FORMULASI SEDIAAN LIPSTIK MENGGUNAKAN
EKSTRAK BERAS KETAN HITAM (Oryza sativa
L var forma glutinosa) SEBAGAI PEWARNA
SKRIPSI
OLEH:
RINI UTAMI
091524041
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
FORMULASI SEDIAAN LIPSTIK MENGGUNAKAN EKSTRAK BERAS KETAN HITAM (Oryza sativa
L var forma glutinosa) SEBAGAI PEWARNA
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH: RINI UTAMI
091524041
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PENGESAHAN SKRIPSI
FORMULASI SEDIAAN LIPSTIK MENGGUNAKAN EKSTRAK BERAS KETAN HITAM (Oryza sativa
L var forma glutinosa) SEBAGAI PEWARNA
OLEH: RINI UTAMI
091524041
Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara Pada Tanggal: Agustus 2011
Pembimbing I, Panitia Penguji:
Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt. Dra. Julia Reveny, M.Si, Ph.D., Apt NIP 195404121976031003 NIP 195807101986012001
Pembimbing II, Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt. NIP 195404121976031003
Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt.
NIP 195107031977102001 Drs. Suryanto, M.Si., Apt.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, penulis haturkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan kemudahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “Formulasi Sediaan Lipstik Menggunakan Ekstrak Beras Ketan Hitam (Oryza sativa L var forma glutinosa) Sebagai Pewarna” sebagai salah satu syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Penulis mempersembahkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahandaku Alm. H. Rusli, S.H dan Ibundaku Arlinawaty yang telah memberikan semangat dan cinta yang teramat tulus, dan untuk abang-abangku Fahrul Rozi, Fachmi Hadi dan Agus Trihadi atas semua doa, kasih sayang, semangat dan pengorbanan baik moril maupun materil. Semoga Allah SWT selalu melindungi kalian semua.
Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. selaku Dekan Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara
2. Ibu Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt dan Dra. Djendakita Purba, M.Si.,
Apt. selaku pembimbing yang telah memberikan waktu, bimbingan dan
nasehat selama penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini.
3. Bapak/Ibu Pembantu Dekan, Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas
Farmasi USU yang telah mendidik penulis selama masa perkuliahan dan
Ibu Sri Yuliasmi, S.Farm, Apt. selaku penasehat akademik yang telah
memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama ini.
4. Ibu Dra. Julia Reveny, M.Si, Ph.D., Apt., Bapak Drs. Suryanto, M.Si., Apt
dan Ibu Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang
telah memberikan saran, arahan, kritik dan masukan kepada penulis dalam
penyelesaian skripsi ini.
5. Ibu Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt selaku Kepala Laboratorium
Farmasetika Dasar dan semua staf yang telah memberikan arahan dan
6. Sahabat-sahabat penulis: Widya, Baruna, Yuliana, Noni, Darma, Uni,
Wina, Eka, Vica dan rekan-rekan mahasiswa Farmasi Ekstensi khususnya
stambuk 2009 atas dukungan, semangat, bantuan dan persahabatan selama
ini serta seluruh pihak yang telah memberikan bantuan, motivasi dan
inspirasi bagi penulis selama masa perkuliahan sampai penyusunan skripsi
ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda dan pahala
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian
skripsi ini.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang Farmasi.
Medan, Agustus 2011 Penulis,
ABSTRAK
FORMULASI SEDIAAN LIPSTIK MENGGUNAKAN EKSTRAK BERAS KETAN HITAM (Oryza sativa L.) SEBAGAI PEWARNA
Beras ketan hitam (Oryza sativa L.) termasuk famili Poaceae, masyarakat menggunakan sebagai bahan makanan seperti tape dan bubur. Beras ketan hitam berwarna merah/ungu, zat warna yang dikandungnya cukup kuat.
Didalam kosmetik, pewarna merupakan salah satu penyebab iritasi dan alergi di kulit, sehingga peneliti membuat formulasi sediaan lipstik dengan menggunakan pewarna alami dari beras ketan hitam.
Formulasi sediaan lipstik terdiri dari beberapa komponen diantaranya cera alba, lanolin, vaselin alba, cetaceum, setil alkohol, oleum ricini, propilen glikol, titanium dioksida, butil hidroksi toluen, minyak mawar (oleum rosae) dan nipagin serta penambahan ekstrak beras ketan hitam dengan konsentrasi 2%, 4%, 6%, 8%, dan 10%. Pengujian terhadap sediaan yang dibuat meliputi pemeriksaan homogenitas, titik lebur, kekuatan lipstik, uji stabilitas terhadap perubahan bentuk, warna dan bau selama penyimpanan 30 hari pada suhu kamar, uji oles dan pemeriksaan pH, serta uji iritasi dan uji kesukaan (Hedonic test).
Formulasi sediaan lipstik menggunakan ekstrak beras ketan hitam sebagai pewarna yang dibuat cukup stabil, homogen, titik lebur 65oC, memiliki kekuatan lipstik yang baik, pH berkisar 3,9-6,5 (mendekati pH kulit bibir) mudah dioleskan dengan warna yang merata, serta tidak menyebabkan iritasi sehingga cukup aman untuk digunakan, dan sediaan yang paling disukai adalah sediaan 5 yaitu sediaan dengan ekstrak beras ketan hitam konsentrasi 8% dengan persentase kesukaan 63,33%.
ABSTRACT
THE FORMULATION OF LIPSTICK COMPONENT BY USING BLACK STICKY RICE (Oryza sativa L.) AS DYE STUFF
Black sticky rice (Oryza sativa L.) belongs to Poaceae family which is used by people as food stuffs such as tape and porridge. Black sticky rice is red/purple and its dye stuff is strong enough.
In cosmetic, dye stuff is one of the causes of irritation and allergy on skin so that the researcher has made the formulation of lipstick component using natural dye stuff made of black sticky rice.
The formulation of lipstick component consisted of some components such as cera alba, lanolin, Vaseline alba, cetaceum, alcoholic cetile, oleum ricin, propylene glycol, titanium dioxide, butyl hydroxyl toluene, rose oil (rosaceous oleum) and nipagin, added by black sticky rice extract with the concentration of 2%, 4%, 6%, 8%, and 10%. The testing of the lipstick components included the testing of the homogeneity, the melting point, the lipstick strength, the stability on the change of its shape, color, and smell during the 30 day storage in temperature room, rubbing test, pH examination, irritation test, and Hedonic test.
The formulation of lipstick component by using black sticky rice as the dye stuff was made stably and homogeneously with the melting point of 65oC. It had good lipstick strength; the pH was about 3.9 up to 6.5 (almost similar to lip skin pH), and easily colored evenly. It did not cause irritation so that it could be safely used. The most favorable component was the fifth one by using black sticky rice with 8% concentration and the favorable percentage of 63.33
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
2.1.1 Sistematika Tumbuhan ... 6
2.2 Antosianin ... 7
2.3 Kulit ... 7
2.5 Kosmetika Dekoratif ... 9
2.6 Bibir ... 11
2.7 Lipstik ... 12
2.8 Komponen Utama Dalam Sediaan Lipstik ... 12
2.9 Pemeriksaan Lipstik ... 16
2.10 Uji Kesukaan ... 17
2.11 Uji Tempel ... 18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 19
3.1 Alat dan Bahan ... 19
3.1.1 Alat ... 19
3.1.2 Bahan ... 19
3.2 Penyiapan Sampel ... 19
3.2.1 Pengumpulan Sampel ... 20
3.2.2 Determinasi Tumbuhan ... 20
3.2.3 Pengolahan Sampel ... 20
3.3 Pembuatan Ekstrak Beras Ketan Hitam ... 20
3.4 Pembuatan Lipstik Menggunakan Ekstrak Beras Ketan Hitam Sebagai Pewarna Dalam Berbagai Konsentrasi ... 21
3.4.1 Formula ... 21
3.4.2 Prosedur Pembuatan Lipstik ... 23
3.5 Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan ... 23
3.5.1 Pemeriksaan Homogenitas ... 23
3.5.2 Pemeriksaan Titik Lebur Lipstik ... 24
3.5.3 Pemeriksaan Kekuatan Lipstik ... 24
3.5.5 Uji Oles... 25
3.5.6 Penentuan pH Sediaan ... 25
3.6 Uji Iritasi dan Uji Kesukaan (Hedonic Test)... 26
3.6.1 Uji Iritasi ... 26
3.6.2 Uji Kesukaan (Hedonic Test) ... 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28
4.1 Hasil Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan ... 28
4.1.1 Homogenitas Sediaan ... 28
4.1.2 Titik Lebur Lipstik ... 28
4.1.3 Kekuatan Lipstik ... 29
4.1.4 Stabilitas Sediaan ... 30
4.1.5 Uji Oles... 31
4.1.6 Pemeriksaan pH ... 32
4.2 Hasil Uji Iritasi ... 32
4.3 Hasil Uji Kesukaan (Hedonic Test) ... 33
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 35
5.1 Kesimpulan ... 35
5.2 Saran ... 35
DAFTAR PUSTAKA ... 36
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Modifikasi Formula Sediaan Lipstik Menggunakan Ekstrak Beras Ketan Hitam Sebagai Pewarna Dalam Berbagai
Konsentrasi ... 22
Tabel 4.1 Data Pemeriksaan Titik Lebur ... 28
Tabel 4.2 Data Pemeriksaan Kekuatan Lipstik ... 29
Tabel 4.3 Data Pengamatan Perubahan Bentuk, Warna, dan Bau Sediaan ... 30
Tabel 4.4 Data Pengukuran pH Sediaan ... 32
Tabel 4.5 Data Uji Iritasi ... 32
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Tumbuhan Ketan Hitam (Oryza sativa L var forma
glutinosa) ... 39
Gambar 2. Beras Ketan Hitam ... 40
Gambar 3. Wadah Sediaan Lipstik ... 41
Gambar 4. Sediaan Lipstik Tanpa Ekstrak Beras Ketan Hitam ... 42
Gambar 5. Sediaan Lipstik Dengan Ekstrak Beras Ketan Hitam ... 43
Gambar 6. Hasil Uji Homogenitas ... 44
Gambar 7. Alat rotary evaporator ... 45
Gambar 8. Alat freeze dryer ... 46
Gambar 9. Bibir Tanpa Menggunakan Lipstik ... 47
Gambar 10. Bibir Dengan Menggunakan Lipstik ... 47
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Hasil Determinasi Tumbuhan... 38
Lampiran 2. Gambar Tumbuhan Ketan Hitam (Oryza sativa L var forma glutinosa) ... 39
Lampiran 3. Gambar Beras Ketan Hitam ... 40
Lampiran 4. Gambar Wadah Sediaan Lipstik ... 41
Lampiran 5. Gambar Sediaan Lipstik Tanpa Ekstrak Beras Ketan Hitam ... 42
Lampiran 6. Gambar Sediaan Lipstik Dengan Ekstrak Beras Ketan Hitam ... 43
Lampiran 7. Gambar Hasil Uji Homogenitas ... 44
Lampiran 8. Gambar Alat rotary evaporator ... 45
Lampiran 9. Gambar Alat freeze dryer ... 46
Lampiran 10. Perbedaan Gambar Bibir Yang Menggunakan Lipstik Dengan Pewarna Beras Ketan Hitam Dan Tanpa Menggunakan Lipstik ... 47
Lampiran 11. Gambar Alat Uji kekuatan Lipstik ... 48
ABSTRAK
FORMULASI SEDIAAN LIPSTIK MENGGUNAKAN EKSTRAK BERAS KETAN HITAM (Oryza sativa L.) SEBAGAI PEWARNA
Beras ketan hitam (Oryza sativa L.) termasuk famili Poaceae, masyarakat menggunakan sebagai bahan makanan seperti tape dan bubur. Beras ketan hitam berwarna merah/ungu, zat warna yang dikandungnya cukup kuat.
Didalam kosmetik, pewarna merupakan salah satu penyebab iritasi dan alergi di kulit, sehingga peneliti membuat formulasi sediaan lipstik dengan menggunakan pewarna alami dari beras ketan hitam.
Formulasi sediaan lipstik terdiri dari beberapa komponen diantaranya cera alba, lanolin, vaselin alba, cetaceum, setil alkohol, oleum ricini, propilen glikol, titanium dioksida, butil hidroksi toluen, minyak mawar (oleum rosae) dan nipagin serta penambahan ekstrak beras ketan hitam dengan konsentrasi 2%, 4%, 6%, 8%, dan 10%. Pengujian terhadap sediaan yang dibuat meliputi pemeriksaan homogenitas, titik lebur, kekuatan lipstik, uji stabilitas terhadap perubahan bentuk, warna dan bau selama penyimpanan 30 hari pada suhu kamar, uji oles dan pemeriksaan pH, serta uji iritasi dan uji kesukaan (Hedonic test).
Formulasi sediaan lipstik menggunakan ekstrak beras ketan hitam sebagai pewarna yang dibuat cukup stabil, homogen, titik lebur 65oC, memiliki kekuatan lipstik yang baik, pH berkisar 3,9-6,5 (mendekati pH kulit bibir) mudah dioleskan dengan warna yang merata, serta tidak menyebabkan iritasi sehingga cukup aman untuk digunakan, dan sediaan yang paling disukai adalah sediaan 5 yaitu sediaan dengan ekstrak beras ketan hitam konsentrasi 8% dengan persentase kesukaan 63,33%.
ABSTRACT
THE FORMULATION OF LIPSTICK COMPONENT BY USING BLACK STICKY RICE (Oryza sativa L.) AS DYE STUFF
Black sticky rice (Oryza sativa L.) belongs to Poaceae family which is used by people as food stuffs such as tape and porridge. Black sticky rice is red/purple and its dye stuff is strong enough.
In cosmetic, dye stuff is one of the causes of irritation and allergy on skin so that the researcher has made the formulation of lipstick component using natural dye stuff made of black sticky rice.
The formulation of lipstick component consisted of some components such as cera alba, lanolin, Vaseline alba, cetaceum, alcoholic cetile, oleum ricin, propylene glycol, titanium dioxide, butyl hydroxyl toluene, rose oil (rosaceous oleum) and nipagin, added by black sticky rice extract with the concentration of 2%, 4%, 6%, 8%, and 10%. The testing of the lipstick components included the testing of the homogeneity, the melting point, the lipstick strength, the stability on the change of its shape, color, and smell during the 30 day storage in temperature room, rubbing test, pH examination, irritation test, and Hedonic test.
The formulation of lipstick component by using black sticky rice as the dye stuff was made stably and homogeneously with the melting point of 65oC. It had good lipstick strength; the pH was about 3.9 up to 6.5 (almost similar to lip skin pH), and easily colored evenly. It did not cause irritation so that it could be safely used. The most favorable component was the fifth one by using black sticky rice with 8% concentration and the favorable percentage of 63.33
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti ”berhias”.
Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari
bahan-bahan alami yang terdapat di sekitarnya.
Kosmetika telah dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Awal abad
ke-19, saat terjadi Revolusi Industri di Eropa atau Amerika, ditemukan berbagai
bahan baru sintetis dan mulai diperkenalkan mesin-mesin produksi baru bertenaga
listrik yang dapat menghemat waktu dan tenaga, sehingga produksi kosmetika
secara tradisional mulai ditinggalkan. Kosmetika modern mulai mendominasi
pasar pada awal abad ke-20.
Namun, pada akhir abad ke-20, usaha kembali ke alam (back to nature)
mempengaruhi dunia kosmetika dengan adanya usaha mempopulerkan serta
menggali kembali kosmetika tradisional yang telah lama terlupakan. Namun
berdasarkan pertimbangan teknis ekonomis, beberapa produsen hanya
menggunakan sebagian unsur tradisional dalam kosmetika produksinya
(Wasitaatmadja, 1997).
Kosmetika merupakan hal yang penting dalam kehidupan, baik laki-laki
maupun perempuan. Produk-produk itu dipakai secara berulang setiap hari di
seluruh tubuh, mulai dari rambut sampai ujung kaki, sehingga diperlukan
Pewarna bibir merupakan sediaan kosmetika yang digunakan untuk
mewarnai bibir dengan sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan estetika
dalam tata rias wajah. Terdapat dalam berbagai bentuk, seperti cairan, krayon, dan
krim. Pewarna bibir dalam bentuk cairan dan krim umumnya akan memberikan
selaput yang tidak tahan lama dan mudah terhapus dari bibir sehingga tidak begitu
digemari orang terutama jika dibandingkan dengan pewarna bibir dalam bentuk
krayon. Pewarna bibir krayon lebih dikenal dengan nama lipstik.
Lipstik merupakan pewarna bibir yang dikemas dalam bentuk batang padat
(roll up) yang dibentuk dari minyak, lilin dan lemak. Hakekat fungsinya adalah
untuk memberikan warna bibir menjadi merah, semerah delima merekah, yang
dianggap akan memberikan ekspresi wajah sehat dan menarik. Tetapi
kenyataannya warna lainpun mulai digemari orang, sehingga corak warnanya
sekarang sangat bervariasi mulai dari warna kemudaan hingga warna sangat tua
dengan corak warna dari merah jambu, merah jingga, hingga merah biru, bahkan
ungu (Ditjen POM, 1985).
Dari sudut pandang kualitas, lipstik harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
a. Tidak mengiritasi atau menimbulkan alergi pada bibir.
b. Penampilan menarik, baik warna, bau, rasa maupun bentuknya.
c. Memberikan warna yang merata pada bibir.
d. Stabil dalam penyimpanan.
e. Tidak meneteskan minyak, permukaannya mulus, tidak berbintik-bintik,
atau memperlihatkan hal-hal yang tidak menarik.
g. Dapat bertahan di bibir.
h. Cukup melekat pada bibir, tetapi tidak sampai lengket.
i. Melembabkan bibir dan tidak mengeringkannya ( Mitsui, 1997).
Dalam daftar lampiran Public Warning/Peringatan No.KH.00.01.432.6081
tanggal 1 Agustus 2007 tentang kosmetik mengandung bahan berbahaya dan zat
warna yang dilarang tercantum bahwa bahan pewarna merah K.10 (Rhodamin B)
merupakan zat warna sintetis yang umumnya digunakan sebagai zat warna kertas,
tekstil atau tinta. Zat warna ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan
dan merupakan zat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker). Rhodamin dalam
konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada hati (Anonimb, 2007).
Bibir merupakan kulit yang memiliki ciri tersendiri, sehingga lebih peka
dibandingkan kulit lainnya. Karena itu hendaknya berhati-hati dalam memilih
bahan yang digunakan untuk sediaan lipstik, terutama dalam hal memilih zat
warna yang digunakan untuk maksud pembuatan sediaan tersebut.
Indonesia kaya akan sumber flora dan banyak diantaranya dapat digunakan
sebagai bahan pewarna alami, diantara pewarna alami yang mempunyai potensi
untuk dikembangkan antara lain berasal dari beras ketan hitam yang mengandung
zat warna antosianin yang dapat digunakan sebagai bahan pewarna alami
pengganti pewarna sintetik.
Ketan hitam merupakan salah satu spesies yang termasuk ke dalam suku
poaceae yang memiliki nilai ekonomis yang penting. Ketan hitam telah diketahui
mengandung senyawa golongan antosianin, yang memiliki beberapa aktivitas
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis berkeinginan untuk membuat zat
warna dari beras ketan hitam sebagai pewarna untuk sediaan lipstik. Dilakukan
ekstraksi pewarna beras ketan hitam yang kemudian dilanjutkan dengan formulasi
sediaan lipstik dengan menggunakan zat warna tersebut.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah:
a. Apakah zat warna dari ekstrak beras ketan hitam dapat diformulasi dalam
sediaan lipstik?
b. Apakah formulasi sediaan lipstik menggunakan ekstrak beras ketan hitam
sebagai pewarna yang dibuat stabil dalam penyimpanan pada suhu kamar?
c. Apakah formulasi sediaan lipstik menggunakan ekstrak beras ketan hitam
sebagai pewarna tidak menyebabkan iritasi?
1.3 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis pada penelitian ini
adalah:
a. Zat warna dari ekstrak beras ketan hitam dapat diformulasi dalam sediaan
lipstik.
b. Formulasi sediaan lipstik menggunakan ekstrak beras ketan hitam sebagai
pewarna stabil dalam penyimpanan pada suhu kamar.
c. Formulasi sediaan lipstik menggunakan ekstrak beras ketan hitam sebagai
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk membuat formula lipstik menggunakan zat warna yang diekstraksi
dari beras ketan hitam.
b. Untuk mengetahui kestabilan sediaan lipstik menggunakan ekstrak beras
ketan hitam sebagai pewarna dalam penyimpanan pada suhu kamar.
c. Untuk mengetahui sediaan lipstik menggunakan ekstrak beras ketan hitam
sebagai pewarna tidak menyebabkan iritasi.
1.5 Manfaat Penelitian
Untuk meningkatkan daya guna dari beras ketan hitam sebagai pewarna
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ketan Hitam
Ketan merupakan salah satu varietas dari padi yang merupakan tumbuhan
semusim. Helaian daun berbentuk garis dengan panjang 15 sampai 50 cm. Pada
waktu masak, buahnya yang berwarna ada yang rontok dan ada yang tidak. Buah
yang dihasilkan dari tanaman ini berbeda ada yang kaya pati dan ini disebut beras,
sedangkan buah kaya perekat disebut ketan (Hasanah, 2008)
2.1.1 Sistematika Tumbuhan
Menurut Herbarium Medanense (2011) dalam sistematika tumbuhan,
ketan hitam diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Oryza
Spesis : Oryza sativa L.
2.2 Antosianin
Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar
luas dalam tumbuhan. Pigmen yang berwarna kuat dan larut dalam air ini adalah
penyebab hampir semua warna merah jambu, merah, ungu, dan biru dalam bunga,
daun, dan buah pada tumbuhan tinggi. Secara kimia semua antosianin merupakan
turunan suatu struktur aromatik tunggal, yaitu sianidin, dan semuanya terbentuk
dari pigmen sianidin ini dengan penambahan atau pengurangan gugus hidroksil
atau dengan metilisasi atau glikosilasi.
Antosianin tidak mantap dalam larutan netral atau basa, oleh karena itu
antosianin harus di ekstraksi dari tumbuhan dengan pelarut yang mengandung
asam asetat atau asam hidroklorida (misalnya metanol yang mengandung HCL
pekat 1%) dan larutannya harus disimpan di tempat yang gelap. Terdapat enam
antosianidin yang umum. Antosianidin adalah aglikon antosianin yang terbentuk
bila antosianin dihidrolisis dengan asam. Antosianidin yang paling umum sampai
saat ini ialah sianidin yang berwarna merah lembayung. Warna jingga disebabkan
oleh pelargonidin yang gugus hidroksilnya kurang satu dibandingkan sianidin,
sedangkan warna lembayung dan biru umumnya disebabkan oleh delfinidin yang
gugus hidroksilnya lebih satu dibandingkan sianidin ( Harborne, 1987).
2.3 Kulit
Kulit merupakan “selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki
fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan
luar. Kulit terbagi atas dua lapisan utama, yaitu :
1. Epidermis (kulit ari), sebagai lapisan yang paling luar.
Dari sudut kosmetika, epidermis merupakan bagian kulit yang menarik
karena kosmetika dipakai pada epidermis itu. Lapisan epidermis terdiri atas
stratum korneum, stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum, dan
stratum basalis.
Marchionini (1929) menemukan bahwa stratum korneum dilapisi oleh
suatu lapisan tipis lembab yang bersifat asam, sehingga ia menamakannya sebagai
“mantel asam kulit”. Tingkat keasamannya (pH) umumnya berkisar antara 4,5 –
6,5.
Fungsi pokok “mantel asam” kulit yaitu :
1. Sebagai penyangga (buffer) yang berusaha menetralisir bahan kimia yang
terlalu asam atau terlalu alkalis yang masuk ke kulit.
2. Membunuh atau menekan pertumbuhan mikroorganisme yang
membahayakan kulit.
3. Dengan sifat lembabnya sedikit banyak mencegah kekeringan kulit
(Tranggono dan Latifah, 2007).
2.4 Kosmetika
Definisi kosmetika menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.445/MenKes/Permenkes/1998 adalah sebagai berikut: “Kosmetika adalah
sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan
(epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi, dan rongga
mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan,
melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak
dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit” (Tranggono
Kosmetika biasanya mengandung bahan seperti lemak, minyak, ester lilin,
minyak ester humektan, pewarna, dan lain-lain. Hal-hal yang harus
dipertimbangkan dalam memilih bahan baku kosmetika salah satunya adalah
sangat baik dan aman untuk digunakan serta stabil terhadap pengaruh oksidasi dan
pengaruh luar lainnya (Mitsui, 1997).
Penggunaan kosmetika yang tidak selektif dapat menyebabkan timbulnya
berbagai efek samping dari bahan yang digunakan dalam kosmetika. Oleh karena
itu dilakukan usaha untuk menanggulangi kemungkinan efek samping kosmetika
tersebut dengan berhati-hati dan selektif dalam memilih kosmetik yang akan
digunakan. Salah satu penyebab resiko efek samping dari kosmetika adalah zat
warna yang digunakan (Wasitaatmadja, 1997).
Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan
Nomor 00386/C/SK/II/90 tentang zat warna tertentu yang dinyatakan sebagai
bahan berbahaya dalam obat, makanan dan kosmetika terdapat beberapa zat warna
yang dilarang penggunaannya karena merupakan pewarna untuk tekstil
diantaranya adalah Jingga K1 (C.I. Pigment Orange 5, D&C Orange No.17),
Merah K3 (C.I. Pigment Red 53, D&C Red No.8), Merah K10 (Rhodamin B, C.I.
Food Red 15, D&C Red No.19) dan Merah K11 (C.I 45170: 1) (Anonima, 1990).
2.5 Kosmetika Dekoratif
Tujuan awal penggunaan kosmetika adalah mempercantik diri yaitu usaha
untuk menambah daya tarik agar lebih disukai orang lain. Usaha tersebut dapat
dilakukan dengan cara merias setiap bagian tubuh yang terpapar oleh pandangan
sehingga terlihat lebih menarik dan sekaligus juga menutupi kekurangan (cacat)
Kosmetika dekoratif semata-mata hanya melekat pada alat tubuh yang
dirias dan tidak bermaksud untuk diserap ke dalam kulit serta mengubah secara
permanen kekurangan (cacat) yang ada. Kosmetika dekoratif terdiri atas bahan
aktif berupa zat warna dalam berbagai bahan dasar (bedak, cair, minyak, krim,
tingtur, aerosol) dengan pelengkap bahan pembuat stabil dan parfum.
Berdasarkan bagian tubuh yang dirias, kosmetika dekoratif dapat dibagi
menjadi: 1) Kosmetika rias kulit (wajah); 2) Kosmetika rias bibir; 3) Kosmetika
rias rambut; 4) Kosmetika rias mata; dan 5) Kosmetika rias kuku (Wasitaatmadja,
1997).
Peran zat warna dan zat pewangi sangat besar dalam kosmetika dekoratif.
Pemakaian kosmetika dekoratif lebih untuk alasan psikologis daripada kesehatan
kulit. Persyaratan untuk kosmetika dekoratif antara lain:
a. Warna yang menarik
b. Bau yang harum menyenangkan
c. Tidak lengket
d. Tidak menyebabkan kulit tampak berkilau
e. Tidak merusak atau mengganggu kulit, rambut, bibir, kuku, dan lainnya.
Pembagian kosmetika dekoratif:
a. Kosmetika dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan
pemakaiannya sebentar. Misalnya: bedak, pewarna bibir, pemerah pipi,
eye shadow, dan lain-lain.
b. Kosmetika dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu
pengeriting rambut, pelurus rambut, dan lain-lain (Tranggono dan Latifah,
2007).
2.6 Bibir
Bibir merupakan kulit yang memiliki ciri tersendiri, karena lapisan
jangatnya sangat tipis. Stratum germinativum tumbuh dengan kuat dan korium
mendorong papila dengan aliran darah yang banyak tepat di bawah permukaan
kulit. Pada kulit bibir tidak terdapat kelenjar keringat, tetapi pada permukaan kulit
bibir sebelah dalam terdapat kelenjar liur, sehingga bibir akan nampak selalu
basah. Sangat jarang terdapat kelenjar lemak pada bibir, menyebabkan bibir
hampir bebas dari lemak, sehingga dalam cuaca yang dingin dan kering lapisan
jangat akan cenderung mengering, pecah-pecah, yang memungkinkan zat yang
melekat padanya mudah berpenetrasi ke statum germinativum.
Karena ketipisan lapisan jangat, lebih menonjolnya stratum germinativum,
dan aliran darah lebih banyak mengaliri di daerah permukaan kulit bibir, maka
bibir menunjukkan sifat lebih peka dibandingkan dengan kulit lainnya. Karena itu
hendaknya berhati-hati dalam memilih bahan yang digunakan untuk sediaan
pewarna bibir, terutama dalam hal memilih lemak, pigmen dan zat pengawet yang
digunakan untuk maksud pembuatan sediaan itu (Ditjen POM, 1985).
Kosmetika rias bibir selain untuk merias bibir ternyata disertai juga
dengan bahan untuk meminyaki dan melindungi bibir dari lingkungan yang
merusak, misalnya sinar ultraviolet. Ada beberapa macam kosmetika rias bibir,
yaitu lipstik, krim bibir (lip cream), pengkilap bibir (lip gloss), penggaris bibir (lip
2.7 Lipstik
Lipstik adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk mewarnai bibir
dengan sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tata rias
wajah yang dikemas dalam bentuk batang padat. Hakikat fungsinya adalah untuk
memberikan warna bibir menjadi merah, yang dianggap akan memberikan
ekspresi wajah sehat dan menarik (Ditjen POM, 1985).
Lipstik terdiri dari zat warna yang terdispersi dalam pembawa yang terbuat
dari campuran lilin dan minyak, dalam komposisi yang sedemikian rupa sehingga
dapat memberikan suhu lebur dan viskositas yang dikendaki. Suhu lebur lipstik
yang ideal sesungguhnya diatur hingga suhu yang mendekati suhu bibir,
bervariasi antara 36-38oC. Tetapi karena harus memperhatikan faktor ketahanan
terhadap suhu cuaca sekelilingnya, terutama suhu daerah tropik, suhu lebur lipstik
dibuat lebih tinggi, yang dianggap lebih sesuai diatur pada suhu lebih kurang
62oC, biasanya berkisar antara 55-75oC (Ditjen POM, 1985).
2.8Komponen Utama dalam Sediaan Lipstik
Penambahan zat warna dalam sediaan lipstik bertujuan untuk menambah
intensitas warna bibir sehingga memberikan kesan sehat pada wajah, memberi
bentuk pada bibir, serta menambah keselasaran dengan mata, rambut, dan
pakaian.
Komponen utama sediaan lipstik antara lain:
a. Emolien. Castor oil, ester, lanolin, minyak alkohol (dodecanol oktil), minyak
jojoba dan trigliserida.
b. Malam. Candelilla, carnauba, lilin lebah, ozokerit/ceresein, silikon alkil,
c. Modifier wax. Bekerja bersama dengan malam untuk memperbaiki tekstur,
aplikasi dan stabilitas termasuk asetat setil dan lanolin asetat, oleil alkohol,
lanolin sintetik, lanolin alkohol asetat, dan vaselin (putih dan kuning).
d. Pewarna
Di Amerika Serikat hanya zat warna yang telah diizinkan FDA yang dapat
digunakan dalam makanan, obat-obatan dan kosmetika.
Pembagian zat warna menurut FDA (Food and Drugs Administration):
1. FD & C color, untuk makanan, obat-obatan, dan kosmetik.
2. D & C, untuk obat-obatan dan kosmetik (tidak dapat digunakan untuk
makanan.
3. Ext D & C yang diizinkan untuk dipakai pada obat-obatan dan kosmetik
dalam jumlah yang dibatasi.
e. Zat aktif. Zat aktif yang ditambahkan dalam sediaan pewarna bibir adalah
sebagai pelembab dan pelembut yaitu untuk memperbaiki kulit bibir yang
kering dan pecah-pecah diantaranya: tokoferil asetat, natrium hyaluronate,
ekstrak lidah buaya, ascorbyl palmitate, silanols, ceramides, panthenol, asam
amino, dan beta karoten.
f. Pengisi. Mica, silica, boron nitride, BiOCl, pati, lisin lauroyl
g. Antioksidan/Pengawet BHA, BHT, ekstrak rosemary, asam sitrat, propil
paraben, metil paraben, dan tokoferol (Barel, Paye dan Maibach, 2001).
Komponen Lipstik yang Digunakan:
a. Oleum ricini (Minyak jarak)
Minyak jarak adalah minyak lemak yang diperoleh dengan perasan dingin
jernih, kuning pucat atau hampir tidak berwarna, bau lemah, rasa manis dan agak
pedas. Kelarutannya yaitu larut dalam 2,5 bagian etanol (90%), mudah larut dalam
etanol mutlak, dan dalam asam asetat glasial (Ditjen POM, 1979).
b. Cera alba (Malam putih)
Cera alba dibuat dengan memutihkan malam yang diperoleh dari sarang
lebah Apis mellifera L. Pemeriannya yaitu berupa zat padat, berwarna putih
kekuningan, dan bau khas lemah. Kelarutannya yaitu praktis tidak larut dalam air,
agak sukar larut dalam etanol (95%), larut dalam kloroform, eter, minyak lemak,
dan minyak atsiri. Suhu leburnya yaitu antara 62o hingga 64oC. Khasiat umumnya
digunakan sebagai zat tambahan (Ditjen POM, 1979).
c. Lanolin
Lanolin adalah adeps lanae yang mengandung air 25% dan digunakan
sebagai pelumas, penutup kulit dan mudah dipakai (Anief, 1994).
d. Vaselin alba
Vaselin alba adalah campuran hidrokarbon setengah padat yang telah
diputihkan, diperoleh dari minyak mineral. Pemeriannya yaitu berupa massa
lunak, lengket, bening, putih, sifat ini tetap walaupun zat telah dileburkan.
Kelarutannya yaitu praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%), tetapi
larut dalam kloroform dan eter. Suhu leburnya antara 38o hingga 56oC. Khasiat
umumnya digunakan sebagai zat tambahan (Ditjen POM, 1979).
e. Setil alkohol
Pemeriannya yaitu berupa serpihan putih licin, granul, atau kubus, putih,
dalam etanol dan dalam eter, kelarutannya bertambah dengan naiknya suhu. Suhu
leburnya yaitu antara 45o dan 50o (Ditjen POM, 1995).
f. Metil paraben
Pemeriannya yaitu berupa hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur,
putih, tidak berbau atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit rasa terbakar.
Kelarutannya yaitu sukar larut dalam air dan benzen, mudah larut dalam etanol
dan dalam eter, larut dalam minyak, propilen glikol, dan dalam gliserol. Suhu
leburnya antara 125oC hingga 128oC. Khasiatnya adalah sebagai zat tambahan (zat
pengawet) (Ditjen POM, 1995).
g. Cetaceum
Cetaceum adalah malam padat murni, diperoleh dari minyak lemak yang
terdapat pada kepala lemak dan badan Physeter Catodon L. dan Hyperoodan
costralos Muller. Pemberiannya yaitu massa hablur, bening, licin, putih mutiara,
bau dan rasa lemah. Kelarutannya yaitu paktis tidak larut dalam air dan dalam
etanol (96 %) P, larut dalam 20 bagian etanol (96 %) P mendidih, kloroform P,
éter P, minyak lemak dan minyak atsiri. Suhu leburnya antara 42oC hingga 50oC.
Khasiat umumnya digunakan sebagai zat tambahan (Ditjen POM, 1979).
h. Butil Hidroksi Toluen
Pemberiannya hablur padat, putih bau khas. Kelarutannya praktis tidak
larut dalam air dan dalam propilen glikol, mudah larut dalam etanol (96 %) P,
kloroform P, dan dalam éter P. Suhu leburnya tidak kurang dari 69,2oC (Ditjen
POM, 1979).
i. Oleum rosae (Minyak mawar)
Minyak mawar adalah minyak atsiri yang diperoleh dengan penyulingan
uap bunga segar Rosa gallica L., Rosa damascena Miller, Rosa alba L., dan
varietas Rosa lainnya. Pemeriannya yaitu berupa cairan tidak berwarna atau
kuning, bau menyerupai bunga mawar, rasa khas, pada suhu 25oC kental, dan jika
didinginkan perlahan-lahan berubah menjadi massa hablur bening yang jika
dipanaskan mudah melebur. Kelarutannya yaitu larut dalam kloroform dan berat
jenisnya yaitu antara 0,848 sampai 0,863 (Ditjen POM, 1979).
j. Propilen glikol
Propilen glikol beupa cairan jernih, tidak berwarna, dan praktis tidak
berbau, rasa agak manis, dan stabil jika bercampur dengan gliserin, air, dan
alkohol. Propilen glikol sangat luas digunakan dalam kosmetika sebagai pelarut.
Dalam kosmetika propilen glikol berfungsi sebagai humektan (Barel, Paye dan
Maibach, 2009).
k. Titanium dioksida
Pigmen titanium dioksida (TiO2) merupakan serbuk putih dengan daya
peng”opak” yang tinggi. Dapat digunakan pada makanan, kosmetika, dan
pelindung kulit dari sinar UV. Titanium dioksida sangat aman digunakan (Stryker,
2008). Penambahan titanium dioksida ini untuk memperbaiki corak warna yang
dikehendaki pada lipstik.
2.9 Pemeriksaan Lipstik
1. Titik lebur atau saat lipstik menjadi lunak
Titik lebur dari lipstik dapat diperiksa dengan pipa kapiler yang
ditentukan droop pointnya yaitu temperatur dimana minyak dari lipstik akan
menetes, caranya lipstik dibiarkan/ diletakkan merata pada kotak, dimana pada
temperatur tertentu akan keluar minyaknya. Temperatur ini dianggap sebagai
temperatur limit untuk peyimpanan. Terutama sesuai dengan produk yang
memerlukan temperatur penyimpanan tertentu, misalnya pada waktu pengepakan,
pemasaran dan pemakaian, droop point harus diatas 45ºC, dan sebaiknya diatas
50ºC.
2. Breaking point
Gunanya untuk mengetahui kekuatan lipstik dan juga kualitas lilinnya
(Balsam, 1972).
2.10 Uji Kesukaan (Hedonic Test)
Uji Kesukaan (Hedonic Test) adalah pengujian terhadap kesan subyektif
yang sifatnya suka atau tidak suka terhadap suatu produk. Pelaksanaan uji ini
memerlukan dua pihak yang bekerja sama, yaitu panel dan pelaksana. Panel
adalah seseorang atau sekelompok orang yang melakukan uji melalui proses
penginderaan. Orangnya disebut panelis. Panel terbagi dua, yaitu panel terlatih
dan tidak terlatih. Jumlah panel uji kesukaan makin besar semakin baik, sebaiknya
jumlah itu melebihi 20 orang. Jumlah lebih besar tentu akan menghasilkan
kesimpulan yang dapat diandalkan (Soekarto, 1981).
Kriteria panelis (Soekarto, 1981):
1. Memiliki kepekaan dan konsistensi yang tinggi.
2. Panelis yang digunakan adalah panelis tidak terlatih yang diambil secara
acak. Jumlah anggota penelis semakin besar semakin baik.
4. Tidak dalam keadaan tertekan.
5. Mempunyai pengetahuan dan pengalaman tentang cara-cara penilaian
organoleptik.
2.11 Uji Tempel (Patch Test)
Uji tempel adalah uji iritasi dan kepekaan kulit yang dilakukan dengan
cara mengoleskan sediaan uji pada kulit normal panel manusia dengan maksud
untuk mengetahui apakah sediaan tersebut dapat menimbulkan iritasi pada kulit
atau tidak.
Iritasi umumnya akan segera menimbulkan reaksi kulit sesaat setelah
pelekatan pada kulit, iritasi demikian disebut iritasi primer. Tetapi jika iritasi
tersebut timbul beberapa jam setelah pelekatannya pada kulit, iritasi ini disebut
iritasi sekunder. Tanda-tanda yang ditimbulkan reaksi kulit tersebut umumnya
sama, yaitu akan tampak sebagai kulit kemerahan, gatal-gatal, atau bengkak.
Lokasi uji lekatan adalah bagian kulit panel yang dijadikan daerah lokasi
untuk uji tempel. Biasanya yang paling tepat dijadikan daerah lokasi uji tempel
adalah bagian punggung, lengan tangan, dan bagian kulit di belakang telinga
(Ditjen POM, 1985).
Panel uji tempel(Ditjen POM, 1985):
1. Wanita
2. Berusia 20-30 tahun
3. Berbadan sehat jasmani dan rohani
4. Tidak memiliki riwayat penyakit alergia atau reaksi alergi
5. Menyatakan Kesediannya dijadikan sebagai panelis uji
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini adalah eksperimental. Penelitian meliputi penyiapan
sampel, pembuatan ekstrak, pembuatan formulasi sediaan, pemeriksaan mutu fisik
sediaan, uji iritasi terhadap sediaan, dan uji kesukaan (Hedonic Test) terhadap
variasi sediaan yang dibuat.
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan antara lain: alat-alat gelas laboratorium, neraca
analitis, rotary evaporator, freeze dryer, oven, penangas air, pH meter, spatula,
sudip, kaca objek, cawan penguap, pencetak suppositoria, pipet tetes, dan roll up
lipstick (Lampiran 4).
3.1.2 Bahan
Bahan tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah beras ketan
hitam (Oryza sativa L.). Bahan kimia yang digunakan antara lain: akuades, etanol
96%, asam sitrat 0,25%, oleum ricini, cera alba, vaselin alba, setil alkohol,
lanolin, cetaceum, propilen glikol, butil hidroksi toluen, titanium dioksida, oleum
rosae, dan metil paraben.
3.2 Penyiapan Sampel
Penyiapan sampel meliputi pengumpulan sampel, determinasi tumbuhan,
3.2.1 Pengumpulan Sampel
Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa
membandingkan dengan daerah lain. Sampel yang digunakan adalah beras ketan
hitam yang terdapat di Pasar Johor, Kecamatan Medan Johor, Kota Madya
Medan, Sumatera Utara.
3.2.2 Determinasi Tumbuhan
Determinasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Medanense, Departemen
Biologi, Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam, USU. Hasil determinasi
dapat dilihat pada Lampiran 1.
3.2.3 Pengolahan Sampel
Sampel yang telah diperoleh dihilangkan pengotorannya, sehingga murni
beras ketan hitam.
3.3 Pembuatan Ekstrak Beras Ketan Hitam
Beras ketan hitam ditimbang sebanyak 250 g, kemudian dimaserasi
dengan 1000 ml etanol 96% yang telah diasamkan dengan asam sitrat 0,25%,
ditutup dan dibiarkan selama 1 malam terlindung dari cahaya sambil sering
diaduk, saring dengan kertas saring, filtrat di tampung, dan dipekatkan dengan
rotary evaporator pada suhu ± 450C, kemudian di freeze dryer sehingga
3.4 Pembuatan Lipstik Menggunakan Ekstrak Beras Ketan Hitam Sebagai Pewarna Dalam Berbagai Konsentrasi
3.4.1 Formula
Formula dasar yang dipilih pada pembuatan lipstik dalam penelitian ini
dengan komposisi sebagai berikut (Anne Young, 1974):
R/ Cera alba 36,0
Parfum secukupnya
Pengawet secukupnya
Berdasarkan hasil orientasi terhadap basis lipstik menggunakan formula di
atas yaitu dengan mengganti carnauba wax dengan cetaceum di dapat basis lipstik
yang baik, cetaceum merupakan salah satu lilin yang dapat menbentuk kosistensi
lipstik baik, selain itu cetaceum juga dapat berfungsi untuk menambah efek
tiksotropik.
Ekstrak beras ketan hitam tidak dapat larut dalam oleum ricini sehingga
perlu ditambahkan propilen glikol untuk melarutkan zat warna tersebut.
Konsentrasi propilen glikol yang digunakan dalam sediaan lipstik adalah 5%.
Berdasarkan hasil orientasi terhadap konsentrasi ekstrak beras ketan hitam
dalam sediaan lipstik diperoleh hasil bahwa pada konsentrasi 1% warna yang
dioleskan pada kulit punggung tangan bahkan sampai pengolesan 6 kali. Pada
konsentrasi 2%, warna sediaan yang dihasilkan cukup baik karena warna sudah
kelihatan menempel dengan baik saat dioleskan pada kulit punggung tangan pada
pengolesan ke-4 dan warna pada sediaan menunjukkan warna merah muda.
Orientasi dilanjutkan dengan menggunakan ekstrak beras ketan hitam konsentrasi
4%, 6%, 8%, 10%. Pada konsentrasi 12% warna yang dihasilkan pada sediaan
lipstik terlalu tua sehingga dari segi penampilan sediaan menjadi kurang menarik.
Sehingga konsentrasi ekstrak beras ketan hitam yang digunakan dalam penelitian
ini adalah 2%, 4%, 6%, 8%, dan 10% karena warna dan konsistensi sediaan yang
dihasilkan cukup baik. Modifikasi formula dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut
ini:
Tabel 3.1 Modifikasi Formula Sediaan Lipstik Menggunakan Ekstrak Beras Ketan Hitam Sebagai Pewarna Dalam Berbagai Konsentrasi
Komposisi
Sediaan 1 : Formula tanpa ekstrak beras ketan hitam
3.4.2 Prosedur Pembuatan Lipstik
Ekstrak beras ketan hitam dilarutkan dalam propilen glikol, tambahkan
titanium dioksida yang telah digerus halus, butil hidroksi toluen dan oleum ricini
(campuran A), aduk hingga homogen. Ditimbang cera alba, lanolin, vaselin alba,
cetaceum dan setil alkohol, masukkan dalam cawan penguap, kemudian dilebur
diatas penangas air (campuran B). Kemudian campuran A dicampurkan ke dalam
campuran B perlahan-lahan sambil di aduk hingga homogen di dalam cawan
penguap yang masih panas, lalu tambahkan nipagin, setelah temperatur menurun
tambahkan parfum. Selagi cair, masukkan ke dalam cetakan dan dibiarkan sampai
membeku. Setelah membeku massa dikeluarkan dari cetakan dan dimasukkan
dalam wadah (roll up lipstick). Hasil pembuatan lipstik dari ekstrak beras ketan
hitam dapat dilihat pada Lampiran 6.
3.5 Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan
Pemeriksaan mutu fisik dilakukan terhadap masing-masing sediaan lipstik.
Pemeriksaan mutu fisik sediaan meliputi: pemeriksaan homogenitas, titik lebur,
kekuatan lipstik dan stabilitas sediaan yang mencakup pengamatan terhadap
perubahan bentuk, warna dan bau dari sediaan, uji oles, dan pemeriksaan pH.
3.5.1 Pemeriksaan Homogenitas
Masing-masing sediaan lipstik yang dibuat dari ekstrak beras ketan hitam
diperiksa homogenitasnya dengan cara mengoleskan sejumlah tertentu sediaan
pada kaca yang transparan. Sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen
3.5.2 Pemeriksaan Titik Lebur Lipstik
Pengamatan dilakukan terhadap titik lebur lipstik dengan cara melebur
lipstik. Sediaan lipstik yang baik adalah sediaan lipstik dengan titik lebur dengan
suhu diatas 50ºC (Vishwakarma et al. 2011).
Lipstik dimasukkan dalam oven dengan suhu awal 50oC selama 15 menit,
diamati apakah lipstik meleleh atau tidak, setelah itu suhu dinaikkan setiap 15
menit dan diamati pada suhu berapa lipstik mulai meleleh.
3.5.3 Pemeriksaan Kekuatan Lipstik
Pengamatan dilakukan terhadap kekuatan lipstik dengan cara lipstik
diletakkan horizontal. Pada jarak kira-kira ½ inci dari tepi lipstik, digantungkan
beban yang berfungsi sebagai penekan. Tiap 30 detik berat penekan di tambah (10
gram). Penambahan berat sebagai penekanan dilakukan terus menerus sampai
lipstik patah, pada saat lipstik patah merupakan nilai kekuatan lipstiknya
(Vishwakarma et al. 2011).
3.5.4 Pemeriksaan Stabilitas Sediaan
Pengamatan terhadap adanya perubahan bentuk, warna, dan bau dari
sediaan lipstik dilakukan terhadap masing-masing sediaan selama penyimpanan
pada suhu kamar pada hari ke 1, 5, 10 dan selanjutnya setiap 5 hari hingga hari
ke-30.
Pada perubahan bentuk diperhatikan apakah lipstik terjadi perubahan
bentuk dari bentuk awal pencetakan atau tidak, pada perubahan warna
diperhatikan apakah lipstik terjadi perubahan warna dari warna awal pembuatan
lipstik atau tidak, pada perubahan bau diperhatikan apakah lipstik masih berbau
3.5.5 Uji Oles
Uji oles dilakukan secara visual dengan cara mengoleskan lipstik pada
kulit punggung tangan kemudian mengamati banyaknya warna yang menempel
dengan perlakuan 5 kali pengolesan pada tekanan tertentu seperti biasanya kita
menggunakan lipstik. Sediaan lipstik dikatakan mempunyai daya oles yang baik
jika warna yang menempel pada kulit punggung tangan banyak dan merata
dengan beberapa kali pengolesan pada tekanan tertentu. Sedangkan sediaan
dikatakan mempunyai daya oles yang tidak baik jika warna yang menempel
sedikit dan tidak merata. Pemeriksaan dilakukan terhadap masing-masing sediaan
yang dibuat dan dioleskan pada kulit punggung tangan dengan 5 kali pengolesan
(Keithler, 1956).
3.5.6 Penentuan pH Sediaan
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter.
Cara :
Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar
standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat
menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling,
lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu
ditimbang 1 g sediaan dan ditambah air suling 100 ml lalu dipanaskan. Kemudian
elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga
pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan
3.6 Uji Iritasi dan Uji Kesukaan (Hedonic Test)
Setelah dilakukan pengujian kestabilan fisik terhadap sediaan, kemudian
dilanjutkan dengan uji iritasi dan uji kesukaan (Hedonic Test) terhadap sediaan
yang dibuat.
3.6.1 Uji Iritasi
Uji iritasi dilakukan terhadap sediaan lipstik yang dibuat menggunakan
ekstrak beras ketan hitam sebagai pewarna dengan maksud untuk mengetahui
bahwa lipstik yang dibuat dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak. Iritasi
dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu iritasi primer yang akan segera timbul
sesaat setelah terjadi pelekatan atau penyentuhan pada kulit, dan iritasi sekunder
yang reaksinya baru timbul beberapa jam setelah penyentuhan atau pelekatan pada
kulit (Ditjen POM, 1985).
Teknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji tempel terbuka (Open
Test) pada lengan bawah bagian dalam terhadap 10 orang panelis. Uji tempel
terbuka dilakukan dengan mengoleskan sediaan yang dibuat pada lokasi lekatan
dengan luas tertentu (2,5 x 2,5 cm), dibiarkan terbuka dan diamati apa yang
terjadi. Uji ini dilakukan sebanyak 3 kali sehari selama dua hari berturut-turut
untuk sediaan dengan konsentrasi ekstrak beras ketan hitam paling tinggi, yaitu
konsentrasi 10%, reaksi yang terjadi diamati. Reaksi iritasi positif ditandai oleh
adanya kemerahan, gatal-gatal, atau bengkak pada kulit lengan bawah bagian
dalam yang diberi perlakuan. Adanya kulit merah diberi tanda (+), gatal-gatal
(++), bengkak (+++), dan yang tidak menunjukkan reaksi apa-apa diberi tanda (-).
Panelis uji iritasi (Ditjen POM, 1985):
2. usia antara 20-30 tahun
3. berbadan sehat jasmani dan rokhani
4. tidak memiliki riwayat penyakit alergi
5. menyatakan kesediannya dijadikan panelis uji iritasi
3.6.2 Uji Kesukaan (Hedonic Test)
Uji kesukaan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis
terhadap sediaan lipstik yang dibuat. Uji kesukaan ini dilakukan secara visual
terhadap 30 orang panelis. Setiap panelis diminta untuk mengoleskan lipstik yang
dibuat dengan berbagai konsentrasi ekstrak beras ketan hitam pada kulit punggung
tangannya. Kemudian panelis memilih warna lipstik mana yang paling
disukainya. Panelis menuliskan S bila suka dan TS bila tidak suka. Parameter
pengamatan pada uji kesukaan adalah kemudahan pengolesan sediaan lipstik,
bentuk, homogenitas dan intensitas warna sediaan lipstik saat dioleskan pada kulit
punggung tangan. Kemudian dihitung persentase kesukaan terhadap
masing-masing sediaan.
Kriteria panelis (Soekarto, 1981):
1. Memiliki kepekaan dan konsistensi yang tinggi.
2. Panelis yang digunakan adalah panelis tidak terlatih yang diambil secara
acak. Jumlah anggota penelis semakin besar semakin baik.
3. Berbadan sehat.
4. Tidak dalam keadaan tertekan.
5. Mempunyai pengetahuan dan pengalaman tentang cara-cara penilaian
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan
4.1.1 Homogenitas Sediaan
Hasil pemeriksaan homogenitas menunjukkan bahwa seluruh sediaan
lipstik tidak memperlihatkan adanya butir-butir kasar pada saat sediaan dioleskan
pada kaca transparan. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat homogen
(Ditjen POM, 1979). Hasil uji dapat dilihat pada Lampiran 7 .
4.1.2 Titik Lebur Lipstik
Tabel 4.1 Data Pemeriksaan Titik Lebur
Sediaan Suhu (ºC)
Sediaan 1 : Formula tanpa ekstrak beras ketan hitam
Sediaan 2 : Formula dengan konsentrasi ekstrak beras ketan hitam 2 % Sediaan 3 : Formula dengan konsentrasi ekstrak beras ketan hitam 4 % Sediaan 4 : Formula dengan konsentrasi ekstrak beras ketan hitam 6 % Sediaan 5 : Formula dengan konsentrasi ekstrak beras ketan hitam 8 % Sediaan 6 : Formula dengan konsentrasi ekstrak beras ketan hitam 10 %
Hasil pemeriksaan titik lebur lipstik menunjukkan bahwa seluruh sediaan
lipstik melebur pada suhu 65ºC. Lipstik yang baik memiliki titik lebur sebaiknya
diatas 50oC, hal ini menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat memiliki titik lebur
4.1.3 Kekuatan Lipstik
Tabel 4.2 Data Pemeriksaan Kekuatan Lipstik
Sediaan Penambahan Berat/gram
1 70
Sediaan 1 : Formula tanpa ekstrak beras ketan hitam
Sediaan 2 : Formula dengan konsentrasi ekstrak beras ketan hitam 2 % Sediaan 3 : Formula dengan konsentrasi ekstrak beras ketan hitam 4 % Sediaan 4 : Formula dengan konsentrasi ekstrak beras ketan hitam 6 % Sediaan 5 : Formula dengan konsentrasi ekstrak beras ketan hitam 8 % Sediaan 6 : Formula dengan konsentrasi ekstrak beras ketan hitam 10 %
Hasil pemerikasaan kekuatan lipstik menunjukkan adanya perbedaan
kemampuan sediaan lipstik menahan beban. Perbedaan ini disebabkan oleh
perbedaan konsentrasi ekstrak beras ketan hitam yang digunakan, semakin tinggi
konsentrasi ekstrak beras ketan hitam dalam sediaan lipstik, maka semakin sedikit
dasar lipstik yang digunakan. Hal ini menyebabkan lipstik dengan ekstrak beras
ketan hitam 10% lebih mudah patah dibandingkan sediaan lipstik lain yang
menggunakan ekstrak beras ketan hitam dengan konsentrasi yang lebih rendah.
Hasil pemeriksaan kekuatan lipstik menunjukkan bahwa sediaan lipstik
patah pada penekanan dengan penambahan berat 60-70 gram. Hal ini
menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat memiliki kekuatan yang baik.
Kesimpulan ini diambil dengan membandingkan berat beban yang digunakan
pada pengujian lipstik menggunakan ekstrak beras ketan hitam dengan sediaan
4.1.4 Stabilitas Sediaan
Tabel 4.3 Data Pengamatan Perubahan Bentuk, Warna, dan Bau Sediaan
Keterangan: b : baik mt : merah tua p : putih bk : bau khas mm : merah muda m : merah
Hasil uji stabilitas sediaan lipstik menunjukkan bahwa seluruh sediaan
yang dibuat tetap stabil dalam penyimpanan pada suhu kamar selama 30 hari
pengamatan. Parameter yang diamati dalam uji kestabilan fisik ini meliputi
perubahan bentuk, warna dan bau sediaan. Dari hasil pengamatan bentuk,
didapatkan hasil bahwa seluruh sediaan lipstik yang dibuat tidak terjadi perubahan
bentuk dari bentuk awal pencetakan pada penyimpanan suhu kamar.
Bertambahnya konsentrasi ekstrak beras ketan hitam yang digunakan maka
beras ketan hitam 2% ,4% dan 6% memberikan warna merah muda, konsentrasi
8% memberikan warna merah, sedangkan konsentrasi 10% memberikan warna
merah tua. Sedangkan bau yang dihasilkan dari seluruh sediaan lipstik adalah bau
khas dari parfum yang digunakan yaitu oleum rosae. Bau sediaan tetap stabil
dalam penyimpanan selama 30 hari pengamatan pada suhu kamar.
4.1.5 Uji Oles
Sediaan lipstik dikatakan mempunyai daya oles yang baik jika sediaan
memberikan warna yang intensif, merata dan homogen saat dioleskan pada kulit
punggung tangan. Berdasarkan uji oles diperoleh hasil bahwa sediaan yang
memiliki daya oles yang sangat baik adalah sediaan 6 yaitu lipstik dengan
konsentrasi ekstrak beras ketan hitam 10%, hal ini ditandai dengan satu kali
pengolesan sediaan telah memberikan warna yang intensif, merata dan homogen
saat dioleskan pada kulit punggung tangan. Sedangkan, sediaan 2 dan 3
memberikan warna yang intensif dan merata setelah 4 kali pengolesan, karena
warna sediaan terlalu muda sehingga dapat disimpulkan bahwa sediaan 2 dan 3
memiliki daya oles yang kurang baik dibandingkan sediaan 6. Sediaan 4 dan 5
lebih mudah dioleskan dibandingkan sediaan 2 dan 3, karena pada 2 kali
4.1.6 Pemeriksaan pH
Tabel 4.4 Data Pengukuran pH Sediaan
Sediaan pH
Sediaan 1 : Formula tanpa ekstrak beras ketan hitam
Sediaan 2 : Formula dengan konsentrasi ekstrak beras ketan hitam 2 % Sediaan 3 : Formula dengan konsentrasi ekstrak beras ketan hitam 4 % Sediaan 4 : Formula dengan konsentrasi ekstrak beras ketan hitam 6 % Sediaan 5 : Formula dengan konsentrasi ekstrak beras ketan hitam 8 % Sediaan 6 : Formula dengan konsentrasi ekstrak beras ketan hitam 10 %
Hasil pemeriksaan pH menunjukkan bahwa sediaan 1 tanpa ekstrak beras
ketan hitam adalah 6,5 sedangkan sediaan yang dibuat dengan menggunakan
ekstrak beras ketan hitam memiliki pH berkisar antara 3,9 – 4,5. pH ini
mendekati pH fisiologis kulit bibir yaitu ± 4. Dengan demikian formula tersebut
dapat digunakan untuk sediaan lipstik (Balsam, 1972).
4.2 Hasil Uji Iritasi Tabel 4.5 Data Uji Iritasi
Pengamatan Panelis
Berdasarkan hasil uji iritasi yang dilakukan pada 10 panelis yang
dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan lipstik yang dibuat pada kulit lengan
panelis memberikan hasil negatif terhadap parameter reaksi iritasi yang diamati
yaitu adanya kulit merah, gatal-gatal, ataupun adanya pembengkakan. Dari hasil
uji iritasi tersebut dapat disimpulkan bahwa sediaan lipstik yang dibuat aman
untuk digunakan (Tranggono dan Latifah, 2007).
4.3 Hasil Uji Kesukaan (Hedonic Test) Tabel 4.6 Data Uji Kesukaan (Hedonic Test)
Berdasarkan data uji kesukaan (Hedonic Test) terhadap 30 orang panelis,
diketahui bahwa sediaan lipstik yang paling disukai oleh panelis adalah sediaan 5
yaitu lipstik dengan konsentrasi ekstrak beras ketan hitam 8% dengan persentase
kesukaan 63,33%. Hal ini karena lipstik dengan konsentrasi 8% sangat mudah
dioleskan dan memberikan warna yang merata. Sediaan 2 dan 3 yaitu lipstik
dengan konsentrasi ekstrak beras ketan hitam 2% dan 4% tidak ada satupun dari
panelis yang suka, hal ini dikarenakan warna yang dihasilkan terlalu muda dan
sukar memberikan warna pada saat dioleskan. Sediaan 4 yaitu lipstik dengan
konsentrasi ekstrak beras ketan hitam 6% cukup banyak yang suka. Persentase
kesukaan 30%, hal ini mungkin dikarenakan panelis tersebut suka terhadap warna
yang muda. Persentase kesukaan sediaan 6 dengan ekstrak beras ketan hitam 10%
banyak yang tidak suka yaitu 6,67%, karena sediaan memberikan warna tua.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Ekstrak beras ketan hitam dapat digunakan sebagai pewarna dalam
formulasi sediaan lipstik. Bertambahnya konsentrasi ekstrak beras ketan hitam
yang digunakan dalam formula maka bertambah pekat warna sediaan lipstik yang
dihasilkan. Lipstik dengan konsentrasi 8% sangat mudah dioleskan dan memiliki
persentase kesukaan yaitu 63,33%.
Hasil penentuan mutu fisik sediaan menunjukkan bahwa seluruh sediaan
yang dibuat stabil, tidak menunjukkan adanya perubahan bentuk, warna dan bau
dalam penyimpanan selama 30 hari, tidak adanya butiran-butiran kasar
(homogen), pH berkisar antara 3,9 – 6,5.
Berdasarkan hasil uji iritasi yang dilakukan terhadap 10 orang panelis
menunjukkan sediaan lipstik yang dibuat tidak menyebabkan iritasi dan cukup
aman untuk digunakan.
5.2 Saran
Disarankan untuk dilakukan penelitian selanjutnya mengenai pemanfaatan
pewarna alami beras ketan hitam untuk formulasi sediaan kosmetik lainnya,
DAFTAR PUSTAKA
Aligita, W. (2007). Isolasi Antosianin dari Ketan Hitam (Oriza Sativa L Forma
Glutinosa). Diakses Tanggal 17 April 2011.
Anief, M. (1994). Farmasetika. Yogyakarta: Gadja Mada University Press. Hal: 130.
Anonima. (1990). Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan No. 00386/C/SK/II/90 tentang Perubahan Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan No. 239/Menkes/Per/V/85 tentang Zat Warna Tertentu yang Dinyatakan sebagai Bahan Berbahaya. Diakses Tanggal 27 April 2011.
http:/
Anonimb. (2007). Public Warning/Peringatan Nomor: KH.00.01.432.6081
Tanggal 1 Agustus 2007 tentang Kosmetika Mengandung Bahan Berbahaya dan Zat Warna yang Dilarang. Diakses Tanggal 27 Mei
2011.
http;//www.perpustakaan.pom.go.id/KoleksiLainnya/InfoPOM/0507.pdf.
Balsam, M.S.(1972). Cosmetic Science and Technology Second Edition.London. Jhon Willy and Son, Inc. Hal: 64.
Barel, A.O., Paye, M., and Maibach, H.I., (2001). Handbook of Cosmetic Science
and Technology. New York: Marcel Dekker, Inc. Page: 670-671.
Barel, A.O., Paye, M., and Maibach, H.I., (2009). Handbook of Cosmetic Science
and Technology Third Edition. New York: Informa Healthcare, Inc. Page:
131.
Ditjen POM.(1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal: 83, 85, 195-197.
Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal: 33, 459, 633.
Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal: 57, 72, 550.
Hanum, T. (2000). Ekstraksi dan Stabilitas Zat Pewarna Alam dari Katul Beras
Harbone, J. B. (1987). Metode Fitokimia. Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Terbitan Kedua. Penejemah: Kosasih Padmawinata dan
Iwang Soediro.. Bandung: Penerbit ITB. Hal 76.
Hasanah, H. (2008). Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Kadar Alkohol Tape
Ketan Hitam (Oryza sativa L var forma glutinosa ) danTape Singkong (Manihot utilissima Pohl). Hal:24.
Keithler. (1956). Formulation of Cosmetic and Cosmetic Specialities. New York: Drug and Cosmetic Industry. Pages: 153-155.
Mitsui, T., (1997). New Cosmetic Science. Amsterdam: Elsevier. Pages: 19-21, 121, 386.
Rawlins, E. A. (2003). Bentley’s Textbook of Pharmaceutics. 18th ed. London. Bailierre Tindall. Pages: 22, 355.
Soekarto. (1981). Penilaian Organoleptik. Pusat Pengembangan Teknologi
Pangan. Bogor: IPB Press. Ha:l 45.
Stryker, L. (2008). Titanium dioxide. Diakses Tanggal 27 Mei 2011
Tranggono, R.I. dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan
Kosmetik, Editor: Joshita Djajadisastra, Pharm., MS, Ph.D. Jakarta:
Penerbit Pustaka Utama. Hal: 3, 6-8, 11, 19-20, 90.
Vishwakarma, B., Dwivedi, S ., Dubey, K., and Joshi, H. (2011). Int. J. of Drug
Discovery & Herbal Research. Ujjain Institute of Pharmaceutical
Sciences, Ujjain, (M.P.) – India. Pages: 18-19
Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: UI-Press. Hal: 26, 28, 122, 124.
Lampiran 2. Gambar Tumbuhan Ketan Hitam (Oryza sativa L var forma
glutinosa)
Lampiran 3. Gambar Beras Ketan Hitam
Lampiran 4. Gambar Wadah Sediaan Lipstik
Lampiran 5. Gambar Sediaan Lipstik Tanpa Pewarna
Lampiran 6. Gambar Sediaan Lipstik Dengan Ekstrak Beras Ketan Hitam
Gambar 5. Sediaan Lipstik Dengan Ekstrak Beras Ketan Hitam
Keterangan:
Sediaan 2 : Formula dengan konsentrasi ekstrak beras ketan hitam 2%
Sediaan 3 : Formula dengan konsentrasi ekstrak beras ketan hitam 4%
Sediaan 4 : Formula dengan konsentrasi ekstrak beras ketan hitam 6%
Sediaan 5 : Formula dengan konsentrasi ekstrak beras ketan hitam 8%
Lampiran 7. Gambar Hasil Uji Homogenitas
Lampiran 8. Gambar alat rotary evaporator
Lampiran 9. Gambar alat freeze dryer
Lampiran 10. Perbedaan gambar bibir yang menggunakan lipstik dengan pewarna beras ketan hitam dan tanpa menggunakan lipstik
Gambar 9. Bibir tanpa menggunakan lipstik
Lampiran 11. Gambar Alat Uji Kekuatan Lipstik