• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Bunga Kecombrang - Formulasi Sediaan Pewarna Pipi Menggunakan Ekstrak Bunga Kecombrang (Etlingera elatior Jack) sebagai Pewarna

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Bunga Kecombrang - Formulasi Sediaan Pewarna Pipi Menggunakan Ekstrak Bunga Kecombrang (Etlingera elatior Jack) sebagai Pewarna"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Bunga Kecombrang

Kecombrangmerupakan tanaman asli pulau Sumatera dan Jawa.

Tanaman ini tersebar di Pulau Jawa dan Sumatera terutama di daerah

pegunungan tumbuhnya di hutan. Bunga dan buah dikumpulkan dari hutan, di

dekat pemukiman, di budidayakan di pekarangan yang tanpa persiapan

penggarapan tanah terlebih dahulu atau tanpa pemeliharaan. Kecombrang di

perbanyak dengan rimpang. Pada umur 2 tahun berbunga dan berbuah (Heyne,

1987).

Bungakecombrang sering ditambahkan pada masakan khas suku Batak,

yaitu arsik ikan mas, masakan pucuk ubi tumbuk, dan juga digunakan sebagai

peredam bau amis pada ikan (Heyne,1987).

2.1.1 Sistematika bunga kecombrang

Sistematika bunga kecombrang sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Class : Dicotyledonae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberacea

Genus : Etlingera

Spesies : Etlingera elatior Jack.

(2)

2.1.2 Sinonim

Kecombrang memiliki beberapa nama antara lain Nicolaia elatior Jack, Phaeomeria speciosa, dan Phaeomeria magnifika. (Cayol, 1997).

2.1.3 Nama daerah

Penyebaran kecombrang di Indonesia sangat luas dengan berbagai nama

pada masing-masing daerah seperti kecombrang (Jawa), terpuk (Gayo),

combrang (Sunda), kincung (Melayu), honje (Sunda), atimengo (Gorontalo),

Puwar kijung (Minangkabau), Katimbang (Makasar), Salahawa (Seram) dan

kantan (Malaysia).

2.1.4 Morfologi tumbuhan

Tanaman kecombrang merupakan tanaman tahunan yang berbentuk

semak dengan tinggi 1-3 m. Tanaman ini mempunyai batang semu, tegak,

berpelepah, membentuk rimpang, dan berwarna hijau. Daunnya tunggal,

panjang daun sekitar 20-30 cm dan lebar 5-10 cm, pertulangan daun menyirip,

dan berwarna hijau. Bunga kecombrang berbentuk bongkol dengan panjang

tangkai 40-80 cm dengan mahkota berwarna merah. Akarnya berbentuk serabut

dan berwarna kuning gelap.

2.1.5 Kandungan kecombrang

Kandungan kimia yang terdapat di daun, batang, bunga, dan rimpang

kecombrang adalah saponin dan flavonoid. Selain itu, kecombrang juga

mengandung polifenol dan minyak atsiri (Tampubulon, 1983). Katekin,

(3)

2.1.6 Manfaat kecombrang

Rimpang kecombrang biasanya dimanfaatkan sebagai pewarna kuning

untuk anyaman atau kerajinan tangan dan batang kecombrang sebagai bahan

dasar pembuatan kertas. Daun kecombrang yang muda maupun tua dapat

dimasak jadi sayur asam. Daunnya juga berguna untuk menutupi bau badan

dan untuk pewangi dalam air pencuci mayat. Bunga digunakan sebagai

pengganti buah asam dan untuk manisan (Heyne, 1987).

2.2

Antosianidin adalah senyawa flavonoid secara struktur termasuk

kelompokflavon. Antosianidin merupakan aglikon antosianin yang terbentuk

bila antosianin dihidrolisis dengan asam. Glikosida antosianidin dikenal

sebagai antosianin. Senyawa ini tergolong

Antosianidin

Manusia sejak lama telah mengkonsumsi antosianin bersamaan dengan

buah dan sayuran yang mereka makan. Selama ini tidak pernah terjadi suatu

penyakit atas keracunan yang disebabkan oleh pigmen ini sehingga antosianin

aman untuk dikonsumsi dan tidak beracun (Nugrahan,2007).

pigmen dan pembentuk warna pada

tanaman yang ditentukan oleh pH darilingkungannya(Tang, 1991).

Antosianin adalah kelompok pigmen yang berwarna merah sampai biru

yang tersebar dalam tanaman. Pada dasarnya, antosianin terdapat dalam sel

epidermal dari buah, akar, dan daun pada buah tua dan masak. Pada beberapa

buah-buahan dan sayuran serta bunga memperlihatkan warna-warna yang

menarik yang mereka miliki termasuk komponen warna yang bersifat larut

(4)

Secara kimia semua antosianin merupakan turunan suatu struktur

aromatik tunggal, yaitu sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin

ini dengan penambahan atau pengurangan gugus hidroksil atau dengan

metilisasi (Harborne, 1996).

Sifat fisika dan kimia dari antosianin dilihat dari kelarutan antosianin

larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol, aseton, atau kloroform

(Socaciu, 2007). Pada penelitian Saati (2002) untuk ekstraksi antosianin dari

bunga pacar air dan penelitian Wijaya dkk (2001) tentang ekstraksi pigmen

dari kulit buah rambutan, pelarut yang paling baik digunakan adalah etanol

96%.

Antosianin stabil pada pH 3,5 dan suhu 50°C mempunyai berat molekul

207,08 gram/mol dan rumus molekul C15H11O (Fennema, 1996). Antosianin

dilihat dari penampakan berwarna merah, ungu dan biru mempunyai panjang

gelombang maksimum 515-545 nm, bergerak dengan eluen BAA (nbutanol-

asam asetat-air) pada kertas (Harborne, 1996).

Warna dan stabilitas pigmen antosianin tergantung pada struktur

molekul secara keseluruhan. Substitusi pada struktur antosianin A dan B akan

berpengaruh pada warna antosianin. Pada kondisi asam warna antosianin

ditentukan oleh banyaknya substitusi pada cincin B. Semakin banyak substitusi

OH akan menyebabkan warna semakin biru, sedangkan metoksilasi

menyebabkan warna semakin merah (Arisandi, 2001). Faktor pH ternyata tidak

hanya mempengaruhi warna antosianin ternyata juga mempengaruhi

stabilitasnya. Pada umumnya, penambahan hidroksilasi menurunkan stabilitas,

(5)

2.3

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan

pelarut cair. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang terkandung dalam

simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang

tepat(Ditjen POM, 2000).

Ekstraksi

Ekstraksi menggunakan pelarut yang sesuai didasarkan pada kelarutan

komponen terhadap komponen lain dalam campuran dimana pelarut polar akan

melarutkan solute yang polar dan pelarut nonpolar akan melarutkan solute yang non polar (Ketaren, 1986).Ada beberapa metode ekstraksi dengan

menggunakan pelarut yaitu: maserasi, perkolasi, refluks, sokletasi, digesti,

infundasi, dan dekoktasi (Ditjen POM, 2000).

Menurut Ditjen POM (1979), beberapa metode ekstraksi yang sering

digunakan dalam berbagai penelitian antara lain:

1. Cara Dingin

a. Maserasi adalah proses pengekstraksian simplisia menggunakan pelarut

dengan beberapa kali pengadukan dan pendiaman pada temperatur

ruangan. Sedangkan remaserasi adalah pengulangan penambahan

pelarut setelah dilakukan penyarian maserat pertama dan seterusnya.

b. Perkolasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru

sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan,

serbuk simplisia yang akan diperkolasi tidak langsung dimasukkan

kedalam bejana perkolator, tetapi dibasahi atau dimaserasi terlebih

(6)

simplisia tersebut langsung dialiri dengan cairan penyari, maka cairan

penyari tidak dapat menembus ke seluruh sel dengan sempurna.

2. Cara Panas

a. Refluks adalah ekstraksi menggunakan pelarut pada temperatur titik

didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif

konstan dengan adanya pendingin balik.

b. Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru,

umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi

berkelanjutan dan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya

pendingin balik.

c. Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan) pada temperatur

yang lebih tinggi dari temperatur ruangan yaitu secara umum

dilakukan pada temperatur 40-50o

d. Infundasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas

air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur

terukur 96-98

C.

o

e. Dekoktasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air

pada temperatur 90

C) selama waktu tertentu (15-20 menit).

o

Ekstraksi antosianin umumnya menggunakan metode maserasi yaitu

proses ekstraksi simplisia menggunakan pelarut dengan beberapa kali

pengadukan pada temperatur ruangan.

C selama 30 menit.

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat

aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang

(7)

serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang

telah ditetapkan (Ditjen POM, 1995).

2.4 Kosmetik

Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk

digunakan padabagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan

organ genital bagianluar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk

membersihkan,mewangikan,mengubah penampilan dan/atau memperbaiki bau badan atau melindungi ataumemelihara tubuh pada kondisi baik (Menkes RI,

2010).

Selama bertahun-tahun, rouge digunakan untuk mewarnaibibir.

Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) artinya berhias. Kosmetik

dahulu diramu dari bahan-bahan alami. Namun, sekarang kosmetika tidak

hanya dari bahan alami tetapi juga bahan sintetik untuk maksud meningkatkan

kecantikan(Wasitaatmadja, 1997).

1.

Berdasarkan kegunaannya bagi kulit, kosmetika dapat dibedakan

menjadi 2 jenis, yaitu:

Kosmetik perawatan (skin care cosmetics)

2.

Berfungsi untuk membersihkan dan merawat kulit dari faktor lingkungan

yang dapat merusak kebersihan dan kemulusannya.

Kosmetik riasan (kosmetik dekoratif atau make up)

Kosmetik ini untuk merias dan menutupi ketidaksempurnaan pada kulit,

sehingga penampilan jadi lebih menarik serta menimbulkan efek

(8)

Tujuan awal penggunaan kosmetika adalah mempercantik diri yaitu

usaha untuk menambah daya tarik agar lebih disukai orang lain. Usaha tersebut

dapat dilakukan dengan cara merias setiap bagian tubuh yang terpapar oleh

pandangan sehingga terlihat lebih menarik dan sekaligus juga menutupi

kekurangan (cacat) yang ada(Wasitaatmadja, 1997).

Pemakaian kosmetika dekoratif lebih untuk alasan psikologis daripada

kesehatan kulit. Peran zat warna dan zat pewangi sangat besar dalam kosmetika

dekoratif. Syarat kosmetika dekoratif antara lain (Tranggono dan Latifah,

2007):

a. Warna yang menarik

b. Bau yang harum menyenangkan

c. Tidak lengket

d. Tidak menyebabkan kulit tampak berkilau

e. Tidak merusak atau mengganggu kulit, rambut, bibir, kuku, dan lainnya.

Pembagian kosmetika dekoratif(Tranggono dan Latifah, 2007):

a. Kosmetika dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan

pemakaiannya sebentar. Misalnya: bedak, pewarna bibir, pewarna pipi, eye shadow, dan lain-lain.

b. Kosmetika dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu

yang lama baru luntur. Seperti: kosmetika pemutih kulit, cat rambut,

pengeriting rambut, dan preparat penghilang rambut.

Kosmetik riasan terdiri dari berbagai jenis produk bermacam-macam

(9)

terdispersi melalui suatu formula dasar, contohnya bedak, pewarna pipi, lipstik,

eye shadow, pensil alis, eyeliner, maskara dan cat kuku (Mitsui, 1997).

2.5 Pewarna Pipi

Pewarna pipi adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk mewarnai

pipi dengan sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tata

rias wajah. Pewarna pipi dibuat dalam berbagai warna yang bervariasi mulai

dari warna merah jambu pucat hingga merah tua. Pewarna pipi lazim

mengandung pigmen merah atau merah kecoklatan dengan kadar tinggi.

Pewarna pipi yang mengandung pigmen kadar rendah digunakan sebagai

pelembut warna atau pencampur untuk memperoleh efek yang mencolok

(Ditjen POM, 1985).

Wajah merona lebih disukai daripada wajah yang putih dan pucat, rona

merah dipipi membuat wajah tampak segar, cerah dan menarik. Oleh karena

itu, pewarna pipi atau blush on termasuk sediaan kosmetik yang diperlukan dalam rangkaian make up wajah. Untuk mendapatkan rona merah yang menarik, digunakan pewarna pipi yang sesuai dengan warna kulit wajah.

Warna merah muda yang paling lembut cocok digunakan pada kulit yang

berwarna putih. Sedangkan untuk warna kulit sawo matang akan lebih cocok

menggunakan pewarna pipi dengan warna merah mudah yang lebih tua

(Muliyawan dan Suriana, 2013).

Penggunaan pewarna pipi berfungsi membuat wajah tampak segar dan

sehat. Pemakaian pewarna pipi yang utama adalah di bagian tulang pipi atau

(10)

tehnik-tehnik ulasan tertentu, pewarna pipi bisa digunakan untuk mengkoreksi bentuk

wajah, misalnya:

Wajah panjang. Untuk memberikan kesan wajah lebih bulat, maka

pewarna pipi diulaskan dengan arah mendatar di bagian tengah pipi.

Wajah bulat. Untuk memberikan kesan wajah terlihat lonjong, pewarna

pipi dioleskan secara miring daritulang pipi kea rah hidung. Warna yang

digunakan semakin ke ujung semakin muda.

Wajah persegi empat. Pewarna pipi dioleskan dari arah ujung hidung ke

telinga.

1.

Berdasarkan bentuknya, terdapat beberapa jenis pewarna pipi

diantaranya:

Bentuk padat (compact)

Pewarna pipi bentuk ini merupakan jenis yang paling populer. Untuk

mempoleskannya menggunakan bantuan brush atau sponssetelah foundation

dan bedak. Cara pemakaian pewarna pipi ini cukup praktis, sehingga cocok

digunakan saat terburu-buru atau bagi pemula yang sedang belajar

mempoleskan pewarna pipi.

a.

Pewarna pipi bentuk padat lebih populer dari pada bentuk bubuk

karena:

b.

Tidak mudah beterbangan ketika dipakai, sehingga bubuk yang berwarna

tidak mengotori pakaian, dan lain-lain.

2.

Melekat lebih baik pada kulit wajah.

(11)

3.

Pada bagian atas kemasan, perona pipi jenis ini terdapat puff yang menempel ke kemasan. Jadi, pemakaiannya langsung dipoleskan pada pipi.

Bentuk cream

4.

Bentuknya cream memiliki tekstur lebih basah dibanding bentuk bubuk kompak, maka warna yang dihasilkan dapat lebih menyatu alami dengan warna

kulit wajah. Jenis ini kurang cocok digunakan pada orang yang berjenis kulit

wajah berminyak. Tetapi penggunakan pada jenis kulit normal akan membuat

pipi terlihat lebih lembab dan alami. Cara pengaplikasiannya adalah dengan

menggunakan jari.

Bentuk gradasi

5.

Kemasan pewarna pipi jenis ini mirip dengan bentuk padat 1 warna.

Bedanya, dalam kemasan itu terdapat beberapa warna pewarna pipi yang

senada. Hasil gabungan warna itu bisa membuat pipi tampak lebih cerah.

Bentuk batang

6.

Pewarna pipi jenis ini dikemas dalam tube mirip lipstik. Penggunaannya

cukup mudah karena langsung dipoleskan secara lurus di pipi kemudian

diratakan dengan jari.

Bentuk powder ball

Pewarna pipi jenis ini bentuknya seperti bola-bola kecil dengan aneka

warna yang ditempatkan dalam wadah seperti mangkuk. Untuk

mengaplikasikannya memerlukan bantuan kuas. Poleskan kuas pada bola-bola

warna itu, lalu poleskan pada pipi. Jenis pewarna pipi ini dapat digunakan

untuk semua jenis kulit.

(12)

a. Talkum

Talkum merupakan bahan dasar dari sediaan pewarna pipi yang bersifat

mudah menyebar dan kekuatan menutupi yang rendah. Talkum memiliki

ciri-ciri putih, halus, dan tidak berbau.

b.

Untuk partikel dari talkum adalah salah satu kriteria untuk standar

kualitasnya. Paling tidak 98% harus dapat melewati ayakan mesh 200 (tidak

lebih besar dari 74 mikro) talkum termikronisasi sekarang sudah tersedia

dimana ukuran partikel dapat dikurangi menjadi beberapa mikron.

Penggunaaan dari talkum termikronisasi tergantung dalam ukuran partikel dan

nilai massa besar yang diinginkan.

Kaolin

Kaolin merupakan bahan dasar dari golongan silikat. Kaolin memiliki

kemampuan menutupi dan adhesi yang baik, dalam jumlah maksimal 25%

kaolin dapat mengurangi sifat kilat talkum.

Tidak semua aluminium silikat dapat diklasifikasikan sebagai kaolin,

namun 3 kelompok di bawah ini secara khusus memiliki formula yang sama

(Al2O3.2SiO2.2H2

c.

O) dan dapat disebut kaolin: nacrite, dickite, dan kaolinite.

Karena kaolin higroskopis penggunaannya pada pewarna pipi umumnya tidak

melebihi 25%.

Zink oksida memiliki beberapa sifat terapeutik dan membantu

menghilangkan kecacatan pada kulit. Namun, penggunaan yang berlebihan

dapat menyebabkan kulit kering. Kadang-kadang digunakan pada tingkat

(13)

Zink oksida memiliki kecenderungan untuk mengepalkan partikel, oleh karena

itu harus diayak sebelum pencampuran dengan bahan lain dalam formulasi.

d. Pengikat

Jenis bahan pengikat yang digunakan ada 5 tipe dasar, yaitu:

1. Pengikat kering

Pengikat kering seperti logam stearat (zink atau magnesium) stearat.

Penggunaan dari pengering kering dibutuhkan untuk meningkatkan tekanan

bagi kompaknya sediaan.

2. Pengikat minyak

Minyak tunggal, seperti minyak mineral isopropil miristat dan turunan

lanolin, dapat sangat berguna untuk dicampurkan dalam formula sebagai

pengikat.

3. Pengikat larut air

Pengikat larut air yang biasa digunakan di masa lalu umumnya adalah

larutan gom seperti, tragakan, karaya, dan arab. Pengikat sintetik seperti PVP

(polyvinylpyrolidone), metil selulosa, karboksil metil selulosa juga telah umum digunakan.

4. Pengikat tidak larut air

Pengikat tidak larut air digunakan secara luas dalam pewarna pipi.

Minyak mineral, lemak ester dari segala tipe dan turunan lanolin, dapat

digunakan dan dicampur dengan jumlah yang baik dari air untuk membantu

(14)

pembasah akan membantu untuk menyeragamkan distribusi kelembaban

pewarna pipi.

5. Pengikat emulsi

Karena keseragaman penggunaan pengikat tidak larut air sulit tercapai,

peneliti telah mengembangkan bahan pengikat emulsi yang sekarang

digunakan dengan luas. Emulsi menghasilkan distribusi yang seragam, baik

pada fase minyak maupun fase air, yang penting dalam pengempaan serbuk.

e. Pengawet

Tujuan penggunaan pengawet adalah untuk menjaga kontaminasi

produk selama pembuatan dan juga selama digunakan oleh konsumen, dimana

mikroorganisme dapat mengkontaminasi produk setiap kali penggunaannya,

baik dari tangannya atau dari alat yang digunakan.

2.7 Kulit

Kulit menutupi dan melindungi tubuh dari perusak eksternal dan dari

kehilangan kelembaban. Luas permukaan kulit orang dewasa sekitar 1,6 m2.

Ketebalan kulit tergantung umur, jenis kelamin, dan lokasinya. Kulit terluar

terbagi dalam tiga lapisan, yaitu epidermis, dermis, dan jaringan subkutan.

Berbagai tambahan, seperti rambut, kuku, dan kelenjar (keringat dan sebaseus)

juga terdapat pada kulit (Mitsui, 1997).

Kulit adalah organ yang memiliki berbagai fungsi penting:

(15)

Serat elastis dari dermis dan jaringan lemak subkutan berfungsi untuk

mencegah gangguan mekanis eksternal diteruskan secara langsung ke bagian

dalam tubuh. Kulit memiliki kapasitas penetralisir alkali dan permukaan kulit

dijaga tetap pada pH asam lemah untuk perlindungan dari racun kimia. Pigmen

melanin mengabsorpsi dan melindungi tubuh dari bahaya radiasi.

- Pengaturan Suhu Tubuh/Termoregulasi

Kulit mengatur suhu tubuh dengan mengubah jumlah aliran darah

melalui kulit dengan dilatasi dan kontriksi kapiler darah kulit dan dengan

penguapan uap air (Mitsui, 1997).

- Persepsi Pancaindera

Kulit memiliki berbagai reseptor sehingga dapat merasakan tekanan,

sentuhan, suhu, dan nyeri (Mitsui, 1997).

- Penyerapan/Absorpsi

Berbagai senyawa diabsorpsi melalui kulit ke dalam tubuh. Ada dua

jalur absorpsi, satu melalui epidermis, dan yang lainnya melalui kelenjar

sebaseus pada folikel rambut. Senyawa larut air tidak mudah diabsorpsi

melalui kulit karena adanya sawar (barrier) terhadap senyawa larut air yang

dibentuk oleh lapisan tanduk (Mitsui, 1997).

- Fungsi Lain

Kulit menunjukkan keadaan emosional, seperti memerah dan ketakutan

dan digambarkan sebagai organ yang menunjukkan emosi. Kulit mensintesis

vitamin D dengan bantuan sinar UV terhadap prekursor vitamin D dalam kulit

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan bentuk reduplikasi apa saja yang terkandung dalam bahasa mandar dialek banggae, dan untuk mendeskripsikan makna

Hasil analisis data menunjukkan pada uji bemferoni, signifikan yang didapatkan lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan open

Hipotesis pada penelitian yang akan dilakukan menggunakan data nyata, akan diperoleh hasil yang menunjukan bahwa hibridisasi algoritma genetika adaptif dengan

Mengikuti pemikiran Gerungan dalam karya Usman pengojek konvensional perlu mengubah diri pribadi sesuai dengan keadaan lingkungan atau menciptakan lingkungan baru

yang diperoleh diolah dengan menggunakan alat bantu SPSS versi 21 dan di analisis menggunakan analisis regresi berganda. Analisis yang digunakan dalam penelitian

Lembaga Penelitian Universitas Negeri Padang berusaha mendorong dosen untuk melakukan penelitian sebagai bagian integral dari kegiatan mengajarnya, baik yang secara

LII63B dari limbah RPH diperbanyak dalam media NA (Nutrien Agar) miring yang telah dibuat dengan cara melarutkan NA (28g/L) dalam akuades, kemudian larutan media

Komunitas Kupu-kupu (Ordo Lepidoptera: Papilionoidea) Di Kampus Universitas Indonesia Depok, Jawa Barat [skripsi]. Depok: