• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA “Teori-Teori Kesehatan dan Keselamatan Kerja”

N/A
N/A
Nasywa Rasyifa

Academic year: 2024

Membagikan "MAKALAH DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA “Teori-Teori Kesehatan dan Keselamatan Kerja”"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

“Teori-Teori Kesehatan dan Keselamatan Kerja”

DOSEN PENGAMPU:

Indah Ade Prianti, SKM., M.PH KELOMPOK 3

Annisya Iskandar (J1A121115)

Armita Muslimat (J1A121116)

Chici Ramadhan Purnama (J1A121122)

Devita Sari (J1A121124)

Dian Purnama Samiudin (J1A121126)

Dina Leviana Feilizah (J1A121129)

Jimip Selahri Ramadhan (J1A121150)

La Ode Aravad (J1A121154)

Lathifah Zahrani Madjid (J1A121155)

Marieska Yasmine Bafadal (J1A121156)

Marviani (J1A121157)

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2022

(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah yang berjudul “Teori-Teori Kesehatan dan Keselamatan Kerja”

dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan dengan memberikan informasi mengenai proses pembentukan dan translasi/dervasi program kesehatan di indonesia dalam perspektif ilmu kesehatan masyarakat bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Kendari, 19 Mei 2022

Penulis

(3)

ii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Rumusan masalah ... 2

1.3 Tujuan ... 2

1.4 Manfaat ... 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 4

2.1 Definisi Kesehatan dan Keselamatan Kerja ... 4

2.2 Definisi Kecelakaan Kerja ... 4

BAB III PEMBAHASAN ... 6

3.1 Teori-Teori Kesehatan dan Keselamatan Kerja ... 6

3.2 Undang-Undang Kesehatan dan Keselamatan Kerja ... 12

BAB IV PENUTUP ... 16

4.1 Kesimpulan ... 16

4.2 Saran ... 16

DAFTAR PUSTAKA ... 17

(4)

iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Teori Multiple Causation ... 7

Gambar 3. 2 Teori Domino Heinrich ... 7

Gambar 3. 3 Teori Domino Heinrich dalam Mencegah Kecelakaan ... 8

Gambar 3. 4 Modifikasi Teori Domino (ILCI Teori Frank E Bird) ... 10

Gambar 3. 5 Teori Swiss Cheese ... 12

(5)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar belakang

Di dalam kegiatan sehari-hari melakakun kegiatan aktivitas, kita tidak sering menduga akan mendapatkan risiko kecelakaan pada diri kita sendiri.

Banyak sekali masyarakat yang belum menyadari akan hal ini, termasuk di Indonesia. Baik di lingkungan kerja (perusahan, pabrik, atau kantor), di jalan raya, tempat umum maupun di lingkungan rumah.

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan juga instansi pemerintahan. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan menciptakan sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

Keselamatan dan kesehatan kerja mempunyai banyak pengaruh terhadap faktor kecelakaan, pekerja harus mematuhi standart (K3) agar tidak menjadikan hal-hal yang negatif bagi diri mereka sendiri. Terjadinya kecelakaan banyak dikarenakan oleh penyakit yang diderita pekerja tanpa sepengetahun pengawas (K3), seharusnya pengawasan terhadap kondisi fisik diterapkan saat memasuki ruang kerja agar mendeteksi secara dini kesehatan pekerja saat akan memulai pekerjaannya.

Keselamatan dan kesehatan kerja perlu diperhatikan dalam lingkungan kerja, karena kesehatan merupakan keadaan situasi atau situasi sehat seseorang

(6)

2

baik jasmani maupun rohani, sedangkan keselamatan kerja suatu keadaan dimana para pekerja terjamin keselamatan pada saat bekerja baik itu dalam menggunakan mesin, pesawat, alat kerja, proses pengolahan juga tempat kerja dan lingkungannya juga terjamin. Apabila para pekerja dalam kondisi sehat jasmani maupun rohani dan didukung oleh sarana dan prasarana yang terjamin keselamatanya maka produktivitas kerja akan dapat ditingkatkan. Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri.

1.2Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa masalah.

sebagai berikut:

1. Bagaimana teori-teori Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)?

2. Apa saja Undang-Undang tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)?

1.3Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini, sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apa saja teori-teori tentang keselamatan dan kesehatan kerja.

2. Untuk mengetahui apa saja Undang-Undang tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

1.4Manfaat

Adapun manfaat dari makalah ini, yaitu:

1. Manfaat bagi pembaca, yakni agar para pembaca dapat mengetahui teori mengenai Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan Undang- Undang Tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

(7)

3

2. Manfaat bagi penulis, yakni makalah ini merupakan hasil dari tugas kelompok mata kuliah Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

Dengan penulisan makalah ini para penulis juga dapat mengetahui tentang teori-teori Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan Undang- Undang tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

(8)

4 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1Definisi Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Menurut International Labour Organization (ILO) kesehatan keselamatan kerja atau Occupational Safety and Health adalah meningkatan dan memelihara derajat tertinggi semua pekerja baik secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial di semua jenis pekerjaan, mencegah terjadinya gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh pekerjaan, melindungi pekerja pada setiap pekerjaan dari risiko yang timbul dari faktor-faktor yang dapat mengganggu kesehatan, menempatkan dan memelihara pekerja di lingkungan kerja yang sesuai dengan kondisi fisologis dan psikologis pekerja dan untuk menciptakan kesesuaian antara pekerjaan dengan pekerja dan setiap orang dengan tugasnya.

Definisi K3 yang disampaikan oleh ILO berbeda dengan yang disampaikan oleh Occupational Safety Health Administrasi (OSHA).

Pengertian K3 menurut OSHA adalah kesehatan dan keselamatan kerja adalah aplikasi ilmu dalam mempelajari risiko keselamatan manusia dan properti baik dalam industri maupun bukan. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan muliti dispilin ilmu yang terdiri atas fisika, kimia, biologi dan ilmu perilaku dengan aplikasi pada manufaktur, transportasi, penanganan material bahaya.

(Sujoso, 2012)

2.2Definisi Kecelakaan Kerja

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 03/Men/98, kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.

(9)

5

Menurut Heinrich (1980), kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan atau yang berpontensi menyebabkan merusak lingkungan. Selain itu, kecelakaan kerja atau kecelakaan akibat kerja adalah suatu kejadian yang tidak terencana dan tidak terkendali akibat dari suatu tindakan atau reaksi suatu objek, bahan, orang, atau radiasi yang mengakibatkan cidera atau kemungkinan akibat lainnya. (Triyono, et al., 2014)

(10)

6 BAB III PEMBAHASAN

3.1Teori-Teori Kesehatan dan Keselamatan Kerja 1. Teori Gordon

Menurut J E Gordon (1949), kecelakaan merupakan akibat dari interaksi antara korban kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan, dan lingkungan yang kompleks, yang tidak dapat dijelaskan hanya dengan mempertimbangkan salah satu dari 3 faktor yang terlibat. Oleh karena itu, untuk lebih memahami mengenai penyebab - penyebab terjadinya kecelakaan maka karakteristik dari korban kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan, dan lingkungan yang mendukung harus dapat diketahui secara detail.

2. Teori Multiple Causation

Teori ini berdasarkan pada kenyataan bahwa kemungkinan ada lebih dari satu penyebab terjadinya kecelakaan. Penyebab ini mewakili perbuatan, kondisi atau situasi yang tidak aman. Beberapa kemungkinan yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan kerja tersebut perlu diteliti lebih lanjut.

(11)

7

Gambar 3. 1 Teori Multiple Causation

3. Teori Domino

Teori Domino diperkenalkan oleh H.W. Heinrich pada tahun 1931.

Menurut Heinrich, 88% kecelakaan disebabkan oleh perbuatan/tindakan tidak aman dari manusia (unsafe act), sedangkan sisanya disebabkan oleh hal-hal yang tidak berkaitan dengan kesalahan manusia, yaitu 10 % disebabkan kondisi yang tidak aman (unsafe condition) dan 2% disebabkan takdir Tuhan.

Gambar 3. 2 Teori Domino Heinrich

Menurut Heinrich, tindakan dan kondisi yang tidak aman akan terjadi bila manusia berbuat suatu kekeliruan. Hal ini lebih jauh disebabkan karena faktor karakteristik manusia itu sendiri yang dipengaruhi oleh keturunan (ancestry) dan lingkungannya (environment). Berikut penjelasannya:

(12)

8

 Keturunan/ herediter. Keturunan atau herediter dalam hal ini adalah karakteristik atau kondisi yang dimiliki oleh seseorang yang berisiko celaka. Misalnya keras kepala, ceroboh, lalai, dan lain-lain.

 Perilaku tidak aman. Perilaku tidak aman adalah kebiasaan yang berisiko terjadi kecelakaan. Misalnya tidak memakai alat pelindung anti radiasi ketika bekerja di instalasi radiologi, bekerja melebihi jam kerja, atau kerja lembur pada malam hari tanpa istirahat yang cukup.

 Kondisi tidak aman. Kondisi tidak aman adalah keadaan yang berisiko menimbulkan kecelakaan. Misalnya mesin dibiarkan tanpa penutup, ruang kerja tanpa ventilasi cukup, pencahayaan yang tidak memenuhi standar, dan lain-lain.

Gambar 3. 3 Teori Domino Heinrich dalam Mencegah Kecelakaan Menurut Heinrich, kecelakaan bisa dicegah dengan ”mengambil”

salah satu domino, misalnya domino nomer 2, yaitu kondisi tidak aman.

Kondisi tidak aman ini diperbaiki, dipelihara sehingga aman. Misalnya pencahayaan yang kurang terang atau terlalu silau diganti dengan yang

(13)

9

lebih baik. Mesin gerindra yang dibiarkan tanpa penutup, ditutup sehingga lebih aman. Tidak harus domino 2 (kondisi tidak aman), pencegahan dapat dilakukan dengan memperbaiki perilaku. Memperbaiki perilaku misalnya dengan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan mengenai suatu objek, sehingga pengetahuan dan ketrampilannya meningkat. Secara ringkas teori Domino ini menjelaskan bahwa kecelakaan kerja bisa dicegah dengan memperbaiki salah satu faktor penyebabnya.

4. Teori Bird & Loftus

Setelah tahun 1969 sampai sekarang, telah berkembang suatu teori yang mengatakan bahwa penyebab dasar terjadinya kecelakaan kerja adalah ketimpangan manajemen. Widnerdan Bird dan Loftus mengembangkan teori Domino Heinrich untuk memperlihatkan pengaruh manajemen dalam mengakibatkan terjadinya kecelakaan. (Candrianto, 2022)

5. Teori Frank E Bird/ ILCI

Teori Domino telah digunakan secara meluas di banyak negara dalam menjelaskan terjadinya kecelakaan kerja dan upaya pengendaliannya. Namun dalam perkembangnya muncul berbagai pendapat yang mengungkapkan bahwa kecelakaan kerja tidak bukan disebabkan satu faktor saja, melainkan interaksi multifaktor yang merupakan refleksi dari manajemen. Salah satu orang yang mengungkapkan hal ini adalah Frank E Bird. Frank E Bird memodifikasi Teori Domino. Teori ini bisa dilihat dari ilustrasi di bawah ini.

(14)

10

Gambar 3. 4 Modifikasi Teori Domino (ILCI Teori Frank E Bird)

Berikut adalah penjelasan faktor-faktor kecelakaan kerja:

Pertama, lemahnya manajemen pengendalian (lack of control).

Pengendalian merupakan salah satu dari empat fungsi dari manajemen.

Fungsi ini berkaitan dengan manajer di semua lini administrasi, pemasaran, quality control, teknik, pemesanan, keselamatan. Supervisor/pimpinan/

manajemen harus menerapkan fungsi manajamen ini. Seorang manajer yang profesional mengetahui program pengendalian bahaya; mengetahui standar; merencanakan dan merancang standar kerja; mendorong karyawan untuk memenuhi standar; mengukur kinerja; mengevaluasi hasil dan kebutuhan. Ini semua merupakan manajemen pengendalian. Tanpa manajemen pengendalian yang memadai, kecelakaan penyebab dan akibatnya akan terjadi. Ada tiga hal yang termasuk lemahnya manajemen pengendalian, yaitu 1) program tidak memadai, 2) standar program tidak memdai, 3) ketidakpatuhan terhadap standar.

Kedua, penyebab dasar (Basic causes). Penyebab dasar ini terdiri atas faktor manusia (personal factor) dan faktor pekerjaan (job factor).

Faktor manusia meliputi tidak memadainya: a) Kemampuan fisik/ fisiologi, b) Kemampuan mental, c) Tekanan fisik, d) Tekanan psikis, e)

(15)

11

Pengetahuan rendah, f) Ketrampilan rendah, g) Motivasi kurang.

Sedangkan faktor pekerjaan meliputi a) Kepemimpinan dan pengawasan, b) Teknik tidak tepat, c) Pemesanan barang, d) Perawatan, e) Alat dan peralatan, dan f) Standar kerja.

Ketiga, penyebab utama (immediate causes). Penyebab utama meliputi a) Praktik di bawah standar (substandard action) dan b) Kondisi di bawah standar (substandard condition). Praktik/ tindakan di bawah standar (sub standar action) adalah tindakan karyawan yang dilakukan tanpa suatu prosedur yang benar. Sedangkan kondisi di bawah standar (substandard condition) adalah keadaan di tempat kerja meliputi mesin, peralatan, material, proses yang tidak memiliki pedoman keselamatan kerja.

Keempat, kecelakaan/incident contact with energy or substance.

Kecelakaan/ accident/incident adalah kotak dengan energi atau zat. Apabila jumlah energi yang dipindahkan jumlahnya terlampau besar atau dengan kata lain melebihi batas penerima maka akan terjadi kerusakan. Kerusakan ini bisa berupa cidera, sakit, kerusakan properti, dan berkurangnya waktu kerja.

Terakhir, kerugian/loss. Hasil dari sebuah kecelakaan adalah berupa kerugian. Beberapa kerugian yang timbul sebagai akibat terjadinya kecelakaan kerja telah dijelaskan pada materi di atas. Kerugian yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja bisa diibaratkan sebagai sebuah fenomena gunung es.

6. Teori Swiss Cheese

Kecelakaan terjadi ketika terjadi kegagalan interaksi pada setiap komponen yang terlibat dalam suatu sistem produksi. Kegagalan suatu proses dapat dilukiskan sebagai “lubang” dalam setiap lapisan sistem yang

(16)

12

berbeda. Dengan demikian menjelaskan apa dari tahapan suatu proses produksi tersebut yang gagal.

Gambar 3. 5 Teori Swiss Cheese

Sebab-sebab suatu kecelakan dapat dibagi menjadi Direct Cause dan Latent Cause. Direct Cause sangat dekat hubungannya dengan kejadian kecelakaan yang menimbulkan kerugian atau cidera pada saat kecelakaan tersebut terjadi. Kebanyakan proses investigasi lebih konsentrasi kepada penyebab langsung terjadinya suatu kecelakaan dan bagaimana mencegah penyebab langsung tersebut. Tetapi ada hal lain yang lebih penting yang perlu di identifikasi yakni “Latent Cause”. Latent cause adalah suatu kondisi yang sudah terlihat jelas sebelumnya dimana suatu kondisi menunggu terjadinya suatu kecelakaan.

3.2Undang-Undang Kesehatan dan Keselamatan Kerja

1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 mengenai Keselamatan Kerja

Undang-undang ini mengatur dengan jelas tentang kewajiban pimpinan tempat kerja dan pekerja dalam melaksanakan keselamatan kerja.

Menurut UU ini kewajiban dan hak tenaga kerja sebagai berikut.

a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.

(17)

13

b. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.

c. Memenuhi dan menaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan yang diwajibkan.

d. Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan yang diwajibkan.

e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan ketika syarat keselamatan dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya, kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggung jawabkan.

2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 mengenai Kesehatan

Undang-undang ini menyatakan bahwa secara khusus perusahaan berkewajiban memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik pekerja yang baru maupun yang akan dipindahkan ke tempat kerja baru, sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan kepada pekerja, serta pemeriksaan kesehatan secara berkala. Sebaliknya, para pekerja juga berkewajiban memakai alat pelindung diri (APD) dengan tepat dan benar serta mematuhi semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan. Undang-undang No.23 tahun 1992, Pasal 23 tentang Kesehatan Kerja juga menekankan pentingnya kesehatan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya hingga diperoleh produktivitas kerja yang optimal. Karena itu, kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja dan syarat kesehatan kerja. (Redjeki, 2016)

3. Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

(18)

14

UU ini mengatur mengenai segala hal yang berhubungan dengan ketenagakerjaan mulai upah kerja, hak maternal, cuti sampai dengan keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam UU ini mengenai K3 ada pada Bagian Kesatu Perlindungan, Paragraf 5 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pasal 86 yaitu:

 Pasal 86 Ayat (1):

Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas:

a. keselamatan dan kesehatan kerja;

b. moral kesusilaan; dan

c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.

 Pasal 86 Ayat (2):

Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.

 Pasal 86 Ayat (3):

Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

 Pasal 87 Ayat (1):

Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.

(19)

15

 Pasal 87 Ayat (2):

Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 05 Tahun 1996 mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

UU ini mengatur mengenai K3 di perusahaan, yang bertujuan untuk mengendalikan risiko pekerjaan. SMK3 merupakan sistem manajemen yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan lainnya seperti sistem manajemen mutu dan lingkungan.

5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 04 Tahun 1967 mengenai Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara Penunjukkan Ahli Keselamatan Kerja.

6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 03/MEN/98 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan.

7. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 155 Tahun 1984 yang merupakan penyempurnaan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 125 Tahun1982 mengenai Pembentukan Susunan dan Tata Kerja DK3N, DK3W, dan P2K3, pelaksanaan dari Undang-undang Keselamatan Kerja.

8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 mengenai Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 02 Tahun 1992 mengenai Tata cara Penunjukkan, Kewajiban, dan Wewenang Ahli K3.

10.Keputusan Presiden Nomor 22 tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Akibat Hubungan Kerja.

(20)

16 BAB IV PENUTUP

4.1Kesimpulan

Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Teori-teori Kesehatan dan Keselamatan Kerja meliputi Teori Gordon, Teori Multiple Causation, Teori Domino Heinrich, Teori Bird & Loftus, Teori Frank E Bird/ILCI, dan Teori Swiss Cheese. Undang-Undang tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja, yaitu UU No. 1 Tahun 1970 mengenai Keselamatan Kerja, UU No. 23 Tahun 1992, UU No. 13 Tahun 2003, Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 5 Tahun 1996, Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 04 Tahun 1967, Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 03/MEN/98, Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 155 Tahun 1984, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012, Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 02 Tahun 1992 dan Keputusan Presiden Nomor 22 tahun 1993.

4.2Saran

Demikian makalah yang dapat kami uraikan, sebagai penulis makalah ini kami berharap kepada pembaca dapat memahami apa yang kami telah uraikan dalam makalah ini yaitu mengenai teori-teori Kesehatan dan Keselamatan Kerja serta Undang-Undang yang membahas tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Akhir kata, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak sangat kami butuhkan agar dapat mengoreksi makalah ini menjadi lebih baik lagi.

(21)

17

DAFTAR PUSTAKA

Candrianto. (2022). Keselamatan dan Kesehatan Kerja Logistik. Tasikmalaya:

Perkumpulan Rumah Cemerlang Indonesia.

Redjeki, S. (2016). Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta Selatan: Pusdik SDM Kesehatan.

Sujoso, A. D. (2012). Dasar-Dasar Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Jawa Timur:

UNEJ.

Triyono, B., Ismara, I., Slamet, Hargiyarto, P., Solikhin, Yuniarti, N., . . . Badraningsih. (2014). Keselamatan dan kesehatan Kerja. Depok: Tim K3 FK UNY.

Gambar

Gambar 3. 1 Teori Multiple Causation
Gambar 3. 2 Teori Domino Heinrich
Gambar 3. 3 Teori Domino Heinrich dalam Mencegah Kecelakaan Menurut  Heinrich,  kecelakaan  bisa  dicegah  dengan  ”mengambil”
Gambar 3. 4 Modifikasi Teori Domino (ILCI Teori Frank E Bird)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan untuk menciptakan suatu sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dalam ruang lingkup perusahaan dengan

Secara umum tujuan dan sasaran dari Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah untuk menciptakan suatu sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat

Pelaksanaan program kesehatan dan keselamatan kerja bagi karyawan sangatlah penting karena bertujuan untuk menciptakan sistem keselamatan dan kesatuan kerja dengan

Tujuan dan sasaran SMK3 sesuai Permenaker tersebut adalah menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga

05/ Men/ 1996 pasal 2, sebagai tujuan dan sasaran dari sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah menciptakan suatu sistem dan keselamatan dan

Pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja bagi karyawan penting karena bertujuan untuk menciptakan sistem keselamatan kerja dengan melibatkan unsur

Menciptakan sistem keselamatan dan kesatuan kerja di tem pat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerj a, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rang

Tujuan dan sasaran yang termuat dalam SMK3 adalah menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan