FORMULASI SEDIAAN PEWARNA PIPI DALAM BENTUK
PADAT MENGGUNAKAN EKSTRAK BUNGA KANA
MERAH (
Canna indica
L
.
)
SKRIPSI
OLEH:
JUWITA KARMILA NIM 111524076
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
FORMULASI SEDIAAN PEWARNA PIPI DALAM BENTUK
PADAT MENGGUNAKAN EKSTRAK BUNGA KANA
MERAH (
Canna indica
L
.
)
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH:
JUWITA KARMILA NIM 111524076
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENGESAHAN SKRIPSI
FORMULASI SEDIAAN PEWARNA PIPI DALAM BENTUK
PADAT MENGGUNAKAN EKSTRAK BUNGA KANA
MERAH (
Canna indica
L
.
)
OLEH:
JUWITA KARMILA 111524076
Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara Pada Tanggal: 8 Februari 2014
Pembimbing I, Panitia Penguji:
Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt. Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt.
NIP 195107031977102001 NIP 195111021977102001
Pembimbing II, Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt. NIP 195107031977102001
Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt. Drs. Suryanto, M.Si., Apt. NIP 195011171980022001 NIP 196106191991031001
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrohmaanirrohiim,
Alhamdulillah, penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini yang berjudul “Formulasi Sediaan Pewarna Pipi Dalam Bentuk Padat Menggunakan Ekstrak Bunga Kana Merah (Canna indica L.)
sebagai Pewarna”sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Ibu Dra. Djendakita Purba,
M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt., selaku dosen pembimbing
yang telah memberikan waktu, bimbingan dan nasehat selama penelitian
hingga selesainya penyusunan skripsi ini. Ibu Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si.,
Apt., Bapak Drs. Suryanto, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Lely Sari Lubis, M.Si.,
Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan saran, arahan, kritik dan
masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Bapak Drs.
Rasmadin Mukhtar, M.Si., Apt., selaku penasehat akademik yang telah
memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama ini serta Bapak dan
Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU yang telah mendidik penulis selama
masa perkuliahan.
Ucapan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada
serta teman-teman yang selalu mendoakan, memberi saran, menyayangi dan
memotivasi penulis. Terimakasih atas semua doa, kasih sayang, keikhlasan,
semangat dan pengorbanan baik moril maupun materil.
Semoga Allah SWT memberikan balasan kebaikan yang berlipat ganda
dan pahala serta keberkahan yang sebaik-baiknya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa
tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak guna perbaikan skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu
pengetahuan khususnya di bidang Farmasi.
Medan, Februari 2014 Penulis,
FORMULASI SEDIAAN PEWARNA PIPI DALAM BENTUK PADAT MENGGUNAKAN EKSTRAK BUNGA KANA MERAH
(Canna indica L.)
Abstrak
Penggunaan pewarna sintesis pada pewarna pipi sering menyebabkan iritasi pada kulit wajah, iritasi pada saluran pernapasan, dan kerusakan pada hati. Karena itu dicoba membuat sediaan pewarna pipi dengan menggunakan zat warna alami yaitu warna dari ekstrak bunga kana merah. Bunga kana mengandung pewarna alami (antosianin) yang dapat digunakan sebagai zat pewarna alami alternatif maupun sebagai antioksidan alami. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat pewarna pipi menggunakan ekstrak bunga kana merah (Canna indica L.) sebagai pewarna pada pewarna pipi.
Ekstraksi zat warna bunga kana diperoleh dari bunga kana merah segar dengan cara maserasi menggunakan etanol 96% dengan penambahan 2% asam sitrat dan 0,1% natrium metabisulfit, maserat diuapkan dengan rotary evaporator lalu dilakukan pengeringan beku hingga diperoleh ekstrak kental bunga kana. Formula sediaan pewarna pipi terdiri dari kaolin, zink oksida, talkum, serta penambahan pewarna ekstrak bunga kana dengan konsentrasi 5, 10, 15, 20, dan 25%. Pengujian terhadap sediaan yang dibuat meliputi pemeriksaan mutu fisik mencakup pemeriksaan homogenitas, uji kekerasan, uji keretakan, dan stabilitas sediaan selama penyimpanan 90 hari pada suhu kamar. Selanjutnya dilakukan uji iritasi, uji poles, uji kesukaan, dan uji angka lempeng total.
Hasil pemeriksaan homogenitas warna menunjukan bahwa sediaan terdispersi merata dan tidak ada warna yang berbeda. Hasil uji kekerasan pewarna pipi dengan konsentrasi 5, 10, 15, 20,dan 25% berturut-turut adalah dengan nilai rata-rata 0,37; 0,40; 0,46; 0,55; 0,69; dan 0,71 kg. Semua sediaan yang dibuat tidak mudah retak dan pecah. Warna semua sediaan yang dibuat tidak mengalami perubahan selama 50 hari, pada hari ke-55 hingga hari ke-90 warna mengalami perubahan. Bau dan bentuk semua sediaan yang dibuat stabil selama 90 hari. Mudah dipoles dengan warna merata dan tidak ada partikel kasar, kecuali pada konsentrasi 20 dan 25% sukar dipoles. Sediaan pewarna pipi tidak menyebabkan iritasi dan yang paling disukai yaitu sediaan pewarna pipi dengan konsentrasi ekstrak bunga kana 15% yang kemudian digunakan untuk uji angka lempeng total. Hasil uji angka lempeng total pada sediaan blanko tidak memenuhi persyaratan yaitu 3x105 dan hasil sediaan konsentrasi ekstrak 15% memenuhi persyaratan yaitu 1x105 berdasarkan persyaratan menurut Keputusan Direktur Jenderal Pengawas Obat dan Makanan pada sediaan rias wajah pewarna pipi yaitu 1x105. Dapat disimpulkan ekstrak bunga kana merah dapat digunakan sebagai pewarna dalam sediaan pewarna pipi dan dapat bercampur homogen dengan baik.
FORMULATION OF ROUGE IN COMPACT PREPARATION WITH RED KANA FLOWER EXTRACT (Canna indica L.)
Abstract
The use of synthetic colorant in rouge often cause irritation to the skin, irritation of the respiratory tract, and liver damage. Because it try to make preparations using natural colorant that color of red kana flower extract. Kana flower contain natural colorant (anthocyanin) that can be used as a natural colorant and as a natural antioxidant alternatives. The purpose of this studyis to make rouge with red kana flower extract (Canna indica L.) as colorant on rouge.
Extraction of the colorant obtained from kana red flowers fresh by maceration using 96% ethanol with the addition of 2% citric acid and 0.1% sodium metabisulfite, maserat evaporated with rotary evaporator then freeze dried to obtained extract of red kana flower. Formula rouge preparations consist of kaolin, zinc oxide, talc, and the addition of kana flower extracts as colorant with concentrations of 5, 10, 15, 20, and 25%. The test preparation had a physical quality inspection includes examination of homogeneity, hardness test, fracture test, and the stability of the preparation during 90 days of storage at room temperature. Further irritation test, polishing test, hedonic test, and total plate count test.
Results showed that the color homogenity rouge uniformly dispersed and did not have different color in rouge. Results of hardness test rouge concentration of 5, 10, 15, 20, and 25%, respectively, with an average value of 0.37, 0.40; 0.46; 0.55; 0.69, and 0.71 kg. All preparations made not easily crack and break. The color of all preparations that made did not change during the 50 days , on day 55 to day 90 the color changed . The smell and all dosage form made stable for 90 days. Easily polished with the color evenly and no coarse particles, except at concentrations 20 and 25 % hard polished. The rouge did not cause irritation and the most preferred dosage rouge with kana flower extract concentration of 15% and then used for total plate count test. Total plate count test results did not meet the requirements on the blanko was 3x105 and the result of 15% concentration of the extract was 1x105 meet the requirements based on the requirements from Director General of the Food and Drug Administration preparation rouge cosmetic that is 1x105.The conclusion is red kana flower extract can be used as colorant in rouge and homogeneous blends well.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang ... 1
1.2Perumusan Masalah ... 4
1.3Hipotesis Penelitian ... 4
1.4Tujuan Penelitian ... 5
1.5Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Uraian Bunga Kana Merah ... 6
2.1.1 Sistematika tumbuhan ... 6
2.2 Antosianin ... 7
2.6 Komponen Utama dalam Sediaan Pewarna Pipi ... 17
BAB III METODE PENELITIAN ... 20
3.4 Pembuatan Pemerah Pipi dengan Ekstrak Bunga Kana Merah Sebagai Pewarna dalam Berbagai Konsentrasi ... 22
3.4.1 Formula ... 22
3.4.2 Modifikasi formula ... 23
3.4.3 Prosedur pembuatan pewarna pipi ... 24
3.5 Pemeriksaan Mutu Fisik Pewarna Pipi ... 25
3.5.2 Uji kekerasan ... 26
4.2 Hasil Pemeriksaan Fisik Sediaan Pewarna Pipi ... 31
4.3 Hasil Pemeriksaan Mutu Fisik Pewarna Pipi ... 31
4.3.1 Hasil uji dispersi warna (homogenitas) ... 31
5.2 Saran ... 44
DAFTAR PUSTAKA ... 45
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Modifikasi formula sediaan pewarna pipi dari ekstrak
bunga kana dalam berbagai konsentrasi ... 24
Tabel 4.1 Data pemeriksaan uji kekerasan sediaan pewarna pipi ... 32
Tabel 4.2 Data pemeriksaan uji keretakan sediaan pewarna pipi ... 33
Tabel 4.3 Data pengamatan perubahan bentuk, warna dan bentuk ... 34
Tabel 4.4 Data uji iritasi ... 37
Tabel 4.5 Data nilai uji kesukaan (hedonic test) ... 39
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Struktur antosianin ... 8
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan ... 47
Lampiran 2. Bagan alir pembuatan pemerah pipi ... 48
Lampiran 3. Gambar tumbuhan kana merah (Canna indica L.) ... 49
Lampiran 4. Gambar alat rotary evaporator ... 50
Lampiran 5. Gambar alat freeze dryer ... 51
Lampiran 6. Ekstrak bunga kana dalam bentuk cair dan kental ... 52
Lampiran 7. Gambar sediaan pewarna pipi ... 53
Lampiran 8. Gambar hasil uji homogenitas pewarna pipi ... 54
Lampiran 9. Gambar hasil uji poles sediaan pewarna pipi ... 55
Lampiran 10. Gambar hasil uji iritasi sediaan pewarna pipi ... 56
Lampiran 11. Gambar alat uji kekerasan (copley) ... 57
Lampiran 12. Surat pernyataan untuk uji iritasi ... 58
Lampiran 13. Format formulir uji kesukaan (hedonic Test) ... 59
Lampiran 14. Perhitungan rendemen ... 60
Lampiran 15. Perhitungan bahan ... 61
Lampiran 16. Perhitungan hasil uji kesukaan (hedonic test) ... 62
FORMULASI SEDIAAN PEWARNA PIPI DALAM BENTUK PADAT MENGGUNAKAN EKSTRAK BUNGA KANA MERAH
(Canna indica L.)
Abstrak
Penggunaan pewarna sintesis pada pewarna pipi sering menyebabkan iritasi pada kulit wajah, iritasi pada saluran pernapasan, dan kerusakan pada hati. Karena itu dicoba membuat sediaan pewarna pipi dengan menggunakan zat warna alami yaitu warna dari ekstrak bunga kana merah. Bunga kana mengandung pewarna alami (antosianin) yang dapat digunakan sebagai zat pewarna alami alternatif maupun sebagai antioksidan alami. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat pewarna pipi menggunakan ekstrak bunga kana merah (Canna indica L.) sebagai pewarna pada pewarna pipi.
Ekstraksi zat warna bunga kana diperoleh dari bunga kana merah segar dengan cara maserasi menggunakan etanol 96% dengan penambahan 2% asam sitrat dan 0,1% natrium metabisulfit, maserat diuapkan dengan rotary evaporator lalu dilakukan pengeringan beku hingga diperoleh ekstrak kental bunga kana. Formula sediaan pewarna pipi terdiri dari kaolin, zink oksida, talkum, serta penambahan pewarna ekstrak bunga kana dengan konsentrasi 5, 10, 15, 20, dan 25%. Pengujian terhadap sediaan yang dibuat meliputi pemeriksaan mutu fisik mencakup pemeriksaan homogenitas, uji kekerasan, uji keretakan, dan stabilitas sediaan selama penyimpanan 90 hari pada suhu kamar. Selanjutnya dilakukan uji iritasi, uji poles, uji kesukaan, dan uji angka lempeng total.
Hasil pemeriksaan homogenitas warna menunjukan bahwa sediaan terdispersi merata dan tidak ada warna yang berbeda. Hasil uji kekerasan pewarna pipi dengan konsentrasi 5, 10, 15, 20,dan 25% berturut-turut adalah dengan nilai rata-rata 0,37; 0,40; 0,46; 0,55; 0,69; dan 0,71 kg. Semua sediaan yang dibuat tidak mudah retak dan pecah. Warna semua sediaan yang dibuat tidak mengalami perubahan selama 50 hari, pada hari ke-55 hingga hari ke-90 warna mengalami perubahan. Bau dan bentuk semua sediaan yang dibuat stabil selama 90 hari. Mudah dipoles dengan warna merata dan tidak ada partikel kasar, kecuali pada konsentrasi 20 dan 25% sukar dipoles. Sediaan pewarna pipi tidak menyebabkan iritasi dan yang paling disukai yaitu sediaan pewarna pipi dengan konsentrasi ekstrak bunga kana 15% yang kemudian digunakan untuk uji angka lempeng total. Hasil uji angka lempeng total pada sediaan blanko tidak memenuhi persyaratan yaitu 3x105 dan hasil sediaan konsentrasi ekstrak 15% memenuhi persyaratan yaitu 1x105 berdasarkan persyaratan menurut Keputusan Direktur Jenderal Pengawas Obat dan Makanan pada sediaan rias wajah pewarna pipi yaitu 1x105. Dapat disimpulkan ekstrak bunga kana merah dapat digunakan sebagai pewarna dalam sediaan pewarna pipi dan dapat bercampur homogen dengan baik.
FORMULATION OF ROUGE IN COMPACT PREPARATION WITH RED KANA FLOWER EXTRACT (Canna indica L.)
Abstract
The use of synthetic colorant in rouge often cause irritation to the skin, irritation of the respiratory tract, and liver damage. Because it try to make preparations using natural colorant that color of red kana flower extract. Kana flower contain natural colorant (anthocyanin) that can be used as a natural colorant and as a natural antioxidant alternatives. The purpose of this studyis to make rouge with red kana flower extract (Canna indica L.) as colorant on rouge.
Extraction of the colorant obtained from kana red flowers fresh by maceration using 96% ethanol with the addition of 2% citric acid and 0.1% sodium metabisulfite, maserat evaporated with rotary evaporator then freeze dried to obtained extract of red kana flower. Formula rouge preparations consist of kaolin, zinc oxide, talc, and the addition of kana flower extracts as colorant with concentrations of 5, 10, 15, 20, and 25%. The test preparation had a physical quality inspection includes examination of homogeneity, hardness test, fracture test, and the stability of the preparation during 90 days of storage at room temperature. Further irritation test, polishing test, hedonic test, and total plate count test.
Results showed that the color homogenity rouge uniformly dispersed and did not have different color in rouge. Results of hardness test rouge concentration of 5, 10, 15, 20, and 25%, respectively, with an average value of 0.37, 0.40; 0.46; 0.55; 0.69, and 0.71 kg. All preparations made not easily crack and break. The color of all preparations that made did not change during the 50 days , on day 55 to day 90 the color changed . The smell and all dosage form made stable for 90 days. Easily polished with the color evenly and no coarse particles, except at concentrations 20 and 25 % hard polished. The rouge did not cause irritation and the most preferred dosage rouge with kana flower extract concentration of 15% and then used for total plate count test. Total plate count test results did not meet the requirements on the blanko was 3x105 and the result of 15% concentration of the extract was 1x105 meet the requirements based on the requirements from Director General of the Food and Drug Administration preparation rouge cosmetic that is 1x105.The conclusion is red kana flower extract can be used as colorant in rouge and homogeneous blends well.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kosmetik berasal dari kata kosmetikos (Yunani) yang artinya
keterampilan menghias, mengatur. Jadi kosmetik pada dasarnya adalah
campuran bahan yang diaplikasikan pada anggota tubuh bagian luar seperti
epidermis kulit, kuku, rambut, bibir, gigi, dan sebagainya dengan tujuan untuk
menambah daya tarik, melindungi, memperbaiki, sehingga penampilannya
lebih cantik dari semula (Muliyawan dan Suriana, 2013).
Kosmetika merupakan hal yang penting dalam kehidupan, begitu luas
penyebarannya baik untuk laki-laki maupun perempuan. Produk-produk itu
dipakai secara berulang setiap hari di seluruh tubuh, mulai dari rambut sampai
ujung kaki, sehingga diperlukan persyaratan aman untuk dipakai (Tranggono
dan Latifah, 2007).
Penggolongan kosmetik menurut kegunaannya bagi kulit dapat dibagi
menjadi 2 bagian yaitu kosmetik perawatan kulit dan kosmetik riasan
(dekoratif). Kosmetik perawatan kulit tujuannya untuk merawat kebersihan dan
kesehatan kulit. Termasuk membersihkan, melembabkan, melindungi dan
untuk menipiskan kulit. Sedangkan tujuan kosmetik riasan (dekoratif) adalah
untuk merias dan menutupi cacat pada kulit sehingga menghasilkan
seperti percaya diri (self confident). Dalam kosmetik riasan, peran zat warna dan pewangi sangat besar (Tranggono dan Latifah, 2007).
Pewarna pipi adalah sediaan dekoratif kosmetik yang digunakan untuk
mewarnai pipi dengan sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan estetika
dalam tata rias wajah. Pewarna pipi yang beredar dipasaran ada dalam berbagai
bentuk sediaan seperti bubuk tabur, bubuk padat (kompak), krim, pomit
anhidrus. Sediaan yang paling banyak beredar adalah bentuk bubuk padat
karena formulasi bubuk padat (kompak) umumnya mengandung talk kadar
tinggi dan zat pengikat, sehingga campuran dapat dikempa dalam bentuk
kompak (Ditjen POM, 1985).
Pewarna pipi dibuat dalam berbagai corak warna yang bervariasi mulai
dari warna merah jambu hingga merah tua. Pewarna pipi lazimnya
mengandung pigmen merah atau merah kecoklatan dengan kadar tinggi.
Pewarna pipi yang mengandung pigmen kadar rendah digunakan sebagai
pelembut warna atau pencampur untuk memperoleh efek yang menyolok
(Ditjen POM, 1985).
Dalam daftar lampiran Public Warning/Peringatan No.
KH.00.01.43.2503 tanggal 11 Juni 2009 tentang kosmetika mengandung bahan
berbahaya/bahan dilarang tercantum bahwa Zat Warna Merah K.3 (CI 15585),
Merah K.10 (Rhodamin B) dan Jingga K.1 (CI 12075) merupakan zat warna
sintetis yang umumnya digunakan sebagai zat warna kertas, tekstil atau tinta.
merupakan zat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker). Rhodamin dalam
konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada hati (BPOM RI, 2009).
Menyadari akan berbagai kelemahan yang terjadi atas pewarna sintetik
tersebut dan seiring dengan berkembangnya gaya hidup back to nature, maka zat warna alami semakin dibutuhkan keberadaannya karena dianggap lebih
aman. Penggunaan pewarna alami dalam formulasi pewarna pipi merupakan
salah satu solusi untuk menghindari penggunaan pewarna sintetik yang
berbahaya. Pewarna alami adalah zat warna (pigmen) yang diperoleh dari
tumbuhan, hewan, atau dari sumber-sumber mineral. Zat warna ini sejak
dahulu telah digunakan untuk pewarna makanan dan sampai sekarang
penggunaannya secara umum dianggap lebih aman daripada zat warna sintetis.
Di Indonesia tanaman kana merupakan salah satu tanaman hias yang
potensial. Tanaman ini memiliki warna bunga yang sangat beragam mulai dari
merah tua, merah muda, kuning, sampai dengan kombinasi dari warna-warna
tersebut, karena keindahannya tersebut, maka tanaman kana mulai
dipergunakan sebagai ornamen taman kota, dan sebagai tanaman hias dalam
pot. Beragamnya warna bunga kana mengindikasikan bahwa bunga tersebut
mengandung zat warna alami (antosianin) yang dapat digunakan sebagai zat
pewarna alami alternatif maupun sebagai antioksidan alami (Anonim, 2009).
Tanaman kana biasanya dimanfaatkan sebagai tanaman hias dan bahan
obat tradisional. Bunga kana memiliki rasa manis, sejuk dan dapat digunakan
(tranquilizer). Bunga Kana diminum airnya dapat menghentikan pendarahan (Hidayat dan Saati, 2006).
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis berkeinginan untuk
mengekstraksi zat warna dari bunga yang kemudian dilanjutkan pada formulasi
pemerah pipi dengan menggunakan zat warna alami dari ekstrak bunga kana.
1.2Perumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian adalah:
1. Apakah zat warna ekstrak bunga kana dapat diformulasikan kedalam
sediaan padat pewarna pipi?
2. Apakah sediaan pewarna pipi stabil dalam penyimpanan pada suhu
kamar dalam waktu 90 hari?
3. Apakah formulasi sediaan pewarna pipi menggunakan ekstrak bunga
kana sebagai pewarna tidak menyebabkan iritasi?
1.3Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis penelitian ini
adalah:
1. Zat warna ekstrak bunga kana dapat diformulasikan ke dalam sediaan
padat pewarna pipi
2. Sediaan pewarna pipi stabil dalam penyimpanan pada suhu kamar dalam
3. Formulasi sediaan pewarna pipi menggunakan ekstrak bunga kana
sebagai pewarna tidak penyebabkan iritasi
1.4Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk membuat sediaan pewarna pipi dengan bunga kana sebagai
pewarna
2. Untuk mengetahui apakah sediaan pewarna pipi stabil dalam
penyimpanan pada suhu kamar dalam waktu 90 hari.
3. Untuk mengetahui apakah sediaan pewarna pipi menggunakan bunga
kana sebagai pewarna tidak menyebabkan iritasi
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penulisan ini adalah untuk meningkatkan pemanfaatan
bunga kana yaitu tidak hanya sebagai tanaman hias, tetapi juga dapat
digunakan sebagai bahan kosmetik dan dalam hal ini digunakan sebagai
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Bunga Kana Merah
Bunga kana adalah sejenis tanaman perdu, tumbuh tegak dengan tinggi
mencapai 2 meter. Bunga kana tumbuh keluar di ujung pucuk mempunyai daun
tunggal, bulat telur memanjang, bertangkai pendek menjadi pelepah, ujung dan
pangkal runcing, menyirip jelas, dan memiliki lapisan lilin. Bunga majemuk
tumbuh bercabang, tersusun dalam rangkaian, mahkota bunga besar dengan
warna-warna cerah seperti merah, kuning dan jingga (Dalimartha, 2003).
Bunga kana sering ditemukan sebagai tanaman hias di pekarangan atau
ditaman-taman. Bunga kana berasal dari Amerika tropis dan bisa ditemukan di
dataran rendah sampai ketinggian 1.000 meter dari permukaan laut. Tumbuh
subur di tempat terbuka atau sedikit terlindung dari sinar matahari (Dalimartha,
2003).
Gambar tumbuhan kana merah (Canna indica L.) dapat dilihat pada Lampiran 3, halaman 49.
2.1.1 Sistematika tumbuhan
Berdasarkan hasil identifikasi di Herbarium Medanense Universitas
Sumatera Utara, bunga Kana diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Ordo : Zingiberales
Famili : Cannaceae
Genus : Canna
Spesies : Canna indica L. Nama Lokal : Bunga Kana
Hasil identifikasi tumbuhan bunga kana dapat dilihat pada Lampiran 1,
halaman 47.
2.1.2 Sifat dan khasiat
Bunga kana biasanya dimanfaatkan sebagai tanaman hias dan
bahan obat tradisional . Rimpang rasanya manis dan berkhasiat penyejuk,
pereda demam (antipiretik), peluruh kencing (diuretik), penenang
(tranquilizer), dan menurunkan tekanan darah (hipotensif), disentri kronis,
wasir (hemoroid), keputihan (lekore), dan radang hati akut disertai kuning.
Bunganya berkhasiat hemostatis, darah haid yang banyak (metrorrhagia), dan
batuk darah. Bagian tanaman yang digunakan sebagai obat adalah rimpang
segar atau kering dan bunga keringnya (Dalimartha, 2003).
2.2. Antosianin
Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar
luas dalam tumbuhan. Pigmen yang berwarna kuat dan larut dalam air ini
merupakan penyebab hampir semua warna merah jambu, merah marak, merah,
Secara kimia semua antosianin merupakan turunan suatu struktur aromatik
tunggal, yaitu sianidin (Harborne, 1987).
Antosianidin adalah aglikon antosianin yang terbentuk bila antosianin
dihidrolisis dengan asam. Antosianidin yang paling umum sampai saat ini ialah
sianidin yang berwarna merah lembayung. Warna jingga disebabkan oleh
pelargonidin yang gugus hidroksilnya kurang satu dibandingkan sianidin.
Warna lembayung dan biru umumnya disebabkan oleh delfinidin yang gugus
hidroksilnya lebih satu dibandingkan sianidin (Harborne, 1987).
Antosianin terdapat dalam semua tumbuhan tingkat tinggi, banyak
ditemukan dalam bunga dan buah, tetapi ada juga yang ditemukan dalam daun,
batang, dan akar. Bagi tumbuhan, antosianin memiliki banyak fungsi yang
berbeda, misalnya sebagai antioksidan dan pelindung untuk melawan sinar UV.
Antosianin telah digunakan untuk mewarnai sejak zaman dahulu. Warna
antosianin bergantung pada struktur dan keasaman. Sebagian besar antosianin
berwarna merah pada kondisi asam dan berubah menjadi biru dan ungu pada
kondisi basa. Selain itu, warna antosianin juga terpengaruh oleh suhu, oksigen
dan sinar UV (Anonim, 2011).
O
OH
2.3 Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat
larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan
pelarut cair. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang terkandung dalam
simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat
(Ditjen POM, 1979).
Ekstraksi menggunakan pelarut didasarkan pada kelarutan komponen
terhadap komponen lain dalam campuran dimana pelarut polar akan
melarutkan solute yang polar dan pelarut nonpolar akan melarutkan solute yang
non polar atau disebut dengan “like dissolve like”. Ada beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut yaitu: maserasi, perkolasi, refluks,
sokletasi, digesti, infundasi, dan dekoktasi (Ditjen POM, 1979).
Menurut Ditjen POM (1979), beberapa metode ekstraksi yang sering
digunakan dalam berbagai penelitian antara lain, yaitu:
1. Cara Dingin
a. Maserasi adalah proses pengekstraksian simplisia menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengadukan dan pendiaman pada
temperatur ruangan. Sedangkan remaserasi adalah pengulangan
penambahan pelarut setelah dilakukan penyarian maserat pertama dan
seterusnya.
b. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru
serbuk simplisia yang akan diperkolasi tidak langsung dimasukkan
kedalam bejana perkolator, tetapi dibasahi atau dimaserasi terlebih
dahulu dengan cairan penyari sekurang-kurangnya 3 jam. Bila serbuk
simplisia tersebut langsung dialiri dengan cairan penyari, maka cairan
penyari tidak dapat menembus ke seluruh sel dengan sempurna.
2. Cara Panas
a. Refluks
Refluks adalah ekstraksi menggunakan pelarut pada temperatur titik
didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif
konstan dengan adanya pendingin balik.
b. Sokletasi
Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru,
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi
berkelanjutan dan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya
pendingin balik.
c. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan) pada temperatur
yang lebih tinggi dari temperatur ruangan yaitu secara umum
dilakukan pada temperatur 40-50oC.
d. Infundasi
Infundasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas
air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur
e. Dekoktasi
Dekoktasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air
pada temperatur 90oC selama 30 menit.
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi
zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang
telah ditetapkan (Ditjen POM, 1995).
2.4 Kosmetik
Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan RI, kosmetika dapat
dibedakan atas 12 jenis, yaitu (Muliyawan dan Suriana, 2013):
1. Kosmetik bayi
2. Kosmetik untuk mata
3. Kosmetik wangi-wangian
4. Kosmetik untuk rambut
5. Kosmetik untuk pewarna rambut
6. Kosmetik untuk make up (kecuali mata) 7. Kosmetik untuk kebersihan mulut
8. Kosmetik untuk kebersihan badan
9. Kosmetik untuk kuku
11.Kosmetik untuk cukur
12.Kosmetik untuk perlindungan dari sinar UV
Berdasarkan sifatnya kosmetika dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kosmetik modern
2. Kosmetik tradisional
Berdasarkan kegunaannya bagi kulit, kosmetika dapat dibedakan menjadi 2
jenis, yaitu:
1. Kosmetik perawatan (skin care cosmetics)
Berfungsi untuk membersihkan dan merawat kulit dari faktor
lingkungan yang dapat merusak kebersihan dan kemulusannya.
2. Kosmetik riasan (kosmetik dekoratif atau make up)
Kosmetik ini untuk merias dan menutupi ketidaksempurnaan pada kulit,
sehingga penampilan jadi lebih menarik serta menimbulkan efek
psikologis yang baik, seperti percaya diri (self confidence).
2.4.1 Kosmetik perawatan
a. Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser): sabun, cleansing cream, cleansing milk, dan penyegar kulit (freshener).
b. Kosmetik untuk melembabkan kulit (moisturizer), misalnya moisturizing cream, night cream, anti wrinkle cream.
c. Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen cream dan sunscreen
d. Kosmetika untuk menipiskan atau mengampelas kulit (peeling), misalnya scrub cream yang berisi butiran-butiran halus yang
berfungsi sebagai pengampelas (Tranggono dan Latifah, 2007).
2.4.2 Kosmetik dekoratif
Tujuan awal penggunaan kosmetika adalah mempercantik diri yaitu
usaha untuk menambah daya tarik agar lebih disukai orang lain. Usaha tersebut
dapat dilakukan dengan cara merias setiap bagian tubuh yang terpapar oleh
pandangan sehingga terlihat lebih menarik dan sekaligus juga menutupi
kekurangan (cacat) yang ada (Wasitaatmadja, 1997).
Kosmetik riasan terdiri dari berbagai jenis produk bermacam-macam
pigmen (pigmen organik dan anorganik, pigmen mutiara dan lain-lain)
terdispersi melalui suatu formula dasar, contohnya bedak, pewarna pipi, lipstik,
eye shadow, pensil alis, eyeliner, maskara dan cat kuku (Mitsui, 1998).
Berdasarkan bagian tubuh yang dirias, kosmetika dekoratif dapat dibagi
menjadi (Wasitaatmadja, 1997):
dekoratif. Pemakaian kosmetika dekoratif lebih untuk alasan psikologis
a. Warna yang menarik
b. Bau yang harum menyenangkan
c. Tidak lengket
d. Tidak menyebabkan kulit tampak berkilau
e. Tidak merusak atau mengganggu kulit, rambut, bibir, kuku, dan
lainnya.
Pembagian kosmetika dekoratif (Tranggono dan Latifah, 2007):
a. Kosmetika dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan
dan pemakaiannya sebentar. Misalnya: bedak, pewarna bibir, pemerah
pipi, eye shadow, dan lain-lain.
b. Kosmetika dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam
waktu yang lama baru luntur. Misalnya: kosmetika pemutih kulit, cat
rambut, pengeriting rambut, dan preparat penghilang rambut.
2.5 Pewarna Pipi
Pewarna pipi adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk mewarnai
pipi dengan sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan estetika dalam
tatarias wajah. Cat pipi dibuat dalam berbagai warna yang bervariasi mulai dari
warna merah jambu pucat hingga merah tua. Pewarna pipi lazim mengandung
pigmen merah atau merah kecoklatan dengan kadar tinggi. Pewarna pipi yang
mengandung pigmen kadar rendah digunakan sebagai pelembut warna atau
Wajah merona lebih disukai daripada wajah yang putih dan pucat, rona
Berdasarkan bentuknya, terdapat beberapa jenis pewarna pipi
diantaranya, (Muliyawan dan Suriana, 2013):
1. Bentuk padat (compact)
Pewarna pipi bentuk ini merupakan jenis yang paling populer. Untuk
mempoleskannya menggunakan bantuan brush atau spons setelah foundation dan bedak. Cara pemakaian pewarna pipi ini cukup praktis,
sehingga cocok digunakan saat terburu-buru atau bagi pemula yang
sedang belajar mempoleskan pewarna pipi.
Pewarna pipi bentuk padat lebih populer dari pada bentuk bubuk
karena:
a. Tidak mudah beterbangan ketika dipakai, sehingga bubuk yang
berwarna tidak mengotori pakaian, dan lain-lain.
b. Melekat lebih baik pada kulit wajah.
Pada bagian atas kemasan, perona pipi jenis ini terdapat puff yang menempel ke kemasan. Jadi, untuk memakai puff itu bisa langsung
dipoleskan pada pipi
3. Bentuk cream
Bentuknya cream memiliki tekstur lebih basah dibanding bentuk bubuk kompak, maka warna yang dihasilkan dapat lebih menyatu alami
dengan warna kulit wajah. Jenis ini kurang cocok digunakan pada orang
yang berjenis kulit wajah berminyak. Tetapi penggunakan pada jenis
kulit normal akan membuat pipi terlihat lebih lembab dan alami. Cara
pengaplikasiannya adalah dengan menggunakan jari.
4. Bentuk gradasi
Kemasan pewarna pipi jenis ini mirip dengan bentuk padat (compact) 1 warna. Bedanya, dalam kemasan itu terdapat beberapa warna pewarna
pipi yang senada. Hasil gabungan warna itu bisa membuat pipi tampak
lebih cerah.
5. Bentuk batang
Pewarna pipi jenis ini dikemas dalam tube mirip lipstik.
Penggunaannya cukup mudah karena langsung dipoleskan secara lurus
di pipi kemudian diratakan dengan jari.
6. Bentuk powder ball
Pewarna pipi jenis ini bentuknya seperti bola-bola kecil dengan aneka
mengaplikasikannya memerlukan bantuan kuas. Poleskan kuas pada
bola-bola warna itu, lalu poleskan pada pipi. Jenis pewarna pipi ini
dapat digunakan untuk semua jenis kulit.
2.6 Komponen Utama dalam Sediaan Pewarna Pipi
a. Talkum
Talkum merupakan bahan dasar dari sediaan pewarna pipi yang bersifat
mudah menyebar dan kekuatan menutupi yang rendah. Untuk pewarna pipi
talkum harus putih, halus, dan tidak berbau. Tentu saja sifat mudah menyebar
yang sangat baik ini adalah yang paling dibutuhkan.
Untuk partikel dari talkum adalah salah satu kriteria untuk standar
kualitasnya. Paling tidak 98% harus dapat melewati ayakan mesh 200 (tidak
lebih besar dari 74 mikro) talkum termikronisasi sekarang sudah tersedia
dimana ukuran partikel dapat dikurangi menjadi beberapa mikron.
Penggunaaan dari talkum termikronisasi tergantung dalam ukuran partikel dan
nilai massa besar yang diinginkan.
b. Kaolin
Kaolin merupakan bahan dasar dari golongan silikat. Kaolin memiliki
kemampuan menutupi dan adhesi yang baik, dalam jumlah maksimal 25%
kaolin dapat mengurangi sifat kilat talkum.
Tidak semua aluminium silikat dapat diklasifikasikan sebagai kaolin,
namun 3 kelompok di bawah ini secara khusus memiliki formula yang sama
Karena kaolin higroskopis penggunaannya pada pewarna pipi umumnya tidak
melebihi 25%.
c. Zink oksida
Zink oksida memiliki beberapa sifat terapeutik dan membantu
menghilangkan kecacatan pada kulit. Namun, penggunaan yang berlebihan
dapat menyebabkan kulit kering. Kadang-kadang digunakan pada tingkat
cukup rendah dalam pewarna pipi karena memiliki kekuatan yang cukup baik.
Zink oksida memiliki kecenderungan untuk mengepalkan partikel, oleh karena
itu harus diayak sebelum pencampuran dengan bahan lain dalam formulasi.
d. Pengikat
Beberapa jenis bahan pengikat yang digunakan dalam pewarna pipi ada
5 tipe dasar pengikat, yaitu (Balsam, 1972):
1. Pengikat kering
Pengikat kering seperti logam stearat (zink atau magnesium) stearat.
Penggunaan dari pengikat kering dibutuhkan untuk meningkatkan
tekanan bagi kompaknya bedak padat.
2. Pengikat minyak
Minyak tunggal, seperti minyak mineral isopropil miristat dan turunan
lanolin, dapat sangat berguna untuk dicampurkan dalam formula
sebagai pengikat.
Pengikat larut air yang biasa digunakan di masa lalu umumnya adalah
larutan gom seperti, tragakan, karaya, dan arab. Dalam kategori ini,
sintetik seperti PVP (polyvinylpyrolidone) metil selulosa, karboksil metil selulosa juga telah digunakan dalam larutan air. Suatu pengawet
penting dalam medium gom dan berguna dalam semua larutan pengikat
dari tipe ini untuk mengatasi pertumbuhan bakteri.
4. Pengikat tidak larut air
Pengikat tidak larut air digunakan secara luas dalam pewarna pipi.
Minyak mineral, lemak ester dari segala tipe dan turunan lanolin, dapat
digunakan dan dicampur dengan jumlah yang baik dari air untuk
membantu pembentukan pewarna pipi yang halus dan kompak.
Penambahan bahan pembasah akan membantu untuk menyeragamkan
distribusi kelembaban pewarna pipi.
5. Pengikat emulsi
Karena kesulitan tercapainya keseragaman penggunaan pengikat tidak
larut air dalam pewarna pipi, peneliti telah mengembangkan bahan
pengikat emulsi yang sekarang digunakan dengan luas. Seperti emulsi
yang mempunyai distribusi keseragaman yang baik pada fase minyak
maupun fase air, yang mana penting dalam kepuasan pengempaan
serbuk. Karena pengikat emulsi tidak akan kehilangan kelembaban
secepat pengikat tidak larut air.
Tujuan penggunaan pengawet adalah untuk menjaga kontaminasi
produk selama pembuatan dan juga selama digunakan oleh konsumen, dimana
mikroorganisme dapat mengkontaminasi produk setiap kali penggunaannya,
baik dari tangannya atau dari alat yang digunakan. Bahan-bahan yang
digunakan harus menunjukkan terbebas dari mikroorganisme.
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini adalah eksperimental. Penelitian meliputi
penyiapan sampel, pembuatan ekstrak bunga kana merah, pembuatan sediaan
dalam berbagai konsentrasi, pemeriksaan mutu fisik sediaan, uji iritasi, uji
poles, uji kesukaan (hedonic test), dan uji Angka Lempeng Total (ALT)
terhadap sediaan terhadap variasi sediaan yang dibuat.
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan antara lain: alat-alat gelas laboratorium,
cawan penguap, freeze dryer, kaca objek, kertas saring, lumpang dan alu porselen, neraca analitis, oven, rotary evaporator, penangas air, batang pengaduk, alumunium foil, pipet tetes, kertas perkamen, gunting, tissue,
ayakan (mesh 60, 100) spatula, sudip, cawan petri, alat pencetak, alat uji
kekerasan (Copley), dan wadah pewarna pipi.
Tujuan penggunaan pengawet adalah untuk menjaga kontaminasi
produk selama pembuatan dan juga selama digunakan oleh konsumen, dimana
mikroorganisme dapat mengkontaminasi produk setiap kali penggunaannya,
baik dari tangannya atau dari alat yang digunakan. Bahan-bahan yang
digunakan harus menunjukkan terbebas dari mikroorganisme.
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini adalah eksperimental. Penelitian meliputi
penyiapan sampel, pembuatan ekstrak bunga kana merah, pembuatan sediaan
dalam berbagai konsentrasi, pemeriksaan mutu fisik sediaan, uji iritasi, uji
poles, uji kesukaan (hedonic test), dan uji Angka Lempeng Total (ALT)
terhadap sediaan terhadap variasi sediaan yang dibuat.
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan antara lain: alat-alat gelas laboratorium,
cawan penguap, freeze dryer, kaca objek, kertas saring, lumpang dan alu porselen, neraca analitis, oven, rotary evaporator, penangas air, batang pengaduk, alumunium foil, pipet tetes, kertas perkamen, gunting, tissue,
ayakan (mesh 60, 100) spatula, sudip, cawan petri, alat pencetak, alat uji
kekerasan (Copley), dan wadah pewarna pipi.
Bahan tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelopak
bunga kana segar (Canna indica L.). Bahan kimia yang digunakan antara lain:
etanol 96%, asam sitrat, natrium metabisulfit, kaolin ringan, zink oksida, talk,
zat warna, parfum, lanolin, dan isoprofil miristat.
3.2 Penyiapan Sampel
Penyiapan sampel meliputi pengumpulan sampel, determinasi
tumbuhan dan pengolahan sampel.
3.2.1 Pengumpulan sampel
Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa
membandingkan dengan daerah lain. Sampel yang digunakan adalah bunga
kana segar berwarna merah yang terdapat di Kecamatan Sibolangit, Kabupaten
Karo, Sumatera Utara.
3.2.2 Determinasi tumbuhan
Determinasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Medanense,
Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, USU.
Hasil determinasi tumbuhan bunga kana dapat dilihat pada Lampiran 1,
halaman 47.
3.2.3 Pengolahan sampel
Bunga kana segar merah yang telah dikumpulkan, disortasi, dipisahkan
kelopak dari bunganya, lalu ditimbang sebanyak 1,5 kg dicuci dengan air
Sebanyak 1,5 kilogram bunga kana yang telah dihaluskan lalu
dimaserasi dengan 1500 ml etanol 96%, 2% asam sitrat yang berfungsi untuk
menjaga kestabilan antosianin dan ditambahkan 0,1% natrium metabisulfit
untuk mencegah oksidasi. Ditutup dan dibiarkan selama satu malam terlindung
dari cahaya sambil sering diaduk, disaring dengan kertas saring, filtrat
ditampung (filtrat pertama). Kemudian ampas dimaserasi kembali dengan
etanol 96% sebanyak 1500 ml disaring dengan kertas saring (Hidayat dan
Saati, 2006). Hasil yang diperoleh dicampur dengan filtrat pertama lalu
diuapkan dengan alat rotary evaporator pada temperatur kurang lebih 50C.
Kemudian hasil rotary tersebut di frezee drying dengan menggunakan alat freeze dryer pada suhu -40oC dengan tekanan 2 atm sampai diperoleh ekstrak
kental bunga kana yang berwarna merah tua (Hidayat dan Saati, 2006).
3.4 Pembuatan Sediaan Pemerah Pipi Dengan Ekstrak Bunga Kana
Merah Sebagai Pewarna Dalam Berbagai Konsentrasi.
3.4.1 Formula
Formula dasar yang dipilih pada pembuatan pewarna pipi dalam
penelitian ini dengan komposisi sebagai berikut (Mitsui, 1998):
R/ Talk 80
Kaolin 9
Zinc miristat 5
Pigmen 3
Parfum secukupnya
Pengawet secukupnya
3.4.2 Modifikasi formula
Dalam penelitian ini, dilakukan orientasi terhadap formula di atas
untuk mendapatkan hasil yang sesuai. Penelitian ini menggunakan pigmen
ekstrak bunga kana yang di buat dalam formulasi sediaan pewarna pipi dengan
variasi konsentrasi.
Dalam formulasi ini, zink miristat tidak tersedia dipasaran sehingga
diganti dengan zink oksida. Dari hasil orientasi parafin liquidum tidak dapat
digunakan sebagai pengikat karena memberikan hasil sediaan yang rapuh,
sehingga bahan pengikat diganti menjadi isopropyl miristat dan lanolin yang
mengacu pada Formularium Kosmetika Indonesia (1985). Pengawet yang
digunakan adalah nipagin 1%. Sehingga formulasi yang telah dimodifikasi
sediaan pewarna pipi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
R/ Kaolin 4,5
Zink oksida 2,5
Zat warna x
Parfum secukupnya
Nipagin 1%
Lanolin 0,75
Talk ad 50
X merupakan konsentrasi zat warna dari ekstrak bunga kana merah.
Berdasarkan hasil orientasi terhadap penggunaan pewarna ekstrak
bunga kana pada sediaan pewarna pipi diperoleh hasil bahwa pada konsentrasi
15% sediaan telah memberikan warna merah jambu saat dipoleskan pada kulit
punggung tangan. Sehingga orientasi dilanjutkan dengan menggunakan
konsentrasi 5, 10, 20 dan 25%. Sebagai blanko juga dibuat sediaan pewarna
pipi tanpa menggunakan ekstrak bunga kana. Berikut ini merupakan hasil
modifikasi sediaan pewarna pipi dari ekstrak bunga kana dapat dilihat pada
Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Modifikasi formula sediaan pewarna pipi dari ekstrak bunga kana sebagai pewarna dalam berbagai konsentrasi
Sediaan 1 : Formula tanpa ekstrak bunga kana (Blanko) Sediaan 2 : Formula dengan konsetrasi ekstrak bunga kana 5% Sediaan 3 : Formula dengan konsetrasi ekstrak bunga kana 10% Sediaan 4 : Formula dengan konsetrasi ekstrak bunga kana 15% Sediaan 5 : Formula dengan konsetrasi ekstrak bunga kana 20% Sediaan 6 : Formula dengan konsetrasi ekstrak bunga kana 25%
Digerus zink oksida terlebih dahulu, kemudian diayak dengan pengayak
mesh 100. Masing-masing bahan serbuk seperti kaolin, zink oksida, dan
nipagin dihaluskan di dalam lumpang, kemudian ekstrak bunga kana digerus
didalam lumpang yang lain dan tambahkan talkum sedikit demi sedikit gerus
hingga homogen dan dicampurkan kedalam campuran di atas gerus lagi hingga
homogen. Tambahkan zat pengikat isopropil miristat dan lanolin yang
sebelumnya telah dipanaskan terlebih dahulu sampai mencair, dan digerus
campurannya hingga pengikatnya habis, kemudian disemprotkan parfum, lalu
diayak dengan pengayak mesh 60 dan dikeringkan di dalam lemari pengering
selama 20 menit, kemudian diayak dengan pengayak mesh 100. Dikempa
dengan menggunakan pencetak diameter 2 cm.
3.5 Pemeriksaan Mutu Fisik Pewarna Pipi
Pemeriksaan mutu fisik dilakukan terhadap masing-masing sediaan
pewarna pipi. Pemeriksaan mutu fisik sediaan meliputi: uji dispersi warna
(homogenitas), uji kekerasan, uji keretakan, dan uji stabilitas sediaan yang
mencakup pengamatan terhadap perubahan bentuk, warna, dan bau dari
sediaan.
3.5.1 Uji dispersi warna (homogenitas)
Warna pada pewarna pipi harus terdispersi secara homogen dalam dasar
pewarna pipi. Tidak boleh ditemukan adanya lapisan warna atau
ketidaksempurnaan pada dispersi pewarna pipi yang menyebabkan pulverisasi
dengan mudah diperiksa dengan menyebarkannya pada kertas putih dan diuji
pada kaca pembesar. Jika menyebar secara merata maka warna akan rata
(Butler, 2000).
3.5.2 Uji kekerasan
Tiap sediaan pewarna pipi dengan konsentrasi berbeda diuji
kekerasannya sebanyak 3 kali menggunakan alat uji kekerasan (copley).
Sediaan diletakkan diantara anvil dan punch, tekan knob sampai sediaan
menjadi retak atau pecah, kemudian dibaca bilangan yang menunjukkan
kekerasan pada layar (Soekemi, 1987).
3.5.3 Uji keretakan
Sediaan pewarna pipi memiliki kecenderungan mudah pecah, maka
langkah yang paling baik dilakukan uji keretakan terhadap sediaan yaitu
dengan menjatuhkan pewarna pipi pada permukaan kayu 3 kali pada
ketinggian 8-10 inci. Jika cake yang dihasilkan tidak rusak, mengindikasikan
bahwa kekompakannya lulus uji dan dapat disimpan tanpa menghasilkan
hal-hal yang tidak memuaskan (Butler, 2000).
3.5.4 Uji stabilitas
Uji ini meliputi parameter organoleptik yaitu dilakukan pengamatan
terhadap adanya perubahan bentuk, warna, dan bau dari sediaan pewarna pipi
kamar pada hari ke-1, hari ke-7, hari ke-15 dan selanjutnya setiap 5 hari sekali
hingga hari ke-90 (Anvisa, 2005).
3.6 Uji Iritasi, Uji Poles dan Uji Kesukaan (Hedonic Test)
3.6.1 Uji iritasi
Uji iritasi dilakukan terhadap sediaan pewarna pipi menggunakan
pewarna ekstrak bunga kana untuk mengetahui bahwa pewarna pipi yang
dibuat dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak. Pada uji ini digunakan
sediaan pewarna pipi dengan konsentrasi ekstrak bunga kana yang paling
disukai oleh panelis, yaitu sediaan yang mengandung konsentrasi pewarna
15%.
Teknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji tempel terbuka
(Patch Test) pada lengan bawah bagian dalam terhadap 10 orang panelis. Uji tempel terbuka dilakukan dengan mengoleskan sediaan yang dibuat pada lokasi
lekatan dengan luas tertentu (2,5 x 2,5 cm), dibiarkan terbuka selama kurang
lebih 24 jam dan diamati reaksi kulit yang terjadi. Reaksi iritasi positif ditandai
oleh adanya eritema, papula, vesikula atau edema pada kulit lengan bawah
bagian dalam yang diberi perlakuan. Reaksi yang diamati adalah terjadinya
eritema, papula, vesikula atau edema. Menurut Ditjen POM (1985),
1. Tidak ada reaksi 0
2. Eritema +
3. Eritema dan papula ++
4. Eritema, papula dan gelembung (vesikula) +++
5. Edema dan gelembung (vesikula) ++++
Kriteria panelis uji iritasi (Ditjen POM, 1985):
1. Wanita
2. Usia antara 20-30 tahun
3. Berbadan sehat jasmani dan rohani
4. Tidak memiliki riwayat penyakit alergi
5. Menyatakan kesediaannya dijadikan panelis uji iritasi
3.6.2 Uji poles
Uji poles dilakukan terhadap sediaan masing-masing formula dengan
cara dipoleskan lima kali pada punggung telapak tangan dan diamati warnanya
(Keithler, 1956).
3.6.3 Uji kesukaan (Hedonic test)
Uji kesukaan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis
terhadap sediaan yang dibuat. Jumlah panel uji kesukaaan makin besar semakin
baik. Sebaiknya jumlah itu melebihi 30 orang panelis dengan cara: setiap
panelis mempoleskan masing-masing sediaan pewarna pipi yang dibuat pada
punggung telapak tangannya lalu memberikan penilaian terhadap
Parameter pengamatan pada uji kesukaan adalah kemudahan
pemolesan sediaan pewarna pipi, homogenitas, dan intensitas warna. Menurut
Badan Standarisasi Nasional (2006) data yang diperoleh dari lembar penilaian
ditabulasi dan ditentukan nilai kesukaan setiap sediaan dengan mencari hasil
rata-rata pada setiap panelis pada tingkat kepercayaan 95%, menggunakan
rumus:
P (
Keterangan: P : tingkat kepercayaan : Nilai rata-rata
1,96 : Koefisien standar deviasi pada taraf 95% S : Simpangan baku
n : Banyaknya panelis
Kriteria panelis (Soekarto, 1981):
1. Panelis yang digunakan adalah panelis tidak terlatih yang
diambil secara acak sebanyak 30 orang panelis. Jumlah anggota panelis
semakin besar semakin baik.
2. Berbadan sehat.
3. Tidak dalam tekanan.
4. Mempunyai pengetahuan dan pengalaman tentang cara-cara
penilaian organoleptik.
3.7 Uji Angka Lempeng Total
Pengujian angka lempeng total bertujuan untuk menetapkan keberadaan
dan jumlah bakteri perusak atau jamur penyebab penyakit pada sediaan
negatif pada Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, dan Candida albicans. Pengujian angka lempeng total dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
Ditimbang sampel 1 g ke dalam alumunium foil. Sampel dimasukkan ke dalam
labu ukur 10 ml ditambah pengencer (akuades) sampai 10 ml sehingga
diperoleh pengenceran 1:10, dan dikocok hingga larut. Dilanjutkan dengan
pengenceran yang diperlukan, yaitu 1:100 dan 1:1000. Dipet 1 ml dari tiap
pengenceran ke dalam cawan petri steril dengan menggunakan pipet yang
berbeda dan steril untuk tiap pngenceran. Tiap cawan petri dituangkan 5 ml
media Nutrien Agar yang telah dicairkan pada suhu kurang lebih 45oC. Cawan
petri digoyangkan hingga sampel tercampur rata dengan perbenihan. Kemudian
dibiarkan hingga campuran dalam cawan petri membeku. Cawan petri dengan
posisi terbalik dimasukkan ke lemari inkubator pada suhu 35oC selama 24 jam.
Dicatat pertumbuhan koloni pada masing-masing cawan yang mengandung
30-300 koloni setelah 24 jam. Hitung ALT (angka lempeng total) dalam koloni/g
sampel dengan mengalikan jumlah rata-rata koloni pada cawan dengan faktor
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Ekstraksi Bunga Kana Merah
Hasil maserasi dari 1,5 kg gram bunga kana diperoleh ekstrak bunga
kana cair 250 ml kemudian setelah dibeku keringkan menghasilkan 54,46 gram
ekstrak bunga kana kental. Rendemen yang diperoleh yaitu 3,631%.
4.2 Hasil Pemeriksaan Fisik Sediaan Pewarna Pipi
Variasi konsentrasi pewarna ekstrak bunga kana yang digunakan
menghasilkan perbedaan warna pada sediaan pewarna pipi. Pewarna pipi
dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga kana 5, 10 dan 15% berwarna
merah jambu pucat sampai merah jambu sedangkan konsentrasi 20, dan 25 %
berwarna merah jambu tua sampai merah. Aroma pewarna pipi adalah aroma
4.3 Hasil Pemeriksaan Mutu Fisik Pemerah Pipi
4.3.1 Hasil uji dispersi warna (homogenitas)
Hasil pemeriksaan dispersi warna menunjukan bahwa sediaan yang
dibuat terdispersi merata dan tidak ada warna yang berbeda atau tidak merata
pada saat ditaburkan pada kertas putih. Hasil uji homogenitas sediaan pewarna
pipi dapat dilihat pada Lampiran 8, halaman 54.
4.3.2 Hasil uji kekerasan
Untuk standar kekerasan belum ada literatur yang menyatakan standar
kekerasan pewarna pipi. Untuk ukuran kekerasan tidak dapat dibuat terlalu
keras karena sediaan tidak dapat memberikan warna yang jelas. Hasil Uji
kekerasan yang didapat terhadap sediaan pewarna pipi dapat dilihat pada Tabel
4.1 berikut ini.
Tabel 4.1. Data pemeriksaan uji kekerasan sediaan pewarna pipi dalam bentuk padat menggunakan ekstrak bunga kana merah (canna indica L.)
Sediaan Perlakuan ke-1
Sediaan 1 : Formula tanpa ekstrak bunga kana (blanko)
Hasil uji kekerasan yang didapat terhadap sediaan pewarna pipi pada
konsentrasi 20 dan 25% terdapat perbedaan, sedangkan untuk sediaan yang
dibuat pada konsetrasi 5, 10, 15% menunjukkan hasil yang kurang lebih sama.
Semakin tinggi konsentrasi zat warna ekstrak bunga kana dalam sediaan
semakin besar kekerasan sediaan karena kandungan gula pada ekstrak bunga
kana dapat sebagai pengikat sehingga pewarna pipi dengan konsentrasi ekstrak
bunga kana tertinggi memiliki tingkat kekerasan yang besar pula.
4.3.3 Hasil uji keretakan
Hasil pemeriksaan yang didapat terhadap sediaan pewarna pipi dengan
uji keretakan menunjukan bahwa semua sediaan yang dibuat tidak pecah. Hasil
uji keretakan dapat dilihat pada Tabel 4.2. berikut ini.
Tabel 4.2. Data pemeriksaan uji keretakan sediaan pewarna pipi dalam bentuk padat menggunakan ekstrak bunga kana merah (canna indica L.)
Sediaan Dijatuhkan pada permukaan kayu pada ketinggian 8-10 (inci) 3 kali Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3
1 Tidak pecah Tidak pecah Tidak pecah
Sediaan 1 : Formula tanpa ekstrak bunga kana (blanko)
Sediaan 2 : Formula dengan konsetrasi ekstrak bunga kana 5% Sediaan 3 : Formula dengan konsetrasi ekstrak bunga kana 10% Sediaan 4 : Formula dengan konsetrasi ekstrak bunga kana 15% Sediaan 5 : Formula dengan konsetrasi ekstrak bunga kana 20% Sediaan 6 : Formula dengan konsetrasi ekstrak bunga kana 25%
Menurut Butler (2000), jika cake yang dihasilkan tidak rusak, mengindikasikan bahwa kekompakannya lulus uji dan dapat disimpan tanpa menghasilkan
hal-hal yang tidak memuaskan. Maka, seluruh sediaan yang dibuat memenuhi
persyaratan uji keretakan.
4.3.4 Uji stabilitas pewarna pipi
Uji stabilitas dilakukan untuk mengetahui stabilitas sediaan selama
Keterangan :
Sediaan 1 : Formula tanpa pewarna ekstrak bunga kana
Sediaan 2 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga kana 5% Sediaan 3 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga kana 10% Sediaan 4 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga kana 15% Sediaan 5 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga kana 20% Sediaan 6 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga kana 25%
b : bentuk (baik)
sediaan yang dibuat tetap stabil selama penyimpanan pada suhu kamar selama
50 hari pengamatan. Parameter yang diamati dalam uji kestabilan fisik ini
meliputi perubahan bentuk, warna dan bau sediaan. Dari hasil pengamatan
bentuk, didapatkan hasil bahwa seluruh sediaan pewarna pipi yang dibuat tidak
terjadi perubahan bentuk dari bentuk awal pencetakan sampai selama 90 hari
pada penyimpanan suhu kamar. Dari hasil pengamatan warna, pada hari ke-55
sampai hari ke-90 warna sediaan memudar. Dengan bertambahnya konsentrasi
zat warna ekstrak bunga kana, warna pewarna pipi yang dihasilkan semakin
pekat. Pewarna pipi dengan konsentrasi ekstrak kana 5% memberikan warna
merah jambu pucat, konsentrasi 10% memberikan warna merah jambu muda,
konsentrasi 15% memberikan warna merah jambu, konsentrasi 20%
memberikan warna merah jambu tua dan konsentrasi 25% memberikan warna
hingga hari ke-90 kemungkinan disebabkan kandungan antosianin yang
terdapat dalam bunga kana. Antosianin sangat mudah teroksidasi dengan
adanya cahaya, sehingga warna menjadi tidak stabil. Untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya oksidasi yang disebabkan adanya cahaya,
penyimpanan dilakukan dalam wadah gelap. Sehingga warna pewarna pipi
dapat tetap stabil hingga hari ke-90. Sedangkan bau yang dihasilkan dari
seluruh sediaan pewarna pipi adalah bau khas dari parfum. Bau sediaan tetap
stabil dalam penyimpanan 90 hari pengamatan pada suhu kamar. Hasil
pemeriksaan stabilitas perubahan warna pada sediaan dapat dilihat pada
Lampiran 7, halaman 53.
4.4 Hasil Pemeriksaan Uji Iritasi, Uji Poles, dan Uji Kesukaan
4.4.1 Uji iritasi
Berdasarkan hasil uji iritasi yang dilakukan pada 10 orang panelis yang
dilakukan dengan cara mempoleskan sediaan pewarna pipi pada pada luas
tertentu (2,5 x 2,5 cm) pada lengan bawah bagian dalam dan dibiarkan terbuka
selama lebih kurang 24 jam menunjukkan bahwa semua panelis memberikan
hasil negatif terhadap reaksi iritasi yang diamati yaitu eritema, papula, vesikula
atau edema. Pada uji ini digunakan sediaan pewarna pipi ekstrak bunga kana
dengan konsentrasi paling disukai oleh panelis yaitu 15%. Hasil uji iritasi dapat
Tabel 4.4. Data uji iritasi sediaan pewarna pipi dalam bentuk padat menggunakan ekstrak bunga kana merah (canna indica L.)
Reaksi Panelis
4. Eritema, papula dan gelembung (vesikula) +++ 5. Edema dan gelembung (vesikula) ++++
4.4.2 Hasil uji poles
Sediaan pewarna pipi menghasilkan polesan yang baik maka sediaan
memberikan warna yang intensif merata dan homogen saat dipoleskan pada
kulit punggung tangan. Berdasarkan uji poles diperoleh hasil bahwa sediaan
yang menghasilkan pemolesan yang baik adalah sediaan pada konsentrasi 5, 10
dan 15%. Hal ini ditandai dengan satu kali pemolesan sediaan telah
memberikan warna yang jelas saat dipoleskan pada kulit punggung tangan.
Pada sediaan dengan konsetrasi 20 dan 25% memberikan warna yang merata
dan homogen dengan tiga kali pemolesan di kulit punggung tangan. Hal ini
disebabkan tingkat zat warna ekstrak bunga kana yang cukup tinggi. Bunga
kana mengandung glukosa, dimana glukosa dapat berfungsi sebagai pengikat.
Sehingga ketika ditambahkan pengikat isopropil miristat dan lanolin membuat
sediaan pewarna pipi dengan konsentrasi zat warna ekstrak bunga kana 20 dan
25% ini semakin mengeras dan sukar dipoleskan pada kulit punggung tangan.
4.4.3 Hasil uji kesukaan (Hedonic test)
Data yang diperoleh dari lembar penilaian (kuesioner) ditabulasi dan
ditentukan untuk setiap sediaan dengan mencari hasil rata-rata pada setiap
panelis pada tingkat kepercayaan 95%.
Setiap panelis diminta untuk mempoleskan masing-masing sediaan
pewarna pipi yang dibuat pada kulit punggung tangannya. Parameter
pengamatan pada uji kesukaan adalah kemudahan pemolesan pewarna pipi,
homogenitas dan intensitas warna dari pewarna pipi saat dipoleskan. Panelis
memberikan penilaian dengan mengisi kuesioner yang telah diberikan. Hasil
uji kesukaan dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Berdasarkan data uji kesukaan (hedonic test) terhadap 30 orang panelis, diketahui bahwa sediaan pewarna pipi yang paling disukai adalah konsentrasi
zat warna ekstrak bunga kana 15% dengan persentase kesukaan 8,46% panelis
sangat menyukai sediaan ini. Sediaan pewarna pipi dengan konsentrasi zat
warna ekstrak bunga kana 15% mudah dipoles, warna yang homogen, dan
memberikan warna yang sesuai dengan warna kulit pipi, sehingga banyak
disukai kebanyakan panelis. Sediaan 4 yaitu pewarna pipi dengan konsentrasi
zat warna ekstrak bunga kana 20% dengan persentase 7,25% panelis juga
menyukai sediaan ini. Kebanyakan panelis menyukai sediaan ini dari segi
homogenitas warna saja, tetapi sediaan ini sukar dipoleskan. Persentase
kesukaan pada sediaan 2 yaitu dengan konsentrasi ekstrak bunga kana 10%
dengan persentase kesukaan 6,52% panelis agak menyukai warna sediaan ini.
Tabel 4.5. Data nilai uji kesukaan (hedonic test) sediaan pewarna pipi dalam bentuk padat menggunakan ekstrak bunga kana merah (canna indica L.)
terang. Dan pada sediaan 5 yaitu pewarna pipi dengan konsentrasi zat warna
ekstrak bunga kana 25% dengan persentase kesukaan 6,07% panelis agak
menyukai warna sediaan ini karena pada sediaan ini warna pewarna pipi
terlihat yang paling jelas merahnya tetapi sediaan ini sukar dipoleskan. Dan
pada sediaan 1 yaitu pewarna pipi dengan konsentrasi zat warna ekstrak bunga
kana 5% dengan persentase kesukaan 3,75% panelis agak tidak menyukai
warna sediaan ini karena pada sediaan ini warna pemerah pipi terlihat