• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH kel 2 pentingnya pemahaman diri

Yuyun lestari Sirumpa

Academic year: 2024

Membagikan " MAKALAH kel 2 pentingnya pemahaman diri"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PENTINGNYA PEMAHAMAN DIRI DALAM PRAKTIK KONSELING DOSEN PENGAMPU: Azam Arifyadi, S.Pd, M.Pd

MATA KULIAH: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK 2 KELAS A

1. Yuyun Lestari Sirumpa_A50122007 2. Kristanti Sateki_A50122016

3. Moh. Azril_A50122009

4. Jeni Ahmad Abduloh_A50122030

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO PALU

2024

(2)

PENTINGNYA PEMAHAMAN DIRI DALAM PRAKTIK KONSELING

A. Rasional

Pemahaman diri memiliki peranan yang sangat krusial dalam praktik konseling. Keberhasilan seorang konselor tidak hanya tergantung pada pengetahuan teknis mereka, tetapi juga pada sejauh mana mereka mengenali dan memahami diri sendiri. Berbagai macam permasalahan yang dialami konselor dalam memahami siswa maupun dirinya, salah satunya di sekolah SMAN 1 TOMONI Kabupaten Luwu Timur Sulawesi Selatan.

Dari hasil wawancara yang kami lakukan secara online terhadap guru BK di sekolah tersebut, bahwa memahami diri siswa itu memang sering menjadi kendala bagi beliau selaku guru BK disana. Karena di sekolah tersebut tidak ada jadwal untuk Bimbingan Konseling sendiri. Sebagai guru BK untuk bisa memahami diri siswa perlu di adakannya tatap muka secara langsung dan sering berbagi cerita bersama siswa-siswa, dengan begitu guru BK akan lebih mudah memahami diri siswanya. Tetapi di karenakan tidak adanya jam BK di sekolah tersebut maka untuk melakukan semuanya hanya terbatas.

Kadang beliau hanya memanfaatkan waktu kosong untuk bertemu dengan siswa-siswanya, seperti jadwal mapel yang tidak masuk, berkumpul di tempat yang sering di tempati oleh siswa-siswa untuk bercerita.Dengan begitu beliau secara perlahan bisa memahami siswa-siswanya serta proses konseling yang dilakukan boleh berjalan dengan baik. Oleh karena itu, pemahaman diri merupakan aspek yang sangat penting bagi konselor dalam mempengaruhi keefektifan konseling

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui pentingnya pemahaman diri dalam praktik konseling.

2. Untuk mendeskripsikan pemahaman diri dalam praktik konseling.

3. Untuk mengidentifikasi permasalahan dalam praktik konseling.

(3)

C. Pembahasan

1. Pengertian Pemahaman Diri

Pengertian pemahaman diri Menurut Santrock Pemahaman diri adalah gambaran kognitif remaja mengenai dirinya, dasar, dan isi dari konsep diri remaja.

Pemahaman diri menjadi lebih instropektif tetapi tidak bersifat menyeluruh dalam remaja, namun lebih merupakan konstruksi kognisi sosialnya. Pemahaman diri menjadi lebih instropektif tetapi tidak bersifat menyeluruh dalam remaja, namun lebih merupakan konstruksi kognisi sosialnya. Pada masa remaja persinggungan antara pengalaman sosial,

Pengertian pemahaman diri seorang konselor adalah pengenalan secara mendalam atas potensi-potensi dirinya yang mencakup ranah minat, abilitas, keperibadian, nilai, dan sikap. Pemahaman diri ini membantu konselor memahami arah dan tujuan hidup mereka, serta membantu mereka mencapai keberhasilan.

Faktor intern dan ektern yang mempengaruhi pemahaman diri konselor termasuk keperibadian terbuka yang kontribusi positif dan keperibadian yang tertutup yang menjadi faktor penghambat dalam pemahaman diri. Selain itu, lingkungan seperti keluarga, teman sekelas, dan sekolah juga mempengaruhi pemahaman diri konselor

2. Tujuan Pemahaman Diri

Setiap individu harus bisa mengenali siapa diri mereka, memahami potensi yang ada dalam diri, serta mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing, ini sangat dibutuhkan untuk mengembangkan kemampuan dalam diri individu. Hal ini dikarenakan agar individu tersebut mampu menjalani kehidupan mereka sesuai yang diharapkan.

Tujuan pemahaman diri konselor adalah untuk memberikan dasar identitas diri yang rasional, membantu individu merencanakan karir, menjalin hubungan yang lebih intim dengan orang lain, dan membentuk nilai yang akan menjadi pegangan selama hidupnya. Pemahaman diri juga membantu konselor mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan, minat, dan bakat, serta membantu mereka mencapai keberhasilan.

(4)

Tujuan pemahaman diri bagi seorang konselor mencakup berbagai aspek yang esensial dalam melaksanakan tugas profesinya. (1) pemahaman diri bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dalam memberikan layanan konseling. Dengan memahami sejauh mana pengalaman pribadi dapat memengaruhi interaksi dengan klien, seorang konselor dapat menyesuaikan pendekatan mereka agar lebih sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik individu klien. (2) pemahaman diri membantu konselor mengidentifikasi nilai-nilai, keyakinan, dan prasangka pribadi yang mungkin mempengaruhi pandangan mereka terhadap klien. Hal ini penting untuk memastikan bahwa konselor dapat mempertahankan objektivitas dan menghindari penilaian yang tidak adil.

(3) tujuan pemahaman diri adalah untuk membangun hubungan konseling yang positif. Dengan menyadari dinamika hubungan dan merespons secara tepat terhadap perasaan pribadi, seorang konselor dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perubahan klien. Kesadaran kultural dan sensitivitas budaya juga menjadi fokus, memungkinkan konselor untuk bekerja secara lebih efektif dengan klien dari latar belakang budaya yang berbeda. (5)pemahaman diri diperlukan untuk menghadapi dilema etis dan mengambil keputusan yang sesuai dengan kode etik profesi konseling.

(6)pemahaman diri membantu konselor memahami dampak pekerjaan konseling terhadap kesejahteraan pribadi. Ini melibatkan penilaian stres dan tekanan yang mungkin muncul dari tugas mereka, sehingga konselor dapat mengelola aspek-aspek tersebut dengan baik. Akhirnya, pemahaman diri menjadi alat penting dalam pengembangan diri sebagai seorang profesional konseling.

Dengan terus mengevaluasi kekuatan dan kelemahan, konselor dapat mengidentifikasi area pengembangan pribadi dan profesional untuk terus meningkatkan keterampilan dan kompetensi mereka. Secara keseluruhan, pemahaman diri membimbing konselor menuju pemenuhan peran mereka dengan lebih baik, memastikan bahwa mereka dapat memberikan dukungan yang efektif dan positif bagi klien yang mereka layani.

3. Dimensi-Dimensi Pemahaman Diri

Pemahaman diri bagi seorang konselor merupakan hal yang esensial dan menjadi landasan fundamental dalam menjalankan tugasnya. Konselor yang memahami diri sendiri dengan baik akan mampu menjalin hubungan yang

(5)

terapeutik dengan klien, memahami dinamika interaksi dalam konseling, dan membantu klien dengan lebih efektif.

Berikut adalah beberapa dimensi penting dalam pemahaman diri konselor:

1. Dimensi Kognitif

Dimensi ini meliputi pemahaman konselor tentang:

 Kekuatan dan kelemahannya: Konselor perlu menyadari kelebihan dan kekurangannya dalam hal pengetahuan, keterampilan, dan kepribadiannya.

 Nilai-nilai dan keyakinannya: Nilai dan keyakinan konselor dapat memengaruhi cara pandangnya terhadap klien dan proses konseling.

 Pengetahuannya tentang teori dan praktik konseling: Konselor perlu memiliki pemahaman yang mendalam tentang berbagai teori dan praktik konseling untuk dapat membantu klien dengan tepat.

 Bias dan prasangkanya: Konselor perlu menyadari bias dan prasangkanya sendiri agar tidak memengaruhi proses konseling.

2. Dimensi Afektif

Dimensi ini meliputi pemahaman konselor tentang:

 Perasaannya: Konselor perlu mampu memahami dan mengelola perasaannya sendiri, terutama saat berhadapan dengan klien yang memiliki masalah emosional yang kompleks.

 Kemampuannya untuk berempati: Konselor perlu mampu berempati dengan klien dan memahami perasaan mereka dari sudut pandang mereka.

 Keterampilannya dalam membangun hubungan: Konselor perlu mampu membangun hubungan yang terapeutik dengan klien yang didasari oleh rasa saling percaya dan saling menghormati.

3. Dimensi Psikomotor

(6)

Dimensi ini meliputi pemahaman konselor tentang:

 Keterampilan komunikasinya: Konselor perlu memiliki keterampilan komunikasi yang baik untuk dapat menyampaikan informasi dan membangun hubungan dengan klien.

 Keterampilannya dalam mendengarkan: Konselor perlu mampu mendengarkan klien dengan penuh perhatian dan tanpa menghakimi.

 Keterampilannya dalam observasi: Konselor perlu mampu mengamati perilaku klien dan memahami makna di balik perilakunya.

4. Dimensi Spiritual

Dimensi ini meliputi pemahaman konselor tentang:

 Makna dan tujuan hidupnya: Konselor perlu memiliki pemahaman tentang makna dan tujuan hidupnya sendiri agar dapat membantu klien menemukan makna dan tujuan hidup mereka.

 Nilai-nilai spiritualnya: Nilai-nilai spiritual konselor dapat memengaruhi cara pandangnya terhadap klien dan proses konseling.

5. Dimensi Budaya

Dimensi ini meliputi pemahaman konselor tentang:

 Budaya dan latar belakang klien: Konselor perlu memahami budaya dan latar belakang klien agar dapat memahami perilakunya dan memberikan bantuan yang tepat.

 Bias dan prasangka budayanya sendiri: Konselor perlu menyadari bias dan prasangka budayanya sendiri agar tidak memengaruhi proses konseling.

Pemahaman diri yang baik merupakan salah satu kunci utama bagi konselor untuk menjadi konselor yang efektif dan membantu klien mereka dengan optimal.

(7)

4. Pemahaman Diri Konselor Dalam Praktik Konseling

Pemahaman diri sangat penting dalam praktik konseling karena dapat mempengaruhi keefektifan konselor dalam membangun hubungan konseling dengan konseli. Menurut beberapa penelitian, kepribadian konselor yang berkualitas dan memiliki pemahaman diri yang baik dapat menjadi faktor penentu bagi pencapaian konseling yang efektif. Konselor harus mampu memahami dirinya sendiri, kelebihan dan kekurangannya, serta kebutuhan dan perasaannya, juga kepekaan terhadap diri sendiri. Selain itu, konselor harus memiliki kualitas diri yang baik, seperti kesehatan yang prima, kecerdasan intelektual, kestabilan emosi, sosial, dan memiliki moral yang tinggi.

Konselor yang baik harus memahami dirinya dan konseli, simpatik, bersahabat, memiliki sikap non-judgmental, dan mampu menjaga kerahasiaan konseli. Pemahaman konselor tentang kompetensi kepribadian dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling juga penting untuk meningkatkan kualitas pribadi konselor dan layanan bimbingan dan konseling yang diberikan.

Kepribadian Konselor merupakan faktor terpenting dalam konseling, karena konseling sebagai profesi penolong (helping profession). Profesi penolong adalah profesi yang anggotanya dilatih khusus dan memiliki sertifikat untuk melakukan layanan unik baik di sekolah maupun di masyarakat. Profesi penolong tidak hanya konseling, tetapi juga kedokteran, hukum, guru, psikolog dan pekerja sosial. Akar dari setiap profesi ini didasari oleh pemahaman tentang hakikat manusia dan masyarakat (Gibson & Mitchell, 2011: 43).

Pemahaman diri merupakan proses yang berkelanjutan dan perlu terus dikembangkan oleh konselor. Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan konselor untuk mengembangkan pemahaman dirinya:

Terapi diri: Konselor dapat mengikuti terapi diri untuk membantu mereka memahami diri sendiri dengan lebih baik.

(8)

Supervisi: Konselor dapat mengikuti supervisi dari konselor yang lebih berpengalaman untuk mendapatkan umpan balik tentang kinerja mereka dan untuk mengembangkan keterampilan mereka.

Refleksi diri: Konselor dapat melakukan refleksi diri secara teratur untuk memikirkan tentang pengalaman mereka dan untuk belajar dari mereka.

Pendidikan dan pelatihan: Konselor dapat mengikuti pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka.

D. Kesimpulan

Dapat kita simpulkan bahwa pemahanan diri sangat penting dalam praktik konseling, siswa harus memahami dirinya agar bisa menyelesaikan setiap masalah yang di hadapinya. Begitu pula dengan konselor, harus bisa memahami dirinya dan diri konselinya. Jika semuanya bisa saling memahami satu dengan yang lain maka proses konseling akan berjalan dengan efektif. Untuk memahami diri siswa Guru BK tidak hanya menunggu siswanya untuk datang menemuinya, tetapi mencari waktu untuk bertemu dengan mereka sharing bersama dengan mereka, dengan begitu guru BK akan mudah memahami diri siswanya masing-masing.

Maka dari itu perlu di adakannya jadwal tersendiri untuk Bimbingan dan Konseling agar lebih muda berinteraksi langsung dengan siswanya.

E. DAFTAR PUSTAKA

HAOLAH, Siti; ATUS, Atus; IRMAYANTI, Rima. Pentingnya kualitas pribadi konselor dalam pelaksanaan konseling individual. FOKUS (Kajian Bimbingan & Konseling Dalam Pendidikan), 2018, 1.6: 215-226.

Nursyamsi, N. (2017). Kepribadian Konselor Efektif. Jurnal Al-Taujih: Bingkai Bimbingan dan Konseling Islami, 3(2), 1-7.

Putri, A. (2016). Pentingnya kualitas pribadi konselor dalam konseling untuk membangun hubungan antar konselor dan konseli. Jurnal Bimbingan Konseling Indonesia, 1(1), 10-13.

(9)

Rahman, F. (2018). KONSELING TIGA DIMENSI; Ide dan Praktik Ekologi Perkembangan dalam Memahami Problem Klien dan Komunitas.

Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Retrieved from staffnew.

uny. ac. id.

Sari, Y. (2020). Korelasi antara Pemahaman Diri dengan Rasa Percaya Diri Peserta Didik Kelas VII SMP Pangundi Luhur Bandar Lampung (Doctoral dissertation, UIN Raden Intan Lampung).

Suteja, J. (2016). Pendekatan Bimbingan Konseling dalam Mengatasi Masalah dan Memaksimalkan Potensi Siswa di Sekolah. Edueksos Jurnal Pendidikan Sosial & Ekonomi, 2(1).

Referensi

Dokumen terkait

b. Bimbingan konseling komprehensif adalah serangkaian kegiatan atau aktivitas yang dirancang oleh konselor untuk membantu klien dalam upaya untuk mengembangkan

Dukungan sistem informasi manajemen pada pembuatan keputusan dalam suatu organisasi dapat diuraikan menurut tiga tahapan proses pembuatan keputusan, yaitu pemahaman,

Supervisi adalah pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang

Kontribusi kreativitas terhadap pemahaman teks bahasa Jerman yaitu peserta didik yang kreatif akan memiliki cara yang lain dari pada peserta didik lain untuk bisa memahami teks

Sinkmeyer & Muro Dinkmeyer, 1973 menjelaskan tujuan bimbingan kelompok sebagai berikut: 1 Membantu setiap anggota kolompok mengetahu dan memahami dirinya untuk membantu proses menemukan

Konselor sebagai agen perubahan Konselor disebut sebagai pioner dalam Pendidikan Karakter di Sekolah karena konselor secara khusus memiliki tugas untuk membantu siswa mengembangkan

Berdasarkan Konseling kelompok yang dilakukan konselor untuk memberikan berbagai upaya untuk membantu individu dalam usia sekolah dan khususnya mengembangkan keterampilan perilaku

Dengan cara penerapan ide kreatif pada kewirausahaan menghasilkan suatu produk yang memiliki nilai manfaat dan nilai jual yang tinggi dan dengan adanya proses tersebut usaha yang