• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH LANDASAN BIMBINGAN DAN KONSELING

N/A
N/A
Nanda Liska

Academic year: 2024

Membagikan "MAKALAH LANDASAN BIMBINGAN DAN KONSELING"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

LANDASAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bimbingan Konseling

Dosen Pengampu : Dr. Maemunah, MA. Pd

Disusun oleh :

1.

Ahmad Tamami 2122010006

2.

Bagus Aji Ilhami 2122010014

3.

Lulu Apriyani 2122010031

4.

Nanda Liska 2122010044

5.

Rifa Isnaini Muis 2122010051

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan kepada Sang Ilahi Robbi atas ke hadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya kepada kita semua, tanpa pertolongannya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan tugas ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.

Dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga karya ini menjadi sumbangsih yang bermanfaat dalam mata Bimbingan Konseling khusus nya mengenai judul kami yaitu Landasan bimbingan dan konseling,

Terlepas dari itu semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan yang terbuka dan hati yang ikhlas kami meminta kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Kami memohon maaf jika dalam makalah ini terdapat kesalahan penulisan atau ketika penyampaian presentasi ada kekeliruan, karena semata-mata kami masih dalam proses pembelajaran dan yang hanya benar adalah Allah SWT.

Tangerang, 15 Oktober 2023

Kelompok 4

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar belakang ... 1

B. Rumusan masalah ... 1

C. Tujuan pembahasan ... 1

BAB II PEMBAHASAN ... 2

A. Landasan filosofis ... 2

B. Landasan historis ... 2

C. Landasan religious ... 4

D. Landasan psikologis ... 4

E. Landasan sosial budaya ... 5

F. Landasan ilmu pengetahuan dan teknologi ... 5

G. Landasan pedagogis ... 6

BAB III PENUTUP ... 9

A. Kesimpulan ... 9

B. Saran ... 9

DAFTAR PUSTAKA ... 10

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Landasan dalam Bimbingan dan Konseling yang pada hakikatnya adalah segala faktor yang harus dipertimbangkan sekaligus diperhatikan terlebih khususnya oleh konselor yaitu selaku utama dalam pelaksana mengembangkan sebuah layanan bimbingan dan konseling. Di ibaratkan dalam sebuah bangunan, untuk bisa kokoh berdiri tegak tentu saja membutuhkan fundasi tahan lama dan kuat, maka jika bangunan itu tidak adanya fundasi bangunan itu akan mudah sekali goyah dan mengakibatkan keruntuhan.

Sama halnya, dengan layanan bimbingan dan konseling, apabila dasarnya tidak ada fundasi atau layanan akan mengakibatkan keruntuhan akan hancur dan setiap individu itulah yang menjadi taruhannya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja landasan yang dipergunakan dalam bimbingan dan konseling?

2. Bagaimana implikasi landasan-landasan tersebut dalam layanan bimbingan dan konseling?

C. Tujuan Pembahasan

1. Memahami landasan-landasan dalam bimbingan dan konseling.

2. Mengetahui bagaimana implikasi dari landasan-landasan dalam bimbingan dan konseling.

(5)

BAB II PEMBAHASAN

A. Landasan dalam Bimbingan dan Konseling

Landasan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan landasan filosofis, teoritis, dan praktis yang digunakan guru BK untuk membantu peserta didik berkembang sesuai potensinya.

Mencakup berbagai prinsip, teori, perspektif, dan pendekatan yang mendukung konselor dalam memberikan layanannya, antara lain: Dengan membantu siswa memahami dan mengatasi tantangan akademik dan pribadi, membantu mereka mempersiapkan masa depan, dan membantu mereka mewujudkan potensi mereka.

Tujuan dari Bimbingan dan Konseling adalah untuk memberikan landasan yang konsisten dan fokus terhadap praktik konseling di sekolah sehingga dapat memberikan hasil yang efektif dan bermakna bagi siswa.

Pentingnya dasar konseling di sekolah adalah:

1. Memberikan landasan teori: landasan bimbingan dan Konseling memberikan landasan teori bagi praktik konseling di sekolah. Hal ini membantu konselor memahami masalah siswa dan membuat rencana dukungan yang tepat

2. Menjaga Konsistensi dan Efektivitas: Landasan Bimbingan dan Konseling memastikan bahwa praktik konseling di sekolah konsisten dan efektif. Hal ini memungkinkan konselor bimbingan untuk secara efektif mengelola masalah dan memberikan dukungan berkualitas kepada siswa.

3. Mendorong pemahaman interdisipliner: Landasan bimbingan dan konseling didasarkan pada berbagai disiplin ilmu, termasuk psikologi, pendidikan, dan sosiologi, membantu guru BK memahami perkembangan dan perilaku individu dalam konteks yang lebih luas.

4. Menghargai keberagaman: Landasan Bimbingan dan Konseling adalah memerhatikan keberagaman latar belakang budaya, agama dan pribadi, memastikan bahwa dukungan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan dan pengalaman seseorang.

(6)

Oleh karena itu, Landasan Bimbingan dan Konseling berperan penting dalam menjamin praktik bimbingan dan konseling yang efektif dan berkualitas serta sejalan dengan visi dan misi sekolah.

1. Landasan filosofis

Kata filosofis atau yang dikenal filsafat berasal dari bahasa Yunani: Philos, yang artinya cinta dan Sophos, yang artinya bijaksana, jadi filosofis artinya kecintaan terhadap suatu kebijaksanaan, filsafat memiliki fungsi dalam kehidupan manusia itu sendiri, yaitu:

a. Bahwa semua manusia wajib mengambil tindakan atau sebuah keputusan.

b. Keputusan yang telah diambil merupakan sebuah keputusan dari diri sendiri.

c. Dengan berfilsafat bisa meringankan kesalahpahaman dari suatu konflik, dan

d. Sebagai guna menghadapi begitu banyaknya kesimpangsiuran dan efek dunia yang selalu berubah-ubah.

Para penulis barat (Victor Franki, Patterson, Alblaster, dan Lukes, Thomson dan Rudolf, dalam Prayitno, 2003) telah mendeskripsikan tentang hakikat manusia sebagai berikut:

1) Manusia merupakan sebagai makhluk yang rasional.

2) Manusia terus-menerus berusaha untuk memperkembangkan dan menjadikan diri sendiri melalui sebuah pendidikan.

3) Manusia tercipta dengan potensi-potensi sebagai menjadi individu yang baik dan buruk.

4) Manusia mempunyai dimensi fisik, psikologis dan spiritual.

5) Manusia akan melakukan perjalanan tugas-tugas kehidupannya.

6) Manusia merupakan makhluk yang unik.

7) Manusia merupakan memiliki kebebasan di berbagai keterbatasannya untuk membuat dan memilih pilihannya menyangkut perilaku kehidupan diri sendiri.

dengan memahami hakikat manusia maka upaya bimbingan dan konseling yang didambakan tidak menyimpang dari hakikat tentang manusia itu sendiri. Karena seorang konseling diharapkan dalam berinteraksi dengan kliennya harus dapat mampu melihat dan dapat memperlakukan kliennya sebagai sosok seutuhnya manusia dengan berbagai dimensinya.

(7)

2. Landasan Historis

3. Menurut Dr. Syamsu Yusuf, L.N dan Dr. A.

Juntika Nurihsan (2003:85). Secara 4. umum konsep

bimbingan dan

konseling telah lama dikenal manusia sejak sejarah Yunani

5. Kuno tentang

“developing one’s potential”

(pengembangan

potensi individu).

(8)

6. meyakini bahwa

didalam diri individu terdapat kekuatan-

kekuatan yang dapat distimulasi

7. dan dibimbing ke arah tujuan-tujuan yang berguna,

bermanfaat, atau

menguntungkan baik 8. dirinya sendiri

maupun masyarakat.

Plato merupakan

“konselor” Yunani

Kuno, karena dia

(9)

9. telah berperan penting terhadap

pemahaman psikologis individu, seperti

menaruh perhatian 10. terhadap

masalah-masalah bagaimana

membangun pribadi manusia yang baik melalui

11. asuhan atau

pedidikan moral dan

bagaimana caranya

(10)

supaya anak dapat berfikir lebih

12. efektif. Sebagai

“konselor” kedua dari Yunani Kuno adalah

Aristoteles (murid Plato). Dia

13. banyak berkontribusi

pemikiran dalam bidang psikologi.

Salah satunya, studi tentang

14. interaksi individu

dengan lingkungan

(11)

dan mengembangkan fungsi-fungsi individu secara

15. optimal.

16. Paparan diatas merupakan

penjelasan tentang asal usul konsep bimbingan dan

17. konseling pada zaman Yunani Kuno.

Pada uraian berikut

akan dijelaskan tentang

bagaimana

(12)

18. sejarah

perkembangan bimbingan dan

konseling di Amerika dan Indonesia.

Perkembangan

19. layanan bimbingan di Amerika bersifat

“buttom-up” yaitu dari usaha perorangan dan pihak

20. swasta, kemudian berangsur-angsur

menjadi program

(13)

pemerintah. Sementara di Indonesia

21. pergerakan

bimbingan itu bersifat

“top-dawn” yaitu perkembangannya dimulai oleh pihak 22. pemerintah,

melalui berbagai

kebijakan, perundang- undangan, atau

program-program

23. eksperimentasi, kemudian program

tersebut dikembangkan

(14)

oleh lembaga-lembaga swasta

24. atau perorangan.

Profesionalisasi

tenaga pembimbing atau konselor di

Amerika sudah 25. mencapai

standarisasi yang

mantap, sedangkan di Indonesia masih berada dalam proses

26. pengkajian,

validasi, dan

(15)

pemantapan dalam berbagai aspeknya 27. Menurut Dr.

Syamsu Yusuf, L.N dan Dr. A. Juntika Nurihsan (2003:85). Secara

28. umum konsep bimbingan dan

konseling telah lama dikenal manusia sejak sejarah Yunani

29. Kuno tentang

“developing one’s potential”

(pengembangan

(16)

potensi individu).

Mereka

30. meyakini bahwa didalam diri individu terdapat kekuatan-

kekuatan yang dapat distimulasi

31. dan dibimbing ke arah tujuan-tujuan

yang berguna,

bermanfaat, atau

menguntungkan baik 32. dirinya sendiri

maupun masyarakat.

Plato merupakan

(17)

“konselor” Yunani Kuno, karena dia

33. telah berperan penting terhadap

pemahaman psikologis individu, seperti

menaruh perhatian 34. terhadap

masalah-masalah bagaimana

membangun pribadi manusia yang baik melalui

35. asuhan atau

pedidikan moral dan

(18)

bagaimana caranya supaya anak dapat berfikir lebih

36. efektif. Sebagai

“konselor” kedua dari Yunani Kuno adalah

Aristoteles (murid Plato). Dia

37. banyak berkontribusi

pemikiran dalam bidang psikologi.

Salah satunya, studi

tentang

(19)

38. interaksi individu dengan lingkungan

dan mengembangkan fungsi-fungsi individu secara

39. optimal.

40. Paparan diatas merupakan

penjelasan tentang asal usul konsep bimbingan dan

41. konseling pada zaman Yunani Kuno.

Pada uraian berikut

(20)

akan dijelaskan tentang bagaimana

42. sejarah

perkembangan bimbingan dan

konseling di Amerika dan Indonesia.

Perkembangan

43. layanan bimbingan di Amerika bersifat

“buttom-up” yaitu dari usaha perorangan dan pihak

44. swasta, kemudian

berangsur-angsur

(21)

menjadi program

pemerintah. Sementara di Indonesia

45. pergerakan

bimbingan itu bersifat

“top-dawn” yaitu perkembangannya dimulai oleh pihak 46. pemerintah,

melalui berbagai

kebijakan, perundang- undangan, atau

program-program

47. eksperimentasi,

kemudian program

(22)

tersebut dikembangkan oleh lembaga-lembaga swasta

48. atau perorangan.

Profesionalisasi

tenaga pembimbing atau konselor di

Amerika sudah 49. mencapai

standarisasi yang

mantap, sedangkan di Indonesia masih berada dalam proses

50. pengkajian,

validasi, dan

(23)

pemantapan dalam berbagai aspeknya 51. Menurut Dr.

Syamsu Yusuf, L.N dan Dr. A. Juntika Nurihsan (2003:85). Secara

52. umum konsep bimbingan dan

konseling telah lama dikenal manusia sejak sejarah Yunani

53. Kuno tentang

“developing one’s potential”

(pengembangan

(24)

potensi individu).

Mereka

54. meyakini bahwa didalam diri individu terdapat kekuatan-

kekuatan yang dapat distimulasi

55. dan dibimbing ke arah tujuan-tujuan

yang berguna,

bermanfaat, atau

menguntungkan baik 56. dirinya sendiri

maupun masyarakat.

Plato merupakan

(25)

“konselor” Yunani Kuno, karena dia

57. telah berperan penting terhadap

pemahaman psikologis individu, seperti

menaruh perhatian 58. terhadap

masalah-masalah bagaimana

membangun pribadi manusia yang baik melalui

59. asuhan atau

pedidikan moral dan

(26)

bagaimana caranya supaya anak dapat berfikir lebih

60. efektif. Sebagai

“konselor” kedua dari Yunani Kuno adalah

Aristoteles (murid Plato). Dia

61. banyak berkontribusi

pemikiran dalam bidang psikologi.

Salah satunya, studi

tentang

(27)

62. interaksi individu dengan lingkungan

dan mengembangkan fungsi-fungsi individu secara

63. optimal.

64. Paparan diatas merupakan

penjelasan tentang asal usul konsep bimbingan dan

65. konseling pada zaman Yunani Kuno.

Pada uraian berikut

(28)

akan dijelaskan tentang bagaimana

66. sejarah

perkembangan bimbingan dan

konseling di Amerika dan Indonesia.

Perkembangan

67. layanan bimbingan di Amerika bersifat

“buttom-up” yaitu dari usaha perorangan dan pihak

68. swasta, kemudian

berangsur-angsur

(29)

menjadi program

pemerintah. Sementara di Indonesia

69. pergerakan

bimbingan itu bersifat

“top-dawn” yaitu perkembangannya dimulai oleh pihak 70. pemerintah,

melalui berbagai

kebijakan, perundang- undangan, atau

program-program

71. eksperimentasi,

kemudian program

(30)

tersebut dikembangkan oleh lembaga-lembaga swasta

72. atau perorangan.

Profesionalisasi

tenaga pembimbing atau konselor di

Amerika sudah 73. mencapai

standarisasi yang

mantap, sedangkan di Indonesia masih berada dalam proses

74. pengkajian,

validasi, dan

(31)

pemantapan dalam berbagai aspeknya 75. Menurut Dr.

Syamsu Yusuf, L.N dan Dr. A. Juntika Nurihsan (2003:85). Secara

76. umum konsep bimbingan dan

konseling telah lama dikenal manusia sejak sejarah Yunani

77. Kuno tentang

“developing one’s potential”

(pengembangan

(32)

potensi individu).

Mereka

78. meyakini bahwa didalam diri individu terdapat kekuatan-

kekuatan yang dapat distimulasi

79. dan dibimbing ke arah tujuan-tujuan

yang berguna,

bermanfaat, atau

menguntungkan baik 80. dirinya sendiri

maupun masyarakat.

Plato merupakan

(33)

“konselor” Yunani Kuno, karena dia

81. telah berperan penting terhadap

pemahaman psikologis individu, seperti

menaruh perhatian 82. terhadap

masalah-masalah bagaimana

membangun pribadi manusia yang baik melalui

83. asuhan atau

pedidikan moral dan

(34)

bagaimana caranya supaya anak dapat berfikir lebih

84. efektif. Sebagai

“konselor” kedua dari Yunani Kuno adalah

Aristoteles (murid Plato). Dia

85. banyak berkontribusi

pemikiran dalam bidang psikologi.

Salah satunya, studi

tentang

(35)

86. interaksi individu dengan lingkungan

dan mengembangkan fungsi-fungsi individu secara

87. optimal.

88. Paparan diatas merupakan

penjelasan tentang asal usul konsep bimbingan dan

89. konseling pada zaman Yunani Kuno.

Pada uraian berikut

(36)

akan dijelaskan tentang bagaimana

90. sejarah

perkembangan bimbingan dan

konseling di Amerika dan Indonesia.

Perkembangan

91. layanan bimbingan di Amerika bersifat

“buttom-up” yaitu dari usaha perorangan dan pihak

92. swasta, kemudian

berangsur-angsur

(37)

menjadi program

pemerintah. Sementara di Indonesia

93. pergerakan

bimbingan itu bersifat

“top-dawn” yaitu perkembangannya dimulai oleh pihak 94. pemerintah,

melalui berbagai

kebijakan, perundang- undangan, atau

program-program

95. eksperimentasi,

kemudian program

(38)

tersebut dikembangkan oleh lembaga-lembaga swasta

96. atau perorangan.

Profesionalisasi

tenaga pembimbing atau konselor di

Amerika sudah 97. mencapai

standarisasi yang

mantap, sedangkan di Indonesia masih berada dalam proses

98. pengkajian,

validasi, dan

(39)

pemantapan dalam berbagai aspeknya

Menurut Dr. Syamsu Yusuf, L.N dan Dr. A. Juntika Nurihsan dalam Landasan- landasan konseling (2003:85). Secara umum konsep bimbingan dan konseling telah lama dikenal manusia sejak sejarah Yunani Kuno tentang “developing one’s potential” (pengembangan potensi individu). Mereka meyakini bahwa didalam diri individu terdapat kekuatan-kekuatan yang dapat distimulasi dan dibimbing ke arah tujuan-tujuan yang berguna, bermanfaat, atau menguntungkan baik dirinya sendiri maupun masyarakat. Plato merupakan “konselor” Yunani Kuno, karena diatelah berperan penting terhadap pemahaman psikologis individu, seperti menaruh perhatianterhadap masalah-masalah bagaimana membangun pribadi manusia yang baik melaluiasuhan atau pedidikan moral dan bagaimana caranya supaya anak dapat berfikir lebih efektif. Sebagai “konselor” kedua dari Yunani Kuno adalah Aristoteles (murid Plato). Dia banyak berkontribusi pemikiran dalam bidang psikologi. Salah satunya, studi tentanginteraksi individu dengan lingkungan dan mengembangkan fungsi-fungsi individu secaraoptimal.Paparan diatas merupakan penjelasan tentang asal usul konsep bimbingan dan konseling pada zaman Yunani Kuno.

Pada uraian berikut akan dijelaskan tentang bagaimana sejarah perkembangan bimbingan dan konseling di Amerika dan Indonesia. Perkembanganlayanan bimbingan di Amerika bersifat

“buttom-up” yaitu dari usaha perorangan dan pihakswasta, kemudian berangsur-angsur menjadi program pemerintah. Sementara di Indonesiapergerakan bimbingan itu bersifat “top-dawn” yaitu perkembangannya dimulai oleh pihakpemerintah, melalui berbagai kebijakan, perundang- undangan, atau program-programeksperimentasi, kemudian program tersebut dikembangkan oleh lembaga-lembaga swastaatau perorangan. Profesionalisasi tenaga pembimbing atau konselor di Amerika sudahmencapai standarisasi yang mantap, sedangkan di Indonesia masih berada dalam prosespengkajian, validasi, dan pemantapan dalam berbagai aspeknya.

Sedikit tentang sejarah bimbingan dan konseling a. Perkembangan layanan bimbingan di Indonesia

(40)

bagi dirinya. Usaha yang paling utama didirikannya jurusan bimbingan dan konseling di fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Negeri yang sekarang menjadi lebih populer dengan Universitas Pendidikan Indonesia merupakan salah satunya yang membuka jurusan tersebut.

Dengan adanya gagasan sekolah pembangunan pada tahun 1970/1971 bimbingan kembali berperan hingga mendapatkan perhatian. Gagasan sekolah pembangunan dituangkan dalam program Sekolah menengah pembangunan persiapan, yang berupa dalam bentuk proyek peralihan dan percobaan dari sistem sekolahan hanya saja menjadi sekolah pembangunan.

Sistem yang ada pada sekolah pembangunan dilaksanakan melalui proyek-proyek pembaharuan pendidikan yang dinamakan PPSP (Proyek Perintis Sekolah Pembangunan) yang telah diuji coba di 8 IKIP. Badan Pengembangan Pendidikan yang berhasil menyusun 2 naskah penting yang berupa pola dasar tentang semua rencana pembangunan program Bimbingan konseling dan penyuluhan melalui proyek perintis sekolah pembangunan dan pedoman operasional pelayanan bimbingan pada PPSP.

Secara resmi BK di programkan oleh sekolah pada sejak tahun berlakunya kurikulum 1975. Yang berdiri Ikatan petugas bimbingan Indonesia (IPBI) di malang. Sempurnanya kurikulum 1975 ke kurikulum 1984 dengan memasukkan bimbingan Karier di dalamnya.

Kemudian UU No. 0/1989 tentang Sisdiknas membuat puas yang menempati posisi bimbingan dan konseling yang selain diperkuat dengan PP No. 20 Bab x Pasal 25/1990 dan PP No. 29 Bab x Pai 27/1990 yang mengatakan bahwa “Bimbingan adalah suatu bantuan yang diberikan kepada murid dalam rangka upaya-upaya untuk menemukan kepribadian, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan. Pada tahun 2001, Perkembangan BK di Indonesia semakin bagus dengan perubahan 1 PBI yang menjadi ABKIN (Asuransi Bimbingan Konseling Indonesia).

3. Landasan Religius

Landasan religius dalam BK diperlukan penekanan pada 3 hal pokok yakni:

a. Manusia sebagai makhluk Tuhan

Manusia merupakan sebagai makhluk Tuhan yang mempunyai sisi-sisi kemanusiaan.

b. Sikap keberagaman

Untuk menyeimbangkan antar kehidupan di dunia dan akhirat menjadikan isi dari sikap keberagaman, sikap keberagaman tersebutlah fokus utamanya pada agama itu sendiri. Maka

(41)

nilai yang harus diresapi dan diamalkan. Kedua, dengan menyikapi peningkatan Iptek sebagai usaha lanjutan dari penyeimbangan kehidupan dunia dan akhirat nanti.

c. Peran Agama

Unsur-unsur agama hendaknya dilakukan secara wajarnya dengan memanfaatkannya, agar tidak terpaksa dan tepat dalam menempatkan kliennya sebagai seseorang yang bebas dan memiliki hak mengambil keputusan sendiri sehingga agama mampu berperan positif dalam sebuah konseling yang dilakukan karna agama adalah pedoman hidup yang dimilikinya berfungsi untuk:

1. Memelihara fitrahnya 2. Memelihara jiwanya 3. Memelihara akalnya 4. Memelihara keturunannya.

(42)

99. Landasan Psikologis

Landasan psikologis di dalam BK ini memberikan sebuah pemahaman tentang tingkah laku individu yang akan menjadi sumber sasaran (kliennya). Hal ini berpengaruh besar karena bidang garapan dari bimbingan dan konseling merupakan tingkah laku kliennya, yakni tingkah laku yang harus diubah dan dikembangkan untuk mengatasi semua masalah yang sedang dihadapinya untuk keperluan bimbingan dan konseling sejumlah daerah kajian memiliki bidang psikologi yang wajib dikuasai sebagai berikut:

1. Tentang motif dan motivasi

(43)

2. Tentang lingkungan dan pembawaan dasar 3. Tentang individu (diri sendiri)

4. Tentang belajar

5. Dan tentang kepribadian seseorang.

100. Landasan Sosial Budaya

Landasan sosial budaya adalah landasan yang bisa memberikan suatu pemahaman kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Kegagalan dalam memenuhi tuntutan sosial budaya bisa mengakibatkan tersingkirnya dari lingkungan tersebut.

Di dalam proses konseling maka akan berlangsungnya komunikasi in terpersonal antar konselor dengan klien, yang pada dasarnya antara konselor dan klien mempunyai latar sosial dan budaya yang berbeda-beda. Peterson dalam Prayitno (2003) mengemukakan ada sumber hambatan yang mungkin akan timbul dalam komunikasi sosial dan juga penyesuaian diri antar budaya sebagai berikut:

a) Perbedaan bahasa b) Komunikasi non verbal c) Stereotip

d) Kecenderungan menilai e) Kecemasan

Maka agar komunikasi sosial antar konselor dengan kliennya bisa berjalan harmonis, maka kelima hambatan itu perlu adanya sebuah partisipasi.

Berhubung dengan layanan bimbingan dan konseling di Indonesia, Moh. Surya (2006) menengahkan tentang terpopulernya bimbingan dan konseling Multi kultural, bahwasanya bimbingan dan konseling dilakukan dengan berlandasan semangat Bineka tunggal ika, yakni kesamaan di atas keragaman. Dengan adanya layanan bimbingan dan konseling hendaknya tertuju pada nilai-nilai budaya bangsa yang secara jelas mampu mewujudkan kehidupan yang harmonis dalam kondisi pluralistis.

101. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

(44)

tentang bimbingan dan konseling disusun berdasarkan secara logis dan sistematis dengan menggunakan berbagai macam metode, misalnya: pengamatan, wawancara, analisis dokumen, prosedur tes, yang tertuang dalam bentuk sebuah laporan penelitian, buku teks dan berupa semua tulisan ilmiah lainnya.

Layanan bimbingan dan konseling adalah ilmu yang sifatnya “multireferensial”.

Beberapa disiplin ilmu lainnya telah diberikan sumbangan bagi perkembangan teori dan praktik bimbingan dan konseling, seperti: psikologi, ilmu pendidikan, statistik, evaluasi, biologi, filsafat, sosiologi, antropologi, ilmu ekonom, manajemen, ilmu hukum dan agama. Dari beberapa konsep disiplin ilmu tersebut itu telah memberikan sumbangan bagi kepentingan pengembangan bimbingan dan konseling, Baik berupa pengembangan teori dan praktik. Pengembangan teori dan pendekatan bimbingan dan konseling walaupun hanya dihasilkan para ahli, melalui pemikiran kritis dari berbagai bentuk penelitian.

Seiring dengan perkembangan teknologi masa kini, khususnya teknologi informasi yang berbasis komputer, di sejak tahun 1980-an peran komputer sudah banyak dikembangkan di dalam bimbingan dan konseling. Menurut Gusel (Prayitno,2003) bidang yang sudah banyak sekali memanfaatkan jasa dari komputer adalah bimbingan karier dan bimbingan dan konseling pendidikan. Moh Surya (2006) mengemukakan bahwasanya dengan berjalannya perkembangan teknologi komputer interaksi antar konser dan individu (klien) tidak hanya saja dilakukan melalui tatap muka akan tetapi bisa juga dengan melakukan hubungan secara virtual (dunia maya) melalui internet, dalam bentuk “cyber counseling”. Dijelaskan pula, bahwasanya adaptasi konselor di dalam penguasaan teknologi untuk melakukan bimbingan dan konseling.

Dengan begitu landasan ilmiah dan teknologi ini, maka konselor berperan di dalamnya mencangkup juga sebagai ilmuan sebagaimana yang dikemukakan oleh MC Daniel (Prayitno, 2003) bahwa konselor merupakan seorang ilmuan. Sebagai ilmuan, konselor juga harus bisa mengembangkan pengetahuan dan teori tentang bimbingan dan konseling, baik berupa berdasarkan hasil dari pemikiran kritis ataupun melalui berbagai macam bentuk kegiatan penelitian.

102. Landasan Pedagogis

Pendidikan merupakan identik dari bimbingan dan konseling. Yang berarti, ketika seorang melaksanakan praktik bimbingan dan konseling artinya dia sedang mendidik seseorang

(45)

Landasan pedagogis di dalam layanan bimbingan dan konseling tertuju pada segi, yakni:

a. Pendidikan sebagai upaya pengembangan individu

Pendidikan merupakan upaya dalam memanusiakan manusia. Karena tanpa pendidikan, bagi manusia yang sudah lahir itu tidak akan bisa memperkembangkan dimensi-dimensi ke individualnya, ke sosialisasinya, kesusilaannya dan keberagamannya.

b. Pendidikan sebagai utama (inti) proses bimbingan dan konseling.

Layanan bimbingan dan konseling mengembangkan suatu proses yang dijalani oleh seluruh kliennya. Sejak kesadaran ini muncul pengembangan gerakan bimbingan dan konseling yang paling luas di Amerika Serikat. Di tahun 1953, Giston sudah menegaskan bahwasanya bimbingan dan konseling merupakan proses yang berorientasi pada belajar. Belajar untuk memahami lebih dekat tentang diri sendiri , belajar untuk mengembangkan merupakan paling efektif di berbagai pemahaman. Untuk lebih jauh, Nugent (1981) mengemukakan bahwa dalam sebuah konseling klien harus mempelajari banyak keterampilan dalam mengambil keputusan.

Pemecah masalah, tingkah laku, tindakan, juga semua sikap baru. Dengan begitu klien akan mudah memperoleh berbagai hal-hal baru dari belajar untuk diri sendiri dan dengan mendapat semua hal baru itu dirinya akan semakin terus berkembang.

c. Pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan dari bimbingan dan konseling

Bimbingan dan konseling memiliki tujuan untuk memperkuat semua tujuan pendidikan, serta yang pada umumnya untuk menunjang suatu proses pendidikan dasar (SD dan SLTP) dan pendidikan menengah. (Borders dan Dury, 1992).

B. Implikasi Landasan Bimbingan dan Konseling

Secara naluri manusia mempunyai kebutuhan untuk hidup bahagia, sejahtera, nyaman dan menyenangkan. Prayitno dan Erman (dalam yusuf, 2010) mengatakan bahwa model witney sweeney tentang kebahagiaan dan kesejahteraan hidup juga upaya pengembangan dan usaha mempertahankan sepanjang usianya.

Menurut bangsa Indonesia yang menjadikannya landasan utama filosofis bimbingan dan konseling yaitu Pancasila, yang seluruh nilainya sesuai dengan fitrahnya manusia sebagai makhluk Tuhan yang bermartabat. Maka dari itu pembuatan program bimbingan dan konseling wajib merujuk pada nilai-nilai yang terdapat di dalam Pancasila tersebut. Pancasila sebagai landasan dan konseling yang memiliki implikasi antara lain sebagai berikut:

(46)

memfasilitasi peserta didik agar mampu (1) mengembangkan potensi, fitrah dan jati dirinya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dengan cara mengimani, memahami dan mengamalkan ajaran-Nya. (2) mengembangkan semua sikap yang positif seperti respek kepada harkat dan martabat diri sendiri dan orang lain, dan bisa bersikap empati. (3) mengembangkan seluruh sikap kooperatif, kolaboratif, toleransi dan altruis (ta’awun bil ma’ruf). (4) mengembangkan sikap demokratis, menghargai pendapat orang lain, dan bersikap mengayomi masyarakat. (5) mengembangkan kesadaran untuk membangun bangsa dan negara ini agar sejahtera dan berkeadilan dalam berbagai aspek kehidupan (ekonomi, hukum, pendidikan, dan pekerjaan).

2. Konselor setidaknya menampilkan kualitas pribadi yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, yakni beriman dan bertakwa, bersikap respek terhadap orang lain, mau bekerja sama dengan orang lain. Bersikap demokratis dan bersikap adil terhadap para peserta didik.

3. Perlu dilakukannya penataan lingkungan (fisik dan sosial budaya) yang mendukung terwujudnya semua nilai Pancasila di dalam kehidupan perorangan ataupun masyarakat.

Upaya-upaya di antaranya yaitu: (1) menata kehidupan lingkungan yang hijau berbunga, bersih dari semua polusi (2) mencegah dan memberantas kriminalitas (3) menghentikan tayangan televisi yang merusak semua nilai Pancasila, misalnya tayangan yang bisa merusak akidah, moral masyarakat (4) mengontrol secara dengan ketat penjualan alat kontrasepsi (5) dengan memberantas korupsi dan melakukan clean govemment.

Landasan religius di dalam bimbingan dan konseling mengimplikasikan bahwa konselor sebagai “helper”, pemberian bantuan yang dituntut untuk mempunyai pemahaman akan seluruh nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari, yang khususnya dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada klien ataupun peserta didik. konselor seharusnya menyadari bahwa memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada klien adalah salah satu kegiatan yang sangat bernilai “amar ma’ruf nahyi munkarr” (mengembangkan kebaikan dan mencegah keburukan). Agar bantuan layanan bimbingan dan konseling bernilai ibadah, maka kegiatan tersebut wajib dilandasi keikhlasan dan kesabaran. Berkaitan dengan itu, Prayitno dan Erman Amti mengemukakan persyaratan bagi setiap konselor, yakni di antaranya sebagai berikut:

a. Konselor harusnya orang yang beragama dan mengamalkan dengan baik sesuai keimanan

(47)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang ada di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Sebagai sebuah layanan yang profesional, layanan bimbingan dan konseling harus di bangun di atas landasan yang sangat kokoh adalah yang menjadi tumpuan untuk terciptanya layanan bimbingan dan konseling yang dapat memberikan manfaat bagi kehidupan.

Landasan bimbingan dan konseling meliputi: (1) landasan filosofis, (2) landasan histori (3) landasan religius (4) landasan psikologis (5) landasan sosial budaya (6) ilmu pengetahuan dan teknologi (7) landasan pedagogis.

Landasan filosofis berhubungan dengan upaya yang memahami suatu hakikat manusia, yang berkaitan dengan proses layanan bimbingan dan konseling. Landasan religius berhubungan dengan manusia sebagai makhluk Tuhan, sikap keberagamaan, peranan agama.

Landasan psikologis berhubungan dengan suatu pemahaman tentang perilaku individu yang menjadi pacuan dan sasaran layanan bimbingan dan konseling, misalnya: (a) motif dan motivasi, (b) pembawaan dan lingkungan (c) perkembangan individu (d) belajar dan (e) kepribadian individu.

C.

Saran

Sebagai penulis kami berharap bahwa makalah ini dapat bermanfaat dan dapat menambah wawasan kita. Untuk itu saran dan kritik sangat penulis harapkan agar dapat memperbaiki kesalahan dalam menulis makalah selanjutnya.

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Moh. Surya. 2006. Profesionalisme konselor dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi.

Majalengka : Sanggar BK SMP, SMA dan SMK

Prayitno, 2003. Wawasan dan Landasan BK (Buku II). Depdiknas : Jakarta

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/25/landasan-bimbingan-dan-konseling/

Referensi

Dokumen terkait

Dasar pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya landasan hukum (perundang-undangan) atau ketentuan dari atas, namun

Supervisi bimbingan konseling adalah upaya untuk mendorong, mengkoordinasikan dan menuntun pertumbuhan petugas bimbingan konseling atau konselor secara

Grafindo Persada, 2011) h.. Dalam konseling lintas budaya terlibat konselor dan klien yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda, dan karena itu proses

Kasus yang dapat dipelajari adalah tentang bagaimana seorang konselor sekolah atau biasa disebut sebagai guru BK dengan latar belakang pendidikan sarjana non bimbingan dan

Bantuan yang dapat dilakukan konselor untuk memulihkan mental eks pengguna narkoba antara lain dengan pendekatan konseling individual, bimbingan kelompok dan

Bimbingan dan konseling di SD memiliki karakteristik khusus. 12) menjelaskan beberapa faktor penting.. [160] yang harus diperhatikan dalam bimbingan dan konseling di SD,

Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi: Orientasi Dasar Pengembangan Profesi Konselor.. Jakarta: Rajawali

Identifikasi Masalah Berdasarkan paparan dari latar belakang di atas bahwa kajian pokok penelitian ini adalah pengalaman calon guru bimbingan konseling melaksanakan praktek pengalaman