kontribusi yang telah mereka berikan dinilai sebagai ibadah yang baik, sehingga selalu mendapat Rahmat dan karunia-Nya.

Amin Ya Rabb al-Amin.

Pekan Baru, 08 Juli 2022 Penulis,

ANNUR WAHID NIM: 11830111168

(8)

iii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL NOTA DINAS

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

ABSTRAKSI

PEDOMAN TRANSLITERASI

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Penegasan Istilah ... 5

C. Identifikasi Masalah ... 6

D. Batasan Masalah... 6

E. Rumusan Masalah ... 7

F. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

G. Sistematiaka Penulisan ... 8

BAB II ... 10

KERANGKA TEORI ... 10

A. Takhrij Hadis ... 10

1. Pengertian dan Hakikat Takhrij Hadis ... 10

2. Metode Takhrij Hadis ... 11

3. Ketentuan Keshahihan Hadis ... 13

4. Kehujjahan Hadis ... 14

B. Kitab Lubab al-Hadits ... 16

1. Biografi Penulis Jalal al-Din al-Suyuthi (849 H. – 911 H.) ... 16

2. Motivasi Penulisan Kitab Lubab al-Hadits ... 21

3. Latar Belakang Penulisan dan Cara Pengutipan Hadis ... 22

4. Sistematika Penulisan Kitab ... 23

5. Gambaran Isi Kitab ... 24

6. Kelebihan dan Kekurangan Kitab ... 27

C. Tinjauan Pustaka ... 28

(9)

iv

BAB III ... 31

METODE PENELITIAN ... 31

A. Jenis Penelitian ... 31

B. Sumber Data Penelitian ... 31

C. Teknik Pengumpulan Data ... 32

D. Teknik Analisis Data ... 33

BAB IV ... 35

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Pencarian Sumber Keberadaan Hadis-Hadis Kitab Lubab al-Hadits Bab Fadhilat Al-Faqri Dalam Kitab Induk Hadis ... 35

1. Hadis Pertama ... 36

2. Hadis kedua ... 37

3. Hadis ketiga ... 38

4. Hadis keempat ... 39

5. Hadis kelima ... 40

6. Hadis keenam ... 42

7. Hadis ketujuh ... 43

8. Hadis kedelapan ... 44

9. Hadis kesembilan ... 44

10. Hadis kesepuluh ... 45

B. Status Sanad dan Matan Hadis-Hadis Kitab Lubab al-Hadits Bab Fadhilat al-Faqri ... 47

1. Status Sanad dan Matan Hadis Pertama ... 47

2. Status Sanad dan Matan Hadis Kedua ... 53

3. Status Sanad dan Matan Hadis Ketiga ... 57

4. Sanad dan Matan Hadis Keempat ... 57

5. Status Sanad dan Matan Hadis Kelima ... 64

6. Status Ranji dan Sanad Hadis Keenam ... 71

7. Status Sanad dan Matan Hadis Ketujuh ... 78

8. Status Sanad dan Matan Hadis Kedelapan ... 80

9. Status Sanad dan Matan Hadis Kesembilan ... 80

10. Status Sanad dan Matan Hadis Kesepuluh ... 81

(10)

v

C. Kualitas dan Kehujjahan Hadis-Hadis Kitab Lubab al-Hadits Bab Fadhilat

Al-Faqri ... 81

1. Hadis Pertama ... 81

2. Hadis Kedua ... 81

3. Hadis Ketiga ... 82

4. Hadis Keempat ... 82

5. Hadis Kelima ... 83

6. Hadis Keenam ... 83

7. Hadis Ketujuh ... 83

8. Hadis Kedelapan ... 83

9. Hadis Kesembilan ... 84

10. Hadis Kesepuluh ... 84

BAB V ... 85

PENUTUP ... 85

A. Kesimpulan ... 85

B. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 90

(11)

vii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Huruf Huruf

Arab Latin Arab Latin

ء = „ ض = d /d

ب = b ط = t / t

ت = t ظ = z / z

ث = ts ع = „

ج = j غ = Gh

ح = h / h ؼ = F

خ = kh ؽ = Q

د = d ؾ = K

ذ = dz ؿ = L

ر = r ـ = M

ز = z ف = N

س = s ق = H

ش = sy ك = W

ص = s/s م = Y

Vokal Vokal Panjang Contoh

_ َ = a اػىػػ = ā ىريػثاىكىت = takātsur ‒ َ= i ىػًػ = ī يجٍيًهىي = yahīj ‒ َ = u ٍوػػيػػ = ū ىفٍويمىلٍعىػت = ta‟lamūn

ٍوػػىػػػ = aw ىؼٍوىس =sawf

ٍيػىػػػػ = ay ىٍتُىع =„ayn

(12)

viii Catatan:

1. Kata alīf-lam al-ta‟rīf baik syamsiyyah maupun qamariyyah diawali dengan al- dan disambung dengan kata yang mengikutinya. Contoh: al-bayt, al- hadid, al-dār, al-sahīh.

2. Huruf tā‟ marbūtah (ة) ditulis dengan ḧ. Contoh : al-mar‟aḧ (bukan almar‟a), Dzurriyaḧ (bukan dzurriya).

3. Huruf tasydīd ditulis dua kali. Contoh : al-kuffaraḧ, al-makkaḧ, alnabawiyaḧ.

4. Secara umum vokal huruf terakhir suatu kata tidak dituliskan pengecualian diberikan pada huruf terakhir kata-kata berikut ini, di mana vokalnya ditulis sebagaimana adanya:

a. Kata kerja (fi‟il). Contoh: dzahaba (bukan dzahab), qara‟a (bukan qara‟), yaqūlu (bukan yaqūl), yasma‟ūna (bukan yasma‟ūn).

b. Kata milik. Contoh: baytuka (bukan baytuk), qauluhu (bukan qauluh).

c. Vokal terakhir kata-kata fawqa (bukan fawq), tahta (bukan taht), bayna (bukan bayn), amama (bukan amam), warā‟a (bukan warā‟), dan sejenisnya.

(13)

ix ABSTRAK

Email: [email protected]

Skripsi ini berjudul “Kualitas Hadis Dalam Kitab Lubab al-Hadits Bab Fadhilat al-Faqri (Kajian Takhrij Hadis)”. Kitab Lubab al-Hadis khususnya pada bab Fadhilat al-Faqri (keutamaan Faqir) ditulis tanpa sanad dan tidak ada keterangan dari penulis mengenai kualitas hadis-hadis didalamnya. Walaupun status hadisnya tidak diketahui tetapi kitab ini sudah diajarkan pada pondok pesantren di Indonesia dan beberapa channel Youtube. Kitab ini ditulis oleh Suyuthi, ulama yang terkenal ahli dalam bidang hadis tetapi juga tidak terlepas dari kritik ulama lain. Beliau dikenal tidak hanya memasukkan hadis-hadis yang shahih dalam kitabnya bahkan terdapat juga sebagian hadis yang menurut ulama lain Maudlu‟. Oleh karena demikian maka hadis-hadis dalam kitabnya perlu takhrij sehingga bisa diketahui apakah hadis-hadisnya dapat dijadikan sebagai hujjah. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana sumber hadis- hadisnya dalam kitab induk hadis, bagaimana status sanad dan matan hadis-hadis didalamnya dan bagaimana status dan kehujjahanya. Jenis penelitian hadis ini adalah penelitian kualitatif dalam bentuk kajian pustaka dengan metode takhrij hadis. Hasil penelitian ini adalah bahwa dari sepuluh hadis didalamnya jika ditinjau dari kuantitas sanad maka semuanya adalah hadis Ahad yang Gharib kecuali hadis pertama yang merupakan hadis Ahad yang „Aziz. Dari segi kualitas maka semua hadisnya adalah Dla,if. Semua hadisnya tidak terdapat dalam kitab hadis mu‟tabar kecuali hadis kelima yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah. Semua hadisnya tidak ada yang dapat dijadikan hujjah kecuali untuk Fadhilah „Amal.

Kata Kunci: Lubab al-Hadits, Takhrij, Suyuthi, Hadis, Dla‟if, „Aziz, Gharib, Ahad, Maudlu‟, Shahih, fadhilah 'amal, Kualitas hadis.

(14)

x ABSTRACT

Email: [email protected]

This thesis is entitled "Quality of Hadith in the Book of Lubab al- Hadith Chapter Fadhilat al-Faqri (Study of Takhrij Hadith)". The book of Lubab al-Hadis, especially in the Fadhilat al-Faqri chapter (the virtue of Faqir) is written without a sanad and there is no explanation from the author regarding the quality of the traditions in it. Although the status of the hadith is unknown, this book has been taught at Islamic boarding schools in Indonesia and several YouTube channels. This book was written by Suyuthi, a well-known scholar in the field of hadith and cannot be apart from the criticisms of other scholars. He is known not only by including authentic hadiths in his book, there are even some hadiths, which, according to other scholars, are Maudlu '. Therefore, the traditions in the book need takhrij, so that, it can be known whether the traditions can be used as hujjah. The formulation of the problem in this study is how the sources of the hadiths are in the main book of hadith, what is the status of the sanad and matan of the traditions in it and what is their status and proof. This type of hadith research is qualitative research in the form of a literature review using takhrij hadith method. The results of this study are that of the ten hadiths in it when viewed from the quantity of the sanad, all of them are the Gharib Ahad traditions except the first hadith which is the 'Aziz Ahad hadith. In terms of quality, all the hadiths are Dla‟if. All of his hadiths are not found in the mu'tabar hadith books except the fifth hadith narrated by Ibn Majah. None of the hadiths can be used as hujjah except for fadhilah 'amal.

Keywords: Lubab al-Hadith, Takhrij, Suyuthi, Hadith, Dla‟if, „Aziz, Gharib, Ahad, Maudlu‟, Shahih, fadhilah 'amal, Quality of Hadith.

(15)

xi

صخللما

نيكتًكللإا ديبرلا

: [email protected]

: فاونعب ةحكرطلأا هذى

"

جيرتخ ك في ثيداحلأا رقفلا ةلضاف ببا ثيدلحا بابل بات

."

ب بوتكم ، مرقفلا ةليضف ببا في اميس لاك ، ثيدلْا بابيل باتك فلؤلما نم حرش لاك دنس تَغ

ل ةجرد ويف ثيداحلأا .

باتكلا اذى سيردت بً دقف ، ةفكرعم تَغ ثيدلْا ةلاح فأ نم مغرلا ىلع

لإا ةيلخادلا سرادلما في باتكلا اذى بتك .بويتوي عقوم تاونق نم ديدعلاك ايسينكدنإ في ةيملاس

ءاملعلا تاداقتنا نع ولصف انضيأ نكيم لا نكلك ، ثيدلْا ؿامج في ؼكرعم لماع وىك ، يطويسلا .نيرخلآا لب ، وباتك في ةحيحصلا ثيداحلأا تُمضت طقف ونع ؼرعيي لا

ثيداحلأا ضعب ؾانى فإ

تيلا اعوضوم رخآ ءاملعل

ني اذإ ام ةفرعلم جيرتخ لىإ جاتتح باتكلا في ةدراولا ثيداحلأا فإف كلذل .

شلما ةغايص نمكت .اهيلع ؿلادتسلاا نكيم ثيداحلأا تناك هذى في ةلك

فيك في ةساردلا رداصم

لأا ثيدحلل يسييرلا باتكلا في ثيداح

؟ دنسلا ةناكم يى امك ، ح يى امك ويف ثيداحلأا نم

اهتلا

.اتهابثإك ةقيرط ـادختسبا ةيبدأ ةعجارم لكش في يعون ثبح وى ثيدلْا ثحبلا نم عونلا اذى

نم اهيلإ رظنلا دنع اهيف ةرشعلا ثيداحلأا تُب نم فأ يى ةساردلا هذى جياتنك .ثيدلْا جيرتخ دحلأا ثيدح وىك ؿكلأا ثيدلْا ادع ام بيرغلا دحلأا ثيداحأ نم اهعيمجف ، دنسلا ةيمك لا .زيزع نم يى ثيداحلأا لك ، ةدولجا ثيح فيعض

بتك في ةدوجوم تَغ وثيداحأ عيجمك .اذإ ،

جح زويج لا .وجام نبلا سمالخا ثيدلْا لاإ ثيدلْا ةليضف في لاإ ثيداحلأا نم ءيش ة

لاا ع ما ؿ . :ةيحاتفم تاملك يطويسلا ، جيرتخ ، ثيدلْا بابل

لضلا ، ثيدلْا ، بيرغ ، زيزع ، ع

حيحص ، ؿدولما ، دحلأا ، ،

جيرتخ

ثيدلْا

.

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sudah menjadi hal yang lumrah bahwa di pondok pesantren Musthafawiyah dan beberapa pondok pesantren tradisional lainnya bahwa para santrinya hidup dengan kesederhanaan. Di pesantren Musthafawiyah mayoritas para santri putranya hidup mandiri dan tinggal di gubuk-gubuk kecil. Para santri-santri disini disebut dengan istilah Pokir, sebutan ini menggambarkan bagaimana tradisi keseharian kebanyakan santri laki-lakinya yang memang serba berkekurangan.

Pada saat peneliti tinggal di pondok pesantren Musthafawiyah ini (2011-2018) peneliti melihat disana diajarkan sebuah kitab hadis yang didalamnya memuat kumpulan hadis-hadis, salah satu babnya adalah tentang fadilah atau keutamaan kefaqiran. Judul kitab yang diajarkan tersebut adalah Tanqih al-Qaul al-Hatsitsi yang merupakan syarah atau penjelasan dari kitab matan-nya yang berjudul Lubab al-Hadist yang ditulis oleh Imam Suyuthi (wafat 911 H.). Menurut peneliti inilah salah satu yang memotivasi para santri untuk hidup sederhana bahkan cenderung tidak berkecukupan.

Kitab Lubab al-Hadits sendiri merupakan salah satu diantara kitab yang ditulis tanpa menyertakan sanad dan tanpa keterangan bagaimana kualitas hadisnya secara keseluruhan.1 Kitab Lubab ai-Hadits ini telah di syarah (dijabarkan) oleh salah seorang ulama kenamaan yang berasal dari Indonesia tepatnya dari Banten, yaitu Syekh Nawawi al-Bantani dengan judul kitab Tanqih al-Qaul al-Hatsitsi fi Syarhi Lubab al-Hadist. Di dalam kitab syarah ini beliau menjelaskan bahwa beliau tidak dapat mentashih kitab Lubab al-Hadits tersebut. Syekh Nawawi al-Bantani juga menambahi bahwa terdapat banyak hadis yang Dhoif didalamnya tanpa menjelaskan mana saja

1 Jalal al-Din al-Suyuthi, Lubab al-Hadits, (Jombang: Maktabah Madinah), hlm. 2.

(17)

2

yang dla‟if itu.2 Dari itu peneliti merasa perlu mempertanyakan bagaimana senarnya kualitas dan kehujjahan hadis-hadis didalamnya.

Imam Jalal al-Din al-Suyuthi (wafat 911 H.). Disebutkan merupakan seorang ulama besar yang telah diakui dan merupakan seorang yang memiliki kemampuan hafalan yang luar biasa terutama dalam bidang Al-Qur‟an dan Hadis. Dikatakan bahwa dalam usia delapan tahun saja beliau telah hafal Al- Qur‟an dan 200.000 hadis lengkap dengan sanadnya.3 Di sisi lain ada juga ulama yang mengkritisi al-Suyuthi ini. Al-Sakhawi (831 H. 902 H.) mengatakan bahwa Imam Jalal al-Din al-Suyuthi banyak menciplak karya Ibnu Hajar al-Asqalani yang membahas tentang ilmu hadis seperti Nasyr ahli al-Tarikh Ahadis al-Syarh al-Kabir. Al-Sakhawi mengatakan bahwa dalam kitabnya yang lain al-Durusu al-Mansūr fi Tafsir al-Ma‟tsūr banyak menghadapi kritik keras karena banyak riwayat hadis sahih bercampur dengan riwayat-riwayat hadis-hadis yang tidak sahih.4 Dengan keterangan ini peneliti memahami bahwa beliau adalah seorang ulama yang kompeten di bidang ilmu hadis, tetapi juga banyak yang meragukan riwayatnya karena beliau mencampurkan antara hadis shahih dan dla‟if hingga perlu diteliti benar kitab-kitab hadis yang beliau tulis.

Meskipun penulisnya banyak dapat kritikan tentang penulisan hadis ditambah lagi pada kitabnya terdapat kejanggalan karena tidak diketahui kualitas hadisnya akan tetapi kitab Lubab al-Hadis ini sudah masyhur dan diajarkan di kalangan santri di Indonesia khususnya di pulau Jawa, seperti Pondok Pesantren Subulussalam,5 diajarkan juga pada waktu-waktu tertentu

2 Nawawi al-Bantani, Tanqih al-Qaul, alih bahasa oleh Zaid Husin al Hamid, Cet. 3, (Surabaya: Mutiara Ilmu, 2018), hlm. 1–2.

3 Nuril Azizah, Hadits-Hadits Tentang Keutamaan Nikah Dalam Kitab Lubab Al-Hadits Karya Jalal Al-Din Al-Suyuthi, Dialogia: Jurnal Vol. 12, No. I, hlm. 113.

4 Muhammad Ismail Shaleh Batubara, Konsistensi Imam Jalaluddin As-Suyuthi Menafsirkan Ayat-Ayat Sumpah, Tesis Magister, Medan: UIN Sumatera Utara Medan, 2016, hlm.

44.

5 Mamduh, R. 2021. Kitab Lubabul Hadis Cocok Untuk Remaja. Radar Jombang: Jawa Pos, 23 April. Diakses dari https://radarjombang.jawapos.com/read/2021/04/23/256326/kitab- lubabul-hadits-cocok-untuk-remaja pada tanggal 08 Oktober 2021, jam 09.01. hlm 1.

(18)

3

seperti pada bulan Ramadhan di Ponpes Al-Bahjah,6 pada kajian pagi di Masjid Baiturrohim, Desa Sumberagung, Kec. Gondang oleh Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama, bahkan diajarkan juga pada banyak kajian online melalui channel youtube begitu juga syarah hadisnya diajarkan di ponpok pesantren Musthafawiyah Purba Baru yang merupakan asal pondok pesantren peneliti.

Melihat begitu terkenalnya kitab ini serta banyak diajarkan di kalangan publik dan diajarkan juga di pondok pesantren di Indonesia, tapi di satu sisi diketahui bahwa di dalam kitab tersebut tidak diterangkan bagaimana kualitas hadis-hadisnya bahkan sanadnya juga tidak dituliskan sehingga tidak dapat diketahui bagaiman kualitas daripada hadis-hadisnya. Hal ini menimbulkan banyak pertanyaan tentang bagaimana sebenarnya status hadis- hadis didalamnya? Apakah hadisnya bisa dijadikan dalil beramal atau bagaimana kehujjahan hadis-hadisnya? dan pertanyaan-pertanyaan lainnya.

Begitu juga dengan isi kitab tersebut, tentang bagaimana redaksi hadis- hadisnya? Apakah memang benar didalamnya tidak terdapat sanad? dan lain sebagainya.

Semenjak hadis mulai ditulis hingga saat sekarang tidak sedikit catatan hadis yang telah ditulis dan dipublikasikan dalam bentuk kitab. Mulai dari kitab hadis yang menyertakan bagaimana sanad dan kualitas hadisnya sampai kitab yang tidak menyertakan sanad maupun kualitasnya. Ada diantara kitab hadis yang para pembaca tidak diberikan penjelasan apakah hadis-hadis didalamnya bisa diterima ataupun tidak karena bermasalah, padahal mengetahui bagaimana kualitas suatu hadis sangat diperlukan agar tau bagaimana bersikap terhadap hadis tersebut.

Kedudukan hadis dalam syariah islam adalah sebagai landasan hujah dan dalil dalam penetapan ajaran-ajaran yang ada didalamnya. Hadis menempati tempat kedua setelah Al-Qur'an yang tentunya menempati posisi yang pertama dan utama. Hal ini berdasar perintah Allah sendiri untuk mentaati-Nya dan mentaati Rasul-Nya Muhammad SAW. Al-Qur'an adalah

6 Myadmin, Kajian Kitab Lubabul Hadis, dikutip dari https://albahjah2.com/kajian-kitab- lubabul-hadits/ pada tanggal 08 Oktober 2021, jam 09.17.

(19)

4

Qath'i al-Wurud (pasti) dari Allah, sedangkan hadis adalah Dzanniy al-Wurud (yakin tapi tidak pasti) dari Rasul-Nya Muhammad SAW.7

Pembukuan hadis secara resmi baru dilakukan pada akhir masa kekhilafahan Bani Umayyah. Walaupun demikian kitab hadis yang sampai kepada kita sekarang ini merupakan kitab yang ditulis pada awal masa Khilafah Abbasiah, seperti kitab Al-Muwattha‟ karya Imam Malik (W. 179 H.).8 Dengan demikian tentunya mustahil tidak ada kesalahan didalamnya, seperti kesalahan perawi dalam penulisan, kesalahan pemahaman karena kurangnya pendengaran, dsb.

Setelah hadis sampai kepada ulama kritik hadis maka hadis tidak serta merta hadis itu langsung di terima saja tanpa ada pertimbangan, tetapi mereka juga terlebih dahulu mengkroscek kebenarannya. Sehingga mereka menyimpulkan bahwa jika ditinjau dari segi kuat dan lemahnya hadis dibagi menjadi hadis Maqbul (dapat diterima) dan Hadis Mardud (tertolak).9

Di satu sisi hadis sangatlah penting bahkan menjadi sumber ajaran umat islam dan di sisi lain juga diketahui bahwa ada juga hadis yang tertolak karena bermasalah. Untuk itu kajian kritik hadis atau penelitian terhadap kualitas suatu hadis sangat perlu untuk dilakukan agar dapat mengetahui mana hadis yang bisa diterima dan mana hadis yang tidak bisa di terima karena bermasalah.

Adapun mengenai hukum mengamalkan hadis, ada hadis yang wajib diamalkan dan menjadi dasar-dasar syara‟ seperti Hadis Shahih dan Hasan10 demikian juga sebaliknya ada hadis yang tertolak karena statusnya sangat lemah (Dhaif Jiddan), seperti hadis Maudlu‟, Matruk, Munkar, dsb. Subhi Shalih memilih untuk tidak menerima riwayat hadis dho‟if karena bagimanapun menurutnya riwayat yang dho‟if tidak mungkin bisa menjadi

7 M. Jayadi, “Kedudukan dan Fungsi Hadis dalam Islam”, Jurnal Adabiyah, Vol XI, No., 2, 2011, hlm. 242.

8 Umi Sumbulah, M. Ag, Studi 9 kitab Hadis Sunni, (Malang: UIN Maliki Press, 2017).

hlm. 1–2.

9 Mahmud Thahhan, Taisir Musthalah Hadis, (Riyadh: Maktabah al-Ma‟arif, 2010). hlm.

42.

10 Ibid., hlm. 58.

(20)

5

sumber hukum agama ataupun sumber keutamaan akhlaq sekalipun, sebab prasangka tidak bermanfaat sedikitpun terhadap kebenaran.11

Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti paparkan di atas maka peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian ini, kemudian penulis membuat judul skripsi ini dengan Kualitas Hadis Dalam Kitab Lubab Al- Hadits Bab Fadhilat Al-Faqri (Kajian Takhrij Hadis).

Peneliti berharap semoga setelah meneliti kitab ini dapat memberi informasi dan gambaran tentang bagaimana status hadis-hadis didalamnya, bagaimana redaksi hadis-hadisnya, bagaimana metodologi penulisannya sampai kepada kesimpulan tentang bagaimana kehujjahan hadis-hadis didalamnya. Peneliti juga berharap agar orang yang mempelajari kitab begitujuga masyarakat pada umumnya dapat mengambil manfaat dari penelitian ini.

B. Penegasan Istilah

Agar kajian dalam penelitian ini lebih mudah untuk dimengerti dan supaya nanti tidak disalah artikan karena kesalah pemahaman pada istilah kata kuncinya maka peneliti merasa perlu untuk menjelaskan istilah-istilahnya, berikut penjelasannya:

1. Takhrij Hadis

Tahkrij Hadis menurut Syuhudin Ismail adalah penelusuran atau pencarian hadis pada berbagai kitab sebagai sumber asli dari hadis yang bersangkutan, yang di dalam sumber itu dikemukakan secara lengkap matan dan sanad hadis yang bersangkutan.12

Takhrij hadis yang peneliti maksudkan disini adalah sesuai dengan defenisi takhrij hadis menurut Syuhudi Ismail tersebut, karena yang akan peneliti lakukan adalah meneliti hadis-hadis dalam kitab Lubab al-Hadits karya imam as-Suyuthi apakah benar bersumber dari kitab asli alias kitab induk lengkap dengan sanad dan matan hadisnya.

11 Subhi al-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu Hadis, Terj. Tim Pustaka Firdaus, (Jakarta:

Pustaka Firdaus, 2007), hlm. 197.

12 Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, Cet. 2, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2007), hlm. 41.

(21)

6 C. Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini berdasarkan latar belakang yang telah peneliti paparkan adalah sebagai berikut:

1. Adanya kehidupan para santri yang hidup tidak berkecukupan serta diajarkan padanya sebuah kitab yang memuat keutamaan kefaqiran.

2. Adanya hadis-hadis yang tidak dijelaskan statusnya oleh Jalaluddin al- Suyuthi dalam kitab Lubab al-Hadits, kitab tersebut ditulis tanpa menjelaskan sanad, sedangkan sanad sangat diperlukan untuk mengetahui kualitas suatu hadis apakah nanti hadisnya bisa diterima atau ditolak.

3. Adanya pertanyaan darimana saja sumber hadis-hadis yang ditulis dalam kitab Lubab al-Hadits tersebut juga bagaimana sanad dan matan hadis- hadisnya secara lengkap.

4. Adanya pertanyaan tentang bagaimana kehujjahan hadis-hadis didalamnya serta diduga bahwa kitab tersebut mengandung hadis dhai‟f (lemah).

D. Batasan Masalah

Setelah peneliti menguraikan latar belakang dan identifikasi masalah, agar pembahasan penelitian ini tidak terlalu melebar dan terlalu banyak maka peneliti memberi batasan hanya pada satu bab yaitu pada bab Fadhilat al- Faqri (Keutamaan-keutamaan Faqir) dalam kitab Lubab al-Hadits karya Jalal al-Din al-Suyuthi.

Pemilihan pembatasan ini disebabkan beberapa faktor, diantaranya adalah karena banyaknya hadis yang ada pada kitab tersebut yang semuanya tidak mungkin dapat diteliti dalam waktu singkat. Jumlah hadis dalam kitab tersebut berjumlah 400 hadis yang tersebar pada 40 Bab, pada setiap bab terdapat 10 hadis, maka jika ingin meneliti semuanya bagi peneliti membutuhkan waktu yang teramat sangat panjang. Alasan kedua adalah karena peneliti tertarik dengan judul babnya yang menurut peneliti sangat menarik untuk diteliti bagaimana sebenarnya status dan kehujjahan hadis- hadis yang dipakai untuk memotifasi agar hidup dalam kefaqiran.

(22)

7

Adapun jumlah hadis yang akan peneliti bahas adalah berjumlah 10 dari total 10 hadis yang semuanya terdapat pada bab ke 24 tentang Fadhilat al- Faqri (Keutamaan-keutamaan Faqir).

E. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah penelitian ini terfokus pada bagaimana status hadis-hadis dalam kitab tersebut dan kehujjahannya, khususnya pada bab keduapuluh empat, tentang keutamaan-keutamaan faqir dengan turunan masalah yang masih berkaitan dengannya sebagai berikut:

1. Bagaimana Keberadaan Hadis-Hadis Kitab Lubab al-Hadits Bab Fadhilat Al-Faqri Dalam Kitab Induk Hadis?

2. Bagaimana Satus Sanad Hadis-Hadis Kitab Lubab al-Hadits Bab Fadhilat Al-Faqri?

3. Bagaimana Kualitas dan Kehujjahan Hadis-Hadis Kitab Lubab al-Hadits Bab Fadhilat Al-Faqri?

F. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan

Setiap penulisan suatu karya ilmiyah pastilah mempunyai tujuan dan manfaat. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.) Untuk mengetahui bagaimana keberadaan hadis-hadis kitab Lubab al- Hadits Bab Fadhilat Al-Faqri dalam kitab induk hadis

2.) Agar mengetahui bagaimana Sanad hadis-hadis dalam kitab Lubab al-Hadits Bab Fadhilat Al-Faqri

3.) Untuk memahami bagaimana kualitas hadis-hadis dalam kitab Lubab al-Hadits Bab Fadhilat Al-Faqri

2. Manfaat

Adapun manfaat ditulisnya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.) Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi penambah dan pengembagan kajian kitab di prodi Ilmu Hadis khususnya di fakultas

(23)

8

Ushuluddin UIN Suska Riau. Terkhusus kitab Lubab al-Hadits karya imam al-Suyuthi.

2.) Manfaat Praktis

Penelitin ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat luas mengenai kitab Lubab al-Hadits, tentang bagaimana status hadis-hadis didalamnya terkhusus pada Bab Fadhilat Al-Faqri dan umumnya dapat menambah khazanah keilmuan seputar ilmu hadis.

G. Sistematiaka Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini dibuat untuk mempermudah para pembaca untuk menelaah isi kandungan dalam penelitian ini. Disini peneliti membuatnya menjadi lima bab. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut :

Bab I: Pendahuluan, yang mencakup latar belakang masalah yang bertujuan untuk memberikan penjelasan secara akademik mengapa penelitian ini perlu untuk dilakukan, begitu juga apa yang menjadi dasar pemikiran dari penelitian ini, kemudian didalamnya juga mencakup penegasan istilah yang tujuannya agar tidak adanya kerancuan dan kesalahpahaman dalam memahami istilah-istilah yang terdapat pada judul skripsi ini, juga mencakup identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalahnya yang bertujuan untuk membatasi agar penelitian ini tidak terlalu melebar. Begitu juga dengan tujuan dan manfaat penelitian, ditulis untuk menjelaskan pentingnya penelitian ini dilakukan, dan kemudian yang terakhir iyalah sistematika penelitian.

Bab II: Kerangka Teori, pada bab kedua ini berisi landasan teori, mulai dari biografi Jalaluddin as-Suyuthi selaku penulis kitab Lubab al-Hadits kemudian penjelasan sekilas tentang kitab Lubab al-Hadits, gambaran umum isi kitab Lubab al-Hadits, juga berisi gambaran umum tentang takhrij hadis, mulai dari pengertian takhrij hadis, pentingnya takhrij hadis, metodologi

(24)

9

tahkrij hadis, sejarah singkat takhrij hadis hingga kitab-kitab takhrij hadis terkenal.

Bab III: Metode Penelitian, yang menjelaskan begaimana cara atau metode yang akan dilakukan peneliti dalam melakukan penelitian ini, baik itu jenis penelitiannya, sumber data penelitian, teknik pengumpulan data, hingga teknik analisis datanya.

Bab IV: Penyajian Dan Analisis Data, yang merupakan merupakan inti dari penelitian ini. Disini diuraikan secara panjang lebar mengenai isi dari skripsi ini. Adapun langkah pertamanya ialah gambaran mengenai fakta-fakta kitab yang diteliti, termasuk biografi penulis kitab tersebut, kemudian memaparkan hadis-hadis yang hendak diteliti, kemudian melakukan takhrij, analisis sanad dengan jarh wa at-ta‟dil, i‟tibar sanad yang kemudian ditutup dengan Faedah I‟tibar sanadnya dan penjelasan tentang kehujjahan hadis- hadisnya.

Bab V: Penutup, yang berisi tentang kesimpulan dari uraian yang telah dipaparkan dalam rumusan masalah dan isi penelitian. Setelah itu, peneliti juga kemudian mengemukakan saran-saran yang dianggap penting untuk pengembangan maupun kelanjutan penelitian yang lebih baik dimasa berikutnya.

(25)

10 BAB II

KERANGKA TEORI

A. Takhrij Hadis

1. Pengertian dan Hakikat Takhrij Hadis

Adapun pengertian takhrij secara bahasa adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh Dr. Mahmud al-Thahan. Beliau menjelaskan bahwa kata “al-takhrij” menurut pengertian asal bahasanya ialah “berkumpul dua perkara yang berlawanan pada sesuatu yang satu”. Kata al-takhrij sering dimutlakkan pada beberapa macam pengertian dan pengertian yang popular untuk kata al-takhrij itu ialah: (1) al-istimbat (hal mengeluarkan);

(2) al-tadrib (hal melatih atau hal pembiasan); dan (3) al-taujih (hal memperhadapkan).13

Adapun menurut istilah ulama hadis sangat berfariasi, tetapi yang sering dipakai oleh ulama hadis sekarang adalah sebagaimana yang ditashih oleh Syuhudi Ismail, menurutnya takhrij hadis adalah penelusuran atau pencarian hadis pada berbagai kitab sebagai sumber asli dari hadis yang bersangkutan, yang di dalam sumber itu dikemukakan secara lengkap matan dan sanad hadis yang bersangkutan.14

Untuk lebih jelasnya, kata “Takhrij” yang sering dikemukakan ulama hadis memiliki beberapa arti sebagai berikut:

a. Mengemukakan hadis kepada orang banyak dengan menyebutkan para periwayatnya di dalam sanad yang menyampaikan hadis itu, begitu juga metode periwayatan yang ditempuhnya.

b. Ulama hadis mengemukakan berbagai hadis yang telah dikemukakan oleh para guru hadis, atau berbagai kitab, atau lainnya, yang susunannya dikemukakan berdasarkan riwayatnya sendiri, atau para gurunya, atau temannya, atau orang lain, dengan menerangkan siapa

13 Ahmad Izzan, Studi, hlm. 2

14 M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, cet. 2, (Jakarta: Bulan Bintang, 2007), hlm. 41.

(26)

11

periwayatnya dari para penyusun kitab atau karya tulis yang dijadikan sumber pengambilan.

c. Menunjukkan asal-usul hadis dan mengemukakan sumber pengambilannya dari berbagai kitab hadis yang disusun oleh para mukharijnya langsung, yakni para periwayat yang menjadi penghimpun bagi hadis yang mereka riwayatkan.

d. Mengemukakan hadis berdasarkan sumbernya atau berbagai sumber, yakni kitab-kitab hadis, yang di dalamnya disertakan metode periwayatannya dan sanadnya, serta diterangkan pula keadaan para periwayat dan kualitas hadisnya.

e. Menunjukkan atau mengemukakan letak asal hadis dari sumbernya yang asli, yakni berbagai kitab, yang di dalamnya dikemukakan hadis itu secara lengkap dengan sanad-nya masing-masing. Lalu, untuk kepentingan penelitian, dijelaskan pula kualitas hadis yang bersangkutan.

2. Metode Takhrij Hadis

Metode Takhrij hadis sama dengan metode penelitian pada umumnya.

Yaitu meliputi tiga prose, yaitu pengumpulan data, kemudian pengolahan data yang dikumpulkan tadi, kemudian melakukan analisis data-data tersebut.15 Berikut penjelasannya:

a. Pengumpulan Data

Menurut Abdul Majid Khon hal pertama yang harus dilakukan peneliti hadis adalah mengumpulkan data-data yang terdiri dari matan dan sanad dengan lengkap dari berbagai kitab induk hadis. Usaha untuk mengumpulakan dengan menelusuri kemudian menyertakan sanad-sanad dari riwayat lain terhadap suatu hadis disebut dengan i‟tibar. I‟tibar ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada atau tidaknya

15 Abdul Majid Khon, Takhrij Dan Metode Memahami Hadis, cet. 1, (Jakarta: Amzah, 2014), hlm. 7.

(27)

12

jalur riwayat lain. Jika ditemukan jalur lain pada kalangan sahabat disebut Syahid, jika ditemukan pada kalangan tabi‟in disebut Tabi‟.16

Adapun metode takhrij hadis yang untuk menelusuri suatu hadis dari kitab induk dapat dilakukan dengan lima metode sebagai berikut:

1.) Bi al-Lafzi (dengan kata), Menggunakan Mu‟jam al-Mufahras li Alfazh al- Hadits an-Nabawi

2.) Bi al-Maudlu‟ (dengan topik), Menggunakan Miftah min Kunuz Al-Sunnah

3.) Bi awwal al-matn (dengan awal matan), Menggunakan Al- Mausu'ah fi Athraf Matn Al-Hadits maupun Al-Jami' Al-Shagir 4.) Bi al-rawi al-a‟la (dengan rawi paling atas), Menggunakan

Musnad Al-Imam Ahmad bin Hambal

5.) Bi al-shifah al-hadits (dengan status hadis), Menggunakan Al- Mutawatir, Al-Ahadits Al-Qudsiyyah, dan Al-Shahih.

b. Pengolahan Data

Setelah data dikumpulkan dilakukanlah pengolahan terhadap data-data tersebut dengan memvaliditasi dan menelaah ulang data yang didapat dari kitab induk tersebut, baik itu nama kitabnya, bab, nomor hadis, juz, maupun halamannya. Semuanya divaliditasi dan ditelaah ulang untuk dibentangkan sanadnya dalam bentuk skema untuk memudahkan peneliti kemudian ditambah dengan mengolah sumber- sumber terkait.

Ada tiga hal yang penting diperhatikan dalam dalam skema sanad, yaitu jalur seliruh sanad, nama-nama para perawi dalam keseluhan sanad dan bagaimana metode periwayatan yang digunakan oleh para perawi.17

c. Analisis Data

Setelah pengolahan data selanjutnya dilakukan analisis terhadap data tersebut. Adapun data yang dianalisis mencakup matan dan sanad

16 Ibid.

17 Ibid., hlm. 10-11.

(28)

13

yang kemudian hasil dari analisis ini disebut dengan istilah kritik hadis.

Kritik hadis dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kritik matan dan kritik sanad. Kritik matan disebut dengan kritik internal atau al-Dakhili sedangkan kritik sanad disebut dengan kritik eksternal atau al- Khariji.18

Adapun yang diteliti dalam kritik ini adalah dalam kritik matan diteliti apakan matan hadis tersebut bertentangan dengan al-qur‟an, hadis yang lebih kuat, atau bahkan logika atau akal sehat. Dalam kritik sanad diteliti apakah sanadnya saling bersambung sampai akhir, perowi harus „adil dan Dlabith, serta tidak ada kejanggalan maupun cacat.

3. Ketentuan Keshahihan Hadis

Untuk mengetahui keshahihan sebuah hadis terlebih dahulu perlu adanya analisis terhadap hadis itu sendiri dengan melihat pembuktian kriteria keshahihan hadis yang telah disepakati oleh para ulama hadis.

Adapun kriteria keshahihan hadis yang sudah disepakati para ulama hadis adalah sanadnya saling tersambung, semua periwayatnya harus „Adil dan Dlabith, serta terhindar dari Syadz dan „Illat.19 Berikut uraian analisis keshahihan hadis diatas:

a. Sanad Tersambung

Sanad tersambung artinya adalah setiap perawi yang disebutkan dalam suatu sanad bertemu dan menerima periwayatan dari perawi sebelumnya, baik penerimaanya secara langsung atau secara hukum.20 b. Periwayat „Adil

Periwayat „Adil artinya adalah perawi hadis tersebut merupakan orang yang konsisten dalam beragama islam, baik akhlaknya, tidak

18 Ibid., hlm. 11.

19 Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, (Jakarta: Amzah, 2016), hlm. 168.

20 Ibid.

(29)

14

fasik, dan tidak melakukan perbuatan yang membuat cacat muru‟ah- nya.21

c. Periwayat Dlabith

Periwayat dlabith artinya adalah periwayat hadis itu memiliki daya ingat hafalan yang kuat dan sempurna,22 jadi jika perawi pelupa atau pikun maka dia tidak dianggap dlabith.

d. Terhindar dari Syadz

Terhindar dari Syadz artinya adalah tidak ditemukannya kejanggalan dalam suatu hadis, maksudnya periwayatan orang yang tsiqah (Adil dan Dlabith) tidak bertentangan dengan periwayatan orang yang lebih tsiqah.23

e. Terhindar dari „Illat

Terhindar dari „Illat artinya adalah bahwa pada suatu hadis tidak terdapat cacat, penyakit, uzur, atau alasan secara tersembunyi yang dapat membuat cacat keabsahannya padahal lahirnya terlihat selamat dari cacat tersebut.24

4. Kehujjahan Hadis

Dr. Nuruddin „Itr menyebutkan bahwa jumhur ulama baik dari kalangan Muhadditsin dan ahli ushul dan lainnya sepakat bahwa hadis Shahih dan Hasan baik li dzatihi maupun li ghairihi dapat diterima dan dipakai sebagai hujjah. 25 Adapun hadis yang dla‟if terdapat perbedaan pendapat, Berikut rinciannya:

a. Pendapat Pertama

Pendapat Imam Ahmad, Abu Daud dan sebagainya bahwa hadis Dla‟if dapat diamalkan secara mutlak dan tentunya dapat dijadikan sebagai hujjah baik tentang masalah halal-haram maupun tentang

21 Ibid., hlm. 169.

22 Ibid., hlm. 170.

23 Ibid., hlm. 171.

24 Ibid., hlm. 172.

25 Nuruddin „Itr, Ulumul Hadis, Terjemah Manhaj al-Naqd fi „Ulum al-Hadits oleh Drs.

Mujiyo, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 244-275.

(30)

15

kewajiban, dengan syarat tidak ada hadis lain yang menerangkannya.

Menurut Nuruddin „Itr tentunya yang dimaksudkan disini adalah hadis yang tidak terlalu dha‟if sampai ditinggalkan.26

b. Pendapat Kedua

Pendapat kebanyakan Muhadditsin, Fuqaha dan kebanyakan ulama lainnya, seperti Imam al-Nawawi, Syekh Ali Qari dan Ibnu Hajar al- Haitami bahwa hadis dla‟if dipandang baik untuk diamalkan dalam fadla`il al-a‟mal, baik dalam perkara yang dianjurkan maupun perkara yang dilarang. Pendapat inilah yang dipilih oleh Dr. Nuruddin „Itr dan peneliti. Adapun syarat untuk mengamalkannya telah dijabarkan oleh al- Hafizh Ibnu Hajar, sebagaimana berikut:

1.) Telah disepakati untuk diamalkan, yaitu hadis yang tidak terlalu dla‟if sehingga tidak bisa diamalkan juga hadis yang hanya diriwayatkan oleh pendusta atau dituduh dusta atau orang yang banyak kesalahan.

2.) Berada dibawah satu dalil yang umum, jika tidak dinaungi dalil pokok maka tidak dapat diamalkan.

3.) Ketika diamalkan tidak boleh disertai keyakinan atas kepastian keberadaannya, agar terhindar dari kenyandaran kepada Nabi Saw.27 c. Pendapat Ketiga

Tidak dapat sama sekali diamalkan apalagi dijadikan sebagai hujjah baik untuk perkara fadla`il al-a‟mal maupun dengan hal yang berkaitan dengan halal-haram. Menurut Nuruddin „Itr Pendapat ini dinisbatkan kepada Qadhi Abu Bakar Ibnu al-„Arabi, al-Syihab al- Khafaji dan al-Jalal al-Dawani.28

26 Ibid., hlm 297-298.

27 Ibid., hlm 299-300.

28 Ibid., hlm 300.

(31)

16 B. Kitab Lubab al-Hadits

1. Biografi Penulis Jalal al-Din al-Suyuthi (849 H. – 911 H.) a. Sejarah hidup

Nama lengkap beliau adalah Abdu al-Rahman bin al-Kamal bin Abu Bakar bin Muhammad bin Sabiq al-Suyuthi. Ada yang menambahkan menjadi Al-Hafizh Abdurrahman ibnu Al-Kamal Abi Bakr bin Muhammad bin Sabiq al-Din Ibn Al-Fakhr Utsman bin Nazhir al-Din al-Hamam al-Khudairi al-Sayuthi. Didalam kitab Mu‟jam al-Mallifin namanya ditambahkan dengan Athaluni al-Mishri Al-Syafi‟i, dan diberi gelar Jalaluddin, serta di panggil dengan nama Abdul Fadhal. Adapun sebutan Al-Suyuthi diambil dari nama daerah tempat kelahiran beliau yakni sebuah daerah pedalaman di Mesir.29

Al-Suyuthi juga diberi gelar Ibnu Al-Kutub karena dilahirkan di antara buku-buku milik Ayah beliau dan karena ketika beliau lahir, beliau diletakkan ibunya di atas buku. Al-Suyuthi hidup pada masa dinasti Mamluk pada abad ke-15 M. dan berasal dari keluarga keturunan Persia yang pada awalnya bermukim di Baghdad kemudian pindah ke Asyuth. Keluarga beliau merupakan orang-orang terhormat pada masanya dan ditempatkan pada posisi-posisi penting dalam pemerintahan.30

Al-Suyuthi dilahirkan pada awal Rajab 849 H. Bapak beliau meninggal saat beliau masih berusia enam tahun. Beliau di bawah pengawasan Al-Syihab bin Al-Thabbakh. Walaupun demikian, beliau mendapatkan kesempatan yang bagus untuk belajar. Dalam urutan nama-nama guru beliau, kita temukan hampir semua para tokoh terkemuka pada masanya, dan jumlah guru-gurunya mencapai lebih dari 150 orang.31

29 Muhammad Ismail Shaleh Batubara, “Konsistensi Imam Jalaluddin As-Suyuthi Menafsirkan Ayat-Ayat Sumpah”, Tesis Pascasarjana, Medan, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan, 2016, hlm. 18.

30 Ibid.

31 Ahmad Izzan, Studi Takhrij Hadis, cet. 1, (Bandung: Tafaqur, 2012), hlm. 244.

(32)

17

Dengan keadaan yatim piatu tidak membuat Al-Suyuthi patah semangat dalam mengarungi samudera ilmu pengetahuan. Al-Dzahabi menjelaskan bahwa Imam Jalal al-Din al-Suyuthi merupakan orang yang paling alim di zamannya dalam segala disiplin ilmu, baik yang berkaitan dengan Al-Quran, Hadits, rijal hadis dan gharib al-hadits.

Dalam sebuah kesempatan Imam Jalal al-Din al-Suyuthi pernah mengungkapkan bahwa beliau hafal hadits sebanyak 200.000 hadits, bahkan beliau pernah mengatakan “sekiranya saya menemukan lagi hadits yang labih banyak dari jumlah tersebut, saya pasti bisa menghafalnya”. Salah satu kelebihan al-Suyuthi adalah beliau pernah bermimpi bertemu dengan Rasulullah saw, dalam mimpi tersebut beliau sempat bertanya kepada Nabi “apakah saya termasuk ahli surga? Kemudian Nabi menjawab ya, kemudian beliau bertanya lagi”apakah saya akan diazab terlebih dahulu ya Rasul? Kemudian Rasul menjawab “tidak”. Selain dari menghafal Al-quran, hadits beliau juga mampu menghafal berbagai kitab yang membahas berbagai ilmu pengetahuan, sebagian diantaranya adalah kitab Umdah al-Ahkam, Alfiyyah ibnu Malik, Minhaj al-Thalibin, dan lain-lain.32

Al-Suyuthi telah menghabiskan umurnya untuk mengajar, memberikan fatwa dan mengarang kitab. Akan tetapi menjelang usia tuanya ia meninggalkan tugas mengajar dan berfatwa, dan lebih memilih ber-uzlah (menyendiri) dari keramaian dunia untuk beribadah dan mengarang saja. Imam agung ini meninggal pada usia 61 tahun 10 bulan 18 hari, yaitu pada malam jum'at tanggal 19 Jumadil Ula tahun 911 H. di Khusy Qusun di luar pintu Qarafah Kairo, Mesir. Jasad mulianya disemayamkan berdekatan dengan makam Imam Syafi‟i dan Imam Waqi‟ (guru Imam Syafi‟i). Makamnya selalu tertutup, tidak bisa masuk ke dalam kecuali dengan menghubungi juru kunci. Namun menurut al-Idrusi, Imam al-Suyuthi meninggal pada waktu Ashar tanggal 19 Jumadil Ula tahun 911 H/1505 M. Beliau dishalatkan di

32 Muhammad Ismail, Konsistensi, hlm. 19.

(33)

18

Masjid Jami‟ al-Afariqi di ruangan bawah. Kemudian beliau dimakamkan di sebelah timur pintu al-Qarafah. Sebelum meninggal dia mengalami sakit selama 3 hari.33

Makam Al-Suyuthi hanya berjarak kurang lebih 3 KM. dari Universitas Al-Azhar, Kairo, itu artinya hanya butuh belasan menit dengan berkendara Bus atau Taxi dari Al-Azhar untuk menuju ke sana. Disamping juga letaknya yang sangat strategis, kurang lebih 50 meter dari Mahattah Sayyidah Aisyah.34

b. Pendidikan Jalaluddin as-Suyuthi

Al-Suyuti mulai belajar ilmu keislaman dengan serius sejak usia 15 tahun, beliau mengembara ke beberapa negeri. Pada tahun 869 H.

ia pergi naik haji ke Makkah. Kemudian setelah tinggal beberapa waktu di tanah suci itu, ia kembali lagi ke Kairo. Di sanalah ia mulai mengajarkan fikih sampai pada tahun 872 H ia diangkat sebagai guru besar, suatu jabatan yang pernah diduduki ayahnya, di sekolah Syaikhuniyah. Jabatan itu diberikan kepadanya atas rekomendasi seorang ulama besar di negeri itu yaitu Syeikh al-Bulqaini.

Pernah pada suatu saat waktu al-Suyuthi pergi berhaji, beliau meminum air Zamzam dengan dua niat, yaitu ingin menguasai Fiqh sampai setingkat dengan Imam Syiraj al-Din alBulqini dan ingin menguasai Hadits sampai setingkat dengan Imam al-Hafzh ibn Hajar al-Asqalani. Diantara guru-guru beliau yang bisa dicatat antara lain:

Imam Syiraj al-Din al-Bulqini, Syaikh „Alam al-Din, Imam Syihab al- Din al-Sharamsahi, Syarf al-Din al-Munawi dan Imam Taqi al-Din al- Syamni al-Hanafi. Diantara murid-murid beliau yang paling mashur adalah Muhammad ibn „Ali al-Dawadi, wafat pada tahun tahun 945 H, Zain al-Din Abu Hafs „Umar bin Ahmad al-Syima‟i, wafat pada tahun

33 Manna‟ Khalil al-Qaththan, Mabahits fi Ulum al-Qur‟an; Penerj: Ainur Rafiq elMuzni) Cet.2, (Jakarta, Pustaka al-Kautsar, 2007), hlm. 109.

34 Ibid., hlm. 20.

(34)

19

936 H dan Muhammad bin Ahmad bin Ayyas, wafat pada tahun 930 H.35

Nuril Hidayah menuliskan, dalam usia 27 tahun al-Suyuthi sudah menjadi mufti dalam semua disiplin ilmu; tafsir, hadis, fikih, nahwu, ma‟ani, ilmu badi‟ Arab. Pada tahun 891 H beliau dipindahkan ke madrasah yang lebih terkenal dari Syaikhuniyah yaitu madrasah Baibirsyah. Akan tetapi tak berapa lama ia mengundurkan diri dari jabatan guru besar karena difitnah telah menyalahgunakan barang- barang inventaris sekolah.36

Setelah terbukti tidak bersalah, jabatan itu berkali-kali ditawarkan lagi kepadanya tetapi Al-Suyuti tidak sedikitpun berkeinginan untuk menduduki jabatan itu lagi.

c. Karya-karya Jalal al-Din al-Suyuthi

Adapun mengenai karya beliau, Drs. H. Ahmad Izzan, M.Ag.

menulis dalam kitabnya Studi Takhrij Hadis bahwa karya al-Suyuthi mencapai lebih dari enam ratus buah. Salah satu karyanya yang menarik simpati kita di sini adalah koleksi komprehensif beliau dari hadis nabi. Oleh Ibn Al-Atsir dan Haytami hadis-hadis tersebut dikumpulkan dan disusun dalam satu buku. Hanya saja, Ibnu Hajar (wafat 852 H), pertama kali menentang pemikiran dan praktik penghimpunan hadis Nabi ke dalam satu buku, namun, kemudian beliau meninggalkan ide ini. Al-Suyuti mengikuti pola ini dan menyusun beberapa buku berikut ini: Al-Jami‟ Al-Kabir atau Jami‟

Al-Jawami‟. Al-Suyuti berniat untuk menyatukan semua hadis Nabi ke dalam sebuah buku. Beliau membagi karya beliau menjadi dua bagian, yaitu: (1) Bagian perkataan nabi; (2) Tindakan Nabi.

Dalam bagian pertama, Al-Suyuti menyusun seluruh perkataan nabi secara alfabetik. Walaupun demikian, dalam bagian kedua yang

35 Jalal al-Din al-Suyuthi, al-Itqan fi „Ulum al-Qur‟an (Beirut: Muasisah alKitab al- Thaqafiyah, 1416 H/1996 M), hlm. 8.

36 Nuril Hidayah,“Mengenal Imam Al-Suyuti Dan Kitab Hadisnya Al-Jami‟ Al-Saghir”, Usrah, No, 1 Tahun 2020, hlm. 13.

(35)

20

berkaitan dengan tindakan, beliau menyusunnya berdasarkan patokan para sahabat secara terpisah. Beliau melepaskan semua isnad dan merujukkannya kepada otoritas seseorang yang membenarkan hadis tertentu dalam kitabnya. Al-Suyuti beliau meninggal tanpa sempat menyelesaikan proyek ini. Selama periode ini, beliau menciptakan dua koleksi kecil, kebanyakan berasal dari materi “The Grand Collection:

(Al-Jami‟ Al-Shaghir-nya):

1.) Al-Jami‟ al-Shaghir yang memuat sepuluh ribu sepuluh hadis (10.010). Kitab ini berisikan perkataan Nabi yang disistematisasikan dalam urutan abjad, tanpa isnad. Karya ini disempurnakan beliau pada 907 H.

2.) Ziyadat „Ala al-Jami‟ al-Shaghir.

Setelah merampungkan Al-Jami‟ al-Shgahir, Al-Suyuti mengumpulkan jumlah materi hadis yang sangat baik, kemudian menyusunnya dalam pola Jami‟ al-Shaghir dengan menyisipkan tambahan. Namun, Yusuf al-Nabahani memadukan materi buku-buku tersebut secara terpadu ke dalam sebuah unit dengan pola Suyuti dan diberi nama Al-Fath al-Kabir Fi Damma al-Ziyadat ila al-Jami‟ al- Shaghir. Kitab ini telah dipublikasikan dalam tiga jilid di Mesir tahun 1352/1932. sebagai karya asli yang disusun menurut abjad bukan berdasarkan materi, buku ini sangat susah untuk digunakan.

Seorang ulama India, Ali bin Hisamuddin (wafat 975 H. di Makkah) yang dikenal sebagai Al-Muttaqi al-Hindi, menyusun seluruh materi ketiga buku karya Al-Suyuti berdasarkan bab-bab hukum dan diberi judul Kanzul Ummal Fi Sunan al-Aqwal wa al- Af‟al. Karya ini merupakan koleksi hadis terbesar dalam satu unit buku. Kitab ini telah dipublikasikan dua kali di kota Haydarabad, India.

(36)

21

Sebagai kumpulan kitab hadis, kitab ini memuat semua bentuk hadis dan penilaian Suyuti, tentag ke-shahih-an tidak dimunculkan di sana. Oleh karena itu, buku tersebut tidak begitu berdaya guna sebagai bacaan umum. Walaupun demikian, ada suatu tuntutan dan desakan agar buku tersebut dijadikan koleksi yang komprehensif di bidang hadis.37

Adapun karangan lainnya dibidang hadis, syarah hadis dan ilmu Hadis adalah sebagai berikut:

1.) Tanwir al-Hawalik fi Syarah Muwatta‟ al-Imam Malik.

2.) Jam‟ual-Jawami‟.

3.) Syarah Al-fiyyah al-„Iraqi.

4.) Kasyf al-Muwatta

5.) Lubab al-Hadis (Kitab yang sedang peneliti bahas) 6.) Al- La‟ali al-Masnu‟ah fi Ahadis al-Maudu‟ah.

7.) Al-Azhar al-Mutanasirah fi al-Hadis.

8.) Asbab Wurud al-Hadis 9.) Syarah Sunan Ibnu Majah.

10.) Al-Madraj ila al-Madraj.

11.) Azkar al-Azkar.

12.) Jiyad al-Musalsalat.

13.) Wusul al-Amani bi Usul al-Tihani.

14.) Al-Raud al-Aniq fi Fadl al-Sadiq.

2. Motivasi Penulisan Kitab Lubab al-Hadits

Sebagaimana tertulis dalam muqaddimah kitab ini dijelaskan bahwa penulis ingin mengumpulkan hadis yang isnadnya shahih dan kuat, maka beliau akhirnya menilis kitabnya tersebut dengan memotong sanadnya dan membuat kitabnya menjadi 40 bab, pada setiap bab berjumlah 10 hadis. Menutut peneliti atas dasar ini maka kitab lubab al-hadis ini

37 Ahmad Izzan, Studi, hlm. 245 – 246.

(37)

22

disusun. Atas dasar ini jugalah sehingga beliau termotivasi untuk menghimpun sebuah kitab yang ringan dan ringkas yang didalamnya membahas berbagai amalan yang mempunyai banyak keutamaan, baik yang menyangkut ibadah maupun amalan utama dan adab yang harus dikerjakan oleh setiap orang mukmin.

3. Latar Belakang Penulisan dan Cara Pengutipan Hadis

Sebagaimana yang diterangkan dalam jurnal dari Nuril Azizah dengan judul Hadits-Hadits Tentang Keutamaan Nikah Dalam Kitab Lubab Al-Hadits Karya Jalal Al-Dan Al-Suyuthi bahwa kitab Lubab al- Hadits karya Imam Jalal al-Din al-Suyuthi dihimpun berdasarkan sumber-sumber dari Nabi Muhammad saw. yang berupa khabar-khabar dan atsar yang diriwayatkan dari Nabi saw. Namun, dalam kitab ini beliau sengaja menghilangkan isnad-isnad-nya dengan tujuan untuk meringkasnya. Yakni dengan tujuan untuk memudahkan para membaca dalam mempelajari hadits-hadits tersebut. Sehingga dalam penulisan kutipan dan penggunaan hadîts tidak dicantumkan sand hadits tersebut.

Nuril Azizah menambahkan, dari segi metodologi, Al-Suyuthi hanyalah mengumpul dan menyebut riwayat-riwayat dalam hadîts tanpa mengira status riwayat tersebut, ada shahih, dla‟if bahkan ada riwayat yang palsu. Sehubungan dengan ini hampir sama dengan metode penulisan dalam salah satu karya tafsir beliau, yakni kitab “al-itqan fî

„Ulûm al-Qur‟an”, dan “al-Dur al-Mantsur fii Tafsir al-Ma‟tsur”. Dr.

Al-Dzahabi menyebut: “Al-Suyuthi seorang lelaki yang tersohor dalam membawa riwayat yang banyak, walaupun dia seorang yang menguasai ilmu hadits dan „illat-nya (kecacatan hadits) tetapi dia tidak memilih riwayat yang shahih saja dalam haditsnya, karyanya ini perlu kepada penilaan sehingga dapat diambil isinya”.

Nuril Azizah menambahkan, memang telah diakui, dalam karya- karyanya beliau seringkali menukil qaul-qaul ulama terdahulu. Hal ini patut dimaklumi, mengingat karena karangan-karangan beliau

(38)

23

kadangkala berupa ringkasan, syarh, hasyiyah, nazham atau komentar dari karya-karya ulama sebelumnya. Secara otomatis, beliau harus mengutip kembali qaul-qaul sang pengarangnya.38 Dengan demikian, Sebenarnya metode yang beliau sama halnya dengan metode beliau dalam kitab-kitab lain beliau pada umumnya.

4. Sistematika Penulisan Kitab

Al-Suyuthi selaku penulis kitab Lubab al-Hadits sendiri menjelaskan dalam muqaddimah kitabnya bahwa beliau ingin mengumpulkan khabar- khabar tentang nabi Muhammad SAW. begitu juga dengan Atsar-atsar yang diriwayatkan dengan Isnad (penyandaran) yang Shahih lagi Watsiq (kuat), atas dasar inilah beliau menulis kitab Lubab al-Hadits.39 Dari keterangan diatas dapat dipahami bahwasanya riwayat-riwayat hadis yang beliau tulis berasal dari sumber-sumber yang menurut beliau shahih dan kuat tanpa penjelasan apakah beliau sendiri telah mengakui keshahihan riwayat-riwayat yang beliau tulis tersebut, artinya beliau hanyalah mengutip hadis-hadis yang beliau tulis dari sumber-sumber yang menurut beliau baik.

Adapun mengenai cara penulisan, beliau telah menyatakan telah membuang sanad-sanad dari seluruh riwayat yang beliau kutip40, artinya tidak ada satupun hadis yang ditulis dalam kitab ini dengan menyertakan sanadnya. Seluruh hadis yang ditulis langsung di nisbatkan kepada Nabi Muhammad SAW. dengan menggunakan teks “Qala Shallallahu „alaihi wa sallam” atau “Qala Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam” dan ada beberapa teks dengan menyertakan Rawi al-A‟la (Periwayat terdekat dari sumber asal suatu riwayat) kemudian langsung disandarkan kepada nabi SAW.

Dalam muqaddimah kitab ini al-Suyuthi menyatakan bahwa beliau menulis seluruh hadisnya dalam 40 bab dan dalam setiap bab terdapat 10

38 Nuril Azizah, Hadits-Hadits, hlm. 118

39 Jalaluddin as-Suyuthi, Lubab., hlm. 2.

40 Ibid.

(39)

24

hadis. Jika dihitung kasar, dari penjelasan itu diketahui bahwa jumlah seluruh hadis yang terdapat dalam kitab ini adalah total 400 hadis, akan tetapi setelah peneliti melakukan penghitungan ulang didapati bahwa jumlah sebenarnya jumlah dari seluruh hadis yang ditulis dalam kitab ini total 405 hadis. Hal demikian wajar karena sudah menjadi suatu kebiasaan orang membulatkan hitungan, hal yang sama juga dijumpai pada kitab Al-Arba‟in karya Imam al-Nawawi.

Penulis kitab ini membagi hadis-hadis yang ada menjadi 40 bab, pada setiap bab terdapat 10 hadis kecuali pada bab ke-4 yang berisi 9 hadis begitu juga bab ke-2, 9, 11, 26, 32, dan ke-37 yang berisi 11 hadis, Jika ditotalkan seperti yang telah peneliti sebutkan bebelumya maka secara keseluruhan didalamnya terdapat 405 hadis.

5. Gambaran Isi Kitab

Adapun mengenai isi kitab ini pada bab pertama dimulai dengan bab yang membahas tentang Keutamaan Ilmu dan Ulama, kemudian diikuti bab Keutamaan Laa Ilaaha Illallah Muhammadur Rasulullah, bab Keutamaan Bismillahirrahmanirrahim, bab Keutamaan Shalawat Nabi, bab Keutamaan Iman, bab Keutamaan Wudhu, bab Keutamaan Siwak, bab Keutamaan Adzan, bab Keutamaan Shalat Berjamaah, bab Keutamaan Jum`at, bab Keutamaan Masjid, bab Keutamaan Bersurban, bab Keutamaan Puasa, bab Keutamaan Ibadah Fardhu, bab Keutamaan Ibadah Sunnah, bab Keutamaan Zakat, bab Keutamaan Sedekah, bab Keutamaan Salam, bab Keutamaan Do‟a, bab Keutamaan Istighfar, bab Keutamaan Zikir, bab Keutamaan Tasbih, bab Keutamaan Taubat, bab Keutamaan Fakir, bab Keutamaan Nikah, bab Ancaman Perbuatan Zina, bab Ancaman Perbuatan Homoseks, bab Larangan Minum Khamr/Arak, bab Keutamaan Memanah, bab Keutamaan Berbakti Kepada Kedua Orang Tua, bab Keutamaan Mendidik Anak-anak, bab Keutamaan Tawadlu, bab Keutamaan Diam, bab Keutamaan Mengurangi Makan, Minum dan Menganggur, bab Keutamaan Mengurangi Tertawa, bab

(40)

25

Keutamaan Menjenguk Orang Sakit, bab Keutamaan Mengingat Kematian, bab Keutamaan Mengingat Kubur dan Ihwalnya, bab Larangan Meratapi Manyat dan diakhiri dengan bab tentang Keutamaan Sabar dikala Mendapat Musibah.Lebih jelasnya mengenai gambaran isi kitab ini perhatikan tabel berikut:

NO.

BAB NAMA BAB JUMLAH HADIS

1.

ءاملعلاك ملعلا ةليضف

10 Hadis

2.

الله لاإ ولإ لا ةليضف

11 Hadis

3.

الله الرحمن الرحيممسب ةليضف

10 Hadis

4.

صلى الله عليه وسلم بينلا ىلع ةلاصلا ةليضف

9 Hadis

5.

فايملإا ةليضف

10 Hadis

6.

ءوضولا ةليضف

10 Hadis

7.

ؾاوسلا ةليضف

10 Hadis

8.

فاذلأا ةليضف

10 Hadis

9.

ةعاملجا ةلاص ةليضف

11 Hadis

10.

ةعملجا ةليضف

10 Hadis

11.

دجاسلما ةليضف

11 Hadis

12.

ميامعلا ةليضف

10 Hadis

13.

ـوصلا ةليضف

10 Hadis

14.

ضيارفلا ةليضف

10 Hadis

15.

ننسلا ةليضف

10 Hadis

16.

ةاكزلا ةليضف

10 Hadis

17.

ةقدصلا ةليضف

10 Hadis

18.

ـلاسلا ةليضف

10 Hadis

19.

ءاعدلا ةليضف

10 Hadis

20.

رافغتسلاا ةليضف

10 Hadis
(41)

26

21.

الله ركذ ةليضف

10 Hadis

22.

حيبستلا ةليضف

10 Hadis

23.

ةبوتلا ةليضف

10 Hadis

24.

رقفلا ةليضف

10 Hadis

25.

حاكنلا ةليضف

10 Hadis

26.

نىزلا ىلع ديدشتلا

11 Hadis

27.

طاوللا ىلع ديدشتلا

10 Hadis

28.

رملخا برش عنم

10 Hadis

29.

يمرلا ةليضف

10 Hadis

30.

نيدلاولا رب ةليضف

10 Hadis

31.

دلاكلأا ةيبرت ةليضف

10 Hadis

32.

عضاوتلا ةليضف

11 Hadis

33.

تمصلا ةليضف

10 Hadis

34.

ةحارلاك ـونلاك لكلأا نم ؿلاقلإا ةليضف

10 Hadis

35.

كحضلا نم ؿلاقلإا ةليضف

10 Hadis

36.

ضيرلما ةدايع ةليضف

10 Hadis

37.

تولما ركذ ةليضف

11 Hadis

38.

ولاوىأك برقلا ركذ ةليضف

10 Hadis

39.

تيلما ىلع ةحاينلا عنم

10 Hadis

40.

ةبيصلما ىلع برصلا ةليضف

10 Hadis
(42)

27 6. Kelebihan dan Kekurangan Kitab

Setiap kitab pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri, begitu juga dengan kitab Lubab al-Hadits ini. Mengetahui kelebihan dan kekurangan kitab diperlukan untuk mengkaji sebuah kitab lebih dalam.

Berikut selengkapnya:

a. Kelebihan

Diantara kelebihan kitab ini yang peneliti temukan adalah kitab ini disusun oleh Imam Al-Suyuthi yang dikenal ahli dibidang hadis dan ilmu lainnya. Al-Suyuthi dikenal sebagai sosok ulama yang rajin menulis kitab hadis dan ilmu keislaman lainnya, diantara kitab yang beliau tulis dibidang hadis yang terkenal dan banyak di rujuk sampai sekarang adalah kitab Jam‟u al-Jawami‟ yang merupakan gabungan kitab beliau lainnya Jami‟ al-Shoghir dan Jam‟u al-Kabir. Jadi kitab ini ditulis oleh ulama yang memang ahli dibidang hadis.

Kelebihan lain dari kitab ini adalah bahwa kitab ini ditulis tanpa menyertakan sanad sehingga mempermudah bagi orang yang ingin menghafal matan hadisnya. Hadis ini kebanyakannya langsung di nisbatkan kepada rasulullah tanpa menyebutkan seorang perawipun, walaupun sesekali menyebutkan Rawi al-A‟la-nya saja pada beberapa hadis.

Kitab ini disusun oleh penulisnya dengan susunan yang bagus dan sistematis. Setiap hadis dengan tema yang sama diletakkan pada babnya masing-masig sehingga tidak tercampur dengan hadis yang berbeda tema. Begitu juga dengan penamaan setiap bab yang sesuai dengan tema hadisnya sehingga bagi orang yang pertama melihat bisa langsung dapat memahami susunan hadisnya.

b. Kekurangan

Kitab ini ditulis tanpa sanad dan tidak ada keterangan

Referensi

Dokumen terkait

Dari pernyataan diatas, tidak ada seorang ulama kritikus hadis yang mencela Ibnu Mâjah , pujian yang diberikan kepadanya adalah pujian yang bertingkat tinggi, dengan

STUDI KUALITAS SANAD HADIS BAB GÎBAH KITAB IRSYÂD AL- `IBÂD ILÂ SABÎL AL-RASYÂD (Karya: Syaikh Zain al-Dîn al-Malîbârî).. Hadis merupakan sumber ajaran Islam yang kedua

Berdasarkan pemaparan di atas, menurut penulis penting sekali adanya penelitian tentang kitab hadis Madura dengan study kajian terhadap kitab karya Madjid Tamim,

Skripsi yang berjudul “Kontribusi Syaikh Yasin Bin Isa Al-Fadani Dalam Perkembangan Kajian Hadis Di Indonesia Melalui Karyanya Kitab Al-Mujalah Fi Al-Hadis Al-Musalsal”

Matan hadis ini terkait dengan banyak sekali hadis lain, karena dalam berbagai riwayat justru kandungan hadis ini berdiri sendiri dalam satu hadis. Yaitu hadis

Dalam bab ini dijelaskan tentang latar belakang, memberikan penjelasan dalil hadis yang digunakan untuk menjelaskan singkat dari objek penelitian, mengapa peneltian ini

Atas dasar paradigma tersebut pada akhirnya martabat kitab hadis antara yang satu dengan yang lain menjadi berbeda-beda, sehingga ketika sebuah kitab hadis menurut

Setelah dilakukan penelitian sanad terhadap hadis-hadis akhlak kepada kedua orang tua yang terdapat di dalam kitab al-Akhlāq li-al-Banīn karya Umar bin Ahmad