• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAMPAK KERUSAKAN EKOSISTEM TERHADAP KEHIDUPAN DAN PENGHIDUPAN NELAYAN DI WILAYAH PESISIR SEGARA ANAKAN KABUPATEN CILACAP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS DAMPAK KERUSAKAN EKOSISTEM TERHADAP KEHIDUPAN DAN PENGHIDUPAN NELAYAN DI WILAYAH PESISIR SEGARA ANAKAN KABUPATEN CILACAP"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DAMPAK KERUSAKAN EKOSISTEM TERHADAP

KEHIDUPAN DAN PENGHIDUPAN NELAYAN DI WILAYAH

PESISIR SEGARA ANAKAN KABUPATEN CILACAP

TESIS

MATA KULIAH STUDIO PRAKSIS

Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari

Institut Teknologi Bandung

Oleh

DIAN SURYANINGSIH KUSUMAWARDANI

NIM: 24015015

(Program Studi Magister Studi Pembangunan)

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

September 2017

(2)

ABSTRAK

ANALISIS DAMPAK KERUSAKAN EKOSISTEM TERHADAP

KEHIDUPAN DAN PENGHIDUPAN NELAYAN DI WILAYAH

PESISIR SEGARA ANAKAN KABUPATEN CILACAP

Oleh

Dian Suryaningsih Kusumawardani NIM: 24015015

(Program Studi Magister Studi Pembangunan)

Sebagai salah satu negara kepulauan terbesar di dunia dengan 13.466 pulau dan garis pantai sepanjang 99.092 km, Indonesia memiliki wilayah pesisir yang sangat luas serta potensi sumber daya yang melimpah di dalamnya. Wilayah pesisir yang merupakan wilayah peralihan antara perairan sungai (tawar) dan laut tidak hanya menyimpan potensi yang begitu besar, akan tetapi juga sangat rentan mengalami kerusakan akibat pengaruh pencemaran dan sedimentasi yang berasal dari hulu perairan. Kondisi wilayah pesisir yang secara topografi berada di bagian hilir (rendah) akan sangat bergantung pada kondisi perairan yang berada di bagian hulunya, sehingga pengelolaan pesisir memerlukan integrasi antara hulu dan hilir.

Wilayah pesisir Segara Anakan yang terletak di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah merupakan wilayah yang memiliki fungsi sosio-ekologis strategis. Aspek strategis kawasan Segara Anakan terletak pada keberadaan ekosistem laguna (payau) dan hutan mangrove yang memiliki fungsi ekologis sebagai area pemijahan, pengasuhan serta pembesaran beragam jenis biota laut. Namun, sejak beberapa dekade ini, terjadi perubahan ekologis yang sangat drastis pada ekosistem pesisir Segara Anakan. Pada kurun tahun 1975-2015, luas perairan laguna telah menyusut sebanyak >4500 Ha dengan tingkat pendangkalan yang parah akibat akumulasi sedimen dari hulu yang mencapai 1 jt m3/tahun, sehingga kedalaman laguna hanya mencapai 0,5-5 m. Kondisi tersebut memberikan dampak yang signifikan bagi kehidupan dan penghidupan masyarakat Kampung Laut yang selama ini bergantung pada sumber daya pesisir Segara Anakan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis secara komprehensif faktor-faktor penyebab kerusakan ekosistem Segara Anakan serta dampaknya bagi kehidupan masyarakat Kampung Laut sehingga dapat dilakukan perumusan model solusi yang tepat bagi permasalahan pengelolaan wilayah pesisir Segara Anakan. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif-kualitatif dengan teknik analisis matriks korelasi untuk melihat keterkaitan antara variabel pada ekosistem pesisir dengan variabel pada sistem sosio-kultural masyarakat.

(3)

Selain itu, dilakukan juga analisis DPSIR

(Driver-Pressure-State-Impact-Response) untuk mengetahui struktur permasalahan dan keterpautannya satu sama

lain secara komprehensif.

Hasil analisis korelasi menunjukkan adanya keterkaitan yang kuat antara variabel pada ekosistem (unsur abiotik, biotik dan pola tutupan lahan) dengan variabel pada sistem sosio-kultural masyarakat (demografi, sistem pengetahuan, sistem sosial, sistem mata pencaharian, sistem teknologi dan sistem nilai budaya). Proses kerusakan yang terjadi pada ekosistem Segara Anakan tidak dapat dilepaskan dari sistem sosio-kultural masyarakat, baik yang berada di hulu maupun di hilir, berupa aktivitas pemanfaatan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Begitu pun sebaliknya, sistem sosio-kultural masyarakat Kampung Laut mengalami perubahan akibat perubahan bentang alam Segara Anakan yang semula laguna menjadi daratan. Keberadaan lahan timbul yang memicu masuknya warga pendatang ke Kampung Laut telah menghasilkan akulturasi budaya antara warga lokal (Pejagan) dan warga pendatang (Planjan), salah satunya berupa alih profesi nelayan ke sektor pertanian atau pertambakan.

Analisis DPSIR menunjukkan arah tata kelola lahan di sepanjang DAS Citanduy dan perilaku masyarakat hulu-hilir yang tidak ramah lingkungan merupakan

Driver/faktor yang memicu tekanan (Pressure) berupa sedimentasi, eksploitasi

mangrove dan sumber daya ikan, pencemaran perairan serta migrasi warga ke Segara Anakan. Tekanan tersebut menghasilkan kondisi eksisting (State) berupa kerusakan ekosistem dan rendahnya taraf kehidupan masyarakat pesisir yang berdampak (Impact) pada proses-proses perubahan, baik perubahan ekologis berupa akresi (munculnya lahan timbul) pada Segara Anakan maupun perubahan sosio-kultural pada masyarakat Kampung Laut. Adapun tanggapan (Response) dari dampak tersebut antara lain adanya pengkajian komprehensif yang menghasilkan berbagai kebijakan seperti normalisasi DAS, pembangunan infrastruktur desa dan pemberdayaan masyarakat pesisir. Akan tetapi berbagai upaya tersebut belum menunjukkan hasil yang signifikan bagi keberlanjutan ekosistem pesisir Segara Anakan.

Secara umum, titik kritis proses implementasi kebijakan pengelolaan pesisir di Indonesia berada pada tataran paradigmatis setiap stakeholders. Lemahnya paradigma kemaritiman dan kerumitan mekanisme birokrasi menyebabkan disintegrasi pengelolaan antar daerah maupun hulu-hilir perairan dan rendahnya partisipasi masyarakat dalam mendukung implementasi kebijakan tata kelola wilayah pesisir. Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka model solusi yang dapat dikembangkan dari penelitian ini adalah “Framework Pembangunan

Berkelanjutan Wilayah Pesisir Segara Anakan Berbasis Integrasi Hulu-Hilir dan Partisipasi Masyarakat”. Model ini diharapkan mampu mewujudkan

keberlanjutan baik secara sosio-kultural, ekonomi maupun lingkungan.

(4)

ABSTRACT

IMPACT ANALYSIS OF ECOSYSTEM DAMAGE TO

FISHERMAN’S LIFE AND LIVELIHOOD IN THE COASTAL

REGIONAL OF SEGARA ANAKAN, CILACAP REGENCY

Submitted by

Dian Suryaningsih Kusumawardani NIM: 24015015

(Master Program of Development Studies)

As one of the largest archipelagic countries in the world with 13,466 islands and 99,092 km of coastline, Indonesia has a vast coastal area and abundant resource potential in it. Coastal areas that are transitional areas between river (freshwater) and marine waters not only hold great potential, but also very susceptible to damage due to the effects of pollution and sedimentation coming from upstream waters. Coastal conditions that are topographically located downstream will be highly dependent on water conditions in the upper reaches, so coastal management requires integration between upstream and downstream.

Segara Anakan coastal area located in Cilacap Regency, Central Java is an area that has a strategic socio-ecological function. Strategic aspects of Segara Anakan area lies in the existence of lagoon ecosystem (brackish) and mangrove forest that has ecological functions as the spawning, nurturing and enlargement area of various types of marine biota. However, since these decades, there has been a very drastic ecological change in the coastal ecosystem of Segara Anakan. In the period 1975-2015, the width of the lagoon waters has shrunk by as much as> 4500 ha with a severe silting rate due to the accumulation of upstream sediments of up to 1 million cubic/year, so that the depth of the lagoon only reaches 0.5-5 m. These conditions have a significant impact on the life and livelihood of Kampung Laut people who have been dependent on coastal resources of Segara Anakan.

This study aims to determine and analyze comprehensively the factors causing damage Segara Anakan ecosystem and its impacts for the life of Kampung Laut community so that it can be done formulation of the right solution model for coastal area management problem Segara Anakan. The methodology used in this research is descriptive-qualitative with correlation matrix analysis technique to see the correlation between variables in coastal ecosystem with variables on society socio-cultural system. In addition, DPSIR (Driver-Pressure-State-Impact-Response) analysis was also conducted to determine the structure of the problem and its linkages with each other comprehensively.

(5)

The results of correlation analysis indicate a strong linkage between variables in the ecosystem (abiotic, biotic and land cover) with variables in the socio-cultural system of society (demography, knowledge system, social system, livelihood system, technology system and cultural value system). The damage done to the Segara Anakan ecosystem can not be separated from the socio-cultural system of the community, both upstream and downstream, in the form of activities utilizing natural resources to meet their daily needs. On the contrary, the socio-cultural system of the Kampung Laut community has changed due to the change of landscape of Segara Anakan which originally became a land lagoon. The presence of arising land that triggered the entry of immigrants to Kampung Laut has resulted in acculturation of culture between local people (Pejagan) and immigrant residents (Planjan), one of them in the form of conversion fishermen profession to the agricultural sector or aquaculture.

The DPSIR analysis shows the direction of land governance along the Citanduy Watershed and the behavior of upstream-downstream societies which not environmentally friendly is the triggering factor (D) to the Pressure (P) in the form of sedimentation, mangrove and fish resources exploitation, water pollution and the migration of the people to Segara Anakan. The pressure resulted in the existing condition (S) in the form of ecosystem destruction and low level life of coastal communities that impact (I) on the processes of change, both ecological changes in the form of accretion (emergence of land) in Segara Anakan and socio-cultural changes in the community Kampung Laut. The response (R) of these impacts, among others, is a comprehensive assessment that produces various policies such as watershed normalization, rural infrastructure development and coastal community empowerment. However, these efforts have not shown significant results for coastal ecosystem sustainability of Segara Anakan.

In general, the critical point of the implementation process of coastal management policy in Indonesia is at the paradigmatic level of each stakeholder. The weak paradigm of maritime and the complexity of bureaucratic mechanisms leads to the disintegration of management between regions and upstream waters and low public participation in supporting the implementation of coastal governance policies. Based on the results of the analysis, the solution model that can be developed from this research is "Framework of Sustainable Development of

Coastal Segara Anakan Area Based Upstream-Downstream Integration and Community Participation". This model is expected to realize sustainability both

socio-cultural, economic and environmental.

(6)

ANALISIS DAMPAK KERUSAKAN EKOSISTEM TERHADAP

KEHIDUPAN DAN PENGHIDUPAN NELAYAN DI WILAYAH

PESISIR SEGARA ANAKAN KABUPATEN CILACAP

HALAMAN PENGESAHAN

Oleh

Dian Suryaningsih Kusumawardani NIM: 24015015

(Program Studi Magister Studi Pembangunan) Institut Teknologi Bandung

Menyetujui Pembimbing,

Tanggal, 27 September 2017

Prof. Dr. Ir. Widyo Nugroho SULASDI NIP. 19501231 197603 1 013

Referensi

Dokumen terkait

Pada studi ini penulis menggunakan metode Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI, 1997) dalam penentuan tebal perkerasan, untuk jalan Kisaran – Air Joman Di

Secara umum pemberitaan Kompas yang telah dianalisis dengan menggunakan perangkat frame Pan Kosicki menunjukkan bahwa media ini mempunyai kecenderungan yang

Dalam prakteknya di kelas, pemanfaatan aplikasi powerpoint membutuhkan dukungan perangkat keras (hardware) yaitu satu unit komputer portable yaitu laptop dan in-focus

1) tidak menyelesaikan studi sesuai dengan kualifikasi program yang tertera pada Surat Keputusan Penerima Beasiswa tanpa unsur kesengajaan. 2) mengundurkan diri setelah

Dari hasil uji BNT (Tabel 2) diketahui bahwa kadar air rata-rata dari daging buah nanas kering yang dihasilkan dari interaksi perlakuan tanpa pelayuan dan pengeringan vakum pada

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh [ CITATION Agu09 \l 1033 ] dengan judul penelitian “Faktor Yang Berhubungan Dengan

Penelitian mengenai teknologi AJAX yang dibahas pada artikel ini akan menggunakan contoh website (subdomain) pada Universitas Matana yang akan digunakan oleh para

Penelitian lain yang pernah dilakukan untuk membuktikan terjadinya miskonsepsi pada buku ajar fisika adalah penelitian yang dilakukan oleh Andy Desy Yuliana