MAKALAH
KEBIJAKAN FISKAL DALAM EKONOMI ISLAM Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sistem Ekonomi Islam
Dosen Pengampu : Suharno, M. E.
Disusun Oleh :
Ardy Setiawan (63020190168) Eva Nuzuliana Putra (63020210118) Inka Permata Christy (63020210135)
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SALATIGA 2023
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum, Wr. Wb.
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia- Nya kita dapat menyelesaian makalah “Kebijakan Fiskal dalam Ekonomi Islami”. Dan kami berterima kasih kepada bapak Suharno, M. E. sebagai Dosen mata kuliah Sistem Ekonomi Islam yang telah memberikan tugas makalah kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita sebagai penulis maupun pembaca. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata kata yang kurang berkenan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini untuk menjadi lebih baik lagi.
Wassalamualaikum, Wr.Wb
Salatiga, 25 November 2023
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
KATA PENGANTAR...ii
DAFTAR ISI... iii
BAB I PENDAHULUAN...iv
A. Latar Belakang...iv
B. Rumusan Masalah...iv
C. Tujuan Penelitian...iv
BAB II PEMBAHASAN...1
A. Pengertian Kebijakan Fiskal... 1
B. Tujuan Kebijakan Fiskal... 2
C. Prinsip - Prinsip Kebijakan Fiskal...4
D. Instrumen Kebijakan Fiskal dalam Ekonomi Islam...5
E. Sejarah Kebijakan fiskal dari Masa ke masa...6
BAB III PENUTUP...9
A. Kesimpulan...9
B. Saran... 9
DAFTAR PUSTAKA...10
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Kebijakan fiskal berarti kebijakan untuk mengatur pendapatan dan pengeluaran negara dalam rangka menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Instrument kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Literatur fiskal modern ternyata tidak satupun membicarakan masalah etika, terkecuali pada teori distribusi. Itupun sebatas teori distribusi. Di sisi lain, tidak benar mengatakan bahwa konsep ekonomi Islam yang telah ada sejak pemerintahan Islam Madinah merupakan konsep siap pakai yang tinggal dijadikan alternatif pengganti sistem fiskal modern. Penerimaan begitu saja dari konsep klasik fiskal Islam tanpa mereformulasikan dalam konteks kontemporer hanya akan memutar waktu ke zaman primitif. Bila hanya menerima zakat sebagai tulang punggung fiskal Islam, lalu menolak pajak, maka hal itu hanya akan berujung pada konsep fiskal Islam yang utopis. Hal yang perlu dilakukan untuk masing-masing sistem fiskal adalah mengambil kelebihan di masing-masing sistem, lalu mengombinasikannya. Dalam artian, fiskal modern menerima gagasan-gagasan etika dan fiskal Islam mengadopsi gagasan- gagasan teoritis dan aplikatif fiskal modern.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kebijakan fiskal ekonomi Islam?
2. Apa tujuan dari kebijakan fiskal dalam ekonomi Islam?
3. Apa prinsip-prinsip kebijakan fiskal dalam ekonomi Islam?
4. Bagaimana instrumen kebijakan fiskal dalam ekonomi Islam?
5. Bagaimana sejarah kebijakan fiskal dalam ekonomi Islam?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengertian dari kebijakan fiskal ekonomi Islam?
2. Untuk mengetahuitujuan dari kebijakan fiskal dalam ekonomi Islam?
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip kebijakan fiskal dalam ekonomi Islam?
4. Untuk mengetahui instrumen kebijakan fiskal dalam ekonomi Islam?
5. Untuk mengetahui sejarah kebijakan fiskal dalam ekonomi Islam?
BAB II
PEMBAHASAN A. Pengertian Kebijakan Fiskal
Ditinjau secara etimologi, kebijakan fiskal berasal dari dua kata, yaitu kebijakan dan fiskal. Kebijakan (policy) memiliki arti yang bermacam-macam, Harold D. Laswell dan Abraham Kaplan memberi arti kebijakan sebagai suatu program pencapaian tujuan, nilai-nilai dan praktik-praktik yang terarah .Seorang ahli, James E. Anderson merumuskan kebijakan adalah sebagai perilaku dari sejumlah aktor (pejabat, kelompok, instansi pemerintah) atau serangkaian aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu.1
Kebijakan fiskal adalah kebijakan ekonomi yang digunakan pemerintah untuk mengelola perekonomian kekondisi yang lebih baik dengan cara mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah.2
Kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah dalam memungut pajak dan membelanjakan pajak tersebut untuk membiayai kegiatan ekonomi. Kebijakan fiskal merupakan kebijakan pemerintah dalam mengatur setiap pendapatan dan pengeluaran negara yang digunakan untuk menjaga stabilitas ekonomi dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi. 3
Dalam Islam, kebijakan fiskal merupakan suatu kewajiban negara dan menjadi hak rakyat, sehingga kebijakan fiskal bukanlah semata-mata sebagai suatu kebutuhan untuk perbaikan ekonomi maupun untuk peningkatan kesejahteraan rakyat saja, akan tetapi lebih pada Prinsip kebijakan fiskal yang ada di dalam Ekonomi Islam ada beberapa hal yang di kemukakan oleh beberapa ulama atau para ahli diantaranya yang dikemukakan oleh Khurshid Ahmad yang membagi prinsip ekonomi islam ada 4 yaitu Prinsip Tauhid, Prinsip Rub-Biyyah, Prinsip Khilafah dan Prinsip Tazkiyah. Akan tetapi prinsip dasar ekonomi islam yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah yaitu kebijakan fiskal
1 Turmudi, I. (2019). Kajian Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter dalam Islam. jurnal studi Islam, 1(2), 74- 90.
2 M. Nur Rianto Al Arif, Teori Makro Ekonomi Islam Konsep, Teori, dan Analisis. (Bandung: Alfabeta, 2010) 149.
3 Rozalinda, Ekonomi Islam: teori dan aplikasinya pada aktivitas ekonomi. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), 205.
yaitu : penciptaan mekanisme distribusi ekonomi yang adil. Karena hakikat permasalahan ekonomi yang melanda umat manusia adalah berasal dari bagaimana distribusi harta di tengah-tengah masyarakat terjadi. Jadi uang publik dipandang sebagai amanah di tangan penguasa dan harus diarahkan pertama-tama pada lapisan masyarakat yang lemah dan orang-orang miskin, sehingga tercipta keamanan masyarakat dan kesejahteraan umum.
Kebijakan fiskal menurut ekonomi Islam diharapkan melaksanakan fungsi alokasi, distribusi dan stabilisasi dalam suatu negara yang mempunyai ciri khas tertentu dari nilai orientasi, dimensi etik dan sosial dalam pendapatan dan pengeluaran negara Islam. Sistem perpajakan Islam harus menjamin bahwa hanya golongan kaya dan makmur yang mempunyai kelebihanlah yang memikul beban utama pajak.
Adapun ciri kebijakan fiskal dalam sistem ekonomi Islam adalah :
1. Pengeluaran negara dilakukan berdasarkan pendapatan, sehingga jarang terjadi defisit anggaran.
2. Sistem pajak proporsional, pajak dalam ekonomi Islam dibebankan berdasarkan tingkat produktifitas. Misalnya kharaj, besarnya pajak ditentukan berdasarkan tingkat kesuburan tanah, metode irigasi maupun jenis tanaman.
3. Penghitungan zakat berdasarkan hasil keuntungan bukan pada jumlah barang.
Misalnya zakat perdagangan, yang dikeluarkan zakatnya adalah hasil keuntungan, sehingga tidak ada pembebanan terhadap biaya produksi. 4
B. Tujuan Kebijakan Fiskal
Tujuan dari kebijakan fiskal dalam Islam adalah untuk menciptakan stabilitas ekonomi, tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pemerataan pendapatan, ditambah dengan tujuan lain yang terkandung dalam aturan Islam yaitu Islam menetapkan pada tempat yang tinggi akan terwujudnya persamaan dan demokrasi. Ekonomi Islam akan dikelola untuk membantu dan mendukung ekonomi masyarakat yang terbelakang dan untuk memajukan serta menyebarkan ajaran Islam seluas mungkin. Masih menurut Majid, dalam mencapai tujuan pembangunan ekonomi ada beberapa instrumen yang digunakan,
4 Aini, I. (2019). Kebijakan Fiskal dalam Ekonomi Islam. Jurnal Kajian Ilmu-ilmu Hukum, XVII(2 ), 43-50.
yaitu: penggunaan kebijakan fiskal dalam menciptakan kesempatan kerja, hal ini mungkin saja apabila investasi tidak hanya digunakan untuk menutupi kesenjangan antara pendapatan nasional dengan pengeluaran konsumsi agregat, maka harapan yang tinggi terhadap tingkat keuntungan dapat dicukupi dengan mengajak para pengusaha untuk ikut membuka investasi baru yang akan menyerap banyak tenaga kerja. Hal yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah menarik beban atas harta yang menganggur, sehingga akan mendorong masyarakat untuk menginvestasikan dananya lewat tabungan atau deposito dengan tanpa menggunakan tingkat bunga tetapi melalui bagi hasil, semua ini akan merangsang para pengusaha karena dalam berusaha tidak akan terbebani oleh beban bunga yang tinggi.
1. Penggunaan kebijakan fiskal dalam menekan laju inflasi, hal ini jelas karena penekanan laju inflasi akan lebih menonjol dibandingkan dengan cost push inflation itu sendiri. Dapat difahami dengan benar bahwa dalam Islam dilarang pemborosan dan berlebih-lebihan dalam konsumsi serta segala bentuk penimbunan untuk mencari keuntungan dan juga transaksi yang bersifat penindasan salah satu pihak. Jika kita asumsikan bahwa keadaan ekonomi adalah full employment (tenaga kerja penuh), maka kenaikan agregat tidak akan menimbulkan kenaikan pada pendapatan riil nasional. Dengan kata lain, pada tingkat output yang sama tidak akan dinaikkan sebagai kenaikan harga yang tinggi dan langkah yang bisa diambil adalah memaksimalkan fungsi penerimaan zakat. Penerimaan zakat ini dapat digunakan untuk berbagai macam kegunaan dalam rangka menjamin stabilitas ekonomi.
2. Penggunaan kebijakan fiskal dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi, selama pertumbuhan ekonomi merupakan tingkat tabungan, kebijakan fiskal harus menjadi tujuan dengan pencapaian mobilitas maksimum dari fungsi tabungan. Dalam pengaturan hasil usaha atau keuntungan dari proyek pemerintah dapat dijalankan dengan menggunakan sistem bagi hasil. Para pemegang saham akan saling membagi keuntungan dan kerugian bersama sesuai proporsi modalnya masing- masing, dengan demikian segala bentuk transaksi baik itu sektor rumah tangga, swasta maupun pemerintah semua dapat menjalankan prinsip bagi hasil tanpa menggunakan bunga.
Berdasarkan uraian di atas, kesimpulan yang dapat diambil bahwa tujuan dari kebijakan fiskal dalam Islam adalah untuk menciptakan stabilitas ekonomi, tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pemerataan pendapatan, ditambah dengan tujuan lain yang terkandung dalam aturan Islam.5
C. Prinsip - Prinsip Kebijakan Fiskal
Prinsip kebijakan fiskal yang ada di dalam Ekonomi Islam ada beberapa hal yang di kemukakan oleh beberapa ulama atau para ahli diantaranya yang dikemukakan oleh Khurshid Ahmad yang membagi prinsip ekonomi islam ada 4 yaitu Prinsip Tauhid, Prinsip Rub-Biyyah, Prinsip Khilafah dan Prinsip Tazkiyah. Akan tetapi prinsip dasar ekonomi islam yang berkaitan antara kebijakan pemerintah dengan kebijakan fiskal yaitu:
1. Prinsip – Prinsip dalam Penerimaan Publik atau Pendapatan.
● Sistem pungutan wajib (dharibah), pada prinsip ini pihak yang berwenang harus menjamin. Bahwasannya golongan kaya atau yang memiliki kelebihan yang dapat memikul beban utama dharibah.
● Berbagai pungutan dharibah tidak berdasarkan kepada input tetapi berdasarkan tabungan yang ada.
● Tidak memaksakan kehendak pemerintah untuk mengeluarkan pajak termasuk juga kepada orang kaya. Seperti pada Rasullah SAW.
● Menyetarakan posisi kaum Muslimin dan Non-Muslimin.
● Penentuan penerimaan publik tergantung pada sektor tertentu.
2. Prinsip – Prinsip dalam Pembelanjaan atau Pengeluaran.
● Alokasi zakat merupakan kewenangan Allah, bukan dari pihak amil atau pemerintah.
● Menerapkan prinsip maslahah yaitu mendatangkan manfaat.
● Menghindari kesulitan (masyaqqoh) dan (mudharat).
● Prinsip efisinsi dalam belanja rutin pemerintah.
● Prinsip keadilaan yaitu tidak memihak orang kaya.
5 Nurul Huda, dkk, Ekonomi Makro …. H. 192
● Prinsip komitmen yaitu memeprhatiakn dari skala wajib, sunnah, mubah, dll.6
D. Instrumen Kebijakan Fiskal dalam Ekonomi Islam
Perspektif ekonomi konvensional, Adiwarman Karim menjelaskan bahwa dalam struktur Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) terdapat beberapa instrumen (alat) dan cara yang digunakan untuk menghimpun dana guna menjalankan pemerintahan, antara lain: 7
1. Melakukan bisnis pemerintah dapat melakukan bisnis seperti perusahaan lainnya, misalnya dengan mendirikan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Seperti halnya perusahaan lain, dari perusahaan negara ini diharapkan memberikan keuntungan yang dapat digunakan sebagai salah satu sumber pendapatan negara.
2. Pajak penghimpunan dana yang umum dilakukan adalah dengan cara menarik pajak dari masyarakat. Pajak dikenakan dalam berbagai bentuk seperti pajak pendapatan, pajak penjualan, pajak bumi dan bangunan, dan lain-lain. Pajak yang dikenakan kepada masyarakat tidak dibedaka nterhadap bentuk usahanya sehingga dapat menimbulkan ketidakstabilan.
3. Meminjam uang pemerintah dapat meminjam uang dari masyarakat atau sumber- sumber yang lainnya dengan syarat harus dikembalikan di kemudian harinya.
Masyarakat harus mengetahui dan mendapat informasi yang jelas bahwa di kemudian hari mereka harus membayar pajak yang lebih besar untuk membayar utang yang dipinjam hari ini. Meminjam uang hanya bersifat sementara dan tidak boleh dilakukan secara terus-menerus. 8
Sementara itu, di antara beberapa kebijakan fiskal di dalam Islam memiliki dua instrumen :
1. Kebijakan pendapatan, yang tercermin dalam kebijakan pajak.
6 Isnaini, Desi. Peranan kebijakan fiskal dalam sebuah negara. AL-INTAJ 1(3). (2017): 102-118.
7 Adiwarman A, Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, Jakarta: Gema Insani, 2001,. 225
8 Aini, I. (2019). Kebijakan Fiskal dalam Ekonomi Islam. Jurnal Kajian Ilmu-ilmu Hukum, XVII(2 ), 43-50.
Merupakan sumber penerimaan negara) terdiri dari dari: zakat, kharaj (pajak bumi/tanah), ghanimah (harta rampasan perang), jizyah (pajak yang dikenakan pada kalangan non muslim, pajak atas pertambangan dan harta karun, bea cukai dan pungutan. Jika diklasifikasikan, maka sumber penerimaan negara (pendapatan negara) ada yang bersifat rutin seperti zakat, kharaj, ushr (cukai), infak, shadaqah, serta pajak jika diperlukan, dan ada yang bersifat temporer seperti ghanimah, fa’i, dan harta yang tidak ada pewarisnya.9
2. Kebijakan belanja (pengeluaran).
Kebijakan belanja (pengeluaran) di antaranya adalah kepentingan pertama diarahkan pada biaya pertahanan negara dan menjaga perdamaian negara.
Kepentingan kedua dikeluarkan untuk pokok pengeluaran lain. Menurut Ibn Taimiyah sebagaimana dikutip oleh Eko Suprayitno, dijelaskan sebagai berikut:
1) Pengeluaran untuk para gubernur, menteri dan pejabat pemerintah lain tak dapat dielakkan oleh pemerintah manapun, harus dibiayai dari anggaran penerimaan fa’i
2) Memelihara keadilan. Negara harus mengurus hakim atau qadhi.
3) Biaya pendidikan warga negara, baik siswa maupun gurunya
4) Utilitas (kegunaan) umum, infrastruktur dan gugus tugas ekonomi, harus ditanggung negara.10
E. Sejarah Kebijakan fiskal dari Masa ke masa 1. Kebijakan Fiskal Pada Era Rasullah SAW.
Masa Rasullah SAW ekonomi islam sangat tidak membolehkan praktek riba atau bunga secara permanen, Rasullah SAW juga melarang adanya kegiatan penimbunan barang. Maka dari itu peran pemerintah saat itu dan Rasullah SAW sebagai pemimpin terlihat dalam hal bentuk pengaturan distribusi kekayaan pada masa itu. Sehingga kebijakan fiskal atau pengelolaa pendapatan dan pengeluaran
9 Mustafa Edwin Nasution, et. al., Pengenalan Eksklusif…, h. 221.
10 Eko Suprayitno, Ekonomi Islam Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan Konvensional, Yogyakarta: Graha Ilmu,
2011, 184
negara berasal dari Ghanimah, Fay’, Usyriyyah, izyah, Zakat dan Kharaj. Selain itu Rasullah SAW juga menjadikan sumber daya alam sebagai pemasukan dalam negara yang kemudian dikelolah dan tujuannya untuk mencapai kemaslahatan.
2. Kebijakan Fiskal Pada Era Khularaur Rasyidin
Kebijakan khalifah pertama yaitu Abu Bakar ra, dalam kebijakam pemerintahnya yaitu salah satunya kebijaka fiskal yaitu selalu mengoptimalkan sistem pengelolaan zakat yang lebih profesional, pengakurasian perhitungan sehingga dapat menghasilakn pendapatan yang maksimal.
Kebijakan khalifah kedua yaitu Umar bin Khattab ra, menjadikan maitul mal sebagai pusat pemasukan negara lalu kemudian kebijakan fiskal digunakan untuk mengatur proses distribusi pembelanjaan terhadap keperluan militer, peradilan kehakiman, bantuan modal, investasi dan pendidikan sosial.
Kebiajakn khalifah ketiga yaitu Utsman bin Affan ra, melakukan kebijakan fiskal dari khalifah umar lalu di gunakan untuk mengatur pertumbuhan produksi pertanian melalui pembagunan irigasi dan pembagunan akses perdagangan. Kebijakan khalifah keempat yaitu Ali bin Abi Thalib ra,menggunakan fiskal dalam mengatur penguatan sektor agraris dan perkebunan dengan melalui pengurangan kharaj serta melakukan regulasi perdagangan.
3. Kebijakan Fiskal Era Bani Umayyah
Masa Bani Umayyah kebijakannya tidak hanya kebijakan fiskal dalam hal penentuan mata uang tetapi juga mengahruskan melakukan pembakuan sistem administrasi. Fiskal pada masa ini ditujukan untuk menciptakan kesejateraan yang secara merata dengan menggunakan metode proverty dan full employment hal ini bertujuan untuk menghindari moral hazard. Sektor paling penting pada masa ini adalah sektor pertanian melalui pembagunan fasilitas pertanian.
4. Kebijakan Fiskal Era Bani Abbasiyah
Bani abbasiyah berhasil menciptakan kesejateraan, keamanan, kecerdasan dan persatuan masyarakat yang bagus dengan menggunakan kebijakan ekoonomi yaitu kebijakan fiskal. Tidak hanya itu Bani Abbsiyah juga berhasil mengimbangi pembagunan ekonomi melalui pembagunan sistem pengelolaan sampah. Perhatian pemerintah terhadap produktivitas masyarakat juga sangat tinggi sehingga
pengelolaan pertanian juga sangat baik saat itu sehingga bani abbasiyah di dalam sejarah merupakan masa kejayaan islam pertama.
5. Kebijakan Fiskal Era Utsmaniyah
Masa Utsmaniyah di Turki merupakan masa islam yang terakhir, pada masa ini kebijakan fiskal sangat terlihat jelas karena pengembangan yang terjadi pada aspek keanegaragaman tanaman dan hewan yang ada di antara benua Asia dan Eropa.
Untuk menciptakan etos kerja, fasilitas public distandarisasi antara satu kota dengan kota lainnya sehingga pembangunan daerah lebih merata.
6. Kebijakan Fiskal Era Indonesia.
Kebijakan fiskal ini di indonesia di tetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ( APBN ). Maka dengan menggunakan APBN ini pemerintah telah menetapkan cara mereka dalam menegelolah dan mengatur pendapatan dan juga pengeluaran pemerintah. Ada dua hal yang ad di dalam APBN ini yaitu pendapatan negara dan Hibah atau pembelanjaan negara.11
11 Zakiyah Miskiyah, Arif Zunaidi, et all. (2022). Kebijakan Fiskal dalam Perspektif Ekonomi Makro Islam.
jurnal studi ekonomi syariah. 1(6) :. 69-83
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
Dari beberapa penjelasan di atas dapat diketahui bahwa kebijakan fiskal dapat diartikan sebagai langkah-langkah pemerintah untuk membuat perubahan-perubahan dalam sistem pajak atau dalam perbelanjaannya yang bertujuan mengatasi masalah- masalah ekonomi yang dihadapi. Perbedaan mendasar dari kebijakan fiskal Islam dengan konvensional atau Modern adalah terkait kesejahteraan yang akan dicapai. Di mana konsep kesejahteraan hidup yang ingin dicapai dalam kebijakan fiskal konvensionaal atau modern adalah untuk mendapatkan keuntungan maksimum bagi individu dalam kehidupan tanpa memandang kebutuhan spiritual manusia, sementara dalam sistem Islam konsep kesejahteraannya sangat luas, meliputi kehidupan di dunia dan di akhirat serta peningkatan spiritual lebih ditekankan daripada pemilikan material.
Terkait Anggaran Penerimaan negara dalam fiskal Islam diperoleh melalui zakat, kharaj (pajak pertanian), jizyah (pajak perorangan), khums (pajak harta rampasan perang), usyur (pajak perdagangan), warisan kalalah (orang yang tidak mempunyai ahli waris), kaffarat (denda), hibah dan pendapatan lain yang bersumber dari usaha yang halal. Adapun mekanisme penggunaan dana-dana tersebut, ada instrument yang penggunaan dananya bersifat terikat seperti zakat dan ada pula yang bersifat tidak terikat. Terkait kebijakan anggaran belanja negara, ada suatu perbedaan yang mendasar mengenai sistem anggaran belanja Islam dengan modern. Islam menitik beratkan pada masalah pelayanan terhadap urusan ummat, yang telah diserahkan oleh syara‟ dan ditetapkan sesuai dengan apa yang menjadi pandangan agama Islam.
B. Saran
Dengan membaca makalah ini, diharapkan kita mampu memahami lebih jauh tentang Kebijakan Fiskal Islami lebih dalam lagi walaupun penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, penulis menyarankan agar mencari referensi-referensi bacaan lebih banyak lagi selain dari makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Adiwarman, A., & Karim. (2001). Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer.
Aini, I. (2021). Kebijakan Fiskal dalam Ekonomi Islam. Al-Qisthu: Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Hukum, 17(2), 43–50. https://doi.org/10.32694/qst.v17i2.798
Desi, I. (2017). Peranan Kebijakan Fiskal Dalam Sebuah Negara. AL-INTAJ, 3, 102–118.
M. Nur Rianto Al Arif. (2010). Teori Makro Ekonomi Islam Konsep, Teori, dan Analisis.
Alfabeta.
Mustafa Edwin Nasution. (n.d.). Pengenalan Eksklusif….
Nurul Huda dkk. (n.d.). Ekonomi Makro.
Rozalinda. (2014). Ekonomi Islam: teori dan aplikasinya pada aktivitas ekonomi. PT. Raja Grafindo Persada.
Suprayitno, E. (2011). Ekonomi Islam Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan Konvensional.
Turmudi, I. (2019). Kajian Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter dalam Islam. An-Nawa : Jurnal Studi Islam, 1(1). https://doi.org/10.37758/annawa.v1i2.143
Zakiyatul Miskiyah, Arif Zunaidi, Sodiq Almustofa, & Mahrus Suhardi. (2022). Kebijakan Fiskal dalam Perspektif Ekonomi Makro Islam. Istithmar : Jurnal Studi Ekonomi Syariah, 6(1), 69–83. https://doi.org/10.30762/istithmar.v6i1.33
(Adiwarman & Karim, 2001; Aini, 2021; Desi, 2017; M. Nur Rianto Al Arif, 2010; Mustafa Edwin Nasution, n.d.; Nurul Huda dkk, n.d.; Rozalinda, 2014; Suprayitno, 2011; Zakiyatul Miskiyah et al., 2022)(Turmudi, 2019)