• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH BUDIDAYA KERANGHIJAU

N/A
N/A
adil

Academic year: 2024

Membagikan "MAKALAH BUDIDAYA KERANGHIJAU"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

BUDIDAYA KERANG HIJAU

DISUSUN OLEH:

Kelompok 4:

1. Ananda Febriana_L031221076 2. Didi Ismail_L031221072 3. Sutriyani Sam_L031221047 4. Candra Nurul Wijaya_L031221075

BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2024

(2)

KATA PENGANTAR Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

rahmat dan hidayah-Nya yang telah menganugerahkan banyak nikmat

sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik. Makalah ini

berjudul "Budidaya Kerang Hijau".

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa hasil

makalah praktikum ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,

kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari

pembaca sekalian. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan

manfaat untuk kelompok kami khususnya, dan masyarakat Indonesia

umumnya.

Assalamualaikum wr.wb

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...2

DAFTAR ISI...3

BAB I PENDAHULUAN...4

A. Latar belakang... 4

B. tujuan penulisan...5

BAB II PEMBAHASAN...6

A. Deskripsi Umum... 6

B. fisik dan anatomi kerang hijau...7

C. perkembangan kerang hijau... 9

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi budidaya... 10

E. Metode dan teknik budidaya kerang hijau... 11

F. Tantangan dan peluang budidaya...14

BAB III KESIMPULAN...15

DAFTAR PUSTAKA...17

(4)

BAB I PNDAHULUAN

A. Latar belakang

Kerang hijau (Perna viridis L.) adalah spesies yang memiliki potensi besar sebagai sumber protein yang bergizi dan ramah lingkungan. Dengan pertumbuhan yang cepat dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan berbagai kondisi lingkungan, kerang hijau menjadi pilihan yang menarik untuk budidaya, terutama di daerah-daerah pesisir yang memiliki potensi perairan yang baik.

Peningkatan permintaan akan protein yang bergizi dan ramah lingkungan di dunia menjadi tantangan yang dihadapi oleh industri perikanan.

Budidaya kerang hijau sebagai alternatif yang berkelanjutan dan ramah lingkungan menjadi solusi yang menjanjikan. Selain itu, budidaya kerang hijau juga dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat pesisir, memberikan peluang ekonomi dan sosial yang signifikan.

Meskipun budidaya kerang hijau memiliki potensi yang besar, ada beberapa tantangan yang perlu diatasi, seperti kualitas perairan, ketersediaan sumber daya, dan manajemen budi daya. Namun, dengan penelitian dan pengembangan teknologi budidaya yang tepat, serta keterlibatan masyarakat pesisir, tantangan ini dapat diatasi. Peluang yang ada dalam budidaya kerang hijau mencakup pemanfaatan lahan perairan pesisir yang tidak digunakan secara efisien, serta keterlibatan masyarakat pesisir sebagai stakeholders dalam budidaya.

Pentingnya kerang hijau sebagai sumber protein yang bergizi dan ramah lingkungan, serta tantangan dan peluang yang ada dalam industri ini.

(5)

Dengan penelitian dan pengembangan yang lebih lanjut, budidaya kerang hijau dapat menjadi kontribusi signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat pesisir dan kelestarian lingkungan.

B.tujuan penulisan

Tujuan penulisan makalah tentang budidaya kerang hijau adalah untuk menjelaskan morfologi, perkembangannya, metode dan teknik budidaya, faktor-faktor yang mempengaruhi, tantangan, dan peluang budidaya. Dengan penulisan makalah ini, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman masyarakat tentang budidaya kerang hijau, serta menjadi referensi bagi pengembangan usaha budidaya kerang hijau yang lebih efektif dan efisien.

(6)

BAB II PEMBAHASAN

A.Deskripsi Umum

Kerang hijau (Perna viridis L.) adalah organisme lunak (moluska) yang hidup di laut dan termasuk dalam kelas Pelecypoda, yang merupakan bagian dari kelas Bivalvia. Organisme ini memiliki cangkang dua yang berwarna hijau dan memiliki kemampuan untuk bertahan hidup dan berkembang biak di berbagai kondisi ekologis yang tinggi tanpa mengalami gangguan yang signifikan. Kerang hijau juga dikenal dengan berbagai nama lokal, seperti kijing di Jakarta, kemudi kapal di Riau, kedaung di Banten, dan bia tamako di Maluku Utara.

Kerang hijau memiliki organ kelamin yang terpisah, terletak di dekat kaki, dan terdiri dari kanal yang terbuka di sebelah ginjal. Pembuahan kerang hijau berlangsung secara internal, di mana sperma akan bercampur dengan air masuk melalui sifon inhalan untuk membuahi sel telur. Proses pembelahan telur mengalami tahap blastula, glastrula, zigot, larva, kerang muda, dan akhirnya menjadi kerang dewasa (Cappenbarg, 2008).

Kerang hijau merupakan filter feeder, yang berarti menyaring air untuk mendapatkan makanannya, termasuk plankton, mikroorganisme, dan bahan organik. Proses pencernaan dilakukan dengan bantuan mukosa oral yang disekresikan oleh insang, dan partikel yang tidak diperlukan dikeluarkan melalui rongga mantel menggunakan silia.

Habitat kerang hijau mencakup ekosistem intertidal dan subtidal, yang menunjukkan keanekaragaman yang tinggi dibandingkan dengan ekosistem laut lainnya. Kehidupan kerang hijau juga dipengaruhi oleh substrat, yang umumnya berupa pasir, pasir berlumpur, batu karang, dan karang mati (Farikhah

et al,

2022).

(7)

Kerang hijau juga memiliki cangkang biru-hitam yang memanjang, berfungsi untuk melindungi tubuh kerang hijau. Tubuh kerang hijau terdiri dari organ-organ seperti jantung, mulut, dan anus. Kerang muda bergerak menggunakan kaki seperti lidah yang terdiri dari jaringan otot yang dapat memanjang dan memendek, sedangkan saat dewasa kerang menggunakan kaki untuk menempelkan diri pada substrat.

B.fisik dan anatomi kerang hijau

Kerang hijau (Perna viridis L.) memiliki karakteristik fisik dan anatomi yang unik dan menarik, yang memungkinkan organisme ini untuk bertahan hidup dan berkembang biak di berbagai kondisi ekologis.

Karakteristik Fisik

a. Panjang Tubuh: Kerang hijau memiliki panjang tubuh antara 6,5 – 8,5 cm dan diameter sekitar 1,5 cm.

b. Warna Cangkang: Cangkang kerang hijau menunjukkan gradasi warna gelap ke gradasi warna cerah kehijauan, yang menjadi ciri khas organisme ini.

c. Tidak Memiliki Kepala: Kerang hijau tidak memiliki kepala, termasuk otak.

Organ-organ yang terdapat dalam kerang adalah ginjal, jantung, mulut, dan anus

d. Cangkang: Paling luar adalah cangkang yang berjumlah sepasang, fungsinya untuk melindungi seluruh tubuh keran.

e. Mantel: Mantel adalah jaringan khusus, tipis dan kuat sebagai pembungkus seluruh tubuh yang lunak. Pada bagian belakang mantel terdapat dua lubang yang disebut sifon, yaitu sifon atas untuk keluarnya air dan sifon bawah sebagai tempat masuknya air.

(8)

f. Insang: Insang berlapis-lapis dan berjumlah dua pasang, mengandung banyak pembuluh darah .

g. Kaki: Kaki pipih, bila akan berjalan kaki dijulurkan ke anterior .

Anatomi organ internal

a. Organ Kelamin: Kerang hijau adalah hewan berumah dua (diesis) dengan organ kelamin terpisah, terletak di dekat kaki dan terdiri dari kanal yang terbuka di sebelah ginjal.

b. Pembuahan: Pembuahan kerang hijau berlangsung secara internal, di mana sperma bercampur dengan air masuk melalui sifon inhalan untuk membuahi sel telur.

c. Pemijahan: Kerang hijau umumnya dioecious, dengan induk jantan dan betina terpisah, dan pembuahan terjadi di luar tubuh. Pemijahan dapat dilakukan dengan menambahkan sperma ke dalam air di tempat pemeliharaan yang sudah matang gonad.

d. Kandungan Gizi: Kerang hijau memiliki kandungan gizi yang terdiri dari 40,8 % air, 21,9 % protein, 14,5 % lemak, 18,5 % karbohidrat dan 4,3 % abu, menjadikannya sumber protein yang bergizi (Kastawi et al, 2008).

Kerang hijau memiliki anatomi yang kompleks dan unik, yang memungkinkan organisme ini untuk bertahan hidup dan berkembang biak di berbagai kondisi ekologis, termasuk ekosistem intertidal dan subtidal, yang menunjukkan keanekaragaman yang tinggi dibandingkan dengan ekosistem laut lainnya

(9)

C.perkembangan kerang hijau

Perkembangan kerang hijau dari hatchling hingga menjadi spat melibatkan beberapa tahapan penting (Sa’adah dan Sumiyati, 2010):

a. Pembuahan: Induk kerang hijau yang telah matang kelamin mengeluarkan sperma dan sel telur ke dalam air. Sperma dan sel telur ini bercampur, menyebabkan pembuahan. Setelah 24 jam, telur yang telah dibuahi menetas dan tumbuh berkembang menjadi larva.

b. Larva Glosidium: Larva yang telah menetas dari telur adalah larva glosidium. Larva ini terlintang oleh dua buah katup. Beberapa jenis kerang hijau dapat menghasilkan larva panjang yang hidup sebagai parasit pada hewan lain, seperti ikan. Namun, dalam konteks kerang hijau, larva ini akan keluar dan hidup sebagaimana nenek moyangnya.

c. Spat Planktonik: Setelah larva menetas, mereka menjadi spat yang masih bersifat planktonik. Spat ini akan berkembang selama 15-20 hari. Selama tahap ini, spat bertahan hidup dalam air bersih yang selalu diganti, meskipun tidak diberi makan, dan mampu bertahan selama 8 jam dalam air bersih.

d. Menempel dan Menjadi Kerang Dewasa: Setelah 15-20 hari, spat menempel pada substrat dan akan menjadi kerang hijau dewasa (Induk) setelah 5 - 6 bulan kemudian. Proses ini melibatkan perkembangan fisik dan anatomi kerang hijau, termasuk pembentukan cangkang, mantel, dan organ-organ internal.

Perkembangan kerang hijau dari hatchling hingga menjadi spat menunjukkan adaptasi dan kemampuan kerang hijau untuk bertahan hidup dan berkembang biak di berbagai kondisi ekologis yang tinggi tanpa

(10)

mengalami gangguan yang signifikan. Ini juga menunjukkan pentingnya kerang hijau sebagai organisme yang dapat digunakan dalam usaha budidaya, dengan kemampuan untuk menempel dan berkembang tanpa harus memberi makan

D.Faktor-faktor yang mempengaruhi budidaya

Spesies kerang yang hidup di lingkungan estuari, terutama yang hidup pada sesil dan intertidal, harus memiliki kemampuan untuk mentoleransi kondisi lingkungan yang ekstrim dan dapat berubah berkali-kali dengan cepat.

Kerang hijau ini hidup subur pada perairan teluk, estuari, perairan sekitar area mangrove, dan muara sungai, dengan kondisi lingkungan yang dasar perairannya berlumpur campur pasir, dengan cahaya dan pergerakan yang cukup, serta kadar garam yang tidak terlalu tinggi (Yonvitner dan Sutrisno, 2009).

Keberhasilan budidaya kerang hijau harus didukung oleh kondisi lingkungan yang ideal, sehingga aktivitas budidaya yang dilakukan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. kelayakan lahan dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor, meliputi: keterlindungan lokasi, kondisi kualitas perairan (fisik dan kimia), kesuburan perairan, ketersediaan benih alam, dan sosial infrastruktur.

kondisi lingkungan perairan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan kerang hijau (di antaranya suhu air, salinitas, dan kandungan oksigen). Selain itu, juga memperhatikan parameter yang dapat mempengaruhi media budidaya yang digunakan.

Spat kerang hijau umumnya ditemukan pada kedalaman antara 1,5- 11,7 m, di mana pada kedalaman tersebut ketersediaan makanan alami cukup tersedia. suhu perairan yang tinggi berdampak lebih baik untuk pertumbuhan

(11)

kerang hijau dibandingkan dengan suhu yang rendah. Hasil menunjukkan bahwa suhu optimum untuk penempelan spat adalah sekitar 29oC-31oC.

Salinitas merupakan faktor lingkungan yang sangat penting karena dapat mempengaruhi pertumbuhan dan sintasan dari biota laut. Di daerah estuari dan pesisir, perubahan salinitas sangat dinamis baik secara spasial maupun

temporal

(perubahan waktu). Kerang hijau mempunyai toleransi yang cukup baik terhadap kisaran salinitas perairan. optimum salinitas untuk budidaya kerang hijau adalah 31 ppt. Banyaknya pasokan air tawar (muara-muara sungai) yang masuk ke kawasan pesisir akan sangat mempengaruhi kondisi salinitas, sehingga lokasi tersebut umumnya tidak layak untuk kegiatan budidaya kerang hijau (Saputra, et al, 2011).

E.Metode dan teknik budidaya kerang hijau

Pesatnya perkembangan budidaya kerang hijau disebabkan oleh mudahnya teknik budidaya spesies tersebut, dibandingkan dengan teknologi biota budidaya lainnya. Peningkatan produksi kegiatan budidaya dapat dilakukan dengan memanipulasi sistem atau teknik budidaya untuk meningkatkan kualitas maupun kuantitas produk hasil budidaya (Cheney, 2010). Metode budidaya kerang hijau yang telah banyak diterapkan di Indonesia, antara lain metode tancap, rakit tancap, rakit apung, dan long line (Rejeki, 2001).

Budidaya kerang hijau dengan metode tancap

Budidaya kerang hijau dengan metode tancap ini bisa dilakukan dengan pengumpulan benih dari alam, pembesaran hingga panen kerang hijau. Pertama, siapkan batang bambu berdiameter sekitar 15—20 cm,

(12)

kemudian runcingkan di bagian pangkalnya. Tancapkan bambu yang telah diruncingkan ke dasar perairan dengan teratur.

Panjang bambu yang digunakan tergantung pada kedalaman perairan, saat pasang atau surut. Selanjutnya, tambahkan bagian yang ditancap ke dasar dan bagian yang menjulang di atas permukaan laut, kurang lebih sekitar 50—

100 cm. Bagian atas bambu digunakan sebagai tanda dan juga untuk memudahkan mencabut saat panen kerang hijau tiba.

Bagian atas unit kolektor dapat ditambahkan pondok sebagai pengamat terhadap kolektor. Tambahkan bambu yang diikat, dipasang sejajar dengan permukaan air untuk menguatkan bambu dari pengaruh arus dan gelombang.

Tambahkan juga bagan bambu dengan tali-tali tambang yang menghubungkan antarbambu di dalam air.

Jarak antara bambu bervariasi antara 0,5—1 meter tergantung dari kesuburan perairan, luas area budidaya dan banyaknya kolektor yang dipasang. Biarkan beberapa hari hingga spat kerang hijau menempel dan memperbanyak jumlah kerang hijau. Setelah jumlah kerang hijau banyak, dapat dilakukan pemanenan.

Budidaya kerang hijau dengan metode rakit apung

Budidaya kerang hijau dengan menggunakan metode rakit apung ini biasa digunakan pada lokasi yang memang dikhususkan untuk pembesaran kerang hijau dan bukan lokasi sumber benih. Keuntungan menggunakan metode ini, yaitu pemanenannya lebih mudah.

(13)

Buat rakit dari bambu atau kayu atau kombinasi keduanya. Buatlah sanggahan dengan beberapa drum kosong, baik drum plastik maupun besi.

Selanjutnya, lakukan pengecatan antikarat untuk drum dari besi dan lengkapi dengan jangkar. Sanggahan ini sangat dibutuhkan agar rakit tidak mudah rusak dan tenggelam saat pembudidayaan bekerja di atasnya.

Berikan jaring atau tali di bawahnya agar benih-benih kerang hijau bisa terkumpul dengan baik. Biarkan beberapa hari hingga waktu panen, tapi jangan lupa untuk selalu mengeceknya.

Budidaya kerang hijau dengan metode rakit tancap

Budidaya kerang hijau dengan metode rakit tancap merupakan cara budidaya kerang hijau gabungan antara metode tancap dan rakit apung.

Pastikan lokasi rakit telah dihitung berdasarkan tinggi rendahnya air jika sedang pasang atau surut. Perhitungan ini penting karena untuk mengantisipasi agar tidak mengalami kekeringan.

Selanjutnya, tempatkan tali kolektor ke rakit tancap dan usahakan jarak masing-masing tali, yaitu sekitar 1 meter. Kemudian, diamkan dan lakukan pengecekan secara berkala. Dalam waktu sekitar 6 bulan, bisa didapatkan hasil sekitar 20—25 kg untuk masing-masing tali.

Budidaya kerang hijau dengan metode rawai (tali rentang)

Metode ini disebut juga dengan long line, caranya rentangkan 2 utas tali penggantung kolektor di antara 2 drum pelampung. Jika memiliki drum yang lumayan banyak, bisa dirangkai memanjang sehingga kolektor akan digantungkan dan menghasilkan jumlah lebih besar. Usahakan jarak

(14)

maksimal antarpelampung, yaitu 10 meter. Usahakan juga masing-masing kolektor memiliki berat 30—40 meter.

Buat jarak antarkolektor gantung, yaitu 1 meter. Kolektor gantung bisa berupa asbes, tempurung kelapa, tali tambang, ataupun kantung benih.

Masukkan benih pada kantung benih dan letakkan pada air, lalu diamkan beberapa saat, tapi lakukan pengecekan rutin. Setelah menghasilkan dan siap panen, kerang hijau siap diangkat.

F.Tantangan dan peluang budidaya

Dalam budidaya kerang hijau, tantangan dan peluang yang dihadapi sangat beragam dan mencakup berbagai aspek, mulai dari teknis hingga sosial ekonomi

Tantangan dalam Budidaya Kerang Hijau

(Hidayat, 2019):

a. Lokasi Budidaya: Lokasi kerangka budidaya kerang hijau sangat menentukan hasil produksi. Kerangka budidaya dengan kedalamannya yang berbeda akan menghasilkan produksi kerang hijau yang berbeda.

Misalnya, kerangka budidaya dengan kedalaman 1-3 meter lebih banyak dipakai oleh petani kerang hijau yang menggunakan jenis kerangka budidaya tancap, sedangkan kerangka budidaya dengan kedalaman 3-7 meter memiliki banyak resiko, seperti gelombang yang keras dan faktor ekonomi modal transportasi yang semakin besar karena jauh dari daratan.

b. Kerjasama: Meskipun kerjasama dalam masyarakat adalah aspek penting untuk dilakukan, namun banyak petani kerang hijau yang masih sendiri- sendiri belum berkelompok. Hal ini dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan budidaya kerang hijau.

(15)

c. Transparansi: Transparansi dalam proses penjualan kerang hijau juga menjadi tantangan. Petani kerang hijau seringkali tidak menutupi kekurangan dari barang baik dalam segi kualitas maupun timbangan, dan dari pihak pembeli atau pengepul juga tidak ada yang ditutupi dalam hal harga maupun timbangannya.

Peluang dalam Budidaya Kerang Hijau

Definisi wilayah pesisir tidak hanya diidentifikasi berdasarkan sifat ekologis semata, namun harus pula mencakup definisi administratif sebagai sebuah wilayah pengelolaan. Ekosistem pesisir tersebut memiliki potensi sumber daya untuk dimanfaatkan dan diolah secara optimal dan merupakan lingkungan usaha yang prospektif, yaitu jenis kegiatan ekonomi dan pembangunan wilayah. Potensi sumber daya pesisir yang ada tersebut harus dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk kesejahteraan masyarakat sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir. Wilayah pesisir juga tidak dapat terlepas dari permasalahan sosial ekonomi masyarakat sehingga isu dan permasalahan pengelolaan wilayah pesisir memerlukan pendekatan yang terpadu dengan mempertimbangkan aspek ekologi, sosial, ekonomi, dan administratif.

Proses pengelolaan wilayah pesisir harus dilaksanakan secara kontinu dan dinamis dengan mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspirasi masyarakat pengguna kawasan pesisir serta konflik kepentingan dan pemanfaatan wilayah pesisir yang mungkin ada.

Salah satu alternatif biota budi daya yang dapat dikembangkan di wilayah perairan pesisir adalah kerang hijau. Kerang hijau merupakan jenis kerang yang banyak dibudidayakan di daerah tropis seperti India, Indonesia,

(16)

Filipina, Singapura, Thailand, dan Malaysia. Budi daya kerang hijau sangat prospektif untuk dikembangkan di perairan-perairan pesisir karena dapat dilakukan sepanjang tahun. Kerang hijau juga diketahui memiliki toleransi yang tinggi terhadap berbagai kondisi lingkungan sehingga dapat menguntungkan secara ekonomis untuk suatu sistem budi daya Tingkat pertumbuhan kerang hijau relatif cepat sehingga periode budi daya lebih pendek untuk mencapai ukuran konsumsi. Selain itu, budi daya kerang dapat dilakukan dengan biaya produksi yang rendah namun dapat memberikan profitabilitas yang tinggi. Budi daya kerang hijau juga diketahui tidak berdampak terhadap penurunan kualitas lingkungan dan merupakan kegiatan budi daya yang ramah lingkungan (Kurniar, 2018).

(17)

BAB III

KESIMPULAN

Budidaya kerang hijau merupakan sebuah aktivitas yang penting dalam industri perikanan, khususnya di daerah-daerah yang memiliki sumber daya air yang cukup. Kerang hijau memiliki peran penting dalam ekosistem air tawar, baik sebagai sumber makanan bagi ikan dan organisme lainnya, maupun sebagai penyerap karbon dioksida. Namun, budidaya kerang hijau juga menghadapi berbagai tantangan, seperti hama dan penyakit, kualitas air yang tidak optimal, dan ketersediaan pakan yang cukup.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, diperlukan penelitian dan pengembangan teknik budidaya yang lebih efisien dan berkelanjutan.

Selain itu, pengelolaan sumber daya air dan lingkungan juga harus diperhatikan untuk memastikan bahwa budidaya kerang hijau tidak merusak ekosistem air tawar.

Peluang dalam budidaya kerang hijau mencakup peningkatan

produksi, peningkatan kualitas produk, dan pengembangan produk

baru yang memiliki nilai tambah tinggi. Dengan demikian, budidaya

kerang hijau bukan hanya tentang memenuhi kebutuhan pasar, tetapi

juga tentang berkontribusi pada pelestarian lingkungan dan

kesejahteraan masyarakat.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Fauzi, R., Farikhah, & Safitri, N. M. (2022). ANALISIS BIOMETRI DAN STRUKTUR POPULASI KERANG HIJAU (Perna viridis) DALAM BAGAN TANCAP DI LAUT BANYUURIP KECAMATAN UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK. TECHNO-FISH, 6(1), 67-82.

Cappenbarg, H.A. W, 2008. Beberapa aspek biologi kerang hijau Perna viridis Linnaeus 1758. Oseana, Volume XXXIII Nomor 1.

Kastawi, Yusuf. dkk. 2008.

Zoologi Avertebrata

. Malang: Jica.

Sa’adah, Sumiyati. 2010.

Materi Pokok Zoolologi Invertebrata

. (Bandung:

Universitas Islam Sunan Gunung Djati).

Rejeki, S. (2001). Pengantar budidaya perairan. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Yonvitner, dan Sutrisno, S. 2009. Laju Pertumbuhan dan Penempelan Kerang Hijau (

Perna viridis

, Linn, 1789) Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi (Biologi Edukasi), 1(2): 44-49.

Radiarta, I.N., Saputra, A., & Ardi, I. (2011). ANALISIS SPASIAL KELAYAKAN LAHAN BUDIDAYA KERANG HIJAU ( Perna viridis ) BERDASARKAN KONDISI LINGKUNGAN DI KABUPATEN CIREBON, JAWA BARAT.

Cheney, D.P. (2010). Bivalve shellfish quality in the USA: from the hatchery to the consumer. Journal of Aquaculture Society, 41(2), 192-205.

Hidayat, f. (2019). ANALISIS KONTRIBUSI BUDIDAYA KERANG HIJAU TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM.

Skripsi.

SagitaA., KurniaR., & Sulistiono. (2018). Strategi Pemanfaatan Perairan Pesisir untuk Budi Daya Kerang Hijau (Perna viridis L.) di Kuala Langsa, Provinsi Aceh.

Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia

,

22

(3), 172-179.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam usaha budidaya pengelolaan kualitas air sangat perlu diperhatikan, karena faktor lingkungan tersebut mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi pertumbuhan organisme yang

Secara umum, nilai-nilai parameter kualitas air di Teluk Lada menunjukkan bahwa perairan tersebut masih layak untuk kegiatan budidaya kerang hijau, di mana nilai dari

Kondisi Paramater kualitas perairan Desa Bahoi Minahasa Utara dan perairan Arakan inahasa Selatan saat ini masih layak untuk pengembangan usaha budidaya kerang mutiara...

Mat rik pair wise comparison unt uk penent uan bobot dari m asing- m asing peubah lingkungan perairan untuk analisis kelayakan lahan budidaya kerang hijau di Kabupaten Cirebon,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa parameter kualitas air pada 16 stasiun pengam atan secara keseluruhan sesuai untuk budidaya kerang hijau, kecuali untuk param eter kedalam an

Seiring berkembangnya usaha budidaya ikan di karamba jaring apung laut maupun di tambak terdapat pula beberapa masalah yang sering mengganggu sehingga menghambat

Indonesia memiliki potensi sumber daya perairan yang cukup besar untuk usaha budidaya ikan, namun usaha budidaya ikan kakap belum banyak berkembang, sedangkan di beberapa

PENTINGNYA PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN UNTUK BUDIDAYA Dengan menanam tanaman produktif di pekarangan akan memberi keuntungan ganda, salah satunya adalah kepuasan jasmani dan