• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah klp 6

N/A
N/A
Jeremy Kolly

Academic year: 2025

Membagikan "Makalah klp 6"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

METODE TAFSIR QUR’AN

Oleh:

1. MudzikatulHaqiqoh (224130058) 2. Chyzar Leonard Allexandrio (224130046)

3. Yut Triani Al Idrus (224130041) 4. NoviaNelamSaputri (224130045)

Dosen:Moh. Fadhil.Nur SQ, M.Ag.

FAKULTAS USHULLUDDIN ADAB DAN DAKWAH PROGRAM STUDY BIMBINGAN KONSELING ISLAM

UIN DATOKARAMA PALU

2022

(2)

BAB I

PENGERTIAN METODE TAFSIR QUR’AN

Metode tafsir adalah kerangka atau kaidah yang digunakan dalam

menafsirkan ayat-ayat al-Qur'an dan seni atau teknik ialah cara yang dipakai ketika menerapkan kaidah yang telah tertuang di dalam metode, sedangkan metodologi tafsir adalah pembahasan ilmiah tentang metode-metode penafsiran al-Qur'an. Jika ditelusuri perkembangan tafsir al-Qur'an sejak dulu sampai sekarang, akan

ditemukan bahwa dalam garis besarnya penafsiran al-Qur'an dibagi empat cara / metode yaitu ijmali (global), tahlili (analitis), muqarin (perbandingan) dan

maudhu'i (tematik). Lahirnya metode-metode tafsir sebagaimana digambarkan di atas tampak kepada kita lebih banyak disebabkan oleh tuntutan perkembangan masyakarat yang selalu dinamis.

Tujuan utama para ulama menafsirkan al-Qur’an dengan metode ini adalah untuk meletakkan dasar-dasar rasional bagi pemahaman akan kemukjizatan al- Qur’an, sesuatu yang dirasa bukan menjadi kebutuhan mendesak bagi umat Islam dewasa ini. Karena itu perlu pengembangan metode penafsiran karena metode ini menghasilkan gagasan yang beraneka ragam dan terpisah-pisah

Di dalam pembahasannya terbagi atas 5 bab yang mencakup bab 1

pendahuluan membahas tentang pengertian metodologi tafsir, perkembangan metodologi tafsir, dan posisi metodologi tafsir dalam ilmu tafsir; bab 2 metode ijmali (global) membahas tentang pengertian, ciri-ciri metode global, kelebihan dan kekurangan metode global, dan urgensi metode global; bab 3 metode analitis (tahlili) membahas tentang pengertian, ciri-ciri metode analitis (tahlili), kelebihan dan kekurangan metode analitis serta urgensi metode ananlitis; bab 4 metode komparatif (muqarin) membahas tentang pengertian, ciri-ciri metode komparatif, ruang lingkup metode komparatif, kelebihan dan kekurangan metode komparatif serta urgensi metode komparatif. Pembahasan ditutup pada bab 5 yang membahas tentang metode tematik (maudhu'i) mencakup pengertian, ciri-ciri metode tematik, kelebihan dan kekurangan metode tematik serta urgensi metode tematik.

(3)

BAB II

MACAM MACAM METODE TAFSIR

A. TAHLILI (analisis)

Konsep metode Tahlili Dalam Penafsiran al-qur’an

Metode Tahlili adalah metode menafsirkan al-Qur’an yang berusaha

menjelaskan al-Qur’an dengan menguraikan berbagai seginya dan menjelaskan apa yang dimaksudkan oleh al-Qur’an. Tafsir ini dilakukan secara berurutan ayat demi ayat kemudian surat demi surat dari awal hingga akhir sesuai dengan susunan mushaf al-Qur’an, menjelaskan kosa kata, konotasi kalimatnya, latar belakang turunnya ayat, kaitannya dengan ayat lain, baik sebelum maupun sesudahnya (munasabah), dan tidak ketinggalan pendapat-pendapat yang telah diberikan berkenaan dengan tafsiran ayat-ayat tersebut, baik yang disampaikan oleh Nabi saw., sahabat, para tabi’in maupun ahli tafsir lainnya, dan menjelaskan arti yang dikehendaki, sasaran yang dituju dan kandungan ayat, yaitu unsur-unsur I’jaz, balaghah, dan keindahan susunan kalimat, menjelaskan apa yang dapat diambil dari ayat yaitu hukum fikih, dalil syar’i, arti secara bahasa, norma-norma akhlak dan lain sebagainya. Tujuan utama para ulama menafsirkan al-Qur’an dengan metode ini adalah untuk meletakkan dasar-dasar rasional bagi pemahaman akan kemukjizatan al-Qur’an, sesuatu yang dirasa bukan menjadi kebutuhan mendesak bagi umat Islam dewasa ini. Karena itu perlu pengembangan metode penafsiran karena metode ini menghasilkan gagasan yang beraneka ragam dan terpisah-pisah.

B . IJMALI (global)

Metode tafsir ijmali ialah menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an dengan cara

mengemukakan makna global. Menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an secara ringkas tapi mencakup dengan bahasa yang populer, mudah dipahami dan mudah dibaca.

Sistematika penulisannya menurut susunan ayat-ayat di dalam mushaf.

Penyajiannya tidak terlalu jauh dari gaya bahasa al-Qur’an sehingga pendengar dan pembacanya seakan-akan masih tetap mendengar al-Qur’an padahal yang

didengarnya itu tafsirnya.

(4)

Ciri-ciri dari metode ini adalah mufassir menafsirkan al-Qur`an dari awal

sampai akhir tanpa perbandingan (muqarin) dan penetapan judul (maudu’i). Dalam metode ijmali tidak ada ruang untuk mengemukakan pendapat sendiri. Itulah

sebabnya, kitab kitab tafsir ijmali tidak memberikan penafsiran secara rinci, tapi ringkas dan umum, sehingga seakan-akan kita masih membaca al-Qur`an padahal yang dibaca adalah tafsirnya. Namun pada ayat-ayat tertentu diberikan juga

penafsiran yang agak luas, tetapi tidak seluas pembahasan pada tafsir tahlili.

Dalam kaitan ini metode ijmali dalam penafsiran al-Qur`an memiliki kelebihan.

Diantaranya adalah sebagi berikut :

1. Praktis dan mudah dipahami praktis tanpa berbelit-belit. Sesuai bagi yang ingin memperoleh pemahaman ayat-ayat al-Qur`an dalam waktu yang relatif singkat.

2. Bebas dari penafsiran isra`iliyyat, dikarenakan ringkasnya penafsiran.

3. Menggunakan bahasa yang singkat dan dekat dengan bahasa al-Qur`an. Karena mufassir langsung menjelaskan pengertian kata atau ayat dengan sinonimnya dan tidak mengemukakan ide-ide atau pendapatnya secara pribadi.

Kelemahan metode ini antara lain sebagai berikut:

1. Kurang diperhatikan kaitan antara satu ayat dengan ayat-ayat yang lain.

2. Ruangan penafsiran terbatas untuk penjelasan yang memadai.

C. MUQARAN (comparative)

Metode Tafsir muqaran adalah “ membandingkan ayat-ayat AlQuran yang memiliki persamaan atau kemiripan redaksi, yang berbicara tentang masalah atau kasus yang berbeda, dan yang memiliki redaksi yang berbeda bagi masalah atau kasus yang sama atau diduga sama ”. Termasuk dalam objek bahasan metode ini adalah membandingkan ayat-ayat Al-Quran dengan sebagian yang lainnya, yang tampaknya bertentangan, serta membandingkan pendapatpendapat ulama tafsir menyangkut penafsiran ayat-ayat Al-Quran

(5)

bahwa Sebagian mungkin tidak menyadari penjelasan Quraish Shihab merupakan penjelasannya adalah tafsir dengan metode muqaran.

Metode metode tafsir muqaran sebab Quraish sendiri tidak menyebutkan secara eksplisit tafsir muqaran sendiri kurang begitu akrab bahkan di kalangan pelajar tafsir sekalipun. Tidak jarang, materi tafsir muqaran kurang dilirik, berbeda dengan metode tafsir lain seperti metode tafsir maudlu’i alias tematik atau

tafsir tahlili (penafsiran Al-Quran mengikuti urutan ayat Al-Quran. Metode tafsir misalnya, hampir pasti semua orang pernah mendengarnya meskipun hanya sekilas.

Pengertian tafsir muqaran sendiri mudahnya merupakan metode tafsir yang membandingkan keterangan al-Quran dan hadis Nabi yang sekilas tampak

bertentangan. Dalam video yang diunggah channel Quraish Shihab tersebut yang dibandingkan adalah hadis Nabi sebagai berikut :

َي َمﱠلَس َو ِهْيَلَع ُ ﱠ ىﱠلَص ِ ﱠ َلوُس َر ُتْعِمَس َلاَق َة َرْي َرُه اَبَأ ﱠنَأ اَي َتْنَأ َﻻ َو اوُلاَق َةﱠنَجْلا ُهُلَمَع اًدَحَأ َل ِخْدُي ْنَل ُلوُق

َي َﻻ َو اوُب ِراَق َو اوُدِّدَسَف ٍةَمْح َر َو ٍلْضَفِب ُ ﱠ يِنَدﱠمَغَتَي ْنَأ ﱠﻻِإ اَنَأ َﻻ َو َﻻ َلاَق ِ ﱠ َلوُس َر اًنِسْحُم اﱠمِإ َت ْوَمْلا ْمُكُدَحَأ ﱠنَيﱠنَمَت

ﱠلَعَلَف َبِتْعَتْسَي ْنَأ ُهﱠلَعَلَف اًئيِسُم اﱠمِإ َو ا ًرْيَخ َداَد ْزَي ْنَأ ُه Abu Hurairah berkata; saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak ada seorang pun yang masuk surga karena amalannya.” Para sahabat bertanya; “Begitu juga dengan engkau wahai Rasulullah?” beliau

bersabda: “tidak juga dengan diriku, kecuali bila Allah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya padaku, oleh karena itu berlaku luruslah dan bertaqarublah dan janganlah salah seorang dari kalian mengharapkan kematian, jika dia orang baik semoga saja bisa menambah amal kebaikannya, dan jika dia orang yang buruk (akhlaknya) semoga bisa menjadikannya dia bertaubat.” (HR. Bukhari)

Hadis di atas menerangkan bahwa amalan seseorang bukanlah menjadi sebab ia masuk surga. Namun di ayat surat al-Nahl [16]: 32, seolah Allah berfirman sebaliknya,

ْعَت ْمُتْنُك اَمِب َةﱠنَجْلا اوُلُخْدا ُمُكْيَلَع ٌمٰلَس َن ْوُل ْوُقَيۙ َنْيِبِّيَط ُةَكىٰۤلَمْلا ُمُهىﱣفَوَتَت َنْيِذﱠلا َن ْوُلَم

– ٣٢

(6)

(yaitu) orang yang ketika diwafatkan oleh para malaikat dalam keadaan baik, mereka (para malaikat) mengatakan (kepada mereka), “Salamun ‘alaikum, masuklah ke dalam surga karena apa yang telah kamu kerjakan.” Al-Nahl [16] : 32

Terjemah ayat di atas adalah terjemah versi kemenag, dapat dilihat bagaimana hadis Nabi mengatakan masuk surga bukan disebabkan amal sementara al-Quran berkata sebaliknya. Lalu pertanyaannya kemudian bagaimana hadis sahih riwayat Bukhari bertentangan dengan keterangan al-Quran?. Di sinilah tafsir

metode muqaran bekerja “menyelesaikan” pertentangan tersebut.

Dari berbagai literatur yang diperoleh dapatlah disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode komparatif adalah membandingkan teks ayat-ayat Alqruan yang memiliki persamaan redaksi yang beragam alam satu kasus yang sama atau diduga sama, membandingkan ayat Alquran dengan hadi Nabi SAW yang pada lahirnya antara keduanya terlihat bertentangan dan membandingkan berbagai pendapat para ulama tafsir dalam menafsirkan ayat-ayat Alquran. Adapun yang menjadi objek pembahasan utama ini dalam ketiga aspek ini ialah

menganalisis berbagai pendapat yang dikemukakan oleh sejumlah mufassir dalam menafsirkan suatu ayat, lalu memperbandingkan

(7)

D. MAUDU’I (tematik)

Metode tafsir maudhu’i adalah metode tafsir yang berusaha mencari jawaban al-Qur’an dengan cara mengumpulkan ayat-ayat al-Qur’an yang mempunyai tujuan yang satu, yang bersama-sama membahas topik/judul tertentu dan menertibkannya sesuai dengan masa turunnya selaras dengan sebab-sebab turunnya, kemudian pemperhatikan ayatayat tersebut dengan penjelasan-penjelasan, keterangan- keterangan dan hubungan-hubungannya dengan ayat-ayat yang lain, kemudian mengistimbatkan hukum-hukum.

Metode tafsir maudhu’i memiliki kelebihan dan kekurangan masingmasing serta terdapat perbedaan dalam pelaksanaannya. Namun, dalam aplikasinya metode-metode ini sebaiknya disesuaikan dengan situasi dan kondisi, sehingga dapat memberikan manfaat.

Menurut catatan Quraish, tafsir tematik berdasarkan surah digagas pertama kali oleh seorang guru besar jurusan Tafsir, fakultas Ushuluddin Universitas al-Azhar, Syaikh Mahmud Syaltut, pada Januari 1960. Karya ini termuat dalam kitabnya, Tafsir al-Qur’an al-Karim. Sedangkan tafsir maudu‘i berdasarkan subjek digagas pertama kali oleh Prof. Dr. Ahmad Sayyid al-Kumiy, seorang guru besar di institusi yang sama dengan Syaikh Mahmud Syaltut, jurusan Tafsir, fakultas Ushuluddin Universitas al-Azhar, dan menjadi ketua jurusan Tafsir sampai tahun 1981. Model tafsir ini digagas pada tahun seribu sembilan ratus enam puluhan (Quraish Shihab, 1994: 111). Buah dari tafsir model ini menurut Quraish Shihab di antaranya adalah karya-karya Abbas Mahmud al-Aqqad, al-Insân fî al-Qur’ân, alMar’ah fî al-Qur’ân, dan karya Abul A’la al-Maududi, al-Ribâ fî al-Qur’ân.

Kemudian tafsir model ini dikembangkan dan disempurnakan lebih sistematis oleh Abdul Hay al-Farmawi, pada tahun 1977, dalam kitabnya al-Bidayah fi al-Tafsir al-Maudu‘i: Dirasah Manhajiyah Maudu‘iyah. Namun kalau merujuk pada catatan lain, kelahiran tafsir tematik jauh lebih awal dari apa yang dicatat Quraish Shihab, baik tematik berdasar surah maupun berdasarkan subjek. Kaitannya dengan tafsir tematik berdasar surah al-Qur’an, Zarkashi (745-794/1344-1392), dengan karyanya al- Burhân (al-Zarkashî, 1988: 61-72), misalnya adalah salah satu contoh yang paling awal yang menekankan pentingnya tafsir yang menekankan bahasan surah demi surah. Demikian juga Suyutî (w. 911/1505) dalam karyanya al-Itqân (al-Suyu tî, 1405/1985: 159-161).

(8)

Metode tafsir maudhu’i atau menurut Muhammad Baqir al-Shadr sebagai metode al-Taukhidiy adalah metode tafsir yang berusaha mencari jawaban al- Qur’an dengan cara mengumpulkan ayat-ayat al-Qur’an yang mempunyai tujuan yang satu, yang bersama-sama membahas topik/judul tertentu dan menertibkannya sesuai dengan masa turunnya dan selaras dengan sebab-sebab turunnya, kemudian pemperhatikan ayat-ayat tersebut dengan penjelasan-penjelasan, keterangan-

keterangan dan hubunganhubungannya dengan ayat-ayat yang lain, kemudian mengistimbatkan hukum-hukum. Dari pengertian tersebut dapat difahami bahwa yang dimaksud dengan metode tafsir jenis ini adalah tafsir yang menjelaskan beberapa ayat alQur’an mengenai suatu judul/tema tertentu, dengan

memperhatikan urutan tertib turunnya masing-masing ayat, sesuai dengan sebab- sebab turunnya yang dijelaskan dengan berbagai macam keterangan dari segala seginya dan yang sama, sehingga lebih mempermudah dan memperjelas masalah, karena al-Qur’an banyak mengandung diperbandingkannya dengan keterangan berbagai ilmu pengetahuan yang benar yang membahas topik/tema berbagai macam tema pembahasan yang perlu dibahas secara maudhu’i, supaya

pembahasannya bisa lebih tuntas dan lebih sempurna (Ichwan, 2004: 121-122) Dari definisi metode maudhu’i, sekurang-kurangnya ada dua langkah pokok dalam proses penafsiran secara maudhu’i:

A. Mengumpulkan ayat-ayat yang berkenaan dengan satu maudhu’ tertentu dengan memperhatikan masa dan sebab turunnya.

B . Mempelajari ayat-ayat tersebut secara cermat dengan memperhatikan nisbat (korelasi) satu dengan yang lainnya dalam peranannya untuk menunjuk pada permasalahan yang dibicarakan. Akhirnya, secara induktif suatu kesimpulan dapat dimajukan yang ditopang oleh dilalah ayat-ayat itu (Syafe’i, 2006: 293-294).

Penggunaan metode ini biasanya sebagai respon mufassirnya atas persoalan yang butuh “pandangan” al-Qur’an. Metode maudhu’i ini sementara waktu dianggap paling baik dan sesuai dengan tuntutan zaman. Pembahasannya yang menyeluruh dari berbagai segi memungkinkan metode ini dalam pemecahan masalahnya berusaha tuntas. Apalagi jika penggarapannya dilakukan oleh ahli dalam bidang yang ditafsikan, atau gabungan dari ahli-ahli untuk melihat berbagai segi sebelum menyimpulkannya (Maswan, 2002: 31)

(9)

Ada juga langkah-langkah lain yang dapat digunakan untuk menafsirkan Al-Qur;an dengan metode Maudhu’i. Adapun langakah-langkah yang dapat ditempuh

menurut Dr. H. M. Sa’ad Ibrahim, M.A, adalah:

a. Merumuskan tema dan sup topik bahasan.

b. Menghimpun ayat-ayat yang setema dan relevan dengan tema.

c. Menghimpun Hadits Nabi SAW. yang setema dan relevan dengan tema.

d. Menghimpun tafsir ayat-ayat tersebut.

e. Menghimpun syarah (Penjelasan) Hadits.

f. Menghimpun teori-teori ilmiah.

g. Mengorganisir tema berdasarkan tema dan sub topik.

h. Mengolaborasikan dengan teori-teori ilmiah.

i. Menyimpulkan ajaran Al-Qur’an tentang tema sesuai dengan topik.

j. Mengakhiri dengan menulis

Kandungan Al-Qur’an yang luas dan tinggi, membuat para ulama tafsir

menggunakan berbagai metode dan corak yang beragam untuk memahaminya. Ada empat metode yang sering dipergunakan, yaitu: metode tafsir tahlili, metode tafsir ijmali, metode tafsir muqaran, dan metode tafsir maudhu’i. Metode yang paling populer dari keempat dari metode tafsir yang telah disebutkan adalah metode tafsir tahlili dan tafsir maudhu’i.

Metode tafsir maudhu’i adalah metode tafsir yang berusaha mencari jawaban al- Qur’an dengan cara mengumpulkan ayat-ayat al-Qur’an yang mempunyai tujuan yang satu, yang bersama-sama membahas topik/judul tertentu dan menertibkannya sesuai dengan masa turunnya selaras dengan sebab-sebab turunnya, kemudian pemperhatikan ayat-ayat tersebut dengan penjelasan-penjelasan, keterangan- keterangan dan hubungan-hubungannya

(10)

BAB III

URGENSI MEMPELAJARI METODE TAFSIR

Tafsir termasuk disiplin ilmu islam yang paling mulia dan luas cakupannya.

Paling mulia, karena kemulian sebuah ilmu itu berkaitan dengan materi yang dipelajarinya, sedangkan tafsir membahas firman-firman Allah. Dikatakan paling luas cakupannya, karena seorang ahli tafsir membahas berbagai macam disiplin ilmu, dia terkadang membahas akidah, fikih, dan akhlak. Di samping itu, tidak mungkin seseorang dapat memetik pelajaran dari ayat-ayatAl-Qur’an, kecuali dengan mengetahui makna-maknanya.

Oleh karena itu, kita sebagai seorang muslim harus berusaha mengetahui tafsir Al-Qur’an agar mampu mengambil manfaat darinya dan mampu mengikuti

jejak salafus shalih.

Setelah mengetahui betapa urgennya tafsir, maka sudah seharusnya kita juga mengetahui metode penafsiran Al-Quran yang benar, agar dalam menafsirkan Al- Quran tidak menimbulkan pemahaman-pemahaman yang menyimpang. Secara ringkas, dalam menafsirkan Al-Quran ada empat metode, yaitu sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Katsir dalam Muqadimah tafsir beliau, “Metode paling tepat dalam menafsirkan Al-Quran adalah menafsirkan Al-Quran dengan Al-Quran, karena ayat yang masih global akan dijelaskan di ayat lain, apabila kamu tidak mendapatkan penjelasannya dalam Al-Quran, maka carilah penjelasan dari As- Sunnah, karena As-Sunnah adalah penjelas Al-Quran, kemudian jika kita tidak mendapatkan penjelasan di Al-Quran dan As Sunnah, maka kita meruju’ ke perkataan para sahabat, karena mereka lebih mengetahui dan melihat langsung indikasi-indikasi yang menjelaskan Al-Quran, dan juga mereka memiliki

pemahaman yang sempurna dan ilmu yang benar serta amal solih, terlebih khusus para ulama dan pembesar mereka, seperti empat khalifah dan para imam yang diikuti seperti Abdullah bin Mas’ud.Dan apabila aku tidak mendapatkan penjelasan dalam Al-Quran, As Sunnah, dan dari perkataan para sahabat, maka mayoritas para ulama meruju ke perkataan para tabi’in” (Wajdi Khalid)

(11)

PENUTUP

Bab satu meliputi : Penjelasan tentang Ilmu tafsir qur’an, latar belakang dan tujuan penafsiran alqur’an

Bab dua meliputi : Membahas tentang macam macam metode tafsir, penjelasan, kekurangan dan kelebihan. Tahlili(analisis), Ijimali(global), Muqaran(comparative) dan maudu’i(tematik)

Bab tiga : Membahas tentang mempelajari Metode Tafsir

Pembahasan makalah metode tafsir qur’an diambil dari artikel google dan buku dibawah ini :

http://senayan.iain-palangkaraya.ac.id http://repositori.uin-alauddin.ac.id https://suduthukum.com

Penutup : Sekian malakalah dari kami apabila banyak salah dan kurangnya kami mohon maaf yang sebesar-besarnya dan kami harap makalah dapat member ilmu yang baik serta bermanfaat untuk kami dan teman teman sekalian

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Tafsir Ayat Pendidikan QS.Faathir:28 Page 6 Yang dimaksud dengan Ulama adalah orang yang takut akan kekuasaan Allah, barangsiapa yang mengetahui bahwa Allah maha kuasa maka

Adapun menurut Tafsir Al-Misbah menjelaskan mengenai penggalan kata idza yang digunakan dala Al- Qur’an untuk sesuatu yang pasti terjadi merujuk pada ayat diatas

Makalah yang berjudul “Kesenjangan antara Negara Maju dan Negara Berkembang dan Terbelakang” menjelaskan mengenai pengertian manusia dan lingkungan, hubungan manusia dengan

Penelitian ini menggunakan pendekatan tafsir, yakni sebuah ilmu yang membicarakan mengenai aturan atau teknik dalam menjelaskan ayat-ayat Al- Qur‟an agar supaya

Menurut Buya Hamka dalam Tafsir al-Ahzar, ayat tersebut perlu dikaitkan dengan ayat sebelumnya yang berbicara soal anak yatim.14 Dalam pengertian lain yang dimaksud dengan kata dapat

Menurut analisis penulis, makna sunnatullah yang dimaksud dari kedua penafsiran diatas adalah berbeda dalam menjelaskan ayat tersebut, dalam tafsir Al-Maraghi dijelaskan dari sudut

Tafsir Ath-Thalaq Ayat 6 menjelaskan kewajiban suami untuk menyediakan tempat tinggal, nafkah, và hỗ trợ cho vợ khi ly

Dokumen ini menjelaskan mengenai pengertian dan pentingnya Asbabun Nuzul dalam memahami makna dan konteks ayat-ayat