MAKALAH KONSUMSI ISLAM
Dibuat di Presentasikan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Islam,Prodi Ekonomi Syariah Semester 2
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam
Oleh:
DIKI CANDRA 602022022083
Dosen pemandu:
Jumarni, M.E
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI BONE (IAIN) BONE WATAMPONE
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa atas karunia,hidayah dan nikmat-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya.tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari tim penyusun yang telah membantu dalam penyelesaian makalah yang berjudul konsumsi islam.adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas yang di beri oleh Jumarni, M.E.mata kuliah konsumsi islam.
Sebagai penyusun,kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan,baik dari penyusun maupun tata Bahasa penyampaian dalam makalah ini.dan kami bersyukur telah di berikan kesehatan dan akal pikiran yang baik sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.namun kami menyadari tugas makalah yang kami buat ini jauh dari kata kesempurnaan.
Kami berharap semogah makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.Akhir kata izinkan kami mengucapkan terimakasih
Watampone,10 April 2023
Kelompok 6
DAFTAR ISI
Contents
BAB I PENDAHULUAN...1
A.Latar belakang...1
B.Rumusan masalah...2
C.Tujuan...3
BAB II PEMBAHASAN...4
A. Pengertian konsumsi...4
B.Konsumsi dalam perspektif islam...4
C. Norma dan Etika dalam Konsumsi...6
D.Tujuan konsumsi dalam islam...8
E.Kebutuhan (need) dan keinginan (want)...10
BAB III PENUTUP...13
A.kesimpulan...13
DAFTAR PUSTAKA...14
BAB I PENDAHULUAN A.Latar belakang
Konsumsi adalah suatu bentuk perilaku ekonomi yang asasi dalam kehidupan tiap makhluk hidup pasti melakukan aktivitas konsumsi termasuk manusia.pengertian konsumsi dalam ilmu ekonomi tidak sama dengan istilah konsumsi dalam kkehidupan sehari-hari. Konsumsi pada dasarnya adalah mengeluarkan sesuatu dan tentunya untuk mendapatkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dalam Islam mengonsumsi perlu pemikiran matang serta dalam membuat suatu keputusan harus tepat dalam menjalankannya karena tanpa hal tersebut akan membuat seorang muslim dapat kecewa akan apa yang telah ia konsumsi. Oleh karena itu dalam konsumsi Islam disebut dengan Maslahah,pembahasan mengenai konsumsi dalam Islam tidak akan terlepas dengan maslahah, tujuan Islam dalam melakukan segala kegiatan sehari-harinya merupakan kesejahteraan umat manusia.
Oleh karena itu dalam semua barang atau benda, kegiatan jasa yang dilakukan haruslah memiliki maslahah.Imam Al-Ghazali menyatakan bahwa konsep maslahah, atau kesejahteraan sosial atau utilitas (“kebaikan bersama”), sebuah konsep yang mencakup semua urusan manusia, hal ini membuktikan bahwa dalam semua kegiatan yang dilakukan oleh manusia haruslah mempunya maslahah karena dengan demikian akan terwujud suatu kebaikan bersama yang akan bermanfaat bagi semua umat manusia.Menurut istilah umum maslahah adalah segala bentuk yang mendatangkan manfaat dan menolak segala
kemungkinan yang merusak. Lebih jelasnya manfaat adalah segala sesuatu atau ungkapan dari sebuah kenikmatan atau segala hal yang masih berhubungan dengannya, sedangkan kerusakan adalah hal-hal yang menyakitkan atau segala sesuatu yang ada kaitannya dengannya. Maslahah dapat diartikan sesuatu yang dapat mendatangkan kebaikan yang disukai oleh semua umat manusia. Pandangan terhadap maslahah terbagi menjadi dua bagian, yaitu pandangan maslahah menurut kaum sosialis materialis serta pandangannya menurut syara’ (hakikat syara’)
dalam pembahasan pertama Al-Syatiby mengatakan: “ maslahah ditinjau segi artinya adalah segala sesuatu yang menguatkan keberlangsungan dan menyempurnakan kehidupan manusia, serta memenuhi segala keinginan rasio dan syahwatnya secara mutlak”. Sedangkan menurut syara’ (hakikat) adalah segala sesuatu yang menguatkan kehidupan di dunia tidak dengan cara merusaknya serta mampu memuai hasil dan beruntung di akhirat, dalam hal ini Al-Syatiby mengatakan: “ menarik kemaslahatan dan membuang hal-hal yang merusak bisa juga disebut dengan melaksanakan kehidupan di dunia untuk kehidupan di akhirat”.
B.Rumusan masalah a) pengertian konsumsi
b) konsumsi dalam perspektif islam c) Norma dan etika dalam konsumsi d) Tujuan konsumsi dalam islam e) Kebutuhan need dan keinginan want
C.Tujuan
a) untuk mengetahui pengertian konsumsi b) memahami konsumsi dalam perspektif islam c) Memahami norma dan etika dalam konsumsi d) Memahami tujuan konsumsi dalam islam
e) Untuk mengetahui kebutuhan need dan keinginan want
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian konsumsi
Dalam mendefinisikan konsumsi terdapat perbedaan di antara para pakar ekonom, namun konsumsi secara umum didefinisikan dengan penggunaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dalam ekonomi islam konsumsi juga memiliki pengertian yang sama, tapi memiliki perbedaan dalam setiap yang melingkupinya. Perbedaan yang mendasar dengan konsumsi ekonomi konvensional adalah tujuan pencapaian dari konsumsi itu sendiri, cara pencapaiannya harus memenuhi kaidah pedoman syariah islamiyyah.Pelaku konsumsi atau orang yang menggunakan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhannya disebut konsumen. Perilaku konsumen adalah kecenderungan konsumen dalam melakukan konsumsi, untuk memaksimalkan kepuasannya.
Dengan kata lain, perilaku konsumen adalah tingkah laku dari konsumen, dimana mereka dapat mengilustrasikan pencarian untuk membeli, menggunakan, mengevaluasi dan memperbaiki suatu produk dan jasa mereka. Perilaku konsumen (consumer behavior) mempelajari bagaimana manusia memilih di antara berbagai pilihan yang dihadapinya dengan memanfaatkan sumberdaya (resources) yang dimilikinya.
B.Konsumsi dalam perspektif islam
Konsumsi memiliki urgensi yang sangat besar dalam setiap perekonomian, karena tiada kehidupan bagi manusia tanpa kegiatan konsumsi. Oleh karena itu, kegiatan ekonomi mengarah kepada pemenuhan tuntutan konsumsi bagi manusia.
Sebab, mengabaikan konsumsi berarti mengabaikan kehidupan dan juga
mengabaikan penegakan manusia terhadap tugasnya dalam kehidupan.Dalam sistem perekonomian, konsumsi memainkan peranan penting. Adanya konsumsi akan mendorong terjadinya produksi (pembuatan produk) 1dan distribusi (penyaluran produk). Dengan demikian akan menggerakkan roda-roda perekonomian.
a. Fungsi Kesejahteraan, Maximizer dan Utilitas oleh Imam alGhazali Seorang ulama besar, Imam al-Ghazali yang lahir pada tahun 450/1058,telah memberikan sumbangan besar dalam pengembangan dan pemikiran dalam dunia Islam. Sebuah tema yang menjadi pangkal tolak sepanjang karya-karyanya adalah konsep maslahat, atau kesejahteraan sosial atau utilitas (‘kebaikan bersama”), sebuah konsep yang mencakup semua urusan manusia, baik urusan ekonomi maupun lainnya,dan yang membuat kaitan yang erat antara individu dengan masyarakat bahwa Al-Ghazali telah menemukan “sebuah konsep fungsi kesejahteraan sosial yang sulit diruntuhkan dan yang telah dirindukan oleh ekonom-ekonom modern.Dalam meningkatkan kesejahteraan sosial, imam Ghozali mengelompokan dan mengidentifikasi semua masalah baik yang berupa masalih (utilitas, manfaat) maupun mafasid (disulitas, kerusakan) dalam meningkatkan kesejahteraan sosial. Selanjutnya ia mengidentifikasikan fungsi sosial dalam kerangka hierarki kebutuhan individu dan sosial.Menurut Imam al-Ghazali, kesejahteraan (maslahah) dari suatu masyarakat tergantung kepada pencarian dan pemeriharaan lima tujuan dasar :
1. Agama (al-dîn)
1 HendrieAnto, Pengantar Ekonomi Mikro Islam (Yogyakarta: Ekonosia, 2003), h. 33
2. Hidup atau jiwa (nafs)
3. Keluarga atau keturunan (nasl) 4. Harta atau kekayaaan (maal) 5. Intelek atau akal (aql)
Ia menitik beratkan bahwa sesuai tuntunan wahyu, “kebaikan dunia ini dan akhirat (maslahat al-din wa al-dunya) merupakan tujuan
utamanya.Ia mendefinisikan aspek ekonomi dari fungsi kesejahteraan sosialnya dalam kerangka sebuah hierarki utilitas individu dan sosial yang triparit meliputi kebutuhan (daruriat), kesenangan atau kenyamanan (hajaat), dan kemewahan (tahsinaat), sebuah klarifikasi peninggalan tradisi Aristotelian, yang disebut oleh seorang sarjana sebagai “kebutuhan ordinal” (kebutuhan dasar, kebutuhan terhadap barang-barang “eksternal”, dan terhadap barang-barang psikis).
C. Norma dan Etika dalam Konsumsi
1. Seimbang dalam Konsumsi
Islam mewajibkan kepada pemilik harta agar menafkahkan sebagian hartannya untuk kepentingan diri,keluarga, dan fi sabilillah. Islam mengharamkan sikap kikir. Disisi lain, islam juga mengharamkan sikap boros dan menghamburkan harta.Inilah bentuk keseimbangan yang diperintahkan dalam Al- Quran yang mencerminkan sikap keadilan dalam konsumsi. Seperti yang diisyaratkan dalam Q.S Al-Isra’ (17): 29: yang ber arti
Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu padalehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu
kamu menjadi tercela dan menyesal.”
2. Membelanjakan harta pada bentuk yang dihalalkan dan dengan cara yang baik Islam mendorong dan memberi kebebasan kepada individu agar membelanjakan hartanya untuk membeli barang-barang yang baik dan halal dalam memenuhi kebutuhan hidup. Kebebasan itu diberikan dengab ketentuaan tidak melanggar batas-batas yang suci serta tidak mendatangkan bahaya terhadap keamanan dan kesejahteraan masyarakat dan negara.9 Senada dengan hal ini Abu al-A’la al-Maududi menjelaskan, islam menutup semua jalan bagi manusia untuk membelanjakan harta yang mengakibatkan kerusakan akhlak di tengah masyarakat,seperti judi yang hanya memperturutkan hawa nafsu.Dalam QS. Al- Maidah (5) : 88 yang ber arti
Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada- Nya.”
3.Larangan Bersikap Israf (Royal), dan Tabzir (Sia-sia)
Adapun nilai-nilai akhlak yang terdapat dalam konsep konsumsi adlah pelarangan terhadap sikap hidup mewah.10 Gaya hidup mewah adalah perusak individu dan masyarakat, karena menyibukan manusia dengan hawa nafsu,melalaikannya dari hal-hal yang mulia dan akhlak yang luhur.Disamping itu, membunuh semnagat jihad. Ali Abd ar-Rasul juga menilai dalam masalah ini
bahwa gaya hidup mewah (israf)merupakan faktor yang memicu terjadinya dekadensi moral masyarakat yang akhirnya membawa kehancuran masyarakat tersebut. Bagi Afzalur Rahman, kemewahan (israf) merupakan berlebih-lebihan dalam kepuasan pribadi atau membelanjakan harta untuk hal-hal yang tidak perlu.
Dalam QS. Al-A’araf (7): 31. Allah telah memperingatkan akan sikap ini yang ber arti2
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) mesjid, Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.Sesungguhnya Allah tidak menyukai orangorang yang berlebih-lebihan.”
D.Tujuan konsumsi dalam islam
Manusia mengkonsumsi suatu barang pastilah mempunyai tujuan tertentu.
Tujuan konsumsi adalah dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia. Beberapa hal yang melandasi perilaku seseorang konsumen muslim adalah keterkaitan dengan tujuan konsumsi. Perekonomian Islam berlandaskan kepada al-Qur’an dan al-Hadits sebagai panduan yang memberikan petunjukpetunjuk yang sangat jelas kepada umat Islam. Dengan berdasar pada petunjuk-petunjuk tersebut, maka kegiatan ekonomi dalam Islam mempunyai tujuan agar manusia mencapai kejayaan (falah) didunia dan akhirat. Segala sesuatu sumber daya yang ada di bumi ini diciptakan untuk manusia. Allah swt berfirman yang Artinya:
dan Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di bumi ini dengan berlain-lainan macamnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
2Sumar’in, Ekonomi Islam: Sebuah Pendekatan Ekonomi Mikro Perspektif Islam (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), 85.
QS. an-Nahl (16): 13.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya (Bandung: Syaamil Cipta Media, 2005),268
benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mengambil pelajaran.
Dalam kehidupan, manusia tidak akan mampu untuk menunaikan kewajiban ruhaniyah (spiritual) dan maliyah(material) tanpa terpenuhinya kebutuhan primer seperti makan, minum, tempat tinggal, maupun keamanan.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut merupakan elemen kehidupan manusia. Akan tetapi, presentase kebutuhan yang dimiliki manusia sangat beragam. Terkadang muncul tindakan ekstrim dalam mengakses kebutuhan. Ada sebagian orang berlebih-lebihan dalam memenuhi kebutuhan sehingga timbut sikap berlebih- lebihan (israf). Sebaliknya ada juga yang mempunyai sifat kikir dalam pemenuhannya.Hal ini jelas berbeda dengan tujuan konsumsi dalam ekonomi konvensional yang didasarkan kepada pemenuhan kebutuhan hidup yang jumlahnya tidak terbatas dengan tujuan memperoleh kepuasan yang maksimal, dengan menggunakan penghasilan yang jumlahnya terbatas.Tujuan konsumsi seorang muslim adalah sebagai sarana penolong untuk ibadah kepada Allah swt.
Dalam hal ini konsumsi bagi seorang muslim hanya sekedar perantara untuk menambah kekuatan dalam menaati Allah swt, yang ini memiliki indikasi positif dalam kehidupannya. Seorang muslim tidak akan merugikan dirinya sendiri di dunia maupun di akhirat, karena memberikan kesempatan pada dirinya untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya pada tingkat melampaui batas, membuatnya sibuk mengejar dan menikmati kesenangan dunia dan melalaikan tugas utamanya dalam hidupnya.
E.Kebutuhan (need) dan keinginan (want)
Kebutuhan (needs) adalah suatu kondisi yg sifatnya mendasar, mendesak dan harus terpenuhi, karena jika tidak terpenuhi maka akan menimbulkan dampak tertentu yg kurang baik terhadap hidupnya, oleh karena itu kebutuhan menjadi motivasi dasar seseorang untuk berusaha memenuhinya. Jika kita meminjam istilah hukum, maka hukumnya adalah wajib. Sebagai contoh adalah kebutuhan akan makan dan minum, pakaian dan tempat tinggal.
Sedangkan keinginan (wants) adalah hasrat terhadap sesuatu, pemenuhannya tidak urgen (mendesak), tidak mendasar dan bisa ditunda, karena sifatnya lebih kepada tambahan atas kebutuhan, lebih puas, lebih mantab.
Hukumnya tidak wajib, karena jika tidak terpenuhipun, tidak pula membahayakan kelangsungan hidup atau mengurangi kesejahteraan kita.
Contohnya adalah minum es krim, pakaian model terbaru, tinggal di apartemen mewah, dsb
Seringkali antara keduanya (kebutuhan dan keinginan) itu disamaartikan sehingga menimbulkan kerancuan dan berdampak munculnya gejolak psikis/
kejiwaan bagi kita.Pastinya, jika kita coba memahami kedua hal tersebut di atas beserta sedikit contoh yang ada, maka pemenuhan akan kebutuhan harus lebih diutamakan daripada sekedar menuruti keinginan.Namun, meski ada perbedaan karakteristik khususnya dalam hal pemenuhan, masih ada keterkaitan atas keduanya.Setiap kebutuhan hampir pasti diawali (ditandai) dengan keinginan, akan tetapi tidak semua keinginan berdasarkan kebutuhan, mewakili kebutuhan
maupun atas apa-apa yang kita butuhkan. Banyak sekali contohnya jika kita mau meluangkan sejenak dan mengamati diri kita sendiri.
Setidak-tidaknya, dengan memahami kedua hal tersebut, kita akan bisa menentukan skala prioritas pemenuhannya. Secara sistematis, bisa kita simak sejenak tentang teori kebutuhan seperti yang dipaparkan oleh Abraham Maslow :
Sesuai teori hierarki kebutuhan yang diungkapkan oleh Abraham Maslow, maka manusia mempunyai 5 (lima) kebutuhan dasar yaitu :
1. Kebutuhan Fisiologis, kebutuhan paling mendasar, antara lain oksigen untuk bernafas, makan dan minum, istirahat dan tidur, aktivitas, keseimbangan suhu tubuh serta seksual.
2. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan, baik secara fisik contohnya terlindung dari ancaman fisik dan kehidupan seperti penyakit, kecelakaan, bahaya lingkungan dll. Juga secara psikologis / kejiwaan contohnya terlindung dari hal-hal atau pengalaman yang mengganggu kejiwaan.
3. Kebutuhan rasa cinta, butuh memiliki dan dimiliki, memberi dan menerima kasih saying, kehangatan, persahabatan dan kekeluargaan.
4. Kebutuhan akan harga diri, perasaan dihargai dan diakui oleh orang lain.
5. Kebutuhan untuk mengaktualisasi diri, kebutuhan untuk berkontribusi pada orang lain atau lingkungan serta mencapai potensi diri sepenuhnya.
Hal ini merupakan kebutuhan tertinggi dalam hierarki kebutuhan dalam teori Abraham Maslow.Akhirnya, bisa kita ambil simpulan secara singkat, bahwa kebutuhan itu adalah penunjang hidup dan kelangsungan hidup
kita, sedangkan keinginan lebih kepada tambahan kepuasan atas tercapainya kebutuhan kita. Kembali lagi kepada pemahaman masing- masing dalam menempatkan atau menyusun skala prioritas dalam pemenuhannya, dengan pertimbangan segala potensi yang kita miliki.
BAB III PENUTUP A.kesimpulan
Konsumsi adalah suatu bentuk perilaku ekonomi yang asasi dalam kehidupan tiap makhluk hidup pasti melakukan aktivitas konsumsi termasuk manusia. pengertian konsumsi dalam ilmu ekonomi tidak sama dengan istilah konsumsi dalam kkehidupan sehari-hari. Konsumsi pada dasarnya adalah mengeluarkan sesuatu dan tentunya untuk mendapatkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dalam Islam mengonsumsi perlu pemikiran matang serta dalam membuat suatu keputusan harus tepat dalam menjalankannya karena tanpa hal tersebut akan membuat seorang muslim dapat kecewa akan apa yang telah ia konsumsi. Oleh karena itu dalam konsumsi Islam disebut dengan Maslahah,
DAFTAR PUSTAKA
Anon.2013.Http//hendrakholid.net/blog/2010/04/06/prilaku-konsumen-dan- teori-konsumsi-dalam-islam/
Anon.2013.http://makalahperkuliah.blogspot.com/2012/06/konsumsi-dalam- ekonomi-islam.html
Hakim Lukman. 2012. Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam.
penerbit Erlangga. Jakarta