• Tidak ada hasil yang ditemukan

Formulasi Sediaan Lipstik Menggunakan Ekstrak Buah Rasberi (Rubus rosifolius J.E.Smith) Sebagai Pewarna

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Formulasi Sediaan Lipstik Menggunakan Ekstrak Buah Rasberi (Rubus rosifolius J.E.Smith) Sebagai Pewarna"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

FORMULASI SEDIAAN LIPSTIK MENGGUNAKAN

EKSTRAK BUAH RASBERI (Rubus rosifolius J.E.Smith)

SEBAGAI PEWARNA

SKRIPSI

OLEH:

WINDA TRINANDA NIM 081501062

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

FORMULASI SEDIAAN LIPSTIK MENGGUNAKAN

EKSTRAK BUAH RASBERI (Rubus rosifolius J.E.Smith)

SEBAGAI PEWARNA

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

WINDA TRINANDA NIM 081501062

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

FORMULASI SEDIAAN LIPSTIK MENGGUNAKAN EKSTRAK BUAH RASBERI (Rubus rosifolius J.E.Smith) SEBAGAI PEWARNA

OLEH:

WINDA TRINANDA NIM 081501062

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Pada Tanggal: 24 Juli 2012

Pembimbing I, Panitia Penguji:

Dra. Saodah, M.Sc.,Apt. Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. NIP 194901131976032001 NIP 195807101986012001

Pembimbing II, Dra. Saodah, M.Sc.,Apt NIP 194901131976032001

(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, dan kemudahan kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “Formulasi

Sediaan Lipstik Menggunakan Ekstrak Buah Rasberi (Rubus rosifolius J.E.Smith)

sebagai Pewarna”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera

Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan

ikhlas kepada Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan

Fakultas Farmasi USU Medan yang telah memberikan fasilitas sehingga penulis

dapat menyelesaikan pendidikan. Ibu Dra. Saodah, M.Sc., Apt., dan Bapak Drs.

Suryanto, M.Si., Apt., selaku pembimbing yang telah memberikan waktu,

bimbingan dan nasehat selama penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi

ini. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., Ibu Dra. Anayanti Arianto, M.Si.,

Apt., dan Ibu Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji yang telah

memberikan kritik, saran dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini. Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU Medan yang telah

mendidik selama perkuliahan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tiada

terhingga kepada Ayahanda H. Machdar A. Siregar dan Ibunda Hj. Farida Hanum

tercinta, yang tiada hentinya berkorban dengan tulus ikhlas bagi kesuksesan

(5)

teman-teman mahasiswa Farmasi khususnya Farmasi Klinis dan Komunitas 2008

yang selalu setia memberi doa, dorongan, dan motivasi selama penulis melakukan

penelitian.

Selain itu, penulis juga mngucapkan terima kasih kepada Yayasan Karya

Salemba 4 dan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk., yang telah memberikan

beasiswa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna,

sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk

penyempurnaannya. Harapan saya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu

pengetahuan kefarmasian.

Medan, Juli 2012 Penulis

(6)

FORMULASI SEDIAAN LIPSTIK MENGGUNAKAN EKSTRAK BUAH RASBERI (Rubus rosifolius J.E.Smith) SEBAGAI PEWARNA

ABSTRAK

Buah rasberi (Rubus rosifolius J.E.Smith) termasuk famili Rosaceae. Kelebihan dari buah rasberi adalah umur panen singkat yakni pada waktu 2-3 bulan buah sudah dapat di panen, mudah dibudidaya, dan dapat berproduksi sepanjang tahun. Buah rasberi yang sudah matang dapat dimakan langsung, dijadikan jus dan selai, atau sebagai bahan tambahan dalam pembuatan kue. Buah rasberi yang berwarna merah mengandung antosianin golongan cyanidin. Antosianin merupakan pigmen yang dapat digunakan sebagai pewarna alami yang dapat menggantikan pewarna sintetis yang kemungkinan memiliki efek samping bagi kesehatan.

Penelitian ini dilakukan untuk memformulasi sediaan lipstik dengan memanfaatkan pewarna alami yang terkandung dalam buah rasberi. Dilakukan ekstraksi buah rasberi secara maserasi dengan menggunakan etanol 96% dan 1% asam sitrat kemudian pelarut diuapkan dengan bantuan alat rotary evaporator dan freeze dryer sehingga didapatkan ekstrak kental buah rasberi. Formula sediaan lipstik terdiri dari komponen yaitu cera alba, lanolin, vaselin alba, carnauba wax, setil alkohol, oleum ricini, propilen glikol, titanium dioksida, parfum strawberry, butil hidroksitoluen, nipagin, serta penambahan pewarna ekstrak buah rasberi dengan konsentrasi 32%, 34%, 36%, 38% dan 40%. Pengujian terhadap sediaan yang dibuat meliputi pemeriksaan mutu fisik sediaan mencakup homogenitas, titik lebur, kekuatan lipstik, stabilitas terhadap perubahan bentuk, warna dan bau selama penyimpanan 30 hari pada suhu kamar, pH, dan uji oles, serta uji iritasi dan uji kesukaan (Hedonic Test).

Formulasi sediaan lipstik menggunakan pewarna ekstrak buah rasberi menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat stabil selama 30 hari, homogen, titik lebur 58 , memiliki kekuatan lipstik yang baik, mudah dioleskan dengan warna yang merata, memiliki pH 3,7-3,8 dan tidak menyebabkan iritasi dan sediaan yang disukai adalah sediaan 5 yaitu sediaan dengan konsentrasi pewarna ekstrak buah rasberi 40%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ekstrak buah rasberi dapat digunakan sebagai pewarna dalam sediaan lipstik, dan aman untuk digunakan.

(7)

FORMULATION OF LIPSTICK USING RASPBERRY EXTRACT (Rubus rosifolius J.E.Smith) AS COLORANT

ABSTRACT

Raspberry fruit (Rubus rosifolius J.E.Smith) included in family Rosaceae. The advantages of raspberry fruit are the harvest age is short that in 2-3 months the fruit can be harvested, easy cultivated and can bear fruits all of the years. The ripe raspberry fruit can be ate, for juice and jam, or as ingredient to make cake. Raspberry fruit is red, contains anthocyanin class cyanidin. Anthocyanin is pigment that can be used as a natural colorant which replace synthetic colorant that maybe has side effect to health.

The research was done to formulate lipstick by using the natural colorant which contained in raspberry fruit. Raspberry fruit was extracted by maceration used 96% ethanol and 1% citric acid then the solvent was evaporated used rotary evaporator and freeze dryer until thick extract of raspberry fruit was gotten. Lipstick formula consisted of components such as cera alba, lanolin, vaseline alba,

carnauba wax, cetyl alcohol, castor oil, propylene glycol, titanium dioxide,

strawberry perfume, butylated hydroxyltoluene, nipagin, and addition of raspberry fruit extract as colorant with of 32%, 34%, 36%, 38% dan 40% concentrations. Testing to product included physical quality inspection such as homogenity, melting point, breaking point, stability of shape, color and odor changes for 30 days storage at room temperature, pH, smear test, also irritation and hedonic test.

Formulation of lipstick using colorant of raspberry fruit extract showed that products were stable for 30 days, homogeneous, melting point in 58 , had the good strength of lipstick, easily applied with smooth color, pH ranged from 3.7 to 3.8 and did not cause irritation and the preferred product was product 5 with 40% concentration colorant of raspberry fruit extract. Therefore, it can be concluded that raspberry fruit extract can be used as colorant in formulation of lipstick and it is safe to use.

(8)
(9)

2.5 Kosmetik ... 10

(10)
(11)

4.4.1 Hasil uji iritasi ... 35

4.4.2 Hasil uji Kesukaan (Hedonic test)... 36

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

5.1 Kesimpulan ... 39

5.2 Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 3.1 Modifikasi Formula Sediaan Lipstik dengan Ekstrak Buah

Rasberi dalam Berbagai Konsentrasi ... 25

4.1 Data Pemeriksaan Titik Lebur ... 31

4.2 Data Pemeriksaan Kekuatan Lipstik ... 32

4.3 Data Pengamatan Perubahan Bentuk, Warna Dan Bau Sediaan ... 33

4.4 Data Pengukuran pH Sediaan ... 35

4.5 Data Uji Iritasi ... 35

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Hasil Identifikasi Tumbuhan ... 42

2. Perhitungan Modifikasi Formula Sediaan Lipstik Menggunakan Pewarna Ekstrak Buah Rasberi ... 43

3. Kuesioner Uji Kesukaan (Hedonic Test) ... 44

4. Perhitungan Rendemen ... 45

5. Perhitungan Uji Kesukaan (Hedonic Test) ... 45

6. Gambar Tumbuhan Rasberi (Rubus rosifolius J.E.Smith) ... 51

7. Gambar Buah Rasberi ... 52

8. Gambar Ekstrak Buah Rasberi ……….. 53

9. Gambar Sediaan Lipstik Dengan dan Tanpa Menggunakan Pewarna Ekstrak Buah Rasberi ... 54

10. Gambar Hasil Uji Oles ... ... 55

11. Gambar Hasil Uji Oles pada Bibir ……….. 56

(14)

FORMULASI SEDIAAN LIPSTIK MENGGUNAKAN EKSTRAK BUAH RASBERI (Rubus rosifolius J.E.Smith) SEBAGAI PEWARNA

ABSTRAK

Buah rasberi (Rubus rosifolius J.E.Smith) termasuk famili Rosaceae. Kelebihan dari buah rasberi adalah umur panen singkat yakni pada waktu 2-3 bulan buah sudah dapat di panen, mudah dibudidaya, dan dapat berproduksi sepanjang tahun. Buah rasberi yang sudah matang dapat dimakan langsung, dijadikan jus dan selai, atau sebagai bahan tambahan dalam pembuatan kue. Buah rasberi yang berwarna merah mengandung antosianin golongan cyanidin. Antosianin merupakan pigmen yang dapat digunakan sebagai pewarna alami yang dapat menggantikan pewarna sintetis yang kemungkinan memiliki efek samping bagi kesehatan.

Penelitian ini dilakukan untuk memformulasi sediaan lipstik dengan memanfaatkan pewarna alami yang terkandung dalam buah rasberi. Dilakukan ekstraksi buah rasberi secara maserasi dengan menggunakan etanol 96% dan 1% asam sitrat kemudian pelarut diuapkan dengan bantuan alat rotary evaporator dan freeze dryer sehingga didapatkan ekstrak kental buah rasberi. Formula sediaan lipstik terdiri dari komponen yaitu cera alba, lanolin, vaselin alba, carnauba wax, setil alkohol, oleum ricini, propilen glikol, titanium dioksida, parfum strawberry, butil hidroksitoluen, nipagin, serta penambahan pewarna ekstrak buah rasberi dengan konsentrasi 32%, 34%, 36%, 38% dan 40%. Pengujian terhadap sediaan yang dibuat meliputi pemeriksaan mutu fisik sediaan mencakup homogenitas, titik lebur, kekuatan lipstik, stabilitas terhadap perubahan bentuk, warna dan bau selama penyimpanan 30 hari pada suhu kamar, pH, dan uji oles, serta uji iritasi dan uji kesukaan (Hedonic Test).

Formulasi sediaan lipstik menggunakan pewarna ekstrak buah rasberi menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat stabil selama 30 hari, homogen, titik lebur 58 , memiliki kekuatan lipstik yang baik, mudah dioleskan dengan warna yang merata, memiliki pH 3,7-3,8 dan tidak menyebabkan iritasi dan sediaan yang disukai adalah sediaan 5 yaitu sediaan dengan konsentrasi pewarna ekstrak buah rasberi 40%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ekstrak buah rasberi dapat digunakan sebagai pewarna dalam sediaan lipstik, dan aman untuk digunakan.

(15)

FORMULATION OF LIPSTICK USING RASPBERRY EXTRACT (Rubus rosifolius J.E.Smith) AS COLORANT

ABSTRACT

Raspberry fruit (Rubus rosifolius J.E.Smith) included in family Rosaceae. The advantages of raspberry fruit are the harvest age is short that in 2-3 months the fruit can be harvested, easy cultivated and can bear fruits all of the years. The ripe raspberry fruit can be ate, for juice and jam, or as ingredient to make cake. Raspberry fruit is red, contains anthocyanin class cyanidin. Anthocyanin is pigment that can be used as a natural colorant which replace synthetic colorant that maybe has side effect to health.

The research was done to formulate lipstick by using the natural colorant which contained in raspberry fruit. Raspberry fruit was extracted by maceration used 96% ethanol and 1% citric acid then the solvent was evaporated used rotary evaporator and freeze dryer until thick extract of raspberry fruit was gotten. Lipstick formula consisted of components such as cera alba, lanolin, vaseline alba,

carnauba wax, cetyl alcohol, castor oil, propylene glycol, titanium dioxide,

strawberry perfume, butylated hydroxyltoluene, nipagin, and addition of raspberry fruit extract as colorant with of 32%, 34%, 36%, 38% dan 40% concentrations. Testing to product included physical quality inspection such as homogenity, melting point, breaking point, stability of shape, color and odor changes for 30 days storage at room temperature, pH, smear test, also irritation and hedonic test.

Formulation of lipstick using colorant of raspberry fruit extract showed that products were stable for 30 days, homogeneous, melting point in 58 , had the good strength of lipstick, easily applied with smooth color, pH ranged from 3.7 to 3.8 and did not cause irritation and the preferred product was product 5 with 40% concentration colorant of raspberry fruit extract. Therefore, it can be concluded that raspberry fruit extract can be used as colorant in formulation of lipstick and it is safe to use.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kosmetik sudah dikenal orang sejak zaman dahulu kala. Di Mesir, 3000

tahun Sebelum Masehi telah digunakan berbagai bahan alami untuk kosmetik,

baik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan maupun hewan. Pengetahuan kosmetik

tersebut kemudian menyebar ke seluruh penjuru dunia melalui jalur komunikasi

yang terjadi dalam kegiatan perdagangan, agama, budaya politik dan militer. Di

Indonesia sendiri sejarah tentang kosmetologi telah dimulai jauh sebelum zaman

penjajahan Belanda. Kosmetik dewasa ini sudah menjadi kebutuhan primer bagi

hampir seluruh wanita dan sebagian pria (Wasitaatmadja, 1997).

Pewarna bibir merupakan sediaan kosmetika yang digunakan untuk

mewarnai bibir dengan sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan estetika

dalam tata rias wajah. Sediaan pewarna bibir terdapat dalam berbagai bentuk,

seperti cairan, krayon, dan krim. Pewarna bibir modern yang disukai adalah jenis

sediaan pewarna bibir yang jika dilekatkan pada bibir akan memberikan selaput

yang kering. Dewasa ini pewarna bibir yang banyak digunakan adalah pewarna

bibir dalam bentuk krayon. Pewarna bibir krayon lebih dikenal dengan sebutan

lipstik (Ditjen POM, 1985).

Menyadari akan berbagai kelemahan yang terjadi atas pewarna sintetik

tersebut dan seiring dengan berkembangnya gaya hidup back to nature, maka zat

warna alami semakin dibutuhkan keberadaannya karena dianggap lebih aman.

(17)

adalah zat warna (pigmen) yang diperoleh dari tumbuhan, hewan, atau dari

sumber-sumber mineral. Zat warna ini sejak dahulu telah digunakan untuk

pewarna makanan dan sampai sekarang penggunaannya secara umum dianggap

lebih aman daripada zat warna sintetis.

Salah satu tumbuhan Indonesia yang memiliki potensi untuk menghasilkan

zat warna alami adalah buah rasberi (Rubus rosifolius J.E.Smith). Kelebihan dari

buah rasberi adalah umur panen singkat, mudah dibudidaya, dan dapat

berproduksi sepanjang tahun. Buah rasberi yang sudah matang dapat dimakan

langsung, dijadikan jus dan selai, atau sebagai bahan tambahan dalam pembuatan

kue (Yanti, 2011)

Buah rasberi mengandung pigmen antosianin, asam ellagik, vitamin C,

serat, mangan, vitamin B, dan asam folat (Ashish, 2011). Selain itu, buah rasberi

juga mengandung vitamin A, vitamin E, vitamin K, kalsium, besi, natrium, dan

beta karoten (Yanti, 2012).

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis berkeinginan untuk

memanfaatkan pewarna alami yang berasal dari buah rasberi untuk digunakan

sebagai pewarna pada sediaan lipstik. Dilakukan ekstrasi zat warna buah rasberi

yang kemudian dilanjutkan pada formulasi sediaan lipstik dengan menggunakan

zat warna alami dari ekstrak buah rasberi, karena menurut BPOM RI (2009)

dalam daftar lampiran Public Warning/Peringatan No. KH.00.01.43.2503 tanggal

11 Juni 2009 tentang kosmetika mengandung bahan berbahaya/bahan dilarang

tercantum bahwa Zat Warna Merah K.3 (CI 15585), Merah K.10 (Rhodamin B)

dan Jingga K.1 (CI 12075) yang banyak digunakan dalam kosmetika merupakan

(18)

tinta. Zat warna ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan dan

merupakan zat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker). Rhodamin dalam

konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada hati.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah:

a. Apakah ekstrak buah rasberi dapat digunakan sebagai pewarna dalam

formulasi sediaan lipstik?

b. Apakah formulasi sediaan lipstik menggunakan pewarna ekstrak buah

rasberi yang dibuat stabil dalam penyimpanan pada suhu kamar?

c. Apakah formulasi sediaan lipstik menggunakan ekstrak buah rasberi

sebagai pewarna tidak menyebabkan iritasi saat digunakan?

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis pada penelitian ini

adalah:

a. Ekstrak buah rasberi dapat digunakan sebagai pewarna dalam formulasi

sediaan lipstik.

b. Formulasi sediaan lipstik menggunakan ekstrak buah rasberi sebagai

pewarna stabil dalam penyimpanan pada suhu kamar.

c. Formulasi sediaan lipstik menggunakan ekstrak buah rasberi sebagai

(19)

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk membuat sediaan lipstik menggunakan zat warna yang diekstraksi

dari buah rasberi.

b. Untuk mengetahui kestabilan sediaan lipstik menggunakan ekstrak buah

rasberi dalam penyimpanan pada suhu kamar.

c. Untuk mengetahui apakah sediaan lipstik menggunakan ekstrak buah

rasberi tidak menyebabkan iritasi saat digunakan.

1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah:

Untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang pemanfaatan

buah rasberi (Rubus rosifolius J.E.Smith) sebagai pewarna alami yang dapat

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Buah Rasberi

Rubus rosifolius J.E.Smith berupa semak berduri, tepi daun bergerigi,

bunga berwarna putih, dan buah berwarna merah yang berdiameter 1,2 cm. Daun

berbentuk oval dengan ujung yang runcing. Rasberi dikenal sebagai buah

berkelompok yang berisi biji kecil dengan rongga pada bagian dalam buah

(Ashish, 2011).

Pada umumnya, Rubus rosifolius J.E.Smith tumbuh di daerah terbuka, tepi

hutan, atau pinggir sungai. Daerah penyebarannya meliputi Kontinental Asia

(Kamboja dan Vietnam), Jepang, Taiwan, New Britain, Irlandia Baru, Australia;

di Malesia jenis ini tersebar di Borneo, Jawa, Philipina, Bali, Sulawesi, dan

Kepulauan Nusa Tenggara (Kalkman, 1993).

2.1.1 Sistematika Buah Rasberi Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dikotiledonae

Ordo : Rosales

Famili : Rosaceae

Genus : Rubus

(21)

2.1.2 Manfaat dan kandungan

Daun dari buah rasberi dapat mengatasi masalah menstruasi yang tidak

teratur dan gangguan kram pada saat menstruasi. Buah rasberi segar dapat

langsung dimakan atau dijadikan jus, selai, dan sebagai bahan tambahan dalam

pembuatan kue (Yanti, 2011). Buah rasberi mengandung pigmen antosianin, asam

ellagik, vitamin C, serat, mangan, vitamin B, dan asam folat (Ashish, 2011).

Selain itu, buah rasberi juga mengandung vitamin A, vitamin E, vitamin K,

kalsium, besi, natrium, dan beta karoten (Yanti, 2011).

Kandungan vitamin A dan beta karoten pada buah rasberi bermanfaat

untuk kesehatan mata. Sedangkan kandungan serat dalam buah rasberi bermanfaat

dalam menangani masalah pencernaan sehingga proses metabolisme dapat

berjalan dengan baik. Jika buah rasberi di konsumsi secara teratur, buah rasberi

dapat memperbaiki kerusakan sel tubuh, memelihara kelembutan dan kelembaban

kulit, serta membuat tubuh menjadi tidak mudah lelah (Yanti, 2011).

2.2 Antosianin

Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar

luas dalam tumbuhan. Pigmen yang berwarna kuat dan larut dalam air ini

merupakan penyebab hampir semua warna merah jambu, merah marak, merah,

ungu, dan biru dalam daun bunga, daun, dan buah pada tumbuhan tinggi. Secara

kimia semua antosianin merupakan turunan suatu struktur aromatik tunggal, yaitu

sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin ini dengan penambahan

atau pengurangan gugus hidroksil atau dengan metilisasi atau glikosilasi

(22)

Antosianidin adalah aglikon antosianin yang terbentuk bila antosianin

dihidrolisis dengan asam. Antosianidin yang paling umum sampai saat ini ialah

sianidin yang berwarna merah lembayung. Warna jingga disebabkan oleh

pelargonidin yang gugus hidroksilnya kurang satu dibandingkan sianidin. Warna

lembayung dan biru umumnya disebabkan oleh delfinidin yang gugus

hidroksilnya lebih satu dibandingkan sianidin (Harborne, 1987).

Antosianin terdapat dalam semua tumbuhan tingkat tinggi, banyak

ditemukan dalam bunga dan buah, tetapi ada juga yang ditemukan dalam daun,

batang, dan akar. Bagi tumbuhan, antosianin memiliki banyak fungsi yang

berbeda, misalnya sebagai antioksidan dan pelindung untuk melawan sinar UV.

Antosianin telah digunakan untuk mewarnai makanan sejak zaman dahulu. Warna

antosianin bergantung pada struktur dan keasaman. Sebagian besar antosianin

berwarna merah pada kondisi asam dan berubah menjadi biru pada kondisi asam

yang kurang. Selain itu, warna antosianin juga terpengaruh oleh suhu, oksigen dan

sinar UV (Anonim, 2011).

2.3 Kulit

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari

lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa sekitar 1,5 m2 dengan berat

kira kira 15% dari berat badan. Secara histopatologis kulit tersusun atas 3 lapisan

utama yaitu lapisan epidermis atau kutikel, lapisan dermis dan lapisan subkutis

(hipodermis). Tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutis.

Subkutis ditandai dengan adanya jaringan ikat longgar dan sel-sel yang

(23)

Lapisan epidermis terdiri atas stratum korneum, stratum lusidum, stratum

granulosum, stratum spinosum dan stratum basalis. Stratum korneum (lapisan

tanduk) adalah lapisan kulit yang paling luar dan terdiri atas beberapa lapis sel

gepeng yang mati. Stratum lusidum terdapat langsung di bawah stratum korneum,

merupakan lapisan sel gepeng tanpa inti. Stratum granulosum merupakan 2 atau 3

lapis sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti sel

diantaranya. Stratum spinosum terdiri atas beberapa sel berbentuk poligonal

dengan ukuran bermacam-macam. Stratum basalis terdiri atas sel-sel kubus yang

tersusun vertikal (Wasitaatmadja, 1997).

Berbeda dengan epidermis yang tersusun oleh sel-sel dalam berbagai

bentuk dan keadaan, dermis terutama terdiri dari bahan dasar serabut kolagen dan

elastin, yang berada di dalam substansi dasar yang bersifat koloid dan terbuat dari

gelatin mukopolisakarida. Di dalam dermis terdapat adneksa-adneksa kulit seperti

folikel rambut, papila rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea, otot penegak

rambut, ujung pembuluh darah, dan ujung saraf (Tranggono dan Latifah, 2007).

Lapisan subkutis merupakan lanjutan dari dermis, terdiri atas jaringan ikat

longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Lapisan sel lemak disebut panikulus

adiposus, berfungsi sebagai cadangan makanan. Lapisan lemak ini juga berfungsi

sebagai bantalan (Wasitaatmadja, 1997).

Marchionini (1929) menemukan bahwa stratum korneum dilapisi oleh

suatu lapisan tipis lembab yang bersifat asam, sehingga ia menamakannya sebagai

“mantel asam kulit”. Tingkat keasamannya (pH) umumnya berkisar antara

(24)

Fungsi pokok “mantel asam” kulit yaitu (Tranggono dan Latifah, 2007):

1. Sebagai penyangga (buffer) yang berusaha menetralisir bahan kimia yang

terlalu asam atau terlalu alkalis yang masuk ke kulit.

2. Membunuh atau menekan pertumbuhan mikroorganisme yang

membahayakan kulit.

3. Dengan sifat lembabnya sedikit banyak mencegah kekeringan kulit.

2.4 Bibir

Bibir memiliki ciri yang berbeda dari kulit bagian lain, karena lapisan

jangatnya sangat tipis. Stratum germinativum tumbuh dengan kuat dan korium

mendorong papila dengan aliran darah yang banyak tepat di bawah permukaan

kulit. Pada kulit bibir tidak terdapat kelenjar keringat, tetapi pada permukaan kulit

bibir sebelah dalam terdapat kelenjar liur, sehingga bibir akan nampak selalu

basah, sangat jarang terdapat kelenjar lemak pada bibir, menyebabkan bibir

hampir bebas dari lemak, sehingga dalam cuaca yang dingin dan kering lapisan

jangat akan cenderung mengering, pecah-pecah, yang memungkinkan zat yang

melekat padanya mudah penetrasi ke stratum germinativum (Ditjen POM, 1985).

Pada permukaan luar, bibir dilapisi oleh integument (jaringan penutup

permukaan kulit), dan permukaan dalam, membran selaput lendir oral menjadi

satu dengan kulit bibir pada batas merah terang. Pada komponen dari bibir di

temukan otot oris orbikularis, arteri dan vena labial, susunan saraf, jaringan lemak

dan kelenjar lemak. Kelenjar labial (kelenjar air liur) sejati terletak diantara

membran selaput lendir dan otot oris orbikularis. Bibir dibasahi oleh saliva atau

(25)

Daerah vermillion adalah bingkai merah bibir, merupakan daerah transisi

dimana kulit bibir bergabung ke dalam membran mukosa. Ini merupakan daerah

dimana wanita sering mengaplikasikan lipstik (Woelfel and Scheild, 2002).

Kosmetik rias bibir selain untuk merias bibir ternyata disertai juga dengan

bahan untuk meminyaki dan melindungi bibir dari lingkungan yang merusak,

misalnya sinar ultraviolet. Ada beberapa macam kosmetika rias bibir, yaitu lipstik,

lip crayon, krim bibir (lip cream), pengkilap bibir (lip gloss), penggaris bibir (lip

liner) dan lip sealer (Wasitaatmadja, 1997).

2.5 Kosmetik

Kosmetik berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti “berhias”.

Bahan yang dipakai dalam usaha mempercantik diri ini, dahulu di ramu dari

bahan-bahan alami yang terdapat di alam sekitar. Sekarang kosmetika dibuat

manusia tidak hanya dari bahan alami tetapi juga dari bahan sintetis untuk maksud

meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997). Definisi kosmetik dalam

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 445/Menkes/Permenkes/1998 adalah sebagai

berikut : Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan

pada bagian luar badan (epidermis, rambut kuku, bibir dan organ kelamin bagian

luar), gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik,

mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik,

memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau

(26)

Penggolongan kosmetik menurut kegunaaanya bagi kulit adalah sebagai

berikut (Tranggono dan Latifah, 2007):

1. Kosmetik perawatan kulit (skin-care cosmetics)

Jenis ini perlu untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit. Termasuk

didalamnya :

a. Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser)

b. Kosmetik untuk melembabkan kulit (mouisturizer)

c. Kosmetik pelindung kulit

d. Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit (peeling)

2. Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up)

Jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit sehingga

menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek

psikologis yang baik, seperti percaya diri (self confidence).

2.5.1 Kosmetik Dekoratif

Kosmetik dekoratif fungsi utamanya hanya untuk mempercantik dan

memperindah diri. Pewarna merupakan komponen utama dalam setiap formulasi

kosmetik dekoratif. Tujuan kosmetik dekoratif yaitu untuk memperbaiki

penampilan, memberikan rona, meratakan warna kulit, menyembunyikan

ketidaksempurnaan, dan fungsi protektif (Barel, et al,2001).

Persyaratan untuk kosmetik dekoratif antara lain adalah warna yang

menarik, bau yang harum dan menyenangkan, tidak lengket, tidak menyebabkan

kulit tampak berkilau, dan tidak merusak atau mengganggu kulit, bibir, kuku, dan

(27)

Kosmetik dekoratif dapat dibagi dalam dua golongan besar, yaitu (Tranggono

dan Latifah, 2007):

1. Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan

pemakaiannya sebentar, misalnya bedak, lipstik, perona pipi, eye shadow, dan

lain-lain.

2. Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu lama

baru luntur, misalnya kosmetik pemutih kulit, cat rambut, pengeriting rambut,

dan preparat penghilang rambut.

Berdasarkan bagian tubuh yang dirias, kosmetik dekoratif dapat dibagi

menjadi (Wasitaatmadja, 1997):

1. Kosmetik rias kulit (wajah)

2. Kosmetik rias bibir

3. Kosmetik rias rambut

4. Kosmetik rias mata

5. Kosmetik rias kuku.

2.6 Lipstik

Lipstik menambah warna pada wajah agar terlihat lebih sehat dan juga

membentuk bibir. Lipstik dapat digunakan untuk harmonisasi wajah antara mata,

rambut, dan pakaian. Lipstik juga mampu menciptakan ilusi bibir agar terlihat

lebih kecil atau lebih besar tergantung dari warnanya(Barel, et al, 2001).

Hakekat fungsi dari lipstik adalah untuk memberikan warna bibir menjadi

merah yang dianggap akan memberikan ekspresi wajah sehat nan menarik. Akan

(28)

warna lipstik bervariasi mulai dari warna kemudaan hingga warna sangat tua

dengan corak warna dari merah jambu, merah jingga, hingga merah biru bahkan

ungu (Ditjen POM, 1985).

Lipstik terdiri dari zat warna yang terdispersi dalam pembawa yang terbuat

dari campuran lilin dan minyak dalam komposisi yang sedemikian rupa sehingga

dapat memberikan suhu lebur dan viskositas yang dikendaki. Suhu lebur lipstik

yang ideal sesungguhnya diatur hingga suhu yang mendekati suhu bibir, bervariasi

antara 36-38oC. Tetapi karena harus memperhatikan faktor ketahanan terhadap

suhu cuaca sekelilingnya, terutama suhu daerah tropik, suhu lebur lipstik dibuat

lebih tinggi, yang dianggap lebih sesuai diatur pada suhu lebih kurang 62oC,

biasanya berkisar antara 55-75oC (Ditjen POM, 1985).

Adapun persyaratan untuk lipstik adalah sebagai berikut (Tranggono dan

Latifah, 2007):

1. Melapisi bibir secara mencukupi

2. Dapat bertahan di bibir selama mungkin

3. Cukup melekat pada bibir, tetapi tidak sampai lengket

4. Tidak mengiritasi atau menimbulkan alergi pada bibir

5. Melembabkan bibir dan tidak mengeringkannya

6. Memberikan warna yang merata pada bibir

7. Penampilannya harus menarik, baik warna maupun bentuknya

8. Tidak meneteskan minyak, permukaannya mulus, tidak bopeng atau

(29)

2.6.1 Komponen utama dalam sediaan lipstik

Adapun komponen utama dalam sediaan lipstik terdiri dari minyak, lilin ,

lemak dan zat warna

1. Minyak

Minyak yang digunakan dalam lipstik harus memberikan kelembutan,

kilauan, dan berfungsi sebagai medium pendispersi zat warna (Poucher,

2000). Minyak yang sering digunakan antara lain minyak jarak, minyak

mineral, dan minyak nabati lain. Minyak jarak merupakan minyak nabati

yang unik karena memiliki viskositas yang tinggi dan memiliki

kemampuan melarutkan staining-dye dengan baik. Minyak jarak

merupakan salah satu komponen penting dalam banyak lipstik modern.

Viskositasnya yang tinggi adalah salah satu keuntungan dalam menunda

pengendapan dari pigmen yang tidak larut pada saat pencetakan, sehingga

dispersi pigmen benar benar merata (Balsam, 1972).

2. Lilin

Lilin digunakan untuk memberi struktur batang yang kuat pada lipstik dan

menjaganya tetap padat walau dalam keadaan hangat. Campuran lilin yang

ideal akan menjaga lipstik tetap padat setidaknya pada suhu 50 dan

mampu mengikat fase minyak agar tidak keluar atau berkeringat, tetapi

juga harus tetap lembut dan mudah dioleskan pada bibir dengan tekanan

serendah mungkin. Lilin yang digunakan antara lain carnauba wax,

candelilla wax, beeswax, ozokerites, spermaceti dan setil alkohol.

Carnauba wax merupakan salah satu lilin alami yang yang sangat keras

(30)

jumlah kecil untuk meningkatkan titik lebur dan kekerasan lipstik

(Balsam, 1972).

3. Lemak

Lemak yang biasa digunakan adalah campuran lemak padat yang berfungsi

untuk membentuk lapisan film pada bibir, memberi tekstur yang lembut,

meningkatkan kekuatan lipstik, dan dapat mengurangi efek berkeringat

dan pecah pada lipstik. Fungsinya yang lain dalam proses pembuatan

lipstik adalah sebagai pengikat dalam basis antara fase minyak dan fase

lilin dan sebagai bahan pendispersi untuk pigmen. Lemak padat yang biasa

digunakan dalam basis lipstik adalah lemak coklat, lanolin, lesitin, minyak

nabati terhidrogenasi dan lain-lain (Jellineck, 1976).

4. Zat warna

Zat warna dalam lipstik dibedakan atas dua jenis yaitu staining dye dan

pigmen. Staining dye merupakan zat warna yang larut atau terdispersi

dalam basisnya, sedangkan pigmen merupakan zat warna yang tidak larut

tetapi tersuspensi dalam basisnya. Kedua macam zat warna ini masing-

masing memiliki arti tersendiri, tetapi dalam lipstik keduanya dicampur

dengan komposisi sedemikian rupa untuk memperoleh warna yang

diinginkan (Balsam, 1972).

2.6.2 Zat tambahan dalam sediaan lipstik

Zat tambahan dalam lipstik adalah zat yang ditambahkan dalam formula

lipstik untuk menghasilkan lipstik yang baik, yaitu dengan cara menutupi

kekurangan yang ada tetapi dengan syarat zat tersebut harus inert, tidak toksik,

(31)

dalam formula lipstik. Zat tambahan yang digunakan yaitu antioksidan, pengawet

dan parfum (Senzel, 1977).

1. Antioksidan

Antioksidan digunakan untuk melindungi minyak dan bahan tak jenuh lain

yang rawan terhadap reaksi oksidasi. BHT, BHA dan vitamin E adalah

antioksidan yang paling sering digunakan (Poucher, 2000). Antioksidan

yang digunakan harus memenuhi syarat (Wasitaatmadja S, 1997):

a. Tidak berbau agar tidak mengganggu wangi parfum dalam

kosmetika

b. Tidak berwarna

c. Tidak toksik

d. Tidak berubah meskipun disimpan lama.

2. Pengawet

Kemungkinan bakteri atau jamur untuk tumbuh di dalam sediaan lipstik

sebenarnya sangat kecil karena lipstik tidak mengandung air. Akan tetapi

ketika lipstik diaplikasikan pada bibir kemungkinan terjadi kontaminasi

pada permukaan lipstik sehingga terjadi pertumbuhan mikroorganisme.

Oleh karena itu perlu ditambahkan pengawet di dalam formula lipstik.

Pengawet yang sering digunakan yaitu metil paraben dan propil paraben

(Poucher, 2000).

3. Parfum

Parfum digunakan untuk memberikan bau yang menyenangkan, menutupi

(32)

yang mungkin timbul selama penyimpanan dan penggunaan lipstik

(Balsam, 1972).

2.7 Evaluasi Lipstik

2.7.1 Pemeriksaan titik lebur lipstik

Penetapan suhu lebur lipstik dapat dilakukan dengan berbagai metode.

Ada dua metode yang biasanya digunakan yaitu metode melting point dan metode

drop point. Metode melting point menggunakan pipa kapiler sedangkan metode

drop point menggunakan pelat tipis. Syarat lipstik melebur pada metode melting

point adalah 60 atau lebih, sedangkan untuk metode drop point adalah diatas

50 (Balsam, 1972).

Penetapan suhu lebur lipstik dilakukan untuk mengetahui pada suhu

berapa lipstik akan meleleh dalam wadahnya sehingga minyak akan keluar. Suhu

tersebut menunjukkan batas suhu penyimpanan lipstik yang selanjutnya berguna

dalam proses pembentukan, pengemasan, dan pengangkutan lipstik (Balsam,

1972).

2.7.2 Pemeriksaan kekuatan lipstik

Evaluasi kekerasan lipstik menunjukkan kualitas patahan lipstik dan juga

kekuatan lipstik dalam proses pengemasan, pengangkutan, dan penyimpanan.

Evaluasi ini dapat dilakukan untuk mengetahui kekuatan lilin dalam lipstik

(Balsam, 1972).

Pengamatan dilakukan terhadap kekuatan lipstik dengan cara lipstik

diletakkan horizontal. Pada jarak kira-kira ½ inci dari tepi, digantungkan beban

(33)

dengan nilai yang spesifik pada interval waktu 30 detik, dan berat dimana lipstik

patah merupakan nilai breaking point (Vishwakarma, et al., 2011).

2.7.3 Uji oles

Uji oles dilakukan secara visual dengan cara mengoleskan lipstik pada

kulit punggung tangan kemudian mengamati banyaknya warna yang menempel

dengan perlakuan 5 kali pengolesan pada tekanan tertentu seperti biasanya kita

menggunakan lipstik (Keithler, 1956).

2.7.4 Penentuan pH sediaan

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter.

Sampel di buat dalam konsentrasi 1% yaitu 1 gram sampel dalam 100 ml akuades

(Rawlins, 2003).

2.7.5 Pemeriksaan stabilitas sediaan

Pengamatan terhadap adanya perubahan bentuk, warna, dan bau dari

sediaan lipstik dilakukan terhadap masing-masing sediaan selama penyimpanan

pada suhu kamar pada hari ke 1, 5, 10 dan selanjutnya setiap 5 hari hingga hari

ke-30 (Vishwakarma, et al., 2011).

2.8 Uji Tempel (Patch Test)

Uji tempel adalah uji iritasi dan kepekaan kulit yang dilakukan dengan

cara mengoleskan sediaan uji pada kulit normal panel manusia dengan maksud

untuk mengetahui apakah sediaan tersebut dapat menimbulkan iritasi pada kulit

atau tidak (Ditjen POM, 1985).

Iritasi umumnya akan segera menimbulkan reaksi kulit sesaat setelah

(34)

tersebut timbul beberapa jam setelah pelekatannya pada kulit, iritasi ini disebut

iritasi sekunder. Tanda-tanda reaksi kulit yang ditimbulkan yaitu hiperemia,

eritema, edema atau vesikula kulit. Reaksi kulit yang demikian bersifat lokal pada

daerah kulit yang rusak saja (Ditjen POM, 1985).

Panel uji tempel meliputi manusia sehat dan penderita. Manusia sehat yang

dijadikan panel uji tempel sebaiknya wanita, usia diantara 20-30 tahun, berbadan

sehat jasmani dan rohani, dan menyatakan kesediaannya dijadikan panel uji

tempel (Ditjen POM, 1985).

Lokasi uji lekatan adalah bagian kulit panel yang dijadikan daerah lokasi

untuk uji tempel. Biasanya yang paling tepat dijadikan daerah lokasi uji tempel

adalah bagian punggung, lengan tangan, lipatan siku, dan bagian kulit di belakang

telinga (Ditjen POM, 1985).

Teknik uji tempel terbuka dilakukan dengan mengoleskan sediaan uji pada

luas tertentu lokasi lekatan, biarkan terbuka selama lebih kurang 24 jam, amati

reaksi kulit yang terjadi. Reaksi kulit akibat iritan primer terjadi antara beberapa

menit hingga satu jam setelah pelekatan (Ditjen POM, 1985).

Prosedur uji tempel preventif adalah prosedur uji tempel yang dilakukan

sebelum penggunaan kosmetika untuk mengetahui apakah pengguna peka

terhadap sediaan ini atau tidak. Uji tempel preventif dilakukan dengan teknik uji

tempel terbuka atau tertutup, waktu pelekatannya ditetapkan 24 jam, daerah lokasi

lekatan di belakang telinga atau bahu. Pengamatannya reaksi kulit positif atau

(35)

2.9 Uji Kesukaan (Hedonic Test)

Uji Kesukaan (Hedonic Test) adalah metode uji yang digunakan untuk

mengukur tingkat kesukaan terhadap produk dengan menggunakan lembar

penilaian. Jumlah minimal panelis standar dalam satu kali pengujian adalah 6

orang, sedangkan untuk panelis non standar adalah 30 orang. Menurut Badan

Standar Nasional (2006) syarat-syarat panelis adalah sebagai berikut:

1. Tertarik terhadap uji organoleptik sensori dan mau berpatisipasi

2. Konsisten dalam mengambil keputusan

3. Berbadan sehat

Penilaian sampel yang diuji berdasarkan tingkat kesukaan panelis. Jumlah

tingkat kesukaan bervariasi. Penilaian dapat diubah dalam bentuk angka dan

selanjutnya dapat dianalisis secara statistik untuk penarikan kesimpulan (Badan

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini adalah eksperimental. Penelitian meliputi penyiapan

sampel, pembuatan ekstrak, formulasi sediaan, pemeriksaan mutu fisik sediaan,

uji iritasi terhadap sediaan, dan uji kesukaan (hedonic test) terhadap variasi

sediaan yang dibuat.

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat

Alat-alat yang digunakan antara lain: alat-alat gelas laboratorium, blender

(Philips), cawan penguap, freeze dryer, kaca objek, kertas saring, lumpang dan

alu porselen, neraca analitis (Mettler Toledo), oven, penangas air, pencetak

suppositoria, pH meter, pipet tetes, rotary evaporator (Buchi), spatula, sudip dan

wadah lipstik (roll up).

3.1.2 Bahan

Bahan tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah rasberi

segar (Rubus rosifolius J.E.Smith). Bahan kimia yang digunakan antara lain:

akuades, etanol 96%, asam sitrat, butil hidroksitoluen, carnauba wax, cera alba

(Brataco), lanolin anhidrat (Brataco), nipagin, oleum ricini (Brataco), parfum

strawberry, propilen glikol, setil alkohol (Brataco), titanium dioksida, dan vaselin

alba (Brataco). Lipstik pembanding yang digunakan adalah lipstik yang beredar di

(37)

3.2 Pengumpulan dan Pengolahan Sampel 3.2.1 Pengumpulan sampel

Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa

membandingkan dengan daerah lain. Sampel yang digunakan adalah buah rasberi

yang terdapat di desa Tongkoh, daerah Brastagi, Medan, Sumatera Utara

3.2.2 Identifikasi tumbuhan

Identifikasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Medanense (MEDA)

Universitas Sumatera Utara. Jalan Bioteknologi No. 1 Kampus USU, Medan.

Hasil identifikasi dapat dilihat pada Lampiran 1 (Halaman 42).

3.2.3 Pengolahan sampel

Buah rasberi segar berwarna merah sebanyak 1 kilogram dibersihkan dari

kotoran dengan cara mencucinya dengan air bersih, ditiriskan, lalu dihaluskan

dengan blender.

3.3 Pembuatan Ekstrak Buah Rasberi

Sebanyak 1 kilogram buah rasberi yang telah dihaluskan lalu dimaserasi

dengan 1 liter etanol 96% dan 1% asam sitrat, ditutup dan dibiarkan selama 1

malam terlindung dari cahaya sambil sering diaduk, saring, filtrat di tampung, lalu

diuapkan dengan bantuan alat rotary evaporator pada temperatur kurang lebih

50οC, kemudian di freeze dryer sehingga didapatkan ekstrak kental buah rasberi

(38)

3.4Pembuatan Lipstik Menggunakan Pewarna Ekstrak Buah Rasberi dalam Berbagai Konsentrasi

3.4.1 Formula

Formula dasar yang dipilih pada pembuatan lipstik dalam penelitian ini

dengan komposisi sebagai berikut (Young, 1974):

R/ Cera alba 36,0

Modifikasi formula dilakukan dengan menambahkan komponen yaitu

propilen glikol, titanium dioksida dan butil hidroksitoluen. Ekstrak buah rasberi

tidak dapat larut dalam oleum ricini sehingga perlu ditambahkan propilen glikol

untuk melarutkan zat warna tersebut dan zat warna dapat terdispersi homogen

dalam oleum ricini. Propilen glikol yang digunakan sebagai pelarut sebanyak

5-80% (Rowe, dkk., 2009). Dalam penelitian ini digunakan 5%. Titanium dioksida

digunakan sebagai pigmen, pemburam, pemberi kilau, dan melindungi bibir dari

sinar UV dengan penggunaan dalam formula sebanyak 0,5%. Butil hidroksitoluen

(39)

butilhidroksitoluen yang digunakan sebanyak 0,0075-0,1%. Dalam penelitian ini

digunakan 0,1%.

Oleum ricini digunakan dalam formula pembuatan lipstik karena oleum

ricini mempunyai stabilitas yang tinggi dan mempunyai kemampuan

mendispersikan zat warna yang baik. Carnauba wax digunakan untuk

memberikan kekuatan kepada lipstik sehingga lipstik tidak mudah patah. Dalam

formula, digunakan juga setil alkohol yang juga berfungsi sebagai lilin. Setil

alkohol digunakan untuk menurunkan kekerasan lipstik yang disebabkan oleh

carnauba wax sehingga lipstik mudah dioleskan.

Berdasarkan hasil orientasi terhadap konsentrasi ekstrak buah rasberi

dalam sediaan lipstik diperoleh hasil bahwa pada konsentrasi 22%, 24%, dan 26%

warna yang dihasilkan tidak keluar sehingga warna sediaan tidak dapat menempel

saat dioleskan pada kulit punggung tangan. Pada konsentrasi 28% dan 30%, warna

sediaan sudah dapat menempel saat dioleskan pada kulit punggung tangan pada

pengolesan dengan warna yang sangat muda tetapi warna sediaan tidak menempel

pada kulit bibir.

Orientasi dilanjutkan dengan menggunakan ekstrak buah rasberi pada

konsentrasi 32%, 34%, 36%, 38%, dan 40%. Sehingga konsentrasi ekstrak buah

rasberi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 32%, 34%, 36%, 38%, dan

(40)

Tabel 3.1 Modifikasi Formula Sediaan Lipstik Menggunakan Pewarna Ekstrak Buah Rasberi dalam Berbagai Konsentrasi

Komposisi

Sediaan 1 : Formula tanpa pewarna ekstrak buah rasberi

Sediaan 2 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak buah rasberi 32% Sediaan 3 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak buah rasberi 34% Sediaan 4 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak buah rasberi 36% Sediaan 5 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak buah rasberi 38% Sediaan 6 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak buah rasberi 40%

3.4.3 Prosedur pembuatan lipstik

Cara pembuatannya adalah sebagai berikut:

Nipagin dilarutkan dalam propilen glikol, setelah nipagin larut, ekstrak

buah rasberi kemudian dilarutkan dalam campuran propilen glikol dan nipagin

tersebut, butil hidroksitoluen dilarutkan dalam oleum ricini, kemudian

ditambahkan ke dalam campuran pewarna, nipagin, dan propilen glikol, lalu

ditambahkan titanium dioksida dan diaduk hingga homogen (campuran A).

Ditimbang cera alba, carnauba wax, setil alkohol, lanolin dan vaselin alba,

dimasukkan dalam cawan penguap, kemudian dilebur di atas penangas air

(41)

dimasukkan ke dalam cetakan dan dibiarkan sampai membeku. Setelah membeku

massa dikeluarkan dari cetakan dan dimasukkan dalam wadah (roll up lipstick).

3.5 Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan

Pemeriksaan mutu fisik dilakukan terhadap masing-masing sediaan lipstik.

Pemeriksaan mutu fisik sediaan meliputi: pemeriksaan homogenitas, titik lebur,

kekuatan lipstik dan stabilitas sediaan yang mencakup pengamatan terhadap

perubahan bentuk, warna dan bau dari sediaan, uji oles, dan pemeriksaan pH.

3.5.1 Pemeriksaan homogenitas

Masing-masing sediaan lipstik yang dibuat dari ekstrak buah rasberi

diperiksa homogenitasnya dengan cara mengoleskan sejumlah tertentu sediaan

pada kaca transparan. Sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan

tidak terlihat adanya butir-butir kasar (Ditjen POM, 1979).

3.5.2 Pemeriksaan titik lebur lipstik

Suhu lebur lipstik yang ideal sesungguhnya diatur hingga suhu yang

mendekati suhu bibir, bervariasi antara 36-38 . Tetapi karena harus

memperhatikan faktor ketahanan terhadap suhu cuaca sekelilingnya, terutama

suhu daerah tropis, suhu lebur lipstik dibuat lebih tinggi, yaitu berkisar antara

55-75 (Ditjen POM, 1985).

Metode pengamatan titik lebur lipstik yang digunakan dalam penelitian

adalah dengan cara memasukkan lipstik dalam oven dengan suhu awal 50

selama 15 menit, diamati apakah melebur atau tidak, setelah itu suhu dinaikkan 1

(42)

3.5.3 Pemeriksaan kekuatan lipstik

Pengamatan dilakukan terhadap kekuatan lipstik dengan cara lipstik

diletakkan horizontal. Pada jarak kira-kira ½ inci dari tepi, digantungkan beban

yang berfungsi sebagai pemberat. Berat beban yang mula-mula digantungkan

sebesar 10 gram. Kemudian berat beban ditambah secara berangsur-angsur

dengan berat beban 10 gram pada interval waktu 30 detik, dan berat dimana

lipstik patah merupakan nilai breaking point (Vishwakarma et al., 2011).

3.5.4 Pemeriksaan stabilitas sediaan

Pengamatan terhadap adanya perubahan bentuk, warna, dan bau dari

sediaan lipstik dilakukan terhadap masing-masing sediaan selama penyimpanan

pada suhu kamar pada hari ke 1, 5, 10 dan selanjutnya setiap 5 hari hingga hari

ke-30.

3.5.5 Uji oles

Uji oles dilakukan secara visual dengan cara mengoleskan lipstik pada

kulit punggung tangan kemudian mengamati warna yang menempel dengan

perlakuan 5 kali pengolesan pada tekanan tertentu seperti biasanya kita

menggunakan lipstik. Sediaan lipstik dikatakan mempunyai daya oles yang baik

jika warna yang menempel pada kulit punggung tangan sudah merata. Sedangkan

sediaan dikatakan mempunyai daya oles yang tidak baik jika warna yang

menempel sedikit dan tidak merata. Pemeriksaan dilakukan terhadap

masing-masing sediaan yang dibuat dan dioleskan pada kulit punggung tangan dengan 5

(43)

3.5.6 Penentuan pH sediaan

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter.

Cara:

Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar

standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat

menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan akuades, lalu

dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1

g sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml akuades, lalu dipanaskan. Setelah suhu

larutan normal, elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat

menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter

merupakan pH sediaan (Rawlins, 2003).

3.6 Uji Iritasi dan Uji Kesukaan (Hedonic Test)

Setelah dilakukan pengujian kestabilan fisik terhadap sediaan, kemudian

dilanjutkan dengan uji iritasi dan uji kesukaan (Hedonic Test) terhadap sediaan.

3.6.1 Uji iritasi

Uji iritasi dilakukan terhadap sediaan lipstik menggunakan pewarna

ekstrak buah rasberi dengan maksud untuk mengetahui bahwa lipstik yang dibuat

dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak. Pada uji ini digunakan sediaan

lipstik dengan konsentrasi ekstrak buah rasberi paling tinggi, yaitu sediaan yang

mengandung konsentrasi pewarna 40%.

Teknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji tempel terbuka

terhadap 10 orang panelis. Uji tempel terbuka dilakukan dengan mengoleskan

(44)

atau bahu, biarkan terbuka selama lebih kurang 24 jam, amati reaksi kulit yang

terjadi. Reaksi yang diamati adalah terjadinya eritema, papula, vesikula atau

edema. Menurut Ditjen POM (1985), tanda-tanda untuk mencatat reaksi uji

tempel adalah sebagai berikut:

1. Tidak ada reaksi -

2. Eritema +

3. Eritema dan papula ++

4. Eritema, papula dan gelembung (vesikula) +++

5. Edema dan gelembung (vesikula) ++++

3.6.2 Uji kesukaan (Hedonic test)

Uji kesukaan atau hedonic test dilakukan untuk mengetahui kesukaan

panelis terhadap sediaan lipstik yang dibuat. Uji kesukaan ini dilakukan secara

visual terhadap 30 orang panelis (Badan Standar Nasional, 2006).

Setiap panelis diminta untuk mengoleskan masing-masing sediaan lipstik

yang dibuat pada kulit punggung tangannya. Parameter pengamatan pada uji

kesukaan adalah kemudahan pengolesan lipstik, homogenitas dan intensitas warna

lipstik saat dioleskan. Panelis memberikan penilaian dengan mengisi kuesioner

yang telah diberikan. Contoh kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 3 (Halaman

(45)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Ekstraksi Buah Rasberi

Hasil ekstraksi yang diperoleh dari 1 kilogram buah rasberi segar berupa

ekstrak kental berwarna merah sebanyak 43,5 gram. Rendemen yang diperoleh

yaitu 4,35 %.

4.2 Hasil Formulasi Sediaan Lipstik

Variasi konsentrasi pewarna ekstrak buah rasberi yang digunakan

menghasilkan perbedaan warna lipstik. Lipstik dengan konsentrasi pewarna

ekstrak buah rasberi 32%, 34% dan 36% berwarna merah jambu sedangkan

konsentrasi 38% dan 40 % berwarna merah jambu tua. Aroma lipstik adalah

aroma khas parfum strawberry. Berat satu lipstik adalah 2,7 gram.

4.3 Hasil Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan 4.3.1 Homogenitas sediaan

Hasil pemeriksaan homogenitas menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat

mempunyai susunan homogen. Hal ini ditandai dengan tidak adanya butir-butir

kasar pada saat sediaan dioleskan pada kaca transparan.

Homogenitas warna sediaan lipstik dipengaruhi oleh kelarutan zat warna

dalam oleum ricini. Pada prosesnya, ekstrak buah rasberi tidak larut sempurna

dalam oleum ricini sehingga digunakan propilen glikol 5% untuk melarutkan zat

warna ekstrak buah rasberi tersebut. Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada

(46)

4.3.2 Titik lebur lipstik

Hasil pemeriksaan titik lebur lipstik menunjukkan bahwa seluruh sediaan

lipstik dengan mengunakan pewarna ekstrak buah rasberi melebur pada suhu

57-58 . Hasil pemeriksaan titik lebur lipstik dapat di lihat pada Tabel 4.1.Menurut

Ditjen POM (1985), titik lebur lipstik berkisar antara 55-75οC. Berdasarkan hal

tersebut dapat disimpulkan bahwa sediaan yang dibuat memiliki titik lebur yang

baik yaitu berada diantara 55 – 75οC.

Tabel 4.1 Data Pemeriksaan Titik Lebur

Sediaan Suhu ( )

Sediaan 1 : Formula tanpa pewarna ekstrak buah rasberi

Sediaan 2 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak buah rasberi 32% Sediaan 3 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak buah rasberi 34% Sediaan 4 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak buah rasberi 36% Sediaan 5 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak buah rasberi 38% Sediaan 6 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak buah rasberi 40%

4.3.3 Kekuatan lipstik

Hasil pemeriksaan kekuatan lipstik menunjukkan adanya perbedaan

kemampuan sediaan lipstik menahan beban. Perbedaan beban ini disebabkan oleh

perbedaan konsentrasi pewarna ekstrak buah rasberi yang digunakan.

Berdasarkan hasil pemeriksaan kekuatan lipstik diketahui bahwa sediaan

lipstik patah pada penambahan beban 60-90 gram dalam rentang waktu 1-2 menit.

Hal ini menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat memiliki kekuatan yang baik.

(47)

digunakan pada sediaan lipstik menggunakan pewarna ekstrak buah rasberi

dengan berat beban yang digunakan pada sediaan lipstik merek dagang yang

beredar di pasaran, lipstik patah pada penambahan beban masing-masing 60 gram

dan 93 gram dalam rentang waktu 1-2 menit. Hasil pemeriksaan kekuatan lipstik

dapat di lihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Data Pemeriksaan Kekuatan Lipstik

Sediaan Penambahan Berat (gram)

1 115

Sediaan 1 : Formula tanpa pewarna ekstrak buah rasberi

Sediaan 2 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak buah rasberi 32% Sediaan 3 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak buah rasberi 34% Sediaan 4 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak buah rasberi 36% Sediaan 5 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak buah rasberi 38% Sediaan 6 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak buah rasberi 40%

4.3.4 Stabilitas sediaan

Hasil uji stabilitas sediaan lipstik menunjukkan bahwa seluruh sediaan

yang dibuat tetap stabil dalam penyimpanan pada suhu kamar selama 30 hari

pengamatan. Parameter yang diamati dalam uji kestabilan fisik ini meliputi

perubahan bentuk, warna dan bau sediaan. Data hasil uji stabilitas dapat di lihat

pada Tabel 4.3. Berdasarkan hasil pengamatan bentuk, diketahui bahwa seluruh

sediaan lipstik yang dibuat memiliki bentuk dan konsistensi yang baik, yaitu tidak

meleleh pada penyimpanan suhu kamar. Warna lipstik tidak berubah, sedangkan

(48)

digunakan yaitu parfum strawberry. Bau sediaan tetap stabil dalam penyimpanan

selama 30 hari pengamatan pada suhu kamar.

Tabel 4.3 Data Pengamatan Perubahan Bentuk, Warna dan Bau Sediaan Pengamatan Sediaan Lama pengamatan (hari)

1 5 10 15 20 25 30

Sediaan 1 : Formula tanpa pewarna ekstrak buah rasberi

Sediaan 2 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak buah rasberi 32% Sediaan 3 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak buah rasberi 34% Sediaan 4 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak buah rasberi 36% Sediaan 5 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak buah rasberi 38% Sediaan 6 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak buah rasberi 40% b : Baik

(49)

4.3.5 Uji oles

Sediaan lipstik menghasilkan pengolesan yang baik jika sediaan

memberikan warna yang intensif, merata dan homogen saat dioleskan pada kulit

punggung tangan. Berdasarkan uji oles diperoleh hasil bahwa sediaan yang

menghasilkan pengolesan yang sangat baik adalah sediaan 4 dan 5 yaitu lipstik

dengan konsentrasi pewarna ekstrak buah rasberi 38% dan 40%, hal ini ditandai

dengan tiga kali pengolesan sediaan telah memberikan warna merah jambu yang

merata dan homogen saat dioleskan pada kulit punggung tangan. Sediaan 2 dan 3

yaitu lipstik dengan konsentrasi pewarna ekstrak buah rasberi 34% dan 36%

memberikan warna merah jambu muda dan merah jambu yang merata dan

homogen dengan empat kali pengolesan. Sediaan 1 yaitu lipstik dengan

konsentrasi pewarna ekstrak buah rasberi 32% memberikan warna merah jambu

muda yang merata dan homogen dengan lima kali pengolesan. Hasil uji oles dapat

dilihat pada Lampiran 10 (Halaman 55).

4.3.6 Pemeriksaan pH

Hasil pemeriksaan pH menunjukkan bahwa sediaan tanpa pewarna ekstrak

buah rasberi memiliki pH 6,2, sedangkan sediaan yang dibuat dengan

menggunakan pewarna ekstrak buah rasberi memiliki pH 3,7- 3,8. Hasil

pemeriksaan pH sediaan dapat di lihat pada Tabel 4.4. Perbedaan pH sediaan

disebabkan oleh perbedaan konsentrasi pewarna ekstrak buah rasberi yang

digunakan. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak buah rasberi yang digunakan,

maka pH sediaan lipstik semakin rendah. pH ini mendekati pH fisiologis kulit

bibir yaitu ± 4. Dengan demikian formula tersebut dapat digunakan untuk sediaan

(50)

Tabel 4.4 Data Pengukuran pH Sediaan

Sediaan 1 : Formula tanpa pewarna ekstrak buah rasberi

Sediaan 2 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak buah rasberi 32% Sediaan 3 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak buah rasberi 34% Sediaan 4 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak buah rasberi 36% Sediaan 5 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak buah rasberi 38% Sediaan 6 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak buah rasberi 40%

4.4 Hasil Uji Iritasi dan Uji Kesukaan (Hedonic Test) 4.4.1 Hasil uji iritasi

Berdasarkan hasil uji iritasi yang dilakukan pada 10 orang panelis yang

dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan lipstik pada luas tertentu (2,5 x 2,5

cm), lokasi lekatan di belakang telinga dan dibiarkan terbuka selama lebih kurang

24 jam menunjukkan bahwa semua panelis memberikan hasil negatif terhadap

reaksi iritasi yang diamati yaitu eritema, papula, vesikula atau edema. Data hasil

uji iritasi dapat dilihat pada Tabel 4.5. Dari hasil uji iritasi tersebut dapat

disimpulkan bahwa sediaan lipstik yang dibuat aman untuk digunakan.

(51)

Keterangan:

1. Tidak ada reaksi -

2. Eritema +

3. Eritema dan papula ++ 4. Eritema, papula dan gelembung (vesikula) +++ 5. Edema dan gelembung (vesikula) ++++

4.4.2 Hasil Uji Kesukaan (Hedonic Test)

Data yang diperoleh dari lembar penilaian (kuesioner) ditabulasi dan

ditentukan nilai kesukaannya untuk setiap sediaan dengan mencari hasil rerata

pada setiap panelis pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil uji kesukaan dapat di

lihat pada Tabel 4.6.

Dari hasil perhitungan didapatkan interval nilai kesukaan untuk setiap

sediaan yaitu:

- Sediaan 1 memiliki interval nilai kesukaan 1,51–2,63. Untuk penulisan

nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 1,51 dan dibulatkan

menjadi 2 (kurang suka).

- Sediaan 2 memiliki interval nilai kesukaan 2,24–2,82. Untuk penulisan

nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 2,24 dan dibulatkan

menjadi 2 (kurang suka).

- Sediaan 3 memiliki interval nilai kesukaan 3,08–3,78. Untuk penulisan

nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 3,08 dan dibulatkan

menjadi 3 (cukup suka).

- Sediaan 4 memiliki interval nilai kesukaan 2,58–3,56. Untuk penulisan

nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 2,58 dan dibulatkan

(52)

- Sediaan 5 memiliki interval nilai kesukaan 3,61 – 4,53. Untuk penulisan

nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 3,61 dan dibulatkan

menjadi 4 (suka).

(53)

Keterangan :

(54)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Ekstrak buah rasberi dapat digunakan sebagai pewarna dalam formulasi

sediaan lipstik. Variasi konsentrasi pewarna ekstrak buah rasberi yang

digunakan dalam formulasi menghasilkan perbedaan intensitas warna

sediaan lipstik yang di lihat secara visual.

b. Hasil penentuan mutu fisik sediaan menunjukkan bahwa seluruh sediaan

yang dibuat stabil, tidak menunjukkan adanya perubahan bentuk, warna,

dan bau dalam penyimpanan selama 30 hari pada suhu kamar.

c. Berdasarkan hasil uji iritasi yang dilakukan terhadap 10 orang panelis

menunjukkan bahwa sediaan lipstik yang di buat tidak menyebabkan iritasi

pada kulit.

5.2 Saran

Disarankan untuk dilakukan penelitian selanjutnya mengenai pemanfaatan

pewarna alami ekstrak buah rasberi untuk formulasi sediaan kosmetik lainnya,

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2011). Anthocyanins and Anthocyanidins. Diakses tanggal 17 Maret 2011.

Ashish. (2011). Wild Raspberry-What Are The Characteristic and Different

Health Benefits. Diakses tanggal 4 Mei 2012

Badan Standar Nasional. (2006). Petunjuk Pengujian Organoleptik dan atau

Sensori. Diakses tanggal 16 Januari 2012.

http://www.scribd.com/doc/65447618/SNI-01-2346-2006

Balsam, M.S. (1972). Cosmetic Science and Technology. Edisi Kedua. London: Jhon Willy and Son, Inc. Hal. 64, 371, 372, 374, 375, 388.

Barel, A.O., Paye, M., dan Howard I.M. (2001). Handbook of Cosmetic Science and Technology. Edisi Kedua. New York: Informa Healthcare. Hal. 645, 670, 671.

BPOM RI. (2009). Public Warning / Peringatan Nomor: KH.00.01.43.2503

Tanggal 11 Juni 2009. Diakses tanggal 14 Januari 2011.

http://www.pom.go. id/ public/peringatan_publik/default.asp

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 33.

Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 83, 86, 96, 99, 103, 195-197.

Harborne, J.B. (1987). Metode Fitokimia. Penuntun cara modern menganalis

tumbuhan. Penerjemah: Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro.

Bandung: Penerbit ITB. Hal. 76, 80.

Hidayat, N., dan Saati, E.A. (2006). Membuat Pewarna Alami. Surabaya: Penerbit Trubus Agrisarana. Hal. 35.

Jellinek, J.S. (1976). Formulation and Function of Cosmetics. New York: Wiley Interscience. Hal. 428, 429.

Kalkman, C. (1993). Rosaceae. Flora Malesiana ser I. 11(2): 227-351.

(56)

Poucher, J. (2000). Poucher’s Perfumes, Cosmetics and Soaps. Edisi Kesepuluh. London: Kluwer Academic Publisher. Hal. 206, 210.

Rawlins, E.A. (2003). Bentley’s Textbook of Pharmaceutics. Edisi Kedelapan belas. London: Bailierre Tindall. Hal. 355.

Rowe, C.R., Paul, J.S., dan Marian, E.Q. (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipients. Edisi Keenam. Washington: Pharmeceutical Press. Hal. 75, 378, 442, 592, 742.

Senzel, A. (1977). Newburger’s Manual of Cosmetic Analysis. Edisi Kedua. Washington DC: Association of Official Analytical Chemists, Inc. Hal. 50.

Tjitrosoepomo, G. (2007). Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Edisi Kesembilan. Yogyakarta: UGM Press. Hal. 199.

Tranggono, R.I. dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik, Editor: Joshita Djajadisastra. Jakarta: Penerbit Pustaka Utama. Hal. 6, 8, 13, 90, 100.

Vishwakarma, B., Sumeet, D., Kushagra, D., dan Hemant, J.(2011). Formulation And Evaluation of Herbal Lipstick. International Journal of Drug Discovery & Herbal Research. 1(1): 18-19.

Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: UI-Press. Hal. 3-5, 26, 28, 124.

Woelfel, J.B., dan Scheild, R.C. (2002). Dental Anatomy. Edisi Keenam. Maryland: Lippincot Williams and Wilkins. Hal. 60, 61.

Yanti. (2011). Health Benefits of Raspberries. Diakses pada tanggal 4 Mei 2012. http://www.thebest-healthy-foods.com/health-benefits-of-raspberries/

(57)
(58)

Lampiran 2. Perhitungan Modifikasi Formula Sediaan Lipstik Menggunakan Pewarna Ekstrak Buah Rasberi

Contoh perhitungan formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak buah rasberi

32%

- Ekstrak buah rasberi 32% =

- Propilen glikol 5% =

- Titanium dioksida 0,5% =

- Parfum strawberry 0,5% =

- Butil hidroksi toluen 0,1% =

- Nipagin 0,1% =

- Basis lipstik = 20 - ( 6,4 + 1 + 0,1 + 0,1 + 0,02+ 0,02 )

= 20 – 7,64

= 12,36

- Cera alba = 9

- Lanolin =

- Vaselin alba =

- Setil alkohol =

- Oleum ricini =

- Carnauba wax =

(59)

Lampiran 3. Kuesioner Uji Kesukaan (Hedonic Test)

FORMULASI SEDIAAN LIPSTIK MENGGUNAKAN EKSTRAK BUAH RASBERI (Rubus rosifolius J.E.Smith) SEBAGAI PEWARNA

Nama :

Usia :

Berdasarkan kemudahan pengolesan lipstik, homogenitas dan intensitas warna

lipstik saat dioleskan, berikanlah penilaian saudara terhadap lima sediaan uji

berikut ini.

Konsentrasi 32% 34% 36% 38% 40%

Nilai

Keterangan : 5 (sangat suka)

4 (suka)

3 (cukup suka)

2 (kurang suka)

(60)

Lampiran 4. Perhitungan Rendemen

% Rendemen =

=

= 4,35%

Lampiran 5. Perhitungan Uji Kesukaan ( Hedonic Test )

Untuk menghitung nilai kesukaan rerata dari setiap panelis digunakan rumus

sebagai berikut:

Keterangan:

n : banyak panelis

S2 : keragaman nilai kesukaan

1,96 : koefisien standar deviasi pada taraf 95% : nilai kesukaan rata-rata

(61)

- Sediaan 1

= 2,07

(62)

- Sediaan 2

= 2,53

(63)

- Sediaan 3

= 3,43

(64)

- Sediaan 4

= 3,07

(65)

- Sediaan 5

= 4,07

P ( 3,61 4,53 )

Keterangan:

Gambar

Gambar Tumbuhan Rasberi (Rubus rosifolius
Tabel 3.1 Modifikasi Formula Sediaan Lipstik Menggunakan Pewarna Ekstrak   Buah Rasberi dalam Berbagai Konsentrasi
Tabel 4.1 Data Pemeriksaan Titik Lebur
Tabel 4.2 Data Pemeriksaan Kekuatan Lipstik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Formulasi sediaan lipstik menggunakan ekstrak kubis merah sebagai pewarna menunjukkan sediaan yang dibuat cukup stabil, homogen, pH 3,8-4,7 (mendekati pH kulit), mudah

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak buah barberry dapat digunakan sebagai pewarna dalam sediaan lipstik dan memenuhi persyaratan lipstik

FORMULASI SEDIAAN LIPSTIK DENGAN EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELA (Hibiscus sabdariffa L.) SEBAGAI

Ekstrak kulit buah duwet dapat digunakan sebagai pewarna alami dalam formulasi sediaan lipstik yang dibuat.. Kata kunci : Ekstrak kulit buah duwet, lipstik, sifat

Hasil pemeriksaan mutu fisik lipstik menggunakan pewarna ekstrak bunga tasbih menunjukkan bahwa sediaan homogen, memiliki titik lebur 61-63 o C, memiliki kekuatan lipstik yang

Penggunaan ekstrak kulit buah markisa ungu ( Passiflora edulis Sims) sebagai pewarna pada sediaan lipstik tidak menyebabkan iritasi pada kulit. Formulasi sediaan lipstik

Hasil penelitian formulasi ekstrak bunga belimbing wuluh dalam sediaan lipstik, menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat homogen, titik lebur 56-59 o C, memiliki

Hasil pemeriksaan titik lebur lipstik menunjukkan bahwa sediaan lipstik dengan pewarna ekstrak daun jati 5% melebur pada suhu 56 0 C, sediaan lipstik dengan pewarna ekstrak