MAKALAH
KAJIAN STRATEGIS MITIGASI ABRASI PANTAI MAIK ANYIR LOMBOK TIMUR
OLEH:
ADRIAN ROSIDI NPM : 5420102021035
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GUNUMNG RINJANI
SELONG 2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah yang berjudul
"kajian strategi mitigasi abrasi pantai telindung Lombok timur" ini disusun sebagai salah satu tugas dalam ekonomi sumber daya alam.
Makalah ini bertujuan untuk mengkaji secara mendalam mengenai fenomena abrasi pantai yang semakin marak terjadi di berbagai wilayah pesisir Indonesia, khususnya di pantai telindung Lombok timur. Abrasi pantai tidak hanya berdampak pada kerusakan lingkungan ekosistem laut dan pesisir, tetapi juga menimbulkan konsekuensi serius terhadap kesejahteraan ekonomi masyarakat setempat yang bergantung pada sumber daya alam tersebut.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis berusaha untuk mengumpulkan dan menganalisis berbagai data serta informasi terkini mengenai penyebab, dampak, kebijakan pemerintah, serta upaya mitigasi yang telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan abrasi pantai. Selain itu, makalah ini juga memberikan rekomendasi saran yang diharapkan dapat menjadi masukan bagi para pemangku kepentingan dalam upaya pengelolaan pesisir yang berkelanjutan.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...i
DAFTAR ISI...ii
BAB I...1
PENDAHULUAN...1
1.1 Latar Belakang...1
1.2 Tujuan... 3
1.3 Manafaat... 3
BAB II... 4
KAJIAN FUSTAKA... 4
2.1 Propil Pantai Maik anyir...4
2.2 Abrasi...5
2.3 Kajian Strategi...6
1. Identifikasi Penyebab Utama Abrasi... 6
2. Analisis Risiko dan Dampak...6
3. Pendekatan Edukasi dan Sosialisasi...7
2.4 Mitigasi... 7
BAB III...8
METODE...8
3.1 Metode Pemilihan Lokasi... 8
3.2 Kerangka Berfikir... 8
3.3 Analisi Data...8
1. Pendekatan Penelitian...9
2. Sumber Data... 9
BAB IV...11
PEMBAHASAN... 11
4.1 Kondisi Umum Wilayah Pantai Maik Anyir...11
4.2 Dampak Abrasi... 13
1. Faktor Alam... 13
3. Kurangnya Pengelolaan dan Kesadaran Lingkungan...15
4.3 Dampak Abrasi Terhadap Perekonomian Masyarakat Setempat...15
1. Kehancuran Habitat Mangrove...15
2. Kerusakan Padang Lamun dan Terumbu Karang...16
3. Penurunan Populasi Biota Laut...16
4.4 Dampak Abrasi terhadap Perekonomian Masyarakat...16
1. Penurunan Hasil Tangkapan Nelayan...16
2. Hilangnya Lahan Pertanian Pesisir...17
3. Kerusakan Infrastruktur dan Rumah Penduduk...17
4. Penurunan Daya Tarik Wisata...17
4.5 Kebijkan Pemerintah Terhadap Ppengelolaan Pantai Telindung...17
4.6 Mitigasi Pantai Maik Anyir...18
BAB V...21
PENUTUP... 21
5.1 Kesimpulan... 21
5.2 Saran... 22
DAFTAR FUSTAKA...23
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Pantai Maik Anyir di Lombok Timur memiliki keindahan alam yang memikat dan menjadi salah satu aset penting bagi pariwisata lokal. Pantai ini menawarkan keanekaragaman hayati dan sumber daya alam yang signifikan, seperti mangrove, lamun, dan terumbu karang, yang tidak hanya mendukung kehidupan biota laut tetapi juga memberikan perlindungan alami terhadap erosi pantai. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, pantai ini menghadapi ancaman serius berupa abrasi.
Abrasi pantai adalah proses pengikisan wilayah pantai akibat aktivitas gelombang laut yang intens. Fenomena ini sering kali diperparah oleh ulah manusia, seperti eksploitasi pasir pantai untuk bahan konstruksi, penebangan mangrove untuk pembukaan lahan, serta perubahan tata guna lahan di sekitar pesisir. Kondisi ini diperburuk oleh perubahan iklim yang meningkatkan frekuensi badai dan kenaikan permukaan air laut. Di Pantai Maik Anyir, dampak abrasi sudah terlihat nyata, seperti hilangnya sebagian garis pantai, kerusakan ekosistem pesisir, dan dampak sosial ekonomi pada masyarakat yang bergantung pada sumber daya pantai.
Bagi masyarakat setempat, pantai bukan hanya sumber daya alam tetapi juga bagian dari identitas budaya dan ekonomi. Mereka memanfaatkan pantai untuk kegiatan seperti perikanan, pariwisata, dan budidaya laut. Hilangnya pantai akibat abrasi akan berdampak pada kehidupan mereka secara langsung, baik dari segi penghasilan maupun keberlanjutan lingkungan tempat tinggal mereka.
Jika tidak ditangani segera, abrasi di Pantai Maik Anyir akan mengakibatkan kerusakan lebih lanjut, termasuk kehilangan keanekaragaman hayati, penurunan kualitas lingkungan hidup, dan penurunan daya tarik pariwisata. Oleh karena itu, diperlukan langkah strategis untuk mengatasi masalah ini. Upaya mitigasi yang terencana, berbasis data, dan melibatkan partisipasi masyarakat merupakan langkah penting untuk melindungi Pantai Maik Anyir dari ancaman abrasi yang semakin parah.
Di Lombok Timur, wilayah pesisir yang luas dan rentan terhadap abrasi ini sangat penting bagi mata pencaharian masyarakat lokal. Sebagian besar penduduk di daerah ini menggantungkan hidup mereka pada sektor perikanan, serta pariwisata yang sangat dipengaruhi oleh kondisi kebersihan dan keindahan alam pantai. Deforestasi mangrove dan kerusakan terumbu karang akibat abrasi telah mengurangi keberagaman hayati dan mengancam mata pencaharian nelayan yang tergantung pada hasil laut. Penurunan kualitas lingkungan ini juga berdampak pada sektor pariwisata, mengingat Pantai Maik anyir adalah salah satu tujuan wisata yang menarik bagi wisatawan domestik maupun internasional.
Dalam laporan yang dipublikasikan oleh Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) NTB, tercatat bahwa Lombok Timur memiliki tingkat kerusakan pantai yang cukup tinggi, dan salah satu penyebab utama kerusakan tersebut adalah aktivitas abrasi. Hingga saat ini, belum ada strategi mitigasi yang komprehensif untuk mengatasi masalah ini. Meski terdapat beberapa upaya pemulihan dan pembangunan infrastruktur pelindung pantai seperti pemagaran dan penanaman pohon mangrove, upaya tersebut masih terhambat oleh berbagai faktor, termasuk kurangnya koordinasi antar instansi, pendanaan yang terbatas, serta rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan pesisir yang berkelanjutan.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengidentifikasi penyebab abrasi di Pantai Maik anyir.
2. Menganalisis dampaknya terhadap ekosistem dan masyarakat 3. Serta merumuskan langkah-langkah mitigasi yang efektif
1.3 Manafaat
1. Memberikan informasi yang komprehensif tentang kondisi abrasi di Pantai Maik anyir.
2. Menyediakan rekomendasi strategis bagi pemerintah dan masyarakat dalam menangani abrasi.
3. Mendukung upaya pelestarian lingkungan pesisir dan peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat.
BAB II
KAJIAN FUSTAKA 2.1 Propil Pantai Maik anyir
Pantai Maik Anyir terletak di Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, dan merupakan salah satu destinasi wisata unggulan di wilayah ini. Pantai ini memiliki garis pantai yang memanjang dengan pasir putih yang halus serta panorama alam yang memikat, termasuk pemandangan laut biru yang jernih. Pantai ini terletak sekitar 20 kilometer dari pusat kota Selong dan dapat diakses melalui jalur darat yang relatif mudah dijangkau.
Ekosistem pantai Maik Anyir terdiri dari vegetasi alami seperti mangrove yang tumbuh di sepanjang pesisir, padang lamun di perairan dangkal, dan terumbu karang yang menjadi habitat bagi berbagai jenis biota laut. Kawasan ini juga mendukung keberadaan spesies laut penting seperti ikan hias, kepiting bakau, dan udang. Selain nilai ekologisnya, pantai ini memiliki nilai sosial budaya yang tinggi karena sering digunakan sebagai lokasi upacara adat masyarakat setempat.
Dalam beberapa tahun terakhir, Pantai Maik Anyir mulai menghadapi tantangan serius akibat tekanan lingkungan dan aktivitas manusia. Selain abrasi, kegiatan eksploitasi pasir pantai untuk bahan bangunan dan penebangan mangrove untuk keperluan bahan bakar atau pembukaan lahan telah menyebabkan kerusakan ekosistem pesisir. Penurunan kualitas lingkungan ini berdampak negatif terhadap keanekaragaman hayati dan sumber mata pencaharian masyarakat, seperti perikanan dan pariwisata lokal.
Sebagai salah satu destinasi wisata, Pantai Maik Anyir memiliki potensi ekonomi yang besar. Kegiatan pariwisata di pantai ini mencakup snorkeling, menyelam, dan wisata budaya
yang sering menarik perhatian wisatawan domestik maupun mancanegara. Namun, degradasi lingkungan akibat abrasi mengancam daya tarik wisata dan ekonomi lokal yang bergantung pada kelestarian pantai ini.
Upaya untuk melindungi Pantai Maik Anyir dari ancaman abrasi memerlukan pendekatan yang terintegrasi, yang melibatkan pemerintah, masyarakat, dan lembaga non- pemerintah. Dengan potensi alam dan budaya yang dimilikinya, Pantai Maik Anyir perlu dikelola secara berkelanjutan untuk mendukung pembangunan daerah sekaligus menjaga keseimbangan ekosistemnya.
2.2 Abrasi
Abrasi adalah proses pengikisan daratan di wilayah pesisir yang disebabkan oleh aktivitas gelombang, arus laut, dan angin yang terus-menerus. Fenomena ini menjadi salah satu ancaman terbesar bagi ekosistem pesisir di seluruh dunia, termasuk Pantai Telindung. Abrasi dapat menyebabkan berkurangnya daratan secara signifikan, hilangnya habitat alami, dan kerusakan infrastruktur yang berada di dekat garis pantai.
Di Pantai Telindung, abrasi terjadi akibat kombinasi faktor alami dan antropogenik.
Kerusakan vegetasi pesisir, seperti mangrove dan padang lamun, telah melemahkan perlindungan alami pantai terhadap energi gelombang. Selain itu, kenaikan permukaan air laut akibat perubahan iklim mempercepat pengikisan daratan. Aktivitas manusia, seperti pembangunan infrastruktur di zona pesisir tanpa memperhatikan dampak ekologis, juga menjadi penyebab utama. Abrasi yang terjadi tidak hanya mengancam ekosistem pesisir tetapi juga mengganggu kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat yang bergantung pada pantai sebagai sumber mata pencaharian mereka.
2.3 Kajian Strategi
Kajian strategis untuk mitigasi abrasi di Pantai Telindung mencakup analisis mendalam tentang penyebab, dampak, dan solusi yang dapat diterapkan. Kajian ini dilakukan dengan pendekatan multidisiplin yang melibatkan aspek lingkungan, sosial-ekonomi, dan kebijakan.
Langkah ini bertujuan untuk menghasilkan strategi mitigasi yang tidak hanya efektif secara teknis, tetapi juga berkelanjutan dalam jangka panjang.
1. Identifikasi Penyebab Utama Abrasi
Abrasi pantai di Telindung disebabkan oleh berbagai faktor, baik alami maupun akibat aktivitas manusia. Gelombang laut yang kuat, arus pasang surut, dan angin kencang merupakan penyebab alami yang dominan. Namun, aktivitas manusia seperti pengambilan pasir pantai untuk konstruksi, penggundulan vegetasi pelindung, dan pembangunan infrastruktur tanpa perencanaan pesisir yang matang juga memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan laju abrasi.
Pemahaman menyeluruh terhadap faktor-faktor ini menjadi langkah awal untuk merancang strategi mitigasi yang tepat sasaran. Kajian strategis juga mencakup analisis spasial menggunakan teknologi pemetaan digital untuk mengidentifikasi titik-titik kritis abrasi.
2. Analisis Risiko dan Dampak
Kajian strategis mencakup analisis risiko yang bertujuan untuk memahami potensi dampak abrasi terhadap lingkungan, infrastruktur, dan masyarakat. Data risiko ini digunakan untuk menentukan prioritas intervensi mitigasi di kawasan Pantai Maik Anyir
3. Pendekatan Edukasi dan Sosialisasi
Edukasi masyarakat adalah elemen kunci dalam strategi mitigasi. Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya melindungi ekosistem pesisir dan mengubah perilaku destruktif menjadi langkah kolaboratif sangat diperlukan. Program pendidikan lingkungan yang melibatkan sekolah, komunitas, dan tokoh masyarakat dapat menjadi katalis dalam menciptakan kesadaran kolektif.
2.4 Mitigasi
Mitigasi abrasi di Pantai Maik Anyir harus dirancang untuk mengurangi dampak negatif sekaligus memulihkan kondisi pesisir. Salah satu pendekatan mitigasi yang paling efektif adalah rehabilitasi ekosistem, terutama hutan mangrove. Mangrove memiliki kemampuan untuk menahan gelombang laut, menstabilkan sedimen, dan melindungi garis pantai dari pengikisan lebih lanjut. Selain itu, upaya mitigasi dapat dilakukan melalui pembangunan struktur fisik seperti tanggul laut atau pemecah gelombang. Struktur ini berfungsi sebagai penghalang buatan yang mengurangi energi gelombang sebelum mencapai daratan.
Pengaturan tata ruang kawasan pesisir juga menjadi komponen penting dalam mitigasi abrasi. Dengan menetapkan zona aman untuk aktivitas manusia, potensi kerusakan dapat diminimalkan. Pendekatan ini perlu didukung oleh kebijakan yang tegas serta penerapan yang konsisten. Edukasi masyarakat juga merupakan bagian penting dari upaya mitigasi. Masyarakat lokal harus diberikan pemahaman tentang pentingnya menjaga ekosistem pesisir dan dampak jangka panjang abrasi terhadap kehidupan mereka.
BAB III METODE 3.1 Metode Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi penelitian merupakan langkah strategis untuk memastikan bahwa penelitian yang dilakukan relevan dan dapat memberikan data yang sesuai dengan tujuan.
Dalam konteks penelitian ini, lokasi yang dipilih adalah kawasan pesisir Pantai Maik Anyir.
Pemilihan lokasi penelitian di Pantai Maik Anyir didasarkan pada kriteria yang mempertimbangkan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi. Lokasi ini relevan untuk mengkaji dampak abrasi secara holistik dan memberikan rekomendasi kebijakan yang dapat diterapkan untuk mengelola kerusakan lingkungan pesisir. Pendekatan yang terstruktur dan berbasis data memastikan bahwa penelitian dapat memberikan hasil yang akurat dan bermanfaat bagi pengelolaan wilayah pesisir di masa depan.
3.2 Kerangka Berfikir
Abrasi pantai terjadi akibat kombinasi faktor alami seperti gelombang laut, pasang surut, serta aktivitas manusia yang tidak terkontrol, seperti konversi lahan pesisir untuk pertanian, penebangan mangrove, dan pembangunan di sepanjang pesisir. Sehingga terbentuklah Kerangka berfikir sebagai berikut:
1. Hubungan antara aktivitas penduduk dengan tingkat abrasi.
2. Dampak abrasi terhadap ekosistem dan ekonomi.
3.3 Analisi Data
Pendekatan analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara menyeluruh dengan memanfaatkan data primer, data sekunder, serta metode analisis kualitatif dan kuantitatif. Data
primer diperoleh langsung dari lapangan melalui wawancara, survei, dan dokumentasi.
Wawancara dilakukan dengan masyarakat setempat, termasuk nelayan, petani pesisir, dan tokoh masyarakat, untuk menggali informasi mengenai dampak abrasi terhadap kehidupan sehari-hari mereka. Survei lapangan dilakukan untuk mengamati kondisi fisik pantai, mencatat tingkat kerusakan, dan memetakan wilayah terdampak. Dokumentasi berupa foto, video, dan data geografis membantu memberikan bukti visual yang mendukung analisis.
Adapun untuk pendekatan analisis data dalam penelitian ini dilakukan untuk mengolah, memahami, dan menginterpretasikan data yang telah dikumpulkan sehingga dapat menjawab tujuan penelitian. Analisis data dilakukan melalui kombinasi data primer, data sekunder, serta analisis kualitatif dan kuantitatif.
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus. Pendekatan ini digunakan untuk meneliti fenomena kontemporer secara utuh dan menyeluruh pada kondisi yang sebenarnya, dengan menggunakan berbagai sumber data, sebagai upaya untuk mencapai validitas (kredibilitas) dan reliabilitas (konsistensi penelitian).4 Studi kasus dalam khazanah metodologi dikenal sebagai suatu studi yang bersifat komprehensif, intens, rinci dan mendalam serta lebih diarahkan sebagai satu upaya untuk mengkaji masalah-masalah atau suatu fenomena yang bersifat kontemporer
2. Sumber Data
Sumber Data merupakan subjek dari mana data dapat diperoleh. Beberapa jenis sumber data dapat berupa benda, perilaku manusia, tempat dan sebagainya. Field research (penelitian lapangan) menjadi sumber data utama dalam penelitian ini. yang berarti bahwa sumber data
yang diperoleh dari lapangan penelitian, yaitu mencari data dengan cara wawancara untuk memperoleh data yang lebih konkrit yang berkaitan dengan hal yang diteliti
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Wilayah Pantai Maik Anyir
Pantai Maik Anyir, yang terletak di Kabupaten Lombok Timur, merupakan salah satu wilayah pesisir yang saat ini menghadapi tantangan besar akibat abrasi. Berdasarkan data lapangan terkini, garis pantai di beberapa titik telah terkikis hingga beberapa meter dibandingkan dengan kondisi 10 tahun terakhir. Abrasi ini tidak hanya berdampak pada estetika pantai tetapi juga pada ekosistem dan kehidupan masyarakat setempat.
Gambar 1 wisata pantai Maik Anyir
Vegetasi alami seperti mangrove yang dulunya tumbuh lebat di sepanjang pesisir kini mulai berkurang drastis. Penebangan mangrove untuk bahan bakar dan pembukaan lahan menjadi salah satu penyebab utama hilangnya vegetasi ini. Selain itu, padang lamun yang merupakan habitat penting bagi biota laut juga mengalami penurunan luasan, yang sebagian besar disebabkan oleh sedimentasi dan kerusakan fisik akibat aktivitas manusia, seperti penggunaan jaring pukat yang tidak ramah lingkungan.
Garis pantai yang terkikis telah mengakibatkan beberapa infrastruktur pesisir, seperti jalan kecil, tempat tinggal penduduk, dan fasilitas wisata, rusak atau hilang sama sekali.
Beberapa penduduk melaporkan bahwa air laut semakin mendekati rumah mereka, terutama
selama pasang tinggi atau saat musim hujan tiba. Hal ini meningkatkan risiko banjir rob, yang sering kali membawa lumpur dan merusak lahan pertanian di sekitar pantai.
Aktivitas masyarakat di sekitar Pantai Maik Anyir juga memengaruhi kondisi lingkungannya. Sebagian besar penduduk yang tinggal di wilayah ini menggantungkan hidupnya pada sektor perikanan dan pertanian pesisir. Namun, dengan semakin berkurangnya lahan produktif akibat abrasi, masyarakat harus menghadapi tantangan ekonomi yang berat.
Nelayan setempat melaporkan penurunan hasil tangkapan, terutama karena habitat ikan seperti mangrove dan terumbu karang mulai rusak. Selain itu, petani pesisir mengalami kesulitan akibat intrusi air laut yang mengurangi kesuburan tanah.
Gambar 2 Abrasi di pantai Maik Anyir
Keadaan sosial-ekonomi yang sulit ini diperparah dengan kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga ekosistem pantai. Beberapa penduduk masih memanfaatkan pasir pantai untuk bahan konstruksi, yang mempercepat proses abrasi. Di sisi lain, program pemerintah untuk mengatasi abrasi, seperti rehabilitasi mangrove dan pembangunan pemecah gelombang, belum sepenuhnya terlaksana secara efektif. Faktor seperti
kurangnya dana, koordinasi yang lemah, dan keterbatasan partisipasi masyarakat menjadi kendala utama dalam implementasi program tersebut.
Dari perspektif ekosistem, kerusakan pantai telah berdampak pada keanekaragaman hayati di wilayah ini. Penurunan kualitas habitat pesisir menyebabkan migrasi beberapa spesies biota laut ke wilayah yang lebih aman. Kondisi ini tidak hanya mengancam keseimbangan ekosistem tetapi juga keberlanjutan sumber daya alam yang menjadi andalan masyarakat lokal.
Gambar 3 Kegiatan masyrakat di pantai Maik Anyir
4.2 Dampak Abrasi
Abrasi di Pantai Maik Anyir merupakan fenomena yang kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Penyebabnya tidak hanya berasal dari faktor alam, tetapi juga dipicu oleh aktivitas manusia yang kurang memperhatikan kelestarian lingkungan. Adapun paktor utama penyebab abrasi di pamtai telindung adalah sebagai berikut:
1. Faktor Alam
Abrasi secara alami dapat terjadi karena dinamika proses fisik di kawasan pesisir.
Beberapa faktor utama yang termasuk dalam kategori ini adalah:
a. Gelombang Laut dan Arus Pasang Surut
Gelombang laut yang kuat, terutama selama musim angin kencang, membawa energi yang cukup besar untuk mengikis daratan. Arus pasang surut juga memainkan peran penting dalam menggerakkan sedimen pantai ke laut. Di Pantai Telindung, gelombang laut cenderung lebih kuat karena lokasinya yang berbatasan langsung dengan laut lepas. Pada musim tertentu, seperti musim angin barat atau angin timur.
b. Perubahan Iklim dan Kenaikan Permukaan Air Laut.
Perubahan iklim global menyebabkan kenaikan permukaan air laut, yang mempersempit daratan pantai. Air laut yang semakin naik membawa gelombang lebih dekat ke garis pantai, mengakibatkan tekanan yang lebih besar terhadap daratan. Selain itu, perubahan iklim juga meningkatkan frekuensi dan intensitas badai, yang memperburuk tingkat abrasi di kawasan ini.
2. Pembangunan di Kawasan Pesisir
Pembangunan di kawasan pesisir, seperti konstruksi pemukiman, fasilitas wisata, atau infrastruktur pelabuhan, turut berkontribusi terhadap abrasi. Banyak pembangunan yang dilakukan tanpa memperhatikan tata ruang wilayah atau dampak lingkungan. Hal ini mengakibatkan kerusakan ekosistem alami, seperti hilangnya vegetasi pantai dan mangrove.
Konstruksi di pesisir juga sering kali mengubah pola arus laut dan sedimentasi. Misalnya, pembangunan dermaga atau pemecah gelombang yang tidak dirancang dengan baik dapat menyebabkan sedimentasi berlebih di satu sisi pantai dan abrasi parah di sisi lainnya
3. Kurangnya Pengelolaan dan Kesadaran Lingkungan
Kurangnya pengelolaan wilayah pesisir yang berkelanjutan dan rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya melindungi lingkungan juga menjadi salah satu penyebab abrasi. Banyak aktivitas yang dilakukan tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap pantai, seperti pembuangan sampah sembarangan, eksploitasi sumber daya berlebihan, dan pengabaian terhadap aturan tata ruang. Ketidakhadiran kebijakan yang tegas atau pelaksanaan regulasi yang lemah memperburuk situasi ini. Misalnya, kegiatan penambangan pasir dan pembangunan tanpaizin sering kali terjadi tanpa pengawasan, yang pada akhirnya mempercepat kerusakan pantai.
4.3 Dampak Abrasi Terhadap Perekonomian Masyarakat Setempat
Abrasi adalah proses pengikisan pantai yang disebabkan oleh gelombang laut, arus, dan faktor alam lainnya, termasuk aktivitas manusia. Dampaknya terhadap ekosistem laut dan pesisir sangat luas dan merusak, baik dari segi kerusakan habitat laut maupun hilangnya fungsi perlindungan alami yang disediakan oleh vegetasi pesisir. Adapun beberapa dampak abrasi terhadap prekonomian msyrakat adalah sebagai berikut:
1. Kehancuran Habitat Mangrove
Abrasi mengakibatkan akar mangrove terekspos oleh gelombang yang terus menerus menghantam pantai, sehingga pohon-pohon mangrove tumbang. Mangrove yang hilang berpengaruh besar terhadap fungsi ekologis, seperti penahan erosi alami, tempat bertelur ikan, dan habitat bagi burung laut. Penurunan tutupan mangrove juga berdampak pada penurunan kualitas air pesisir akibat berkurangnya kemampuan filtrasi alami.
2. Kerusakan Padang Lamun dan Terumbu Karang
Sedimentasi yang diakibatkan oleh abrasi membawa material lumpur ke perairan, menutupi padang lamun dan terumbu karang. Hal ini menyebabkan terumbu karang mengalami stres hingga pemutihan, yang berdampak pada penurunan populasi ikan karang dan keanekaragaman hayati laut lainnya.
3. Penurunan Populasi Biota Laut
Hilangnya habitat mangrove, lamun, dan terumbu karang berdampak langsung pada populasi biota laut. Ikan-ikan kecil yang menggunakan ekosistem tersebut sebagai tempat perlindungan dan berkembang biak mengalami penurunan drastis, sehingga mengurangi hasil tangkapan nelayan.
4.4 Dampak Abrasi terhadap Perekonomian Masyarakat
Abrasi memengaruhi perekonomian masyarakat pesisir Pantai Maik Anyir secara langsung dan tidak langsung. Dampaknya meliputi:
1. Penurunan Hasil Tangkapan Nelayan
Dengan rusaknya habitat ikan akibat abrasi, nelayan lokal melaporkan hasil tangkapan yang menurun hingga 30-40% dibandingkan beberapa tahun sebelumnya. Ini memengaruhi pendapatan harian mereka, mengingat sebagian besar penduduk bergantung pada sektor perikanan.
2. Hilangnya Lahan Pertanian Pesisir
Air laut yang meresap jauh ke dalam daratan (intrusi air laut) merusak kesuburan tanah di lahan pertanian pesisir. Petani lokal mengalami kegagalan panen akibat tingginya kadar garam di tanah, khususnya pada komoditas seperti padi dan sayuran.
3. Kerusakan Infrastruktur dan Rumah Penduduk
Gelombang abrasi menyebabkan beberapa rumah penduduk di sekitar garis pantai rusak atau terancam roboh. Infrastruktur seperti jalan pesisir dan bangunan untuk kegiatan wisata juga hancur, mengurangi daya tarik wisata pantai ini.
4. Penurunan Daya Tarik Wisata
Keindahan Pantai Maik Anyir yang menjadi daya tarik wisata mulai terancam oleh abrasi. Sampah dan lumpur yang terbawa gelombang abrasi mengurangi estetika pantai.
Akibatnya, jumlah wisatawan berkurang, yang memengaruhi pendapatan masyarakat yang mengelola usaha wisata seperti warung makan, penyewaan alat snorkeling, dan jasa pemandu lokal.
4.5 Kebijkan Pemerintah Terhadap Ppengelolaan Pantai Telindung
Pemerintah telah menerapkan berbagai langkah strategis untuk mengelola Pantai Telindung, mengingat tingginya risiko abrasi di wilayah ini. Salah satu kebijakan utama adalah pembangunan struktur penahan abrasi, seperti breakwater atau pemecah gelombang, yang berfungsi mengurangi kekuatan ombak yang menghantam pantai. Selain itu, revetment atau pelindung pantai berbahan batu besar atau beton juga dipasang di beberapa titik yang rawan erosi untuk menjaga stabilitas garis pantai.
Pemerintah daerah telah mengambil sejumlah langkah untuk mengatasi abrasi di Pantai Maik Anyir. Berikut adalah kebijakan yang telah dan sedang dilakukan:
1. Rehabilitasi Ekosistem Mangrove
Pemerintah telah meluncurkan program rehabilitasi mangrove untuk memulihkan ekosistem pantai yang rusak. Program ini melibatkan penanaman kembali mangrove di area yang telah terkikis, dengan tujuan mengurangi dampak abrasi dan menyediakan habitat bagi biota laut.
2. Pembangunan Pemecah Gelombang
Untuk melindungi garis pantai dari hantaman gelombang besar, pemerintah membangun pemecah gelombang di beberapa titik strategis. Struktur ini dirancang untuk mengurangi kekuatan gelombang sebelum mencapai pantai, sehingga mencegah erosi lebih lanjut.
3. Edukasi dan Penyuluhan kepada Masyarakat
Pemerintah bekerja sama dengan lembaga pendidikan dan organisasi non-pemerintah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian pantai. Kampanye ini mencakup pelatihan tentang pengelolaan sampah
4.6 Mitigasi Pantai Maik Anyir
Mitigasi abrasi Pantai Maik Anyir harus didasarkan pada pendekatan yang holistik dengan mempertimbangkan kondisi fisik, sosial, dan ekologis wilayah pesisir tersebut. Strategi mitigasi memerlukan keterpaduan antara upaya teknis, konservasi lingkungan, dan pemberdayaan masyarakat. Upaya pertama yang harus dilakukan adalah memulihkan ekosistem
mangrove sebagai pelindung alami pantai. Mangrove memiliki kemampuan untuk menahan gelombang dan mengurangi erosi secara signifikan. Pemulihan ini dapat dilakukan melalui penanaman mangrove di area yang terabrasi serta pengawasan ketat terhadap aktivitas ilegal, seperti penebangan mangrove untuk kayu bakar atau pembukaan lahan.
Selain itu, penguatan infrastruktur pantai juga merupakan langkah penting. Pemerintah dapat membangun struktur fisik seperti pemecah gelombang dan tanggul laut di area yang paling rentan terhadap abrasi. Struktur ini membantu meredam kekuatan gelombang yang menghantam garis pantai, sehingga mencegah pengikisan lebih lanjut. Namun, penguatan infrastruktur ini perlu dirancang dengan pendekatan berbasis ekosistem agar tidak merusak lingkungan sekitar.
Pengelolaan tata ruang pesisir juga menjadi komponen penting dalam mitigasi abrasi.
Pemerintah perlu menetapkan zona konservasi yang melarang aktivitas perusakan seperti pengambilan pasir pantai dan pembangunan ilegal di kawasan pesisir. Pengelolaan ini harus didukung dengan regulasi yang jelas dan pelibatan masyarakat lokal dalam proses perencanaan, sehingga tata ruang yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan ekologis sekaligus sosial- ekonomi masyarakat.
Edukasi dan pemberdayaan masyarakat merupakan langkah strategis yang tak kalah penting. Masyarakat lokal harus diberdayakan untuk memahami dampak abrasi dan cara menjaga lingkungan pantai. Pelatihan dan penyuluhan dapat meningkatkan kesadaran mereka untuk tidak melakukan aktivitas yang merusak ekosistem. Selain itu, pemberdayaan dapat dilakukan melalui pengembangan kegiatan ekonomi alternatif berbasis lingkungan, seperti ekowisata dan budidaya laut yang ramah lingkungan.
Penerapan teknologi ramah lingkungan juga menjadi elemen kunci dalam mitigasi abrasi. Teknik restorasi berbasis bioengineering, seperti penanaman vegetasi pantai dengan sistem akar kuat, dapat memperkuat garis pantai secara alami. Selain itu, teknologi hijau dapat digunakan untuk membangun struktur fisik yang lebih harmonis dengan ekosistem sekitar.
Langkah terakhir adalah memastikan adanya kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, akademisi, dan ector swasta. Pendekatan kolaboratif ini dapat memperkuat pelaksanaan program mitigasi melalui dukungan keahlian, pendanaan, dan sumber daya lainnya. Misalnya, ector swasta dapat terlibat melalui dana CSR untuk mendanai proyek penanaman mangrove atau pembangunan infrastruktur pantai.
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan
Abrasi di Pantai Maik Anyir telah memberikan dampak signifikan terhadap ekosistem dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekitar. Abrasi tidak hanya menyebabkan hilangnya garis pantai, tetapi juga memengaruhi produktivitas ekosistem pesisir, seperti mangrove, lamun, dan terumbu karang, yang merupakan habitat penting bagi biota laut. Dampak sosial ekonomi yang dirasakan meliputi penurunan hasil tangkapan ikan, kerusakan infrastruktur, dan berkurangnya daya tarik wisata, yang secara langsung berdampak pada pendapatan masyarakat setempat.
Penyebab abrasi di Pantai Maik Anyir meliputi faktor alamiah, seperti gelombang laut yang kuat dan perubahan iklim global, serta aktivitas manusia, seperti penebangan mangrove, pengambilan pasir, dan pembangunan yang tidak terencana. Keadaan ini memerlukan penanganan yang terintegrasi, menggabungkan pendekatan teknis dan konservasi ekosistem.
Untuk mengatasi tantangan ini, mitigasi yang diusulkan mencakup upaya struktural, seperti pembangunan pemecah gelombang dan restorasi ekosistem mangrove, serta pendekatan non-struktural, seperti pengelolaan tata ruang dan pemberdayaan masyarakat. Kerja sama antara pemerintah, masyarakat, akademisi, dan sektor swasta sangat penting dalam memastikan keberhasilan langkah-langkah mitigasi tersebut.
Sebagai saran, beberapa langkah berikut dapat dilakukan untuk memperkuat mitigasi abrasi di Pantai Maik Anyir. Pertama, pemerintah harus mempercepat implementasi program restorasi mangrove dan pembangunan infrastruktur pantai yang ramah lingkungan. Selain itu,
diperlukan regulasi yang tegas untuk melindungi kawasan pesisir dari aktivitas yang merusak.
Kedua, masyarakat lokal perlu diberdayakan melalui edukasi dan pelibatan aktif dalam program konservasi. Dengan demikian, mereka tidak hanya menjadi pelaksana tetapi juga pengawas dari pelestarian lingkungan pantai. Ketiga, penelitian berkelanjutan perlu dilakukan untuk memahami perubahan lingkungan secara lebih mendalam dan merumuskan strategi adaptasi yang tepat terhadap perubahan iklim.
5.2 Saran
1. Pemerintah perlu mempercepat implementasi program mitigasi berbasis ekosistem dan teknologi ramah lingkungan.
2. Masyarakat harus dilibatkan secara aktif dalam menjaga dan melestarikan ekosistem pantai melalui edukasi dan pemberdayaan.
3. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengembangkan strategi mitigasi yang lebih efektif dan adaptif terhadap perubahan iklim.
DAFTAR FUSTAKA
Aris, M., Butudoka, M. A., & Pristianto, H. (2018). Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Potensi Penutupan Muara Oleh Sedimentasi
Badrun, B., Ampangallo, B. A., Yunus, K., Mustari, M. I., Hadid, M., Kajang, G., & Hidayat, A. Perencanaan Pelabuhan. TOHAR MEDIA.
Rinjani, E. K., Panbriani, S., Auliya'Amalina, U., & Artayasa, I. P. (2022). Mitigasi bencana abrasi pantai melalui penanaman mangrove di Desa Seriwe, Jerowaru Lombok Timur. Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA, 5(1), 226-230.
Nugroho, F., Farhan, A. F. F. F., & Prasetiyo, N. (2024). PEMBUATAN STORY MAPS PETA KERAWANAN TSUNAMI DAN RANCANGAN JALUR EVAKUASI DI PESISIR PANTAI KABUPATEN BANTUL. Elipsoida: Jurnal Geodesi dan Geomatika, 7(2), 83-92.
Sondak, S. H., Taroreh, R. N., & Uhing, Y. (2019). Faktor-Faktor Loyalitas Pegawai Di Dinas Pendidikan Daerah Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 7(1).