• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (3)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (3)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

I. Pendahuluan

Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) bagi anggota atau karyawan yang bekerja pada suatu perusahaan perlu mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh oleh setiap perusahaan. Masalah ini terutama sangat diperlukan bagi perusahaan yang mengandung bahaya kecelakaan dan tingkat polusi tinggi. Oleh sebab itu setiap perusahaan harus mempunyai program dan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang baik.

Konsep keselamatan dan kesehatan kerja telah muncul sejak periode revolusi industri di Inggris yang ditandai dengan ditemukannya mesin uap yang membawa perubahan mendasar pada proses produksi. Hal ini disebabkan oleh perubahan sistem kerja berupa mulainya digunakan tenaga mesin, pengorganisasian pekerjaan, serta munculnya berbagai macam penyakit yang berhubungan dengan proses pekerjaan. Konsep ini kemudian terus berkembang seiring dengan pertumbuhan teknologi yang dipergunakan. Perubahan ini menimbulkan dampak yang luas khususnya hubungan manusia di tempat kerja. Manusia berubah menjadi sekedar alat produksi sebagaimana dengan mesin dan alat kerja lainnya yang begitu mudah diganti dengan yang baru.

Dalam konteks ini, kiranya tidak berlebihan jika K3 dikatakan merupakan modal utama kesejahteraan buruh/ tenaga secara keseluruhan. Selain itu dengan penerapan K3 yang baik dan terarah dalm suatu wadah industri tentu nya akan memberikan dampak lain, salah satu nya adalah sumber daya mansia yang berkualitas. Di era pasar bebas tentu daya saing dari suatu proses industrialisasi semakin ketat dan menentukan maju atau tidaknya suatu bangsa

(2)

kerja sangat mempengarhi terbentuknya sumber daya manusia yang terampil, profesioanal dan berkualitas dari tenaga kerja itu sendiri

Penerapan pengaturan perundang-undangan dan pengawasan serta perlindungan para buruh merupakan prinsip dasar dalam sistem manajemen ini. Kesehatan dan keselamatan kerja yang disesuaikan dengan sistem “ sistem ergonomi” (penyesuian beban kerja dengan kemampuan fisik pekerja) merupakan salah satu usaha untuk mencetak parah buruh yang produktif dengan peningkatan SDM yang profesional

II. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu kondisi kerja yang terbebas dari ancaman bahaya yang mengganggu proses aktivitas dan mengakibatkan terjadinya cedera, penyakit, kerusakan harta benda, serta gangguan lingkungan. OHSAS 18001:2007 mendefinisikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai kondisi dan faktor yang mempengaruhi atau akan mempengaruhi keselamatan dan kesehatan pekerja (termasuk pekerja kontrak dan kontraktor), tamu atau orang lain di tempat kerja. Dari definisi keselamatan dan kesehatan kerja di atas serta definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dan OHSAS dapat disimpulkan bahwa Keselamatan dan Kesehatan kerja adalah suatu program yang menjamin keselamatan dan kesehatan pegawai di tempat kerja.

Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun lokasi proyek. Tujuan K3 adalah untuk memelihara kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja.[1] K3 juga melindungi rekan kerja, keluarga pekerja, konsumen, dan orang lain yang juga mungkin terpengaruh kondisi lingkungan kerja.

1. Pengertian Keselamatan Kerja

(3)

suatu pendekatan praktis mempelajari faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan berupaya mengembangkan berbagai cara dan pendekatan untuk memperkecil resiko terjadinya kecelakaan.

Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai keadaan terhindar dari bahaya selama melakukan pekerjaan. Dengan kata lain keselamatan kerja merupakan salah satu faktor yang harus dilakukan selama bekerja, karena tidak yang menginginkan terjadinya kecelakaan di dunia ini. Keselamatan kerja sangat bergantung .pada jenis, bentuk, dan lingkungan dimana pekerjaan itu dilaksanakan. Unsur-unsur penunjang keselamatan kerja adalah sebagai berikut:

a. Adanya unsur-unsur keamanan dan kesehatan kerja

b. Adanya kesadaran dalam menjaga keamanan dan kesehatan kerja. c. Teliti dalam bekerja

d. Melaksanakan prosedur kerja dengan memperhatikan keamanan dan kesehatan kerja.

Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja seperti pernyataan Jackson (1999) bahwa keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan.

2. Pengertian Kesehatan Kerja

(4)

mengembangkan berbagai cara atau pendekatan untuk mencegah agar manusia tidak menderita sakit, bahkan menjadi lebih sehat.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1948 menyebutkan bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai “suatu keadaan fisik, mental, dan social kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan”. Pada tahun 1986, WHO, dalam Piagam Ottawa untuk Promosi Kesehatan, mengatakan bahwa pengertian kesehatan adalah “sumber daya bagi kehidupan sehari-hari, bukan tujuan hidup. Kesehatan adalah konsep positif menekankan sumber daya sosial dan pribadi, serta kemampuan fisik.

Menurut Undang- Undang No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan Undang-Undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, sosial dan mental yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pada dasarnya kesehatan itu meliputi empat aspek, antara lain :

a. Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.

b. Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan spiritual.

 Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.

 Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan sebagainya.

(5)

c. Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai.

d. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif, dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial. Bagi mereka yang belum dewasa (siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan), dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh sebab itu, bagi kelompok tersebut, yang berlaku adalah produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan mereka nanti, misalnya berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan sosial, keagamaan, atau pelayanan kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut.

Kondisi kesehatan pekerja haruslah menjadi perhatain karena pekerja adalah penggerak atau aset perusahaan konstruksi. Jadi kondisi fisik harus maksimal dan sehat agar tidak mengganggu proses kerja seperti pernyataan ILO/WHO (1995) bahwa kesehatan kerja adalah suatu upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan derajat kesejahtaraan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jabatan, pencegahan penyimpangan kesehatan diantara pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat factor yang merugikan kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang diadaptasikan dengan kapabilitas fisiologi dan psikologi; dan diringkaskan sebagai adaptasi pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada jabatannya.

III.Undang-undang dan Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(6)

UU ini menciptakan Occupational Safety and Health Administration / OSHA (Administrasi Keamanan dan Kesehatan Kerja) di dalam Departemen Tenaga Kerja. Tujuan dasar OSHA adalah menyampaikan UU itu dan menetapkan serta melaksanakan standar keamanan dan kesehatan yang diterapkan kepada hampir semua pekerja di Amerika serikat. Departemen Tenaga Kerja melaksanakan standar tersebut, dan OSHA memiliki inspektur yang bekerja di kantor-kantor cabang di seluruh AS untuk memastikan pelaksanaannya.

Adapun dasar hukum yang terkait dengan pelaksanaan sistem manajemen K3 di Indonesia antara lain:

a. UU No.1 tahun 1970 tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja. b. UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan.

c. Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

IV. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah pengoperasian fungsi-fungsi manajemen ke dalam kegiatan-kegiatan organisasi yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER.05/MEN/1996 pasal 1, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

1. Tujuan dan Manfaat Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(7)

Berdasarkan peraturan menteri tenaga kerja nomor Per. 05/ Men/ 1996 pasal 2, sebagai tujuan dan sasaran dari sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah menciptakan suatu sistem dan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja dan lingkungan kerja yang ter integrasi dalam rangka mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja

Diciptakannya undang undang dan peraturan tentang sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja akan memlikii manfaat yang besarbagi masyarakat umum, khususnya bagi pekerja itu sendiri. Sedangkan bagi industri perusahaan tidak dirugikan dalam kegiatan produksi atas hilangnya sebagian waktu, kerugian material dan biaya pengobatan akibat kecelakaan kerja, sehingga secara moral para karyawan merasa aman dalam bekerja

Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Fungsi ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu mengungkapkan sebab-akibat suatu kecelakaan dan meneliti apakah pengendalian secara cermat dilakukan atau tidak. Menurut Mangkunegara bahwa tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:

a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis.

b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya selektif mungkin.

c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.

d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.

e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja. f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan

atau kondisi kerja.

g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja

(8)

Pada dasarnya penerapan sistem manajemen secara umum untuk berbagai bidang dan tingkatan adalah sama, perbedaanya hanya pada kegiatan operasionalnya. Penjelesan pada ILO guidelines accupational safety and

health management system 2001, dalam pelaksaanannya membagi dua tingkat,

antara lain tingkat nasional dan organisasi. Pada tingkat nasional, ,mereka menciptakan kerangka kerja OSH – MS.

Secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang tidak dapat diduga. Kecelakaan kerja dapat terjadi karena kondisi yang tidak membawa keselamatan kerja, atau perbuatan yang tidak selamat. Kecelakaan kerja dapat didefinisikan sebagai setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan. Berdasarkan definisi kecelakaan kerja maka lahirlah keselamatan dan kesehatan kerja yang mengatakan bahwa cara menanggulangi kecelakaan kerja adalah dengan meniadakan unsur penyebab kecelakaan dan atau mengadakan pengawasan yang ketat.

Pada tingkat organisasi, termasuk pada elemen sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah kebijakan (policy), pengorganisasian (organaizing), perencanaan dan implementasi ( planning and implementation) dan pengerakkan untuk perbaikan perbaikan.

Berdasarkan peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor Per 05/ Men/1996 pasal 3. Setiap perusahaan yang memperkerjakan tenaga kerja sebanyak serats orang atau lebih atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karateristik proses taua bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja, seperti peledakan, kebakaran, pencemaran, dan penyakit akibat kerja.

Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerjawajib dilaksanakan oleh pengurus, pengusaha dan seluruh tenaga kerja sebagai satu kesatuan. Tanggung jawab perusahaan dalam menerapkan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, maka perusahaan wajib melaksanakan ketentuan ketentuan sebagai berikut:

(9)

b. Merencanakan pemenhakan kebijakan, tujuan, dan sasaran penerapan keseahatan dan keselamatan kerja

c. Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja keselamatan dan kesehatan kerja, serta melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan d. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan sistem manajemen

keselamatan dan kesehatan kerja secara berkesinambungan

Berdasarkan peraturan pemerintah tersebut dapat disimpulkan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, antara lain komitmen, perencanaan, komitmen, penerapan dan keberlangsungan kegiatan. Hal hal tsb adalah dasar dar elemen manajemen kesehatan dan keselamatan kerja

V. Kecelakaan Kerja

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti kata kecelakaan adalah mendapat celaka, bencana, kemalangan, kejadian (peristiwa) yang menyebabkan orang celaka. Ada yang mengatakan defenisi kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan atau tidak terduga yang dapat menimbulkan kerugian material, kerusakan alat, cedera, korban jiwa dan kekacauan. Kecelakaan tidak selalu harus ada korban jiwa atau kekacauan namun kejadian itu berdampak menimbulkan kerugian.

(10)

Ada tiga alasan dasar dari kecelakaan di tempat kerja. Kejadian yang bersifat kebetulan, kondisi tidak aman dan tindakan tindakan yang tidak aman dilakukan pihak karyawan . Kejadian yang bersifat kebetulan ( seperti berjalan di depan jendela kaca yang bertepatan dengan seseorang yang melemparkan bola). Oleh karena itu kami memusatkan perhatian pada kondisi yang tidak aman dan tindakan tindakan yang aman

1. Penyebab Kecelakaaan Dalam Bekerja

Ada tiga alasan dasar dari kecelakaan di tempat kerja . Kejadian yang bersifat kebetulan, kondisi tidak aman dan tindakan tindakan yang tidak aman dilakukan pihak karyawan . Kejadian yang bersifat kebetulan ( seperti berjalan di depan jendela kaca yang bertepatan dengan seseorang yang melemparkan bola). Oleh karena itu kami memusatkan perhatian pada kondisi yang tidak aman dan tindakan tindakan yang aman

a. Kondisi tidak aman dan faktor faktor lain penyebab kecelakaan Kondisi tidak aman (unsafe condition) merupakan alasan utama dari kecelakaan. Termask faktor faktor seperti :

 Peralatan pelindung yang tidak memadai

 Peralatan rusak

 Gudang yang tidak aman, sumpek dan terlalu penuh

 Penerangan yang tidak memadai, dan penerangan nya tidak cukup

 Ventilasi yang tidak memadai sehingga tidak cukup pergantian udara

Walaupun kecelakaan dapat terjadi dimana saja, ada beberapa wilayah yang sangat berbahaya. Kira kira sepertiga kecelakaan terjadi di sekitar gerobak pengangkat barang, gerobak dorong dan bidang bidang angkat lainnya.

Selain kondisi tidak aman, tiga faktor berhubungan dengan kerja lainnya menymbang terhadap terjadi nya kecelakaan:

(11)

 Jadwal kerja dan kelelahan juga mempengaruhi tingkat kecelakaan. Tingkat kecelakaan biasanya tidak terlal mencolok selama lima atau enam jam pertama dari hari kerja. Sebagian kenyataan bahwa kecelakaan terjadi lebih sering selama giliran jam kerja malam

 Iklim psikologi dari tempat kerja mempengarhi tingkat kecelakaan. Sebagai contoh, kecelakaan lebih sering terjadi di pabrik dengan tingkat pemberhentian pekerja musiman yang tinggi dan di tempat terdapatnya permusuhan di kalangan karyawan.

b. Penyebab Tindakan-tindakan yang Tidak Aman

Kebanyakan para ahli keselamatan kerja dan manajer tahu bahwa tidak mungkin menghapuskan kecelakaan hanya dengan mengurangi kondisi yang tidak aman. Orang menyebabkan kecelakaan dan tidak ada yang menemukan jalan yang benar-benar pasti untuk menghilangkan tindakan karyawan yang tidak aman seperti:

 Membuang bahan-bahan

 Beroperasi atau bekerja dengan kecepatan yang tidak aman

 Membuat peralatan keamanan tidak beroperasi dengan memindahkan,

mencocokan atau melepaskan

 Menggunakan peralatan yang tidak aman atau secara tidak aman

 Menggunakan prosedur yang tidak aman dalam memuat, menempatkan, mencampur atau mengkombinasikan

 Mengambil posisi yang tidak aman di bawah muatan yang tergantung

 Mengangkat secara tidak tepat

 Pikiran kacau, gangguan, penyalahgunaan, kaget, berselisih atau permainan kasar

VI. Cara Menghindari Kecelakaan

(12)

1. Mengurangi Kondisi Tidak Aman

Rekayasawan yang aman hendaknya merancang pekerjaan untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya fisik, kemudian para penyelia dan manajer berperan mengurangi kondisi yang tidak aman. Gunakan daftar swa inspeksi untuk mengidentifikasikan dan menghilangkan potensi bahaya.

2. Mengurangi Tindakan yang Tidak Aman Melalui Seleksi dan Penempatan

Mengurangi tindakan tindakan tidak aman adalah pendekatan dasar kedua dan satu jalan ntuk melakukan hal itu adalah dengan menyaring orang orang yang mudah mendapat kecelakaan sebelum mereka diperkerjakan. Secara teknis mengidentifikasi perilaku manusia yang dapat dikaitkan dengan kecelakaan pada pekerjaan tertentu. Berikut ini beberapa contoh tes psikologi yang dapat dilakukan :

a. Tes kepribadian dan ke stabilan emosi. Tes psikologi ini pd khususnya tes tentang kestabilan emosi yang telah digunakan di banyak perusahaan. b. Tes keterampilan visual. Daya pengelihatan yang baik memainkan peran

dalam menghindari kecelakaan dalam banyak kesempatan, termasuk dalam menjalankan dan mengoprasikan mesin.

c. Tes kehandalan karyawan. Beberapa telaah mengemukakan bahwa sebuah tes seperti inventori kehandalan karyawan dapat membantu majikan mengurangi tindakan tindakan tidak amandi tempat kerja. Tolak uku ERI bermaksud mengukur dimensi kehandalan seperti kematangan emosi, kesadaran, pelaksanaan dan pelaksanaan pekerjaan yang aman.

d. Penyaringam genetik. Dalam menghadapi keprihatinan yang sangat etnis, beberapa orang menggunakan penyaringan genetika untuk mengurangi kecelakaan dan sakit di tempat kerja.

3. Mengurangi Tindakan yang Tidak Aman Melalui Pelatihan

(13)

keselamatan. Pada dasarnya pelatihan keselamatan kerja itu sangat penting, OSHA dengan National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) dan juga banyak vendor swasta memberikan solusi pelatihan keamanan secara online. Meskipun demikian pelajaran secara online lebih efisien akan tetapi pelatihan keselamatan yang paling efektif menuntut keterlibatan karyawan yang tinggi. Pada pelatihan ini program yang paling menarik dengan menjelaskan pembekalan materi pada kelas, film, materi tertulis untuk dibaca dan pelatihan berupa video. Kemudian cukup menarik pelatihan instruksi antar muka melalui computer dengan umpan balik dan yang paling menarik adalah dengan perilaku model, simulasi dan praktek langsung di lapangan.

4. Mengurangi Tindakan yang Tidak Aman Melalui Motivasi : Poster, Insentif dan Dorongan Positif

Pengusaha juga menggunakan berbagai alat untuk memotivasi pekerja untuk bekerja dengan aman seperti poster, program insentif dan dorongan positif. Namun, meskipun poster keselamatan dapat meningkatkan perilaku yang aman, cara tersebut tidak dapat menggantikan program keselamatan yang komprehensif. Pengusaha harus memadukannya dengan teknik lain (seperti penyaringan dan pelatihan) untuk mengurangi kondisi dan tindakan tidak aman dan harus sering merubah poster.

Program insentif juga berguna, contohnya karyawan mendapatkan WINGS (Willing Involvement Nurtures Greater Safety) poin untuk terlibat dalam satu atau lebih kegiatan yang aman, seperti mengambil pelatihan tanggap darurat. Masing-masing karyawan dapat memperoleh hingga $ 20 per bulan dengan mengumpulkan poin.

(14)

Selain itu, pengawas memuji pekerja ketika mereka tampil dipilih insiden aman.

5. Mengurangi Tindakan yang Tidak Aman Berdasarkan Perilaku

Keamanan berdasarkan perilaku berarti mengidentifikasi perilaku pekerja yang berkontribusi pada kecelakaan dan kemudian pekerja untuk menghindari perilaku ini.

6. Mengurangi Tindakan yang Tidak Aman dengan Partisipasi Karyawan Paling tidak ada dua alasan untuk melibatkan karyawan dalam penyusunan program keamanan karyawan. Pertama, mereka adalah sumber ide terbaik pihak manajemen berkaitan dengan ide tentang apa masalah potensial dan bagiman solusinya. Kedua, lebih mudah membuat karyawan menerima dan secara antusias mengikuti program keamanan bila mereka berperan serta dalam penyusunanya.

7. Mengurangi Tindakan yang Tidak Aman dengan Inspeksi dan Audit Keamanan dan Kesehatan

Namun, sekali lagi, program untuk mengurangi tindakan yang tidak man bukanlah pengganti untuk menghilangkan bahaya. Secara rutin lakukanlah inspeksi seluruh lokasi untuk kemungkinan masalah keamanan dan kesehatan, dengan menggunakan daftar periksa sebagai bantuan. Selidikilah semua kecelakaan dan “nyaris celaka”. Buatlah sistem agar karyawan dapat memberitahu manajer tentang bahaya. Gunakan komite keamanan karyawan untuk melakukan inspeksi tersebut. Aktivitas komite meliputi mengevaluasi kecukupan keamanan, mengawasi temuan audit keamanan, dan mengusulkan strategi untuk meningkatkan kinerja kesehatan dan keamanan.

VII. Gangguan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja

(15)

para pekerja setelah jam kerjamenerimah petunjuk mengenai metode-metode manajemen stress. Petunjuk-petunjuk ini meliputih meditasi, latihan pernapasan, dan satu teknik yang disebut dotstopin. Teknik yang sejenis dengan biofekback ini mengajarkan para pekerja untuk mengendalikan stress mereka dengan mengenang suatu saat yang indah dan memusatkan diri pada perasaan-perasaan dan sensasi-sensasi yang mereka alamih pada waktu itu. Dewasa ini, upaya-upaya untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja tidaklah lengkap tanpa suatu strategi untuk mengurangi stress fisikologis yang berhubungan dengan pekerjaan.

1. Strategi meningkatkan kualitas kerja

Bila penyebab sudah diidentifikasi, strategi-strategi dapat dikembangkan untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya kerja. Untuk menentukan apakah suatu strategi efektif atau tidak, perusahaan dapat membandingkan insiden, kegawatan, dan frekuensi penyakit-penyakit dan kecelakaan sebelum dan sesudah strategi tersebut diberlakukan.

Mewajibkan perusahaan-perusahaan untuk menyimpan catatan insiden-insiden kecelakaan dan kasus penyakit yang terjadi dalam perusahaan. Perusahaan juga mencatat tingkat kegawatan dan frekuensi setiap kecelakaan atau kasus penyakit tersebut.

a. Tingkat insiden indeks keamanan indutsri yang paling eksplisit adalah tingkat insiden yang mengambarkan jumlah kecelakan dan penyakit dalam satu tahun.

b. Tingkat frekuensi mencerminkan jumlah kecelakaan dan penyakit setiap satu juta jam kerja, bukan dalam setahun seperti dalam tingkat insiden. c. Tingkat kegawatan. Tingkat kegawatan mengambarkan jam kerja yang

hilang karena kecelakaan atau penyakit.

(16)

lampu peringatan, mekanisme perbaikan diri dan penghentian pekerjaan secara otomatis. Sampai seberapa jauh usaha-usaha tersebut dapat mengurangi kecelakaan tergantung pada penerimaan dan penerimaan oleh pekerja. Sebagai contoh, kemungkinan cedera mata dapat dikurangi dengan tersedianya kacamata pelindung hanya bila para pekerja memakai kacamata tersebut dengan benar.

e. Ergonomis. Cara lain untuk meningkatkan keselamatan kerja adalah dengan membuat pekerjaan itu sendiri menjadi lebih nyaman dan tidak terlalu melelahkan, melalui ergonomis. Ergonomis mempertimbangkan perubahan-perubahan pada lingkungan pekerjaan sehubungan dengan kemampuan-kemampuan fisik dan fisiologis serta keterbatasan-keterbatasan pekerja.

f. Divisi keselamatan kerja. Strategi lain dalam rangka mencegah kecelakaan adalah pemanfaatan divisi-divisi keselamatan kerja. Departemen SDM dapat berfungsi sebagai coordinator panitia yang terdiri dari beberapa orang wakil pekerja. Bil ada serikat buruh di perusahaan, divisi ini juga harus mempunyai anggota yang mewakili serikat buruh. Sering beberapa perusahaan memiliki beberapa anggota divisi keselamatan kerja pada tingkat departemen untuk implementasi dan administrasi, dan divisi yang lebih besar pada tingkat perusahaan untuk merumuskan kebijakan.

2. Mengendalikan stress dan kelelahan kerja

(17)

a. Peningkatan partisipasi dalam pengambilan keputusan. Pentingnya kemampuan mengendalika atau setidaknya memprediksi apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang sangat disadari. Mempunya kesempatan bagi karyawan untuk menentukan sendiri ditambah dengan kebebasan dan kemampuan untuk mempengaruhi kejadian-kejadian di sekitarnya dapat menjadi sumber motivasi intrinsic (dari dalam diri) dan penghargaan yang sangat berarti. Jika kesempatan untuk mengendalikan tidak dipunyai seorang karyawan dan karyawan merasa terjebak dalam suatu lingkungan yang tidak dapat dikendalikan maupun dieamlkan, kondisi psikologis mauapun fisik karyawan kemungkinana besar akan terganggu.

b. Strategi-strategi manajemen stress pribasi. Manajemen waktu dapat merupakan strategi yang efektif dalam mengetasi stres pekerjaan. Strategi ini sebagian besar di dasarkana atas indentifikasi atas awal tujuan-tujuan pribadi pekerjaan. Strategi-strategi lain yang menjadi bagian manajemen stress perorangan meliputi pola makan yang sehat, olahraga yang teratu, pemantauan kesehatan fisik, dan membentuk kelompok pendukung sosial. Banyak perusahaan besar mendorong pekerja-pekerjanya untuk mendaftarkan diri dalam program latihan olahraga yang tertur dimana kebugaran dan kesehatan mereka dipantau secara seksama.

c. engembangkan kebijakan-kebijakan kesehatan kerja. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan meningkatnya tanggung jawab, semakin banyak perusahaan mengembangkan pertanyaan-pertanyaan kebijakan yang menangkut bahaya-bahaya. Pertanyaan-pertanyaan ini berkembang dari satu kepedulia bahwa perusahaan-perusahaan harus pro aktif mengenai masalah-masalah kesehatan dan keselamatan kerja.

Referensi

Dokumen terkait

Analisa Pengaruh Relevansi Nilai Informasi Laba, Arus Kas Operasi, Nilai Buku Ekuitas, dan Ukuran Perusahaan terhadap Harga Saham pada Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek

Hasil perhitungan nilai LOS pada fasilitas passport control area untuk terminal penumpang keberangkatan dan kedatangan di Bandara New Yogyakarta International Airport

Hasil yang dicapai dari kegiatan pembersihan bak aerasi adalah pengurasan bak aerasi dari adanya penumpukan lumpur yang terbawa limbah cair akibat dari tidak

Tujuan akhir dari pendampingan berbasis among ini adalah (1) model yang good and fit, (2) model efektif, (3) trend perilaku tenant dalam peningkatan mental wirausaha, (4) uji

Berdasarkan perhitungan, harapan responden memiliki nilai rata-rata yang tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata pelayanan yang diterima, sehingga persentase kesesuaian

Oleh karena itu, melalui penelitian ini diharapkan dapat memperoleh nilai efektivitas biaya pengobatan TB antara di puskesmas menggunakan DOTS, RS yang menggunakan DOTS, dan

Hal ini berarti bahwa awal waktu Asar dimulai ketika bayangan Matahari sama dengan benda tegaknya, artinya apabila pada saat Matahari berkulminasi atas membuat bayangan

akan dianalisis dalam penelitian ini berupa kutipan-kutipan (kata, frasa, kalimat naratif, maupun dialog), yang berkaitan dengan tubuh dan penubuhan yang digambarkan