MAKALAH BIOLOGI KRUSTASEA KAWASAN WALACEA
“Pergerakan Krustasea”
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam ciptaan-Nya. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada teladan kita Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempurna dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas Mata Kuliah Biologi Krustasea Kawasan Wallacea, dengan judul “Pergerakan Krustasea”. Disamping itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak, Ibu, dan pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya makalah ini.
Kami sadar, kami disini masih dalam proses pembelajaran, sehingga penulisan makalah ini tentu saja masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih baik di waktu-waktu mendatang.
Akhir kata, kami sampaikan banyak terima kasih semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita.
Polewali, 01 Mei 2021
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah 1 C. Tujuan Penulisan 1
BAB II PEMBAHASAN 2
A. Mekanisme Pergerakan pada Krustasea 2
B. Organ Sensorik yang Berperan dalam Pergerakan Krustasea 3 C. Sistem Syaraf yang Berperan dalam Pergerakan Krustasea 3
BAB III PENUTUP 4 A. Kesimpulan 4 B. Saran 4
DAFTAR PUSTAKA 5
ii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kawasan wallacea adalah kawasan yang terdiri atas pulau Sulawesi, Sunda kecil, dan Maluku yang memiliki biodiversitas atau keanekaragaman hayati yang luar biasa dan vegetasi alam yang unik. Banyak organisme yang secara ekologis dan biologis sangat tergantung pada keberadaannya seperti menjadi sumber makanan dan tempat memijah seperti krustasea.
Dalam bahasa Latin, crusta artinya cangkang. Sehingga krustasea disebut juga hewan bercangkang. Krustasea merupakan spesies dari filum Arthropoda yang memiliki alat gerak (appendages) bersendi seperti udang, kepiting, dan udang karang. Krustasea hidup di danau, sungai, dan kawasan estuary. Krustasea secara ekologis menjadi sumber makanan penting bagi ikan dan predator lain, sertamenjadi predator bagi makhluk kecil lainnya. Dilihat dari nilai ekonomi, udang dan kepiting juga dapat membantu perekonomian negara.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah pada makalah ini antara lain:
1. Bagaimana mekanisme pergerakan pada krustasea?
2. Bagaimana organ sensorik yang berperan dalam pergerakan krustasea?
3. Bagaimana sistem saraf yang berperan dalam pergerakan krustasea?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penulisan dari makalah ini antara lain:
1. Untuk mengetahui mekanisme pergerakan pada krustasea.
2. Untuk mengetahui organ sensorik yang berperan dalam pergerakan krustasea.
3. Untuk mengetahui sistem saraf yang berperan dalam pergerakan krustasea.
1
II. PEMBAHASAN
A. Mekanisme Pergerakan Pada Krustasea
Kebanyakan krustasea khususnya dekapoda dapat berjalan ke segala arah sesuka mereka. Meski begitu, udang karang dan lobster sebagian besar berjalan ke depan, sedangkan kepiting berjalan ke samping. Dari sudut pandang evolusi, kepiting diyakini pertama kali berevolusi dari nenek moyang homoloid (mirip lobster) sekitar 320 MYA. Berjalan ke samping dan ke depan adalah dua kategori utama perkembangan dalam dekapoda, meskipun sedang (diagonal) berjalan-jalan telah diamati setidaknya terjadi Mictyris, Callinectes, dan Libinia.
Krustasea yang berjalan ke depan biasanya menggunakan gaya berjalan metakronal di mana gelombang langkah bergerak ke depan. Saat berjalan menyamping, kaki di satu sisi hewan memimpin jalan sementara sisi kontralateral mengikuti mereka. Meskipun mampu berjalan ke segala arah, kebanyakan krustasea homoloid berjalan terutama ke depan, dan kebanyakan kepiting ke samping. Ada beberapa contoh kepiting yang berjalan terutama ke depan. Mictyris longicarpus berjalan ke depan dan menggunakan gaya berjalan metakronal yang mirip dengan macruran.
Kepiting yang berjalan ke depan akan mengalami gaya tarik dan reaksi percepatan yang sejajar dengan sumbu longitudinalnya, sedangkan kepiting yang berjalan ke samping akan mengalami gaya tarik yang tegak lurus dengan sumbu longitudinalnya.
teratas menunjukkan perubahan posisi dari waktu ke waktu pada titik-titik yang berlabel di kaki dan dada saat berjalan-jalan.
B. Organ Sensorik yang Berperan Pada Pergerakan Krustasea
Pada umumnya, krustasea memiliki satu pasang kaki pada tiap ruas tubuh.
Pada udang dan kepiting terdapat 5 pasang kaki jalan yang digunakan untuk berjalan, berenang, serta menempel di dasar perairan.
Krustasea seperti kepiting ini juga mempunyai ruas-ruas (segmen). Jumlah ruasnya berkisar antara 19-20, yang terdiri dari bagian 6 ruas kepala. Selain itu, kepiting juga memiliki dada 8 ruas, dan perut (abdomen) 6 ruas. Abdomen kepiting mengalami reduksi serta melipat ke bawah sefalotoraks.
Kepiting mempunyai dua pasang antena yang umumnya berukuran pendek dan ramping. Mata kepiting terdapat pada rongga mata (orbit) yang dangkal.
Kaki jalan (periopod) yang berjumlah 5 pasang yang sangat panjang melebihi ukuran karapas. Pasangan kaki pertama kepiting berbentuk sapit (cheliped) sedangkan 4 pasang lainnya dapat digunakan untuk berjalan, berenang, serta sebagai alat untuk membenamkan diri.
C. Sistem Saraf yang Berperan Pada Pergerakan Krustasea
Sistem saraf krustasea adalah sistem saraf tangga tali, berupa ganglion kepala (otak) yang terhubung dengan antenna (indra peraba), serta mata (indra penglihatan), dan statosista (indra keseimbangan). Sistem saraf krustasea terdiri dari sepasang benang saraf ventral dengan sedikit ganglia dan otak yang terletak di anterior (dorsal) esofagus.
Sistem saraf ganglia yang ada pada krustasea, terdiri dari supraesofagus (otak) yang berhubungan dengan saraf ke mata,antena dan sepasang saraf mengelilingi esofagus, dan berhubungan dengan benang saraf ventral. Sistem indra yang ada pada decapoda lebih sempurna dari pada krustasea lain, sehingga memungkinkan untuk digunakan secara berkesinambungan, misalnya untuk tempat berlindung, mencari makan serta, menghindar dari predator atau lingkungan yang tidak nyaman.
3
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Mekanisme pergerakan pada krustasea contohnya dekapoda dapat berjalan ke segala arah sesuka mereka. Meski begitu, udang karang dan lobster sebagian besar berjalan ke depan, sedangkan kepiting berjalan ke samping. Pada umumnya, krustasea memiliki satu pasang kaki pada tiap ruas tubuh. Pada udang dan kepiting terdapat 5 pasang kaki jalan yang sangat panjang melebihi ukuran karapas. Pasangan kaki pertama kepiting berbentuk sapit (cheliped) sedangkan 4 pasang lainnya dapat digunakan untuk berjalan, berenang, serta sebagai alat untuk membenamkan diri. Sistem saraf krustasea adalah sistem saraf tangga tali, berupa ganglion kepala (otak) yang terhubung dengan antenna (indra peraba), serta mata (indra penglihatan), dan statosista (indra keseimbangan).
B. Saran
Dari penyusunan makalah ini, diharapakan bermanfaat bagi semua pihak baik itu mahasiswa maupun masyarakat luas dalam rangka meningkatkan pengetahuan mengenai krustasea.
DAFTAR PUSTAKA
Denanggawp. 2018. Krustasea. Lecture. Universitas Brawijaya
Gadea, A. G. V., M, D. Rinehart., J, H. Belanger. 2008. Skeletal Adaptations For Forwards and Sideways Walking In Three Species of Decapod Krustaseans.
Journal Arthropod Structure & Development. 95-108.
Hernawati, R. T., A, Nuryanto., Indarmawan. 2013. Kajian Tentang Kekayaan dan Hubungan Kekerabatan Krustasea (Decapoda) di Sungai Cijalu Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap. Jurnal Pembangunan Pedesaan. 13(1)
Lumenta, C. 2017. Avertebrata Air. Unsrat Press: Manado
Pratiwi, R. 1988. Beberapa Catatan Mengenai Marga Trapezia (Crustacea, Decapoda, Xanthidae) di Kepulauan Seribu. Jurnal Oseana. 13(3):85-96
5