• Tidak ada hasil yang ditemukan

Formulasi Sediaan Bubuk Kompak Menggunakan Ekstrak Angkak Sebagai Pewarna

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Formulasi Sediaan Bubuk Kompak Menggunakan Ekstrak Angkak Sebagai Pewarna"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

FORMULASI SEDIAAN BUBUK KOMPAK

MENGGUNAKAN EKSTRAK ANGKAK

SEBAGAI PEWARNA

SKRIPSI

OLEH:

RAPITA HANDAYANI

NIM 101524083

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

FORMULASI SEDIAAN BUBUK KOMPAK

MENGGUNAKAN EKSTRAK ANGKAK

SEBAGAI PEWARNA

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

RAPITA HANDAYANI

NIM 101524083

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

FORMULASI SEDIAAN BUBUK KOMPAK

MENGGUNAKAN EKSTRAK ANGKAK

SEBAGAI PEWARNA

OLEH:

RAPITA HANDAYANI NIM 101524083

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: 27 April 2013

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. Prof. Dr. Hakim Bangun, Apt.

NIP 195807101986012001 NIP 195201171980031002

Pembimbing II, Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt.

NIP 195807101986012001

Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt. Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt.

NIP 195306251986012001 NIP 195404121987012001

Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt. NIP 195005111989022001

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan atas segala limpahan rahmat

dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan

skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera

Utara, dengan judul Formulasi Sediaan Bubuk Kompak Menggunakan Ekstrak

Angkak Sebagai Pewarna.

Pada kesempatan ini dengan kerendahan hati dan hormat, penulis

mengucapkan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt.,

selaku Dekan Fakultas Farmasi USU Medan, yang telah memberikan bimbingan

dan penyediaan fasilitas sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan. Ibu

Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt.,

yang telah membimbing, memberikan petunjuk, saran-saran dan motivasi selama

penelitian hingga selesainya skripsi ini. Bapak Prof. Dr. Hakim Bangun, Apt., Ibu

Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt., selaku

dosen penguji yang telah memberikan kritik, saran dan arahan kepada penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini. Serta kepada Ibu Dwi Lestari, M.Si., Apt.,

sebagai dosen penasehat akademik yang telah membimbing penulis selama masa

pendidikan. Ucapan terima kasih kepada rekan-rekan farmasi ekstensi stambuk

2010 yang memberikan saran, arahan dan masukan kepada penulis dalam

penyelesaian skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tiada

(5)

memberikan cinta dan kasih sayang yang tidak ternilai dengan apapun,

pengorbanan baik materi maupun motivasi beserta doa yang tulus yang tidak

pernah berhenti. Untuk kakak dan adikku tersayang atas do’a, dukungan, motivasi

dan perhatian yang tiada hentinya kepada penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih

jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis

menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penulis

berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Medan, 27 April 2013 Penulis,

(6)

FORMULASI SEDIAAN BUBUK KOMPAK MENGGUNAKAN EKSTRAK ANGKAK SEBAGAI PEWARNA

ABSTRAK

Angkak adalah produk fermentasi dari beras oleh kapang Monascus purpureus yang di produksi dengan sistem fermentasi media padat. Angkak ini merupakan produk komersial di negara China bagian selatan, Filipina dan Indonesia. Angkak biasanya digunakan sebagai pengawet dan pewarna makanan seperti daging, ikan dan keju. Penelitian ini dilakukan untuk membuat sediaan pewarna pipi dalam bentuk bubuk kompak dengan memanfaatkan pewarna alami yang terkandung didalam angkak.

Ekstraksi ekstrak angkak dibuat dengan cara maserasi 500 gram angkak menggunakan pelarut alkohol 70%. Kemudian maserat yang diperoleh dipekatkan dengan penguap berputar pada suhu 450C sampai diperoleh ekstrak kental. Selanjutnya hasil yang diperoleh dilakukan pengeringan beku (freezy drying) selama 72 jam pada suhu -400C dengan tekanan 2 atm sehingga didapatkan ekstrak kental angkak sebanyak 48 gram. Formula sediaan pewarna pipi terdiri dari kaolin ringan, kalsium karbonat, magnesium karbonat, seng stearat, talkum, minyak mawar (oleum rosae) dan zat pengikat isoprofil miristat dan lanolin, serta penambahan pewarna ekstrak angkak dengan konsentrasi 5; 7,5; 10; 12,5; 15; 17,5; dan 20%. Pengujian terhadap sediaan yang dibuat meliputi pemeriksaan mutu fisik sediaan mencakup pemeriksaan homogenitas dan uji stabilitas sediaan yang dibuat terhadap perubahan bentuk, warna dan bau selama penyimpanan 30 hari pada suhu kamar. Selanjutnya dilakukan lagi uji poles, uji keretakan, uji kekerasan, uji iritasi pada lengan bawah bagian dalam dan uji kesukaan (Hedonic Test).

Hasil uji kekerasan pewarna pipi menggunakan pewarna ekstrak angkak 5 dan 7,5% masing-masing adalah 2 dan 2,5 kg. Sedangkan sediaan pewarna pipi dengan konsentrasi ekstrak angkak 10; 12,5; 15; 17,5; dan 20% hasil uji kekerasannya adalah 3 kg. Warna dan bau dari semua sediaan yang dibuat tidak mengalami perubahan (stabil) selama 30 hari. Sediaan pewarna pipi dengan ekstrak angkak 5 dan 7,5% mudah dioleskan dengan warna merata serta tidak mudah remuk dan pecah. Semua sediaan tidak menyebabkan iritasi dan sediaan yang disukai adalah sediaan pewarna pipi dengan konsentrasi pewarna ekstrak angkak 12,5%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ekstrak angkak dapat digunakan sebagai pewarna dalam sediaan pewarna pipi, sediaan pewarna pipi dengan ekstrak angkak 5; 7,5; 10; 12,5; 15; 17,5; dan 20% memberikan masing-masing warna yaitu: merah jambu, merah muda kecoklatan, merah bata, merah tua dan merah gelap. Sediaan stabil selama penyimpanan, dan tidak menyebabkan iritasi sehingga cukup aman digunakan.

(7)

FORMULATION OF COMPACT POWDER USING ANGKAK EXSTRACT AS COLORANT

ABSTRACT

Angkak is the fermentation product of rice by Monascus purpureus which is produced using solid media fermentation system. Angkak is a commercial product in the Southern China, Philippines and Indonesia. Angkak usually used as a preservative and colorant of foods such as meat, fish and cheese. The research was conducted in order to formulate rouge in the form of compact powder using the natural colorant which contained in angkak.

Angkak was extracted by maceration of 500 grams angkak using 70% alcohol. Then the macerat was concentrated by rotary evaporator at 45oC until viscous extract was obtained. Then, The results obtained was freeze drying for 72 hours at -40oC with 2 atm pressure until 48 gram of angkak extract was obtained. The rouge formula consists of light kaolin, calcium carbonate, magnesium carbonate, zinc stearat, talcum, rose oil, miristat isoprofil and lanolin,the addition of angkak extract as colorant at the concentrations of 5; 7.5; 10; 12.5; 15; 17.5; and 20%. Evaluation of product included physical quality such as homogenity, and stability of shape alteration, color and odor during storage for 30 days at room temperature, smear, cracking, hardness, also irritation on the inner side of low arms and hedonic tests.

Result of hardness test using angkak extract as colorant each 5 and 7.5% was 2 and 2.5 kg. While rouge with 10; 12.5; 15; 17.5; and 20% has a hardness 3 kg. The color and odor of the rouge were stable for 30 days. The rouge with angkak extract 5 and 7.5% easily applied with uniform color and not easily broken and cracked. The all rouge made in this research did not cause irritation. The preferred rouge was rouge with 12.5% angkak extract. Thereby, it can be concluded that angkak extract can be used as colorant in rouge formulation, the rouge with extract of angkak 5; 7.5; 10; 12.5; 15; 17.5; and 20% gave color respectively: pink, pink chocolate, sorrel, carmine and squeeze darkly. the product obtained was stable during storage for 30 days, and did not cause irritation, and it was safe to be used.

(8)
(9)

2.3.1 Proses pembuatan angkak ... 13

3.4.2 Prosedur pembuatan pewarna pipi ... 20

(10)

4.2 Hasil Pemeriksaan Mutu Fisik Pewarna Pipi ... 23

4.2.1 Uji dispersi pewarna ... 23

4.2.2 Hasil uji poles ... 23

4.2.3 Hasil uji kekerasan/tekanan ... ... 24

4.2.4 Hasil uji keretakan ... 24

4.2.5 Hasil uji iritasi ... 24

4.3 Hasil Uji Kesukaan (Hedonic Test) ... 26

4.4 Stabilitas Pewarna Pipi ... 28

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 30

5.1 Kesimpulan ... 30

5.2 Saran ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 31

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Formula untuk 50 gram sediaan pewarna pipi menggunakan

pewarna ekstrak angkak ... 19

4.1 Data pemeriksaan uji poles pada sediaan pewarna pipi ... 23

4.2 Data uji Iritasi ... 25

4.3 Data nilai uji kesukaan (Hedonic Test) ... 27

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Gambar angkak dan gambar angkak

yang telah dihaluskan ... 33

2. Perhitungan formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak angkak 5% untuk 50 gram ... 34

3. Kuesioner uji kesukaan (hedonic test) ... 35

4. Perhitungan rendemen ... 36

5. Gambar alat freeze dryer dan gambar ekstrak angkak ... 37

6. Gambar sediaan pewarna pipi menggunakan pewarna ekstrak angkak ... 38

7. Gambar sediaan pewarna pipi tanpa pewarna ekstrak angkak ... 39

8. Gambar hasil uji poles. ... 40

9 Gambar hasil uji homogenitas (konsentrasi 12,5%) dan gambar hasil uji iritasi (konsentrasi 20%) ... 41

10. Surat pernyataan untuk uji iritasi ... . 42

11. Gambar alat uji kekerasan (copley) ... 43

12. Gambar uji stabilitas selama dalam penyimpanan pada suhu kamar selama 30 hari ... 44

(13)
(14)

FORMULASI SEDIAAN BUBUK KOMPAK MENGGUNAKAN EKSTRAK ANGKAK SEBAGAI PEWARNA

ABSTRAK

Angkak adalah produk fermentasi dari beras oleh kapang Monascus purpureus yang di produksi dengan sistem fermentasi media padat. Angkak ini merupakan produk komersial di negara China bagian selatan, Filipina dan Indonesia. Angkak biasanya digunakan sebagai pengawet dan pewarna makanan seperti daging, ikan dan keju. Penelitian ini dilakukan untuk membuat sediaan pewarna pipi dalam bentuk bubuk kompak dengan memanfaatkan pewarna alami yang terkandung didalam angkak.

Ekstraksi ekstrak angkak dibuat dengan cara maserasi 500 gram angkak menggunakan pelarut alkohol 70%. Kemudian maserat yang diperoleh dipekatkan dengan penguap berputar pada suhu 450C sampai diperoleh ekstrak kental. Selanjutnya hasil yang diperoleh dilakukan pengeringan beku (freezy drying) selama 72 jam pada suhu -400C dengan tekanan 2 atm sehingga didapatkan ekstrak kental angkak sebanyak 48 gram. Formula sediaan pewarna pipi terdiri dari kaolin ringan, kalsium karbonat, magnesium karbonat, seng stearat, talkum, minyak mawar (oleum rosae) dan zat pengikat isoprofil miristat dan lanolin, serta penambahan pewarna ekstrak angkak dengan konsentrasi 5; 7,5; 10; 12,5; 15; 17,5; dan 20%. Pengujian terhadap sediaan yang dibuat meliputi pemeriksaan mutu fisik sediaan mencakup pemeriksaan homogenitas dan uji stabilitas sediaan yang dibuat terhadap perubahan bentuk, warna dan bau selama penyimpanan 30 hari pada suhu kamar. Selanjutnya dilakukan lagi uji poles, uji keretakan, uji kekerasan, uji iritasi pada lengan bawah bagian dalam dan uji kesukaan (Hedonic Test).

Hasil uji kekerasan pewarna pipi menggunakan pewarna ekstrak angkak 5 dan 7,5% masing-masing adalah 2 dan 2,5 kg. Sedangkan sediaan pewarna pipi dengan konsentrasi ekstrak angkak 10; 12,5; 15; 17,5; dan 20% hasil uji kekerasannya adalah 3 kg. Warna dan bau dari semua sediaan yang dibuat tidak mengalami perubahan (stabil) selama 30 hari. Sediaan pewarna pipi dengan ekstrak angkak 5 dan 7,5% mudah dioleskan dengan warna merata serta tidak mudah remuk dan pecah. Semua sediaan tidak menyebabkan iritasi dan sediaan yang disukai adalah sediaan pewarna pipi dengan konsentrasi pewarna ekstrak angkak 12,5%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ekstrak angkak dapat digunakan sebagai pewarna dalam sediaan pewarna pipi, sediaan pewarna pipi dengan ekstrak angkak 5; 7,5; 10; 12,5; 15; 17,5; dan 20% memberikan masing-masing warna yaitu: merah jambu, merah muda kecoklatan, merah bata, merah tua dan merah gelap. Sediaan stabil selama penyimpanan, dan tidak menyebabkan iritasi sehingga cukup aman digunakan.

(15)

FORMULATION OF COMPACT POWDER USING ANGKAK EXSTRACT AS COLORANT

ABSTRACT

Angkak is the fermentation product of rice by Monascus purpureus which is produced using solid media fermentation system. Angkak is a commercial product in the Southern China, Philippines and Indonesia. Angkak usually used as a preservative and colorant of foods such as meat, fish and cheese. The research was conducted in order to formulate rouge in the form of compact powder using the natural colorant which contained in angkak.

Angkak was extracted by maceration of 500 grams angkak using 70% alcohol. Then the macerat was concentrated by rotary evaporator at 45oC until viscous extract was obtained. Then, The results obtained was freeze drying for 72 hours at -40oC with 2 atm pressure until 48 gram of angkak extract was obtained. The rouge formula consists of light kaolin, calcium carbonate, magnesium carbonate, zinc stearat, talcum, rose oil, miristat isoprofil and lanolin,the addition of angkak extract as colorant at the concentrations of 5; 7.5; 10; 12.5; 15; 17.5; and 20%. Evaluation of product included physical quality such as homogenity, and stability of shape alteration, color and odor during storage for 30 days at room temperature, smear, cracking, hardness, also irritation on the inner side of low arms and hedonic tests.

Result of hardness test using angkak extract as colorant each 5 and 7.5% was 2 and 2.5 kg. While rouge with 10; 12.5; 15; 17.5; and 20% has a hardness 3 kg. The color and odor of the rouge were stable for 30 days. The rouge with angkak extract 5 and 7.5% easily applied with uniform color and not easily broken and cracked. The all rouge made in this research did not cause irritation. The preferred rouge was rouge with 12.5% angkak extract. Thereby, it can be concluded that angkak extract can be used as colorant in rouge formulation, the rouge with extract of angkak 5; 7.5; 10; 12.5; 15; 17.5; and 20% gave color respectively: pink, pink chocolate, sorrel, carmine and squeeze darkly. the product obtained was stable during storage for 30 days, and did not cause irritation, and it was safe to be used.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kosmetik berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti ”berhias”.

Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari

bahan-bahan alami yang terdapat disekitarnya. Kosmetik adalah sediaan atau

paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan seperti

epidermis, rambut, kuku, bibir, gigi, dan rongga mulut antara lain untuk

membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan, melindungi supaya

tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak untuk mengobati

atau menyembuhkan suatu penyakit (Tranggono dan Latifah, 2007;

Wasitaatmadja, 1997).

Kosmetik riasan atau kosmetik dekoratif diperlukan untuk merias dan

menutup cacat pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik

serta menimbulkan efek psikologis yang baik, seperti percaya diri (self confident).

Dalam kosmetik riasan, peran zat warna dan pewangi sangat besar (Barel, dkk.,

2001; Tranggono dan Latifah, 2007).

Pemerah pipi adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk mewarnai

pipi dengan sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan daya tarik dalam

tatarias wajah. Produk ini bertujuan memerahkan pipi, sehingga penggunaannya

tampak lebih cantik dan lebih segar (Ditjen POM, 1985; Tranggono dan Latifah,

2007).

Rouge sering juga disebut sebagai perona pipi, pemerah pipi dan pewarna

(17)

untuk menutupi tulang pipi yang menonjol. rouge juga memberikan bentuk warna

pada wajah. Kebanyakan sekarang rouge dibuat dalam bentuk compact powder

atau emulsi, tetapi sebelumnya telah tersedia dalam bentuk gel. Sejak pertengahan

tahun 1980-an perona pipi bubuk menjadi sediaan yang lebih disukai, dan juga

ada disediakan dalam bentuk bubuk tekan atau compact powder, yang

diaplikasikan dengan menggunakan kuas pada bagian yang sesuai dari wajah

(Butler, 2000).

Pemerah pipi dibuat dalam berbagai corak warna yang bervariasi mulai

dari warna merah jambu hingga merah tua. Pemerah pipi konvensional lazim

mengandung pigmen merah atau merah kecoklatan dengan kadar tinggi (Ditjen

POM, 1985).

Penggunaan zat warna sintetis yang boleh digunakan semakin berkurang

karena banyak yang menimbulkan alergi dan berbahaya bagi manusia. Kondisi ini

mendorong usaha pengembangan produk bahan tambahan makanan terutama zat

pewarna yang bersifat alami. Sebagian besar pewarna alami berasal dari ekstrak

tumbuhan, hewan, atau dari mikroorganisme. Produksi bahan tambahan makanan

menggunakan mikroorganisme semakin meningkat. Salah satu mikroorganisme

yang dapat menghasilkan bahan pewarna alami adalah Monascus purpureus.

Pigmen yang dihasilkan oleh Monascus purpureus sangat stabil dan aman

digunakan sebagai bahan tambahan makanan (Kusumawati, dkk., 2005).

Angkak adalah produk fermentasi dari beras oleh kapang Monascus

purpureus yang di produksi dengan sistem fermentasi media padat. Angkak ini

merupakan produk komersial di negara China bagian selatan, Filipina dan

(18)

seperti daging, ikan dan keju. Sebagai pewarna alami, angkak memiliki sifat yang

cukup stabil, dapat bercampur dengan pigmen warna lain, serta tidak beracun

(Kasim, dkk., 2005).

Stabilitas pigmen angkak di pengaruhi oleh suhu, lama pemanasan, sinar

matahari, oksidator serta pH asam. Angkak dalam bentuk pekatan lebih stabil

pada pH 7, sedangkan dalam bentuk bubuk lebih stabil pada pH 9,2. Penggunaan

angkak secara tradisional biasanya dengan cara melarutkan beras angkak dalam

air hangat, kemudian ditambahkan kedalam makanan yang hendak diwarnai.

Tujuannya adalah untuk meningkatkan kelarutan warna angkak dalam produk

(Jenie, dkk., 1997).

Telah dilakukan sebelumnya penelitian terhadap pigmen angkak dalam

bentuk sediaan lipstik, dan hasil uji yang dilakukan bahwa pigmen angkak tidak

menyebabkan iritasi, hasil mutu fisik sediaan lipstik yang dibuat stabil, tidak

menunjukkan adanya perubahan bentuk, warna dan bau dalam penyimpanan

selama 30 hari (Linda, 2012). Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk

memformulasikan angkak sebagai bahan pewarna dalam sediaan pewarna pipi.

Bubuk kompak adalah sediaan berupa padatan, lembut, homogen, mudah

disapukan merata pada kulit dengan spon, tidak menimbulkan iritasi, biasanya

berbentuk cake, digunakan sebagai sediaan kosmetik untuk berbagai tatarias

(Ditjen POM, 1985).

Persyaratan untuk bubuk kompak adalah mudah disapukan dengan spon,

bebas partikulat yang keras dan tajam, tidak mudah remuk atau pecah, tidak

mengiritasi, dalam penyimpanan pada suhu kamar kualitasnya tetap baik tidak

(19)

1.2 Perumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian adalah:

1. Apakah ekstrak angkak dapat diformulasikan ke dalam sediaan Pewarna

pipi?

2. Apakah formulasi sediaan Pewarna pipi menggunakan ekstrak angkak

sebagai pewarna tidak menyebabkan iritasi saat digunakan?

3. Apakah formulasi sediaan pewarna pipi menggunakan pewarna ekstrak

angkak yang dibuat dapat stabil dalam penyimpanan pada suhu kamar

selama 30 hari?

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis penelitian ini

adalah:

1. Ekstrak angkak dapat diformulasikan ke dalam sediaan pewarna pipi

2. Formulasi ekstrak angkak dalam sediaan pewarna pipi tidak menyebabkan

iritasi

3. Formulasi ekstrak angkak dalam sediaan pewarna pipi stabil dalam

(20)

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk membuat sediaan pewarna pipi dengan ekstrak angkak sebagai

pewarna

2. Untuk mengetahui apakah sediaan pewarna pipi menggunakan ekstrak

angkak sebagai pewarna tidak menyebabkan iritasi

3. Untuk mengetahui kestabilan sediaan pewarna pipi menggunakan ekstrak

angkak dalam penyimpanan pada suhu kamar

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penulisan ini adalah untuk meningkatkan pemanfaatan

angkak yaitu tidak hanya sebagai bahan makanan, tetapi juga dapat digunakan

sebagai bahan kosmetik dan dalam hal ini digunakan sebagai pewarna untuk

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kosmetik

2.1.1 Pengertian kosmetik

Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan

pada bagian luar badan seperti epidermis, rambut, kuku, bibir, gigi, dan rongga

mulut antara lain untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah

penampilan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau

badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu

penyakit (Tranggono dan Latifah, 2007).

Dalam definisi kosmetik diatas, yang dimaksudkan dengan ’tidak

dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan penyakit’ adalah sediaan

tersebut seharusnya tidak mempengaruhi struktur dan faal kulit. Tujuan

penggunaan kosmetik pada masyarakat adalah untuk kebersihan pribadi,

meningkatkan daya tarik melalui riasan, meningkatkan rasa percaya diri dan

perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar UV, polusi dan

faktor lingkungan yang lain, mencegah penuaan dan secara umum, membantu

seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup (Tranggono dan Latifah, 2007).

Kosmetik sendiri biasanya berasal dari bahasa Yunani” kosmetikos” yang

berarti keterampilan menghias, mengatur. Namun, pada perkembangannya, istilah

kosmetik telah dipakai oleh banyak kalangan dan profesi yang berbeda, sehingga

(22)

dipakai sejak tahun 1940 di Inggris, Prancis, dan Jerman. Istilah ini tidak sama

bagi tiap profesi yang menggunakannya (Azhara dan Nurul khasanah, 2011).

2.1.2 Kosmetik dekoratif

Kosmetik dekoratif, untuk kulit, rambut dan pelengkap lainnya, misalnya

bibir dan kuku yang bertujuan untuk meningkatkan atau melindungi dan menjaga

kesehatan, yaitu mengubah penampilan dan dapat menutupi cacat pada kulit

(Butler, 2000).

Kosmetik riasan berperan membuat seseorang terlihat lebih cantik, dan

memiliki efek psikologis pada penggunanya. Mengenai efek psikologis,

kosmetik riasan memberikan perasaan yang lebih tenang, membuat lebih antusias

untuk melakukan sesuatu dan merasa baik karena merias wajah merupakan hal

yang menyenangkan dan juga memberikan rasa kepuasan kepada perempuan yang

ingin mengubah penampilan mereka (Mitsui, 1997).

Kosmetik riasan terdiri dari berbagai jenis produk yang mana

bermacam-macam pigmen (pigmen organik dan anorganik, pigmen mutiara dan lain-lain)

terdispersi melalui suatu formula dasar, contohnya bedak, pewarna pipi, lipstik,

eye shadow, pensil alis, eyeliner, maskara dan cat kuku (Mitsui, 1997).

Bahan-bahan yang digunakan dalam kosmetik dekoratif

1. Penyebar pigmen contohnya: Talkum, kaolin, mika, kalsium karbonat,

magnesium karbonat, dan lain-lain.

2. Pigmen pewarna terdiri dari pigmen organik dan organik, dan pigmen mutiara

a. Pigmen organik contohnya: Lithol, Rubin B. Lithol Rubin BCA,

(23)

b. Pigmen anorganik contohnya: Red ron oxide, yellow iron oxide,

ultramarine, prussian blue, carbon black, dan lain-lain.

3. Pigmen pemutih contohnya: Titanium oxide, zink oxide.

4. Pigmen mutiara contohnya: Bismuth oxychloride, titanium dioxide coated mica

5. Bahan-bahan lain seperti sabun metal contohnya: Mg, Ca dan Al, asam stearat

dan lain-lain

6. Serbuk polimer sintetik contohnya: Serbuk nylon, serbuk polyethylene

7. Bahan alami contohnya: serbuk sellulosa

8. Serbuk logam contohnya: Serbuk aluminium dan lain-lain

Penyebar pigmen digunakan untuk memberikan kemampuan penyebaran dan

adhesi, dan absorpsi keringat dan sebum (Mitsui, 1997).

Persyaratan untuk kosmetik dekoratif antara lain adalah (Tranggono dan

Latifah, 2007):

a. Warna yang menarik.

b. Bau harum yang menyenangkan.

c. Tidak lengket.

d. Tidak menyebabkan kulit tampak berkilau.

e. Tidak merusak atau mengganggu kulit

2.2 Perona Pipi (Rouge)

Produk perona pipi bertujuan memerahkan pipi, sehingga

penggunaannya tampak lebih cantik dan lebih segar. Kadang- kadang dipakai

langsung, tetapi lebih sering sebagai foundation. Pewarna pipi ini dipasarkan

dalam berbagai bentuk seperti: bubuk kompak, krim, liquid/cair, gel, balls, dan

(24)

1. Perona pipi bentuk bubuk kompak

Merupakan perona pipi yang paling umum dikenal. Digunakan dengan

bantuan blush rush/kuas pada bagian pipi. Serbuk warna pewarna pipi yang

dipadatkan ini akan menghasilkan warna yang sangat nyata. Jenis ini dapat

dipakai untuk semua jenis kulit, terutama untuk yang memiliki kulit berminyak

karena akan mengurangi minyak yang ada selama dipakai dan dalam

penggunaanya tidak boleh diaplikasikan terlalu tebal karena menyebabkan

tampakan cake (Anonim, 2012).

Bubuk kompak adalah sediaan dasar berupa padatan, lembut, homogen,

mudah disapukan merata pada kulit dengan spon, tidak menimbulkan iritasi,

biasanya berbentuk cake, digunakan sebagai sediaan kosmetik untuk berbagai tata

rias. Bahan untuk pembuatan bubuk kompak diperlukan bahan seperti yang tertera

pada bubuk kompak, biasanya ditambah zat pengikat atau pelicin untuk

memudahkan pengempaan. Pembuatan bubuk kompak dapat dibuat dengan cara

kempa basah atau kempa kering (Ditjen POM, 1985).

Terdapat 3 prosedur berbeda yang digunakan untuk memperoleh bubuk

kompak, wet moulding (pelelehan basah), damp compressing (pengempaan

lembab), dan pengempaan kering. Metode yang paling sering digunakan adalah

pengempaan kering (Butler, 2000).

Kempa basah

Proses kempa basah sekarang tidak lagi digunakan di USA, dan

kebanyakan perusahaan kosmetik menggunakan proses kempa lembab atau proses

kempa kering dalam pembuatan bubuk kompak (Butler, 2000).

(25)

Metode kempa lembab, basis bedak, pewarna, dan parfum dicampur

sampai seragam. Campuran kemudiaan dibasahkan sampai mencapai massa

plastis yang sesuai. Serbuk kemudiaan disaring dan dilewatkan kedalam mesin

pengempa dan dikeringkan pada temperatur yang sesuai (Butler, 2000).

Kempa kering

Metode kempa kering, basis bedak, pewarna, dan parfum dicampur dan

campuran serbuk dapat dilembabkan dengan pengikat, kemudian dicampur secara

keseluruhan dan serbuk dikempa (Butler, 2000).

2. Perona pipi bentuk krim

Bentuknya tidak sepadat pewarna pipi bubuk kompak dan memiliki tekstur

lebih basah, karena tekstur inilah, maka warna yang dihasilkan dapat lebih

menyatu alami dengan warna kulit wajah. Jenis ini kurang cocok digunakan

seseorang yang berjenis kulit berminyak karena dapat membuat wajah terlihat

lebih basah atau berminyak. Krim pewarna pipi ini sangat cocok digunakan pada

daerah zona T wajah berminyak dan memberikan kilau natural. Cara

pengaplikasikannya adalah dengan menggunakan jari (Anonim, 2012)

3. Perona pipi bentuk liquid/cair

Konsistensinya sangat mirip dengan pewarna pipi krim, hanya saja

pewarna pipi liquid/ cair sedikit lebih encer. Jenis ini hanya boleh diaplikasikan

didaerah pipi dan cocok untuk kulit normal dan kering (Anonim, 2012).

4. Perona pipi bentuk gel

Berbentuk gel dan warna yang dihasilkan tidak terlalu nyata sehingga

cocok untuk pemakaian sehari-hari atau bila ingin diaplikasikan dandanan yang

(26)

5. Perona pipi bentuk balls

Menyerupai bola-bola kecil. Cara penggunaannya adalah dengan

menggunakan kuas yang diputar-putar diatas bola-bola tersebut. Serbuk yang

menempel pada kuas kemudiaan dapat disapukan pada pipi. Jenis pewarna pipi ini

dapat digunakan untuk semua jenis kulit (Anonim, 2012).

6. Perona pipi bentuk stick

Bentuk stick ini seperti lipstik dan cocok untuk semua jenis kulit. Cara

pemakaiannya adalah dengan mengaplikasikannya secara lurus pada pipi,

kemudiaan diratakan dengan jari (Anonim, 2012).

Pemerah pipi dibuat dalam berbagai corak warna yang bervariasi mulai

dari warna merah jambu hingga merah tua. Pemerah pipi konvensional lazim

mengandung pigmen merah atau merah kecoklatan dengan kadar tinggi (Ditjen

POM, 1985).

Pewarna pipi bubuk dapat disajikan dalam bentuk bubuk tabur, tetapi yang

terbanyak dalam bentuk bubuk kompak. Formulasi bubuk kompak umumnya

mengandung talkum dengan kadar tinggi dan zat pengikat, sehingga campuran

bahan dapat dikempa dalam bentuk kompak (Ditjen POM, 1985).

2.3 Angkak

Pigmen angkak adalah pewarna alami yang diproduksi oleh kapang

Monascus purpureus. Zat warna ini sudah lama digunakan untuk mewarnai

makanan seperti ikan, daging unggas (ayam dan bebek) serta minuman beralkohol

(Jenie, dkk., 1997).

Pigmen angkak secara tradisional diproduksi menggunakan substrat beras.

(27)

berbagai usaha untuk memproduksi pigmen angkak dengan memanfaatkan limbah

industri pangan seperti limbah cair dan padat industri tahu dan tapioka serta dedak

padi telah dilakukan (Jenie, dkk., 1997).

Angkak telah banyak digunakan di Negara-negara Asia terutama Cina,

Jepang, Taiwan, Thailand dan Philipina kurang lebih 600 tahun yang lalu.

Red-rice atau ang-kak (ang-khak, ankak, anka, ang-quac, beni-koji, aga-koji)

digunakan untuk mewarnai makanan seperti pada ikan, keju Cina, dan untuk

pembuatan anggur merah di negara-negara oriental (Timur) (Hidayat dan Saati,

2006).

Pigmen angkak banyak dihasilkan dari beberapa jenis kapang. Dari

berbagai macam kapang yang paling umum digunakan adalah Monascus

purpureus. Monascus purpureus juga disebut Monascus anka atau Monascus

kaoliang. Pigmen merah merupakan salah satu warna yang menarik karena warna

merah sangat populer pada pewarna makanan dan merupakan warna pigmen yang

alami pada makanan (Hidayat dan Saati, 2006).

Stabilitas pigmen angkak sangat di pengaruhi oleh suhu, lama pemanasan,

sinar matahari, oksidator serta pH asam. Angkak dalam bentuk pekatan lebih

stabil pada pH 7, sedangakan dalam bentuk bubuk lebih stabil pada pH 9,2.

Penggunaan angkak secara tradisional biasanya dengan cara melarutkan beras

angkak dalam air hangat, baru kemudian ditambahkan kedalam makanan yang

hendak diwarnai. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kelarutan warna angkak

dalam produk (Jenie, dkk.,1997).

Monascus purpureus adalah kapang utama pada angkak. Angkak adalah

(28)

Angkak sudah sejak lama digunakan sebagai bahan bumbu, pewarna dan obat

karena mengandung bahan bioaktif berkhasiat. Kapang menghasilkan pigmen

yang tidak toksik dan tidak mengganggu sistem kekebalan tubuh (Kasim, dkk.,

2005).

Monascus purpureus juga diketahui menghasilkan senyawa lovastatin.

Lovastatin menghambat sintesis kolesterol karena menghambat aktifitas

HMGCoA reduktase enzim penentu biosintesis kolestrol. Sifat ini dimanfaatkan

sebagai obat untuk program diet, pencegah atero-sklerosis, jantung koroner dan

stroke. Pemberian lovastatin secara rutin kepada penderita hiperkolesterolemia

dapat menurunkan kolesterol darah hingga 30% (Kasim, dkk., 2005).

2.3.1 Proses pembuatan angkak

Berbagai varietas beras dapat digunakan sebagai medium pertumbuhan

kapang Monascus purpureus. Santoso (1985), melaporkan bahwa beras pera

dengan intensitas amilosa yang tinggi dan amilopektin yang rendah merupakan

substrat yang baik untuk pembuatan angkak dan kandungan lovastatinnya (Kasim,

dkk., 2005).

Penggunaan beras sebagai medium diawali dengan mencuci beras, setelah

itu direndam dalam air selama satu hari dan kemudian ditiris. Beras yang lembab

tersebut dipindahkan ke wadah yang cukup baik untuk aerasi, kemudian

dibungkus dengan plastik dan disterilkan di autoklaf selama 30 menit pada suhu

121°C, lalu didinginkan. Inokulasi dilakukan dengan menambahkan suspensi

askospora Monascus purpureus yang diperoleh dari kultur yang berusia 25 hari

pada medium sabaoraud. Pada saat inokulasi, beras harus tampak kering dan tidak

(29)

tersebut diinkubasikan pada suhu terkontrol yaitu 25oC dan diaerasi selama 20

hari. Selama inkubasi, beras akan menjadi merah secara bertahap, digojok supaya

merata dan perlu ditambah air steril untuk menjaga kelembaban, karena adanya air

yang hilang selama inkubasi dapat menyebabkan beras menjadi terlalu kering.

Setelah tiga minggu, beras akan tampak berwarna merah tua kecoklatan, dan beras

tersebut tidak saling melekat. Setelah dikeringkan pada suhu 40°C, beras akan

mudah dihancurkan sehingga menjadi serbuk (Timotius, 2004).

2.3.2 Kapang Monascus purpureus

Monascus spp. termasuk pada kingdom fungi, divisi Ascomycetes dan

bagian dari family Monascaceae. Termasuk pada kel

spesies, antara lain: Monascus pilosus, Monascus purpureus, Monascus ruber dan

Monascus froridanus. Monascus purpureus termasuk spesies yang kosmopolit

atau dapat tumbuh di semua tempat, dan telah diisolasi dari tanah, kentang yang

matang, nasi, kedelai, sorgum, tembakau, coklat, serta biji palem. Suhu

pertumbuhan 18°-40°C (Gandjar dan Samson,1999; Pattanagul, dkk., 2007).

Monascus purpureus menghasilkan 3 kelompok pigmen yaitu:

1. pigmen kuning: monascin (C21H26O5) dan ankaflafin (C23H30O5)

2. Pigmen orange: monascorubrin (C23H26O5) dan rubropactatin (C21H22O5)

3. Pigmen merah: monascorubramine (C23H27NO4) dan rubropuntamine

(C21H23NO4) (Pattanagul, dkk., 2007).

Struktur pigmen yang dihasilkan oleh Monascus spp. Tergantung pada

jenis substrat dan beberapa faktor spesifik lain selama penanaman seperti pH,

(30)

2.4 Dermatitis Irritan

Iritasi kulit adalah reaksi kulit yang terjadi karena proses inflamasi lokal

nonimmunologic dan biasanya diikuti dengan perubahan kulit seperti eritema,

edema, dan vesicula dengan keluhan gatal terbakar dan menyengat. Iritasi akan

segera menimbulkan reaksi kulit sesaat setelah pelekatan atau penyentuhan pada

kulit, iritasi demikian disebut iritasi primer. Tetapi jika reaksi tersebut timbul

beberapa jam setelah penyentuhan atau pelekatan pada kulit, iritasi ini disebut

(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini adalah eksperimental. Penelitian meliputi penyiapan

sampel, pembuatan ekstrak, formulasi sediaan, pemeriksaan mutu fisik sediaan,

uji iritasi terhadap sediaan, dan uji kesukaan (Hedonic test) terhadap variasi

sediaan yang dibuat.

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Alat-alat yang digunakan antara lain: alat-alat gelas laboratorium,

pengering beku, lemari pengering, kertas saring, lumpang dan alu porselen,

neraca analitis (Mettler Toledo), penguap berputar, batang pengaduk, alumunium

voil, pipet tetes, kertas perkamen, gunting, tissue, Ayakan (mesh 100, mesh 60)

spatula, alat uji kekerasan (copley), alat pencetak, sudip, dan wadah pewarna pipi.

3.1.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah angkak yang bewarna

merah. Bahan kimia yang digunakan antara lain: alkohol 70%, kaolin ringan,

kalsium karbonat, magnesium karbonat, seng stearat, talkum, pigmen, parfum,

lanolin, isoprofil miristat.

3.2 Pengumpulan dan Pengolahan Sampel

(32)

Pengumpulan angkak dilakukan secara purposif yaitu tanpa

membandingkan dengan daerah lain. Angkak yang digunakan adalah yang dijual

dipasar Sei Sikambing, Jl. Kapten Muslim Kotamadya Medan.

3.2.2 Pengolahan sampel

Angkak ditimbang sebanyak 510 gram, kemudian dipecah-pecah dengan

menggunakan mortir, setelah dipecah-pecah ditimbang lagi sebanyak 500 gram.

3.3. Pembuatan Ekstrak Angkak

Pembuatan ekstrak angkak dilakukan secara maserasi menggunakan

penyari Alkohol 70%. Angkak yang telah dipecah-pecah dengan mortir hingga

menjadi serbuk kasar kemudian ditimbang sebanyak 500 g, kemudian dimaserasi

dengan cara serbuk kasar angkak dimasukkan kedalam bejana, kemudian dituangi

dengan 3750 ml alkohol 70% di tutup, dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari

cahaya, sambil berulang-ulang diaduk. Setelah 5 hari sari diserkai, dan ampasnya

diperas. Kemudian ampas ditambah cairan penyari secukupnya diaduk dan

diserkai, sehingga diperoleh seluruh sari sebanyak 5000 ml. Setelah itu Bejana di

tutup, dan dibiarkan ditempat sejuk. Terlindung dari cahaya selama 2 hari.

Kemudian endapan dipisahkan (Ditjen POM, 1979). Maserat yang diperoleh

dipekatkan dengan penguap berputar pada suhu ± 40oC sampai diperoleh ekstrak

kental. Kemudian hasil tersebut dikering anginkan dengan menggunakan alat

pengering beku selama 72 jam pada suhu -40oC dengan tekanan 2 atm sehingga

diperoleh ekstrak angkak yang lebih kental.

3.4. Pembuatan formula

(33)

R/ Kaolin ringan 50 g

Kalsium karbonat 50 g

Magnesium karbonat 50 g

Isopropil miristat dan lanolin sama banyak

3.4.1. Modifikasi formula

Dalam penelitian ini, Formula yang dipilih adalah Formula Standard yang

terdapat pada Formularium Kosmetika Indonesia (1985), dan dalam penelitian ini

menggunakan pigmen ekstrak angkak yang di buat dalam sediaan pewarna pipi

dengan modifikasi formula sebagai berikut:

(34)

Zat pengikat qs

Zat pengikat

Isopropil miristat dan lanolin sama banyak

Berdasarkan hasil orientasi terhadap penggunaan pewarna ekstrak angkak

dalam sediaan pewarna pipi diperoleh hasil bahwa pada konsentrasi 5% sediaan

telah memberikan warna merah jambu saat dioleskan pada kulit punggung tangan,

dan pada konsentrasi 7,5% sediaan telah memberikan warna merah muda

kecoklatan saat dioleskan pada kulit punggung tangan. Orientasi dilanjutkan

dengan menggunakan ekstrak angkak dengan konsentrasi 10; 12,5; 15; 17,5; dan

20%, Sehingga konsentrasi ekstrak angkak yang digunakan dalam penelitian ini

adalah 5; 7,5; 10, 12,5; 15; 17,5; dan 20% karena warna yang dihasilkan warna

yang sesuai untuk pembuatan sediaan pewarna pipi sebagai blanko juga dibuat

sediaan pewarna pipi tanpa menggunakan pewarna ekstrak angkak.

Tabel 3.1 Formula untuk 50 gram sediaan pewarna pipi menggunakan pewarna ekstrak angkak

Komposisi Sediaan

1 2 3 4 5 6 7 8

Kaolin ringan 2,5000 2,4375 2,3750 2,3125 2,2500 2,1875 2,1250 2,5000 Kalsium karbonat 2,5000 2,4375 2,3750 2,3125 2,2500 2,1875 2,1250 2,5000 Magnesium karbonat 2,5000 2,4375 2,3750 2,3125 2,2500 2,1875 2,1250 2,5000 Seng stearat 2,5000 2,4375 2,3750 2,3125 2,2500 2,1875 2,1250 2,5000 Talkum 37,5000 36,5625 35,6250 34,6875 33,7500 32,8125 31,8750 37,5000 Ekstrak angkak 2,5000 3,7500 5,0000 6,2500 7,5000 8,7500 10,000 0,0000 Isoprofil miristat 0,5000 0,5000 0,5000 0,5000 0,5000 0,5000 0,5000 0,5000 Lanolin 0,5000 0,5000 0,5000 0,5000 0,5000 0,5000 0,5000 0,5000

Keterangan:

(35)

3.4.2. Prosedur pembuatan pewarna pipi

Masing-masing bahan serbuk seperti kaolin, kalsium karbonat, dan seng

stearat dihaluskan didalam lumpang, kemudian ekstrak angkak digerus didalam

lumpang yang lain dan ditambahkan talkum sedikit demi sedikit gerus hingga

homogen dan dicampurkan kedalam campuran diatas gerus lagi hingga homogen.

Setelah itu ditambahkan parfum secukupnya dan magnesium karbonat gerus

hingga homogen. tambahkan zat pengikat isoprofil miristat dan lanolin yang

sebelumnya telah dipanaskan terlebih dahulu sampai mencair, dan digerus

campurannya hingga diperoleh massa yang kompak, kemudian diayak dengan

pengayak mesh 60 dan dikeringkan didalam lemari pengering selama 20 menit,

kemudian diayak dengan pengayak mesh 100. Kempa ke dalam wadah yang

dikehendaki.

3.5 Pemeriksaan Mutu Fisik Pewarna Pipi

Pemeriksaan mutu fisik dilakukan terhadap masing-masing sediaan

pewarna pipi. Pemeriksaan mutu fisik sediaan meliputi: pemeriksaan

homogenitas, dan stabilitas sediaan yang mencakup pengamatan terhadap

perubahan bentuk, warna dan bau dari sediaan, dan uji poles.

3.5.1 Pemeriksaan dispersi warna (homogenitas) pewarna pipi

Dispersi warna diuji dengan menyebarkan serbuk pada permukaan kertas

berwarna putih dan dilihat. Tidak boleh ada warna yang berbeda, atau tidak

(36)

3.5.2. Uji poles

Uji poles dilakukan terhadap sediaan masing-masing formula dengan cara

dioleskan lima kali pada punggung telapak tangan dan diamati warnanya

(Keithler, 1956).

3.5.3. Uji kekerasan/tekanan

Sediaan yang dibuat diuji kekerasannya dengan cara menggunakan alat uji

kekerasan (copley), ditandai dengan sediaan yang dibuat tidak mudah retak,

remuk dan pecah (Butler, 2000).

3.5.4. Uji keretakan

Langkah yang paling baik terhadap kecenderung pewarna pipi adalah

dengan menjatuhkan pewarna pipi pada permukaan kayu beberapa kali pada

ketinggian 8-10 inci. Jika cake yang dihasilkan tidak rusak, menyatakan bahwa

kekompakannya lulus uji dan dapat disimpan tanpa menghasilkan hal-hal yang

tidak memuaskan (Butler, 2000).

3.6 Uji Iritasi

Uji iritasi dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan uji pada kulit

normal panel manusia untuk mengetahui apakah sediaan tersebut dapat

menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak.

Teknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji tempel terbuka (Open

Test) pada lengan bawah bagian dalam terhadap 10 orang panelis yang bersedia

dan mengisi surat pernyataan. Uji tempel terbuka dilakukan dengan mengoleskan

(37)

dibiarkan terbuka dan diamati apa yang terjadi. Uji ini dilakukan sebanyak 3 kali

sehari selama 2 hari berturut-turut (Tranggono dan Latifah, 2007).

3.6.1 Uji kesukaan (hedonic test)

Uji kesukaan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis

terhadap sediaan yang dibuat. Jumlah panel uji kesukaaan makin besar semakin

baik. Sebaiknya jumlah itu melebihi 20 orang panelis dengan cara: setiap panelis

memberikan penilaian terhdap masing-masing pewarna pipi berdasarkan

teksturnya (Butler, 2000).

Kriteria Panelis (Soekarto,1981):

1. Memiliki kepekaan dan konsistensi yang tinggi.

2. Panelis yang digunakan adalah panelis yang tidak terlatih yang diambil secara

acak.

3. Berbadan sehat.

4. Tidak dalam keadaan tertekan

5. Mempunyai pengetahuan dan pengalaman tentang penilaian organoleptik.

3.6.2 Uji stabilitas

Uji ini dilakukan pengamatan terhadap adanya perubahan bentuk, warna,

dan bau dari sediaan pewarna pipi dilakukan terhadap masing-masing sediaan

selama penyimpanan pada suhu kamar pada hari ke 1, hari ke 5, hari ke 10 dan

(38)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Ekstraksi Angkak

Hasil maserasi dari 500 gram angkak diperoleh 100 ml maserat, kemudian

dipengeringan beku selama 72 jam pada suhu -40oC dengan tekanan 2 atm

menghasilkan 48 gram ekstrak kental. Rendemen yang diperoleh yaitu 9,6%.

4.2 Hasil Pemeriksaan Mutu Fisik Pewarna pipi

4.2.1 Uji dispersi warna (homogenitas)

Hasil pemeriksaan dispersi warna menunjukkan bahwa sediaan yang

dibuat terdispersi merata dan tidak ada warna yang berbeda atau tidak merata pada

saat ditaburkan pada kertas putih.

4.2.2 Hasil uji poles

Sediaan pewarna pipi menghasilkan pengolesan yang baik jika sediaan

memberikan warna yang intensif, merata dan homogen saat dioleskan pada kulit

punggung tangan. Hasil uji poles dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1 Data pemeriksaan uji poles pada sediaan pewarna pipi

Konsentrasi Warna Homogen Pengolesan

(39)

Sediaan dengan konsentrasi 15% memberikan warna merah tua dan sedian

dengan konsentrasi 17,5 % dan 20% memberikan warna merah gelap,

sedian-sediaan ini lebih terasa kasar, kemungkinan masih ada partikel-partikel kasar yang

belum cukup halus dari ekstrak angkak selama proses penggerusan dalam

lumpang dan proses pengayakan dengan ayakan, sehingga diperlukan alat

penggerusan khusus untuk pewarna pipi dan ayakan yang lebih halus.

4.2.3 Hasil uji kekerasan/tekanan

Hasil uji kekerasan yang didapat terhadap sediaan pewarna pipi dengan

konsentrasi 5% adalah 2 kg, pada konsentrasi 7,5% kekerasannya adalah 2,5 kg,

sedangkan untuk sediaan yang dibuat dengan ekstrak angkak konsentrasi 10

sampai 20% menunjukkan hasil yang sama yaitu dengan kekerasan 3 kg dan

untuk sediaan tanpa sempel kekerasannya adalah 2 kg. Untuk standart kekerasan,

belum ada literatur yang menyatakan standart kekerasan pewarna pipi.

4.2.4 Hasil uji keretakan

Hasil pemeriksaan yang didapat terhadap semua sediaan pewarna pipi

dengan uji keretakan menunjukan bahwa semua sediaan yang dibuat tidak pecah

dan retak pada saat dijatuhkan pada permukaan kayu dengan ketinggian 8-10

(inci).

4.2.5 Hasil uji iritasi

Berdasarkan hasil uji iritasi yang dilakukan pada 10 orang panelis yang

dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan pewarna pipi pada kulit lengan

bawah bagian dalam selama 2 hari berturut-turut, menunjukkan bahwa semua

panelis tidak menunjukkan reaksi terhadap parameter reaksi iritasi yang diamati

(40)

dengan konsentrasi ekstrak angkak paling tinggi, yaitu sediaan yang mengandung

konsentrasi pewarna 20%.

Dari hasil uji iritasi tersebut dapat disimpulkan bahwa sediaan pewarna

pipi yang dibuat aman untuk digunakan. Hasil uji iritasi dapat dilihat pada Tabel

4.2 berikut ini.

(41)

4.3 Hasil Uji Kesukaan (Hedonic test)

Data yang diperoleh dari lembar penilaian (kuesioner) ditabulasi dan

ditentukan nilai kesukaannya untuk setiap sediaan dengan mencari hasil rerata

pada setiap panelis pada tingkat kepercayaan 95%. Data nilai uji kesukaan

(Hedonic Test) dapat dilihat pada tabel 4.3.

Dari hasil perhitungan didapatkan interval nilai kesukaan untuk setiap

sediaan yaitu:

- Sediaan 1 memiliki interval nilai kesukaan 2,08–2,84. Untuk penulisan

nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 2,08 dan dibulatkan

menjadi 3 (cukup suka).

- Sediaan 2 memiliki interval nilai kesukaan 3,03–3,83. Untuk penulisan

nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 3,03 dan dibulatkan

menjadi 3 (cukup suka).

- Sediaan 3 memiliki interval nilai kesukaan 3,27–3,73. Untuk penulisan

nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 3,27 dan dibulatkan

menjadi 3 (cukup suka).

- Sediaan 4 memiliki interval nilai kesukaan 3,74–4,46. Untuk penulisan

nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 3,74 dan dibulatkan

menjadi 4 (suka).

- Sediaan 5 memiliki interval nilai kesukaan 2,61–3,45. Untuk penulisan

nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 2,61 dan dibulatkan

(42)

Tabel 4.3 Data nilai uji kesukaan (Hedonic test)

Panelis

Sediaan

1 2 3 4 5 6 7

1 1 2 3 5 4 4 3

2 1 2 3 5 4 4 3

3 4 5 3 4 2 1 2

4 4 5 3 4 2 1 2

5 5 4 4 3 2 1 1

6 3 4 4 5 2 2 1

7 3 4 4 5 2 2 1

8 3 4 5 4 3 2 1

9 4 5 4 4 2 2 1

10 3 4 4 5 3 2 1

11 3 4 3 5 4 2 1

12 4 5 4 4 3 2 1

13 1 2 3 3 4 4 5

14 1 2 3 3 4 4 5

(43)

Keterangan: 5 : sangat suka 4 : suka

3 : cukup suka 2 : kurang suka

16 3 3 4 5 4 1 1

17 4 5 3 2 1 1 1

18 1 2 3 5 4 2 2

19 5 4 3 2 1 1 1

20 5 4 3 2 1 2 1

21 1 5 4 4 3 3 2

22 3 2 5 4 2 2 2

23 1 3 3 3 4 5 4

24 1 3 2 3 4 5 4

25 1 2 3 3 5 4 4

26 1 2 3 4 5 1 1

27 1 4 3 5 4 3 4

28 3 3 4 5 2 2 2

29 3 3 4 5 2 2 2

30 1 2 3 3 3 4 5

(44)

1 : tidak suka

- Sediaan 6 memiliki interval nilai kesukaan 1,92-2,82. nilai akhir kesukaan

diambil nilai terkecil yaitu 1,92 dan dibulatkan menjadi 2 ( kurang suka).

- Sediaan 7 memiliki interval nilai kesukaan 2,15–2,39. Untuk penulisan

nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 2,15 dan dibulatkan

menjadi 3 (cukup suka)

Berdasarkan nilai kesukaan untuk semua sediaan, sediaan yang disukai

adalah sediaan pewarna pipi dengan konsentrasi pewarna ekstrak angkak 12,5%.

Contoh kuesioner dapat dilihat pada lampiran 3. Perhitungan hasil uji kesukaan

(hedonic test) dapat dilihat pada lampiran 13.

4.4 Stabilitas Pewarna Pipi

Hasil uji stabilitas sediaan pewarna pipi menunjukkan bahwa seluruh

sediaan yang dibuat tetap stabil dalam penyimpanan pada suhu kamar selama 30

hari pengamatan. Parameter yang diamati dalam uji kestabilan fisik ini meliputi

perubahan bentuk, warna dan bau sediaan. Pada sediaan pewarna pipi perubahan

warna dipengaruhi oleh suhu, cahaya dan kelembapan. Pada penelitian ini

stabilitas hanya dilakukan pada suhu kamar. Hasil yang didapat selama

pengamatan 30 hari menunjukkan bahwa semua sediaan tetap stabil dan tidak

mengalami perubahan warna. Berdasarkan hasil pengamatan bentuk, diketahui

bahwa seluruh sediaan pewarna pipi yang dibuat memiliki bentuk dan konsistensi

yang baik, yaitu tidak mudah remuk dan pecah pada penyimpanan suhu kamar,

hasil dapat dilihat pada lampiran 12. Sedangkan bau yang dihasilkan dari seluruh

sediaan pewarna pipi adalah bau khas dari parfum yang digunakan yaitu oleum

(45)

pada suhu kamar. Data pengamatan perubahan bentuk, warna dan bau dari sediaan

dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini:

Tabel 4.4 Data pengamatan perubahan bentuk, warna dan bau sediaan

Pengamatan Sediaan Lama pengamatan (hari)

1 5 10 15 20 25 30

Sediaan 1 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak angkak 5% Sediaan 2 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak angkak 7,5% Sediaan 3 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak angkak 10% Sediaan 4 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak angkak 12,5% Sediaan 5 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak angkak 15% Sediaan 6 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak angkak 17,5% Sediaan 7 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak angkak 20% Sediaan 8: Formula tanpa pewarna ekstrak angkak

(46)

mj : merah jambu

a. Ekstrak angkak dapat digunakan sebagai pewarna dalam formulasi sediaan

pewarna pipi. Variasi konsentrasi pewarna ekstrak angkak yang digunakan

dalam formulasi menghasilkan perbedaan intensitas warna pada sediaan

pewarna pipi. Pada konsentrasi 5% warna yang dihasilkan yaitu warna

merah jambu, pada kosentrasi 7,5% memberikan warna merah muda

kecoklatan, pada konsentrasi 10 dan 12,5% memberikan warna merah

bata, pada konsentrasi 15% memberikan warna merah tua, dan konsentrasi

pewarna ekstrak angkak 17,5 dan 20% memberikan warna merah gelap.

Pewarna pipi yang paling disukai yaitu pewarna pipi dengan pewarna

ekstrak angkak 12,5%.

b. Berdasarkan hasil uji iritasi yang dilakukan terhadap 10 orang panelis

menunjukkan bahwa sediaan pewarna pipi yang dibuat tidak menyebabkan

iritasi.

c. Hasil penentuan mutu fisik sediaan menunjukkan bahwa seluruh sediaan

yang dibuat stabil, tidak menunjukkan adanya perubahan bentuk, warna,

dan bau dalam penyimpanan selama 30 hari.

(47)

Disarankan untuk dilakukan penelitian selanjutnya untuk memanfaatkan

pewarna alami ekstrak angkak untuk formulasi sediaan kosmetik lainnya, seperti

Eye Shadow dengan menggunakan mesin pencetak yang sesuai dalam bentuk

bubuk kompak.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2011). Pemerah Pipi. Tanggal akses 23 November

Scribd.com/doc/53543986.

Azhara dan Khasanah, N. (2011). Waspada Bahaya Kosmetik. Yogyakarta: Flashbooks. Hal. 15.

Barel, A.O., Marc P., dan Howard, I.M. (2001). Handbook of Cosmetic Science and Technology. Edisi kedua. New York: Informa Healthcare. Hal. 471-473.

Butler, H. (2000). Poucher’s Perfumes, Cosmetics and Soaps. Edisi ke-10. London: Kluwer Academic Publishers. Hal. 185-189, 199-200.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 10.

Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 19, 83-86, 191-192.

Gandjar, I., dan Samson, R.A. (1999). Pengenalan Kapang Tropik Umum. Depok: Universitas Indonesia. Hal. 76.

Jenie, S. L., Mitrajanty, D. K., dan Fardiaz, S. ( 1997). Produksi Konsentrat dan Bubuk Pigmen Angkak dari Monascus Purpureus Serta Stabilitasnya Selama Penyimpanan. Bul. Teknol. dan Industri Pangan. 8(2): 39-46.

Kasim, E., Astuti, S., dan Nurhidayat, N. (2005). Karakterisasi Pigmen dan Kadar Lovastatin Beberapa Isolat Monascus Purpureus. Biodiversitas. 6(4): 245-247.

Kasim, E., Suharna, N., dan Nurhidayat, N. (2005). Kandungan Pigmen dan Lovastatin pada Angkak Beras Merah Kultivar Bah Butong dan BP 1804 IF 9 yang Difermentasi dengan Monascus purpureus Jmba. Biodiversitas. 7(1): 7-9.

(48)

Kusumawati, T.H., Suranto, dan Setyaningsih, R. (2005). Kajian Pembentukan Warna pada Monascus-Nata Kompleks dengan Menggunakan Kombinasi Ekstrak Beras, Ampas Tahu dan Dedak Padi sebagai Media. Biodiversitas. 6(3): 160-163.

Linda. (2012). Formulasi Sediaan Lipstik Menggunakan Ekstrak Angkak (Monascus purpureus) Sebagai Pewarna. Skripsi. Medan: Fakultas Farmasi USU.

Mitsui, T. (1997). New Cosmetic Science. Edisi ke-1. Amsterdam: Elsevier Science. Hal. 370-373.

Pattanagul, P., Pinthong, R., Phianmongkhol, A., dan Leksawasdi, N. (2007). Review of Angkak Production (Monascus purpureus). Chiang Mai J. Sci. 34(3): 319-328.

Soekarto, S.T. (1981). Penilaian Organoleptik. Bogor: IPB Press. Hal. 57.

Timotius, K.H. (2004). Produksi Pigmen Angkak Oleh Monascus. Jurnal. Teknol. dan Industri Pangan. 15(1): 79-86.

Tranggono, R.I.S., dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal. 7-9, 90-93.

(49)

Lampiran 1

a

b

(50)

b: gambar angkak yang telah dihaluskan

Lampiran 2 Perhitungan formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak angkak 5% untuk 50g

Ekstrak angkak 5% =

Kaolin ringan =

Kalsium karbonat =

Magnesium karbonat =

Seng stearat =

Talkum =

Parfum qs

Isoprofil miristat qs

(51)

Lampiran 3 Kuesioner uji kesukaan (hedonic test)

FORMULASI SEDIAAN PEWARNA PIPI MENGGUNAKAN EKSTRAK

ANGKAK

( Monascus purpureus ) SEBAGAI PEWARNA

Nama :

Usia :

Berdasarkan kemudahan pengolesan pewarna pipi, homogenitas dan intensitas

warna pewarna pipi saat dioleskan, berikanlah penilaian Saudara terhadap tujuh

sediaan uji berikut ini.

Konsentrasi

Pewarna

5% 7,5% 10% 12,5% 15% 17,5% 20%

Nilai Kesukaan

Keterangan: 5 (sangat suka)

4 (suka)

3 (cukup suka)

2 (kurang suka)

(52)

Lampiran 4 Perhitungan rendemen

% Rendemen =

=

(53)

Lampiran 5

a

b

b

Keterangan:

(54)

Lampiran 6 Gambar sediaan pewarna pipi menggunakan pewarna ekstrak angkak

Sediaan 1 konsentrasi 5%

Sediaan 2 konsentrasi 7,5%

Sediaan 3 konsentrasi 10%

Sediaan 4 konsentrasi 12,5%

Sediaan 5 konsentrasi 15%

Sediaan 6 konsentrasi 17,5%

(55)
(56)

Lampiran 8 Gambar hasil uji poles

Keterangan:

1: Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak angkak 5% dengan lima kali pengolesan

2: Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak angkak 7,5% dengan lima kali pengolesan

3: Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak angkak 10% dengan lima kali pengolesan

4: Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak angkak 12,5% dengan lima kali pengolesan

5: Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak angkak 15% dengan lima kali pengolesan

6: Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak angkak 17,5% dengan lima kali pengolesan

(57)

Lampiran 9

a

b

Keterangan:

(58)

Lampira 10 Surat pernyataan untuk uji Iritasi

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Menyatakan bersedia menjadi panelis untuk uji iritasi dalam penelitian

dari Rapita Handayani dengan Judul penelitian Formulasi Sediaan Pewarna Pipi

dalam Bentuk Bubuk Kompak menggunakan Ekstrak angkak (Monascus

Purpureus) Sebagai Pewarna dan memenuhi kriteria sebagai panelis uji iritasi sebagai berikut (Ditjen POM, 1985):

1. Wanita

2. Usia antara 20-30 tahun

3. Berbadan sehat jasmani dan rohani

4. Tidak memiliki riwayat penyakit alergi

5. Menyatakan kesediannya dijadikan panelis uji iritasi

Apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan selama uji iritasi, saya tidak akan

menuntut kapada peneliti.

Demikian surat pernyataan ini dibuat, atas partisipasinya peneliti

mengucapakan terimakasih.

Medan, Januari 2013

(59)
(60)

Lampiran 12 Gambat uji stabilitas dalam penyimpanan pada suhu kamar selama 30 hari

a b

c d

d

e f

g

Keterangan:

(61)

Lampiran 13 Perhitungan uji kesukaan (Hedonic Test)

Untuk menghitung nilai kesukaan rerata dari setiap panelis digunakan rumus

sebagai berikut:

Keterangan:

n : banyak panelis

S2 : keragaman nilai kesukaan

1,96 : koefisien standar deviasi pada taraf 95%

: nilai kesukaan rata-rata

: nilai kesukaan dari panelis ke i, dimana i= 1,2,3,...,n

(62)

Lampiran 13. (Lanjutan)

- Sediaan 1

= 2,46

(63)

Lampiran 13 (Lanjutan)

- Sediaan 2

= 3,43

(64)
(65)

Lampiran 13 (Lanjutan)

Sediaan 3

-= 3,5

(66)

P ( 3,27 3,73 )

Lampiran 13 (Lanjutan)

- Sediaan 4

-= 4,1

(67)
(68)

Lampiran 13 (Lanjutan)

- Sediaan 5

-= 3,03

(69)

P ( 2,61 3,45)

Lampiran 13 (Lanjutan)

- Sediaan 6

-= 2,37

(70)

Lampiran 13 (Lanjutan)

- Sediaan 7

-= 2,27

(71)

P ( 1,78 1,78)

Keterangan:

Sediaan 1 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak angkak 5%

Sediaan 2 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak angkak 7,5%

Sediaan 3 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak angkak 10%

Sediaan 4 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak angkak 12,5%

Sediaan 5 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak angkak 15%

Sediaan 6 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak angkak 17,5%

Gambar

Gambar angkak dan gambar angkak
Tabel 3.1  Formula untuk 50 gram sediaan pewarna pipi menggunakan pewarna ekstrak angkak
Tabel 4.1 Data pemeriksaan uji poles pada sediaan pewarna pipi
Tabel 4.3 Data nilai uji kesukaan (Hedonic test)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Karena itu dicoba membuat sediaan pewarna pipi dengan menggunakan zat warna alami yaitu warna dari ekstrak bunga kana merah.. Bunga kana mengandung pewarna alami

Formulasi sediaan lipstik menggunakan pewarna ekstrak buah rasberi menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat stabil selama 30 hari, homogen, titik lebur 58 , memiliki kekuatan

Ekstrak kulit batang secang dapat diformulasikan menjadi sediaan pewarna pipi, hasil pengamatan organoleptik yaitu pada warna, memiliki warna merah tua dengan hasil ekstrak

Ekstrak kulit batang secang dapat diformulasikan menjadi sediaan pewarna pipi, hasil pengamatan organoleptik yaitu pada warna, memiliki warna merah tua dengan hasil ekstrak

Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan seperti epidermis, rambut, kuku, bibir, gigi, dan rongga mulut antara lain

Hasil pemeriksaan titik lebur lipstik menunjukkan bahwa sediaan lipstik dengan pewarna ekstrak daun jati 5% melebur pada suhu 56 0 C, sediaan lipstik dengan pewarna ekstrak

2.5 Pembuatan Bedak Kompak dengan Ekstrak Buah Buni sebagai Pewarna dalam Berbagai Konsentrasi 2.5.1 Formula sediaan pewarna pipi Formula dasar yang dipilih pada pembuatan bedak

Kesimpulan penelitian ini adalah ekstrak kulit manggis dapat digunakan sebagai pewarna alami yang menghasilkan perbedaan intensitas warna pada sediaan pewarna pipi namun menunjukkan