• Tidak ada hasil yang ditemukan

ESSAY

N/A
N/A
alya alawiah

Academic year: 2025

Membagikan "ESSAY"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ESSAY

EKOSISTEM AIR LAUT DAN TERUMBU KARANG Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Lingkungan

Disusun Oleh :

Nama : Alya Alawiah Adadiah NPM : 40521100037

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS WIDYATAMA

(2)

Ekosistem Air Laut dan Terumbu Karang

Menurut UU RI No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, disebutkan bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dalam semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup yang lain. Maka dapat dikatakan bahwa Pendidikan Lingkungan Hidup adalah suatu upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan perilaku kepedulian manusia terhadap lingkungannya, seseorang yang tadinya pasif terhadap lingkungan bisa menjadi seseorang yang aktif dalam upaya pelestarian lingkungan untuk

kepentingan generasi sekarang maupun generasi yang akan datang.

Ekosistem air laut atau bisa disebut juga sebagai ekosistem bahari merupakan ekosistem yang terdapat di perairan laut, yang terdiri dari ekosistem perairan dalam, ekosistem pantai pasir dangkal/bitarol, dan ekosistem pasang surut. Pada ekosistem air laut ini juga terdapat beberapa pembagian zona seperti zona litoral (pasang surut), zona netritik (laut dangkal), zona batial (kedalaman air 200 m – 2000 m), dan zona abisal (palung laut).

Ekosistem terumbu karang merupakan bagian dari satu ekosistem laut yang penting dan sangat produktif, karena terumbu karang merupakan tempat hidup bagi alga yang merupakan sumber makanan utama berbagai spesies ikan di laut.

Disamping terumbu karang merupakan sebagai habitat penting dan sumber makanan bagi biota laut, terumbu karang ini juga menyimpan keindahan yang tak kalah menakjubkan.

Terumbu karang tidak lansung tercipta dan ada begitu saja, terumbu karang terbentuk oleh aktifitas hewan karang, yaitu simbiosis antara polip dengan mikro-alga Zooxanthellae, serta organisme penghasil kapur lainnya. Salah satu penyusun

ekosistem terumbu karang ialah karang jenis Subphyllum Cnidaria, kelas Anthozoa, ordo Scleractina.Terumbu karang juga sangat membutuhkan sinar matahari, sera suhu dan kualitas air yang sesuai untuk kehidupannya. Maka dari itu kebanyakan

(3)

ekosistem terumbu karang ditemui di lingkungan perairan yang dangkal (zona netritik) yang masih bisa terjangkau oleh sinar matahari.

Proses terbentuknya terumbu karang memakan waktu yang cukup lama dan mengalami proses yang kompleks. Diawali dengan terbentuknya endapan masif berupa kalsium karbonat yang dihasilkan oleh hewan karang (Cnidaria) yang bersimbiosis mutualisme dengan Zooxanthellae. Zooxanthellae merupakan nama panggilan untuk mikro-alga yang hidup dalam jaringan tisu organisme karang.

Zooxanthellae yang hidup dalam tubuh karang memberikan warna pada karang, semakin gelap warnanya maka semakin tinggi pigmen pada zooxanthellae. Sehingga bila zooxanthellae meninggalkan karang, maka karang itu sendiri akan mengalami proses bleaching atau pemutihan yang lama-kelamaan bisa menyebabkan karang itu sendiri menjadi mati. Selain memberikan warna pada karang, zooxanthellae juga menyuplai oksigen bagi karang sebagai respirasi karang dan karbohidrat sebagai nutrien melalui proses fotosintesis. Didalam proses fotosintesis, karang yang memindahkan karbon dioksida pada zooxanthellae pun memiliki kondisi yang optimum untuk membentuk pengapuran pada karang. Karang pun tidak akan memiliki kotoran karena akan langsung dimanfaatkan oleh simbionya yaitu

zooxanthellae. Jadi keuntungan yang didapat karang berupa hasil fotosintesis secara tidak langsung dapat mempercepat proses klasifikasi penumpukan kalsium karbonat yang berguna untuk menopang pertumbuhan terumbu karang, sedangkan keuntungan zooxanthellae yaitu mendapatkan nutrien dan karbondioksida untuk melakukan fotosintesis serta zooxanthellae akan mendapatkan perlindungan dari kelompok hewan yang bersifat grazer.

Didalam ekosistem air laut dan terumbu karang ini terdapat hubungan antar komponen yang saling mempengaruhi. Unsur biotik pada ekosistem ini meliputi biota-biota laut yang tinggal didalam terumbu karang itu sendiri, seperti ikan, udang, kerang, ganggang, anemon dan lain sebagainya. Sedangkan unsur abiotik pada ekosistem ini meliputi air, oksigen, cahaya matahari,suhu, garam, pasir, dan batu.

Hubungan antara komponen ekosistem ini adalah saling mempengaruhi, sehingga

(4)

apabila terjadi kerusakan pada salah satu komponen akan mengakibatkan gangguan pada seluruh ekosistem ini. Terumbu karang sangat membutuhkan sinar matahari, suhu, serta kualitas air yang sesuai untuk kelangsungan hidupnya. Jika terjadi perubahan pada salah satu kondisi akan mengancam kesehatan dan bila berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan pada terumbu karang. Kerusakan terumbu karang akan berdampak pada berkurangnya keanekaragaman biota laut dan berakibat

hilangnya relung (niche) atau fungsi ikan dalam ekosistem ini.

Jika ekosistem ini dijaga dan dirawat dengan baik, ekosistem ini akan menghasilkan segudang manfaat bagi manusia, terlebih masyarakat yang tinggal dipesisir pantai sekitarnya. Karena ekosistem terumbu karang ini sendiri selain berperan sebagai penahan abrasi pantai, terumbu karang ini juga memiliki nilai ekologi sebagai habitat biota laut, nilai ekonomis yang tinggi serta nilai estetika yang sama tinggi. Nilai ekonomis terumbu karang adalah sebagai tempat penangkapan berbagai jenis biota laut konsumsi maupun hias, yang banyak dijadikan sumber mata pencaharian oleh masyarakat sekitarnya, serta memiliki nilai estetika yang tinggi dikarenakan keindahannya yang begitu memukau terumbu karang dapat dijadikan sebagai daerah atau tujuan wisata bahari yang menarik.

Dalam pemanfaatan ekosistem air laut dan terumbu karang ini juga banyak pengaruh manusia yang turut serta, baik dalam pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Pengaruh positif manusia pada ekosistem ini yang paling utama adalah tentang kesadaran manusia itu sendiri dalam upaya menjaga dan tetap melestarikan ekosistem terumbu karang ini, misalnya seperti kebijakan pembatasan manusia untuk mengeksploitasi terumbu karang, serta dengan mengadakannya kawasan konservasi laut untuk pelestarian dan pengelolaan (Salim, 2012)terumbu karang. Sedangkan pengaruh negatif manusia pada ekosistem ini sendiri ialah eksploitasi perikanan yang berlebihan dengan penangkapan ikan menggunakan racun sianida maupun bom.

Penangkapan ikan menggunakan sianida akan membius ikan-ikan, dan karang yang terkena sianida berulang kali akan mengalami pemutihan (bleaching) bahkan

kematian, sedangkan penangkapan ikan menggunakan bahan peledak dapat membuat

(5)

kerusakan fisik bagi terumbu karang. Aktivitas manusia yang menjadikan areal terumbu karang sebagai tempat jangkar kapal/perahu nelayan pun sangat merusak fisik terumbu karang yang menjadi hancur/patah. Dan pengambilan terumbu karang untuk membangun rumah atau fasilitas publik oleh masyarakat akan berdampak negatif pada abrasi pantai, merusak terumbu karang.

Pengaruh kegiatan pariwisata juga dapat menimbulkan masalah ekologis pada ekosistem. Pembangunan resort, hotel dan industri di pesisir seringkali menyebabkan reklamasi dan pengerukan tanah, hal ini dapat meningkatkan sedimentasi sehingga mengurangi cahaya yang masuk kedalam perairan dan menutupi karang.

Terhalangnya cahaya matahari yang masuk menyebabkan gangguan pada simbiosis karang dan mikro-alga zooxanthellea, karang akan mengalami pemutihan karena hilangnya zooxanthellea pada tubuh karang.

Dari bahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa Ekosistem Air Laut dan Ekosistem Terumbu Karang merupakan satu kesatuan ekosistem. Ekosistem ini banyak terdapat dalam zona netritik atau laut dankal. Terumbu karang sendiri terbentuk dari hewan karang yang bersimbiosis dengan mikro-alga yang berfotosintesis membentuk sebuah terumbu. Ekosistem ini juga sangat banyak memberikan manfaat bagi kehidupan manusia maupun lingkungannya baik dari segi ekonomis maupun ekologinya. Tetapi manfaat yang sangat melimpah yang diberikan ekosistem ini bisa jadi bernilai nol bahkan tidak ada jika manusia-nya tidak sadar betapa pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan ekosistem ini. Dapat juga diambil kesimpulan bahwa Pendidikan Lingkungan dengan materi Ekosistem Air Laut dan Terumbu Karang ini bertujuan mengajarkan kita untuk dapat mengetahui pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan dan juga ekosistem yang berada disekitar kita agar manfaatnya masih bisa terasa untuk generasi sekarang maupun untuk generasi-generasi yang akan datang.

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Hukubun, R. D. (2020). Kondisi Terumbu Karang Di Perairan Pesisir Desa Amahusu. urnal Ilmu Kelautan dan Perikanan Papua Vol. 3, 16.

Iis Jubaedah, P. A. (2019). Dampak Pariwisata Bahari Terhadap Ekosistem. Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan, 69.

Netty Dahlah Uar, S. H. (2016). KERUSAKAN LINGKUNGAN AKIBAT AKTIVITAS MANUSIA PADA EKOSISTEM TERUMBU KARANG. MGI Vo. 30, 89.

Rembet, U. N. (2012). SIMBIOSIS ZOOXANTHELLAE DAN KARANG SEBAGAI INDIKATOR KUALITAS EKOSISTEM TERUMBU KARANG. Jurnal Ilmiah Platax Vol. I, 38-39.

Salim, D. (2012). PENGELOLAAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG AKIBAT PEMUTIHAN (BLEACHING) DAN RUSAK. Jurnal KELAUTAN, Volume 5, No.2, 150.

Thamrin, P. D. (2017). KARANG DAN ZOOXANTHELLAE. Pekanbaru: UR Press Pekanbaru.

Referensi

Dokumen terkait

Maka dari itu, selain mengetahui besarnya potensi ekosistem terumbu karang di kawasan tersebut, juga perlu dilakukan analisis daya dukung ekologi pada objek wisata pantai dan objek

Adanya habitat penyusun ekosistem terumbu karang di daerah I (Utara Fulau Batam) lebih rendah nilai penutupan karang batunya jika dibandingkan dengan daerah I1 (Selatan

Berdasarkan identifikasi komponen nilai potensi sumberdaya perikanan, pariwisata, dan nilai perlindungan pantai dari ekosistem terumbu karang di Kepulauan Togian yang

Berdasarkan kondisi terumbu karang, ikan karang, dan biota lainnya serta hasil analisis kesesuain dan daya dukung kawasan, ekosistem terumbu karang yang ada di perairan Pulau

Ekosistem terumbu karang sebagai ekosistem dasar laut tropis yang komunitasnya didominasi oleh biota laut merupakan: a) tempat tumbuh biota laut (tempat memijah, mencari makan,

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi ekosistem terumbu karang yang diwakili oleh persen tutupan terumbu karang dan nilai manfaat ekosistem

Terumbu Karang merupakan salah satu ekosistem laut yang paling produktif, menyediakan habitat bagi berbagai jenis ikan dan hewan laut lainnya.. Jika Terumbu Karang hilang, maka

Ekosistem hutan mangrove merupakan habitat penting bagi biota laut [2], penunjang resiko kerusakan fungsi ekologi serta memiliki nilai ekonomi tinggi sebagai bahan baku berbagai