TINGKAT BUNGA DAN PELAYANAN OBLIGASI
A. TINGKAT BUNGA DAN PENILAIAN OBLIGASI, OBLIGASI DAN PENILAIAN OBLIGASI
a. Tingkat Bunga dan Penilaian Obligasi
Bisa di ibaratkan ketika anda meminjamkan sejumlah uang kepada suatu perusahaan, berjumlah $10.000. perusahaan tersebut kemudian harus membayarkan bunga kepada anda secara teratur, dan di masa yang akan datang, perusahaan akan membayarkan nilai yang pertama kali di pinjam dari anda, yaitu $10.000 tadi. Lebih jauh lagi, jika Anda membayar
$10.663,63 untuk satu obligasi ini, Berkshire Hathaway berjanji akan membayar Anda $10.000 dalam waktu lima tahun.
b. Obligasi dan Penilaian Obligasi
Obligasi = sebuah perusahaan ingin meminjam uang dari publik dalam basis jangka panjang, perusahaan biasanya akan melakukannya dengan menerbitkan atau menjual sekuritas utang. Perusahaan (dan pemerintah) meminjam uang secara teratur dengan menjual atau menerbitkan surat utang yang disebut obligasi. Obligasi biasanya "bunga saja", artinya peminjam akan membayar bunga setiap periode tetap tidak akan melunasi hutang awal sampai jatuh tempo. Contoh: Central Asia Bank ingin meminjam Rp10.000.000 untuk jangka waktu 30 tahun. Mereka menerbitkan obligasi dengan tingkat bunga 12% berdasarkan organisasi.
Organisasi lain yang menerbitkan obligasi setara utang. BCA akan membayar 12% dari Rp 10.000.000 per tahun, yaitu Rp 1.200.000, sebagai pembayaran bunga. Pada tahun ke-30, BCA akan membayar kepada pemberi pinjaman sebesar Rp10.000.000, yang dipinjam 30 tahun yang lalu. Bunga sebesar Rp.1.200.000,- disebut kupon obligasi.
Jumlah tahun sebelum obligasi jatuh tempo disebut tanggal jatuh tempo. Karena arus kas obligasi tetap, nilai obligasi berfluktuasi. Ketika suku bunga naik, harga obligasi turun karena nilai obligasi turun, dan sebaliknya. Untuk menentukan nilai obligasi selama jangka waktu tertentu, kita harus mengetahui sisa jangka waktu hingga jatuh tempo, nilai nominal obligasi sejenis, tingkat kupon, dan tingkat pasar. Kuantitas ini disebut yield to maturity (YTM).
B. Karakteristik-Karakteristik Obligasi
1. Nilai pari atau nilai nominal = Nilai yang tertera pada kertas obligasi dan mewakili jumlah uang yang dipinjam oleh perusahaan dan akan dibayarkan pada saat jatuh tempo (maturity).
2. Kupon/ tingkat bunga (coupon rate) Jumlah bunga tetap yang harus dibayarkan setiap tahun oleh perusahaan yang mengeluarkan obligasi (coupon bonds). Contoh: par value Rp 10.000 bayar kupon Rp 1000 per tahun. Artinya kupon sebesar 10%.
3. Maturity date (jatuh tempo) = Tanggal dimana nilai par harus dibayar.
Sebuah obligasi secara umum merupakan suatu pinjaman dengan bunga, yang artinya peminjam akan membayar bunga setiap periode, namun jumlah pokoknya tidak akan dilunasi sampai akhir masa pinjaman. Contoh, Corporation ingin meminjam $1.000 selama 30 tahun.
Tingkat bunga untuk utang yang sama yang diterbitkan oleh perusahaan yang serupa adalah 12 persen sehingga harus membayar bunga 0,12 x $1.000 = $120 setiap tahunnya selama 30 tahun.
Pada akhir 30 tahun, corporation akan melunasi $1.000.
Dalam contoh, pembayaran bunga rutin sebesar ($120 yang dijanjikan akan dibayar oleh corporation = kupon (coupons), obligasi. Karena kupon memiliki jumlah yang konstan dan dibayarkan setiap tahun, jenis obligasi ini obligasi kupon rata (level coupon bond). Jumlah yang akan dilunasi pada akhir pinjaman disebut nilai nominal (face value) / nilai pari (par value). Seperti contoh, nilai pari ini biasanya $1.000 untuk obligasi perusahaan, dan obligasi yang dijual pada nilai parinya disebut obligasi nilai pari. Terakhir, kupon tahunan yang dibagi dengan nilai nominal disebut tingkat kupon (coupon rate); dalam hal ini, karena $120/1.000 = 12%, obligasi tersebut memiliki tingkat kupon 12 persen. Jumlah tahun sampai nilai nominal tersebut dibayar disebut waktu obligasi sampai jatuh tempo (maturity).
Harga obligasi yang diperdagangkan biasanya dinyatakan dengan angka persentase (tanpa %).
Contoh: jika harga penutupan sebuah obligasi adalah 105 berarti obligasi itu diperdagangkan pada 105 % dari nilai nominal (pari). Harga obligasi dipengaruhi tingkat suku bunga perbankan
• Jika suku bunga > coupon rate, maka cenderung dijual at discount
• Jika suku bunga = coupon rate, maka cenderung dijual at par
• Jika suku bunga coupon rate, maka cenderung dijual at premium
Pembeli obligasi yang membeli di harga dibawah nilai pari(nominal) dikatakan membeli obligasi at discount. Apabila obligasi naik diatas nilai nominalnya maka dikatakan obligasi dijual at premium sedangkan obligasi at par adalah obligasi yang dijual sebesar harga nominalnya
C. Peringkat obligasi, beberapa jenis obligasi
● Peringkat Obligasi = skala risiko dari semua obligasi yang diperdagangkan. Peringkat obligasi ini penting karena memberikan pernyataan yang informatif dan memberikan signal tentang probabilitas kegagalan utang suatu perusahaan (Maylia 2004).
Informasi peringkat obligasi bertujuan untuk menilai kualitas kredit dan kinerja dari perusahaan penerbit. Peringkat ini dinilai sangat penting bagi investor karena dapat dimanfaaatkan untuk memutuskan apakah obligasi tersebut layak untuk dijadikan investasi serta mengetahui tingkat risikonya.
Peringkat obligasi penting karena memberikan pernyataan yang informatif dan memberikan sinyal tentang probabilitas default hutang perusahaan. Peringkat hutang juga berfungsi membantu kebijakan publik untuk membatasi investasi spekulatif para investor institusional seperti bank, perusahaan asuransi dan dana pension. Kualitas suatu obligasi dapat dimonitor dari informasi peringkatnya. Di Indonesia terdapat dua lembaga pemeringkat sekuritas utang, yaitu PT PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia) dan PT. Kasnic Credit
Rating Indonesia. Peringkat obligasi diperbaharui secara reguler untuk mencerminkan perubahan signfikan dari kinerja keuangan dan bisnis perusahaan. Perubahan peringkat memiliki pengaruh signifikan pada aktivitas investasi dan pendanaan masa depan perusahaan serta profil risiko dan kinerja masa depannya. Oleh karena ada pengaruh yang signifikan, maka investor akan menyesuaikan strategi investasi mereka sesuai dengan perubahan peringkat.
1. Obligasi Pemerintah
Obligasi pemerintah adalah salah satu produk investasi paling aman karena memiliki risiko rendah. Obligasi ini adalah surat utang yang diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia, kemudian ditawarkan kepada masyarakat secara perseorangan.
Sistem berinvestasinya adalah dimana pemerintah akan membayar utang obligasi kepada investor yakni masyarakat hingga waktu jatuh tempo disertai dengan imbal hasil atau disebut kupon. Investor yang membeli obligasi pemerintah baik dalam bentuk ORI (Obligasi Negara Ritel) atau SBN(Surat Berharga Negara) lainnya dari pemerintah akan mendapatkan keuntungan dari kupon yang diberikan. Kupon tersebut dibayar pemerintah setiap bulannya kepada investor. Besaran kupon ORI adalah tetap sama setiap bulannya, sehingga walaupun terjadi fluktuasi di pasar efek, hal itu tidak akan mempengaruhi harga dari obligasi tersebut.
Adapun keuntungan menggunakan obligasi pemerintah, yaitu sebagai berikut : 1. Kupon dan pokok dijamin oleh undang-undang.
2. Kupon ditawarkan lebih tinggi dibandingkan rata-rataa bunga deposito bank BUMN.
3. Kupon dengan tingkat bunga tetap sampai pada waktu jatuh tempo.
4. Kupon dibayar setiap bulan.
5. Dapat diperdangangkan di pasar sekunder (antar investor domestik).
2. Obligasi Kupon Nol
Obligasi kupon nol yang disebut juga sebagai obligasi tanpa bunga atau biasa dikenal dengan nama zero coupon bonds adalah suatu obligasi (surat utang) yang tidak memberikan pembayaran bunga secara berkala atau tanpa kupon sebagaimana obligasi pada umumnya sampai surat utang itu jatuh tempo.
Zero Coupon Bonds merupakan salah satu bentuk instrumen pembiayaan APBN.
Pemerintah menerbitkan SBN (Surat Berharga Negara) untuk membiayai APBN. Penerbitan SBN dilakukan melalui dua instrumen yaitu SUN dan SBSN atau sukuk.
Investor yang membeli obligasi zero coupon bond memang tidak akan mendapatkan bunga sama sekali sampai jatuh tempo. Jika obligasi itu diterbitkan untuk masa 10 tahun misalnya, maka uang investor akan mengendap di sana selama masa tersebut, kecuali jika investor menjualnya kembali ke pasar. Zero coupon bond selalu ditawarkan dengan harga diskon yang tinggi. Ketika membeli, investor akan membeli dengan harga diskon dan ketika jatuh tempo ia akan menerima pembayaran penuh.
Contoh :
Perusahaan Metamina menerbitkan obligasi tanpa bunga sebesar Rp100.000.000,- dengan masa jatuh tempo 10 tahun. Obligasi ini dilepas pada harga 60%. Dengan harga penawaran sebesar itu berarti investor yang membeli obligasi Metamina tadi tidak perlu membayar senilai harga nominal 100%. Jika investor A akan membeli obligasi senilai Rp100.000.000,- maka ia hanya perlu membayar sebesar Rp60.000.000,-.
Meski investor A tadi hanya membayar Rp60.000.000,- tapi pada saat jatuh tempo nanti (10 tahun kemudian) dia tetap akan menerima pokok obligasi sebesar Rp 100.000.000,-. Jadi dalam kurun 10 tahun, uang investor A untuk membeli dengan harga Rp60.000.000,- tumbuh sebesar 40% dari Rp60.000.000,-menjadi Rp100. 000.000,-. Yang artinya investor A berhasil mendapatkan keuntungan sebesar Rp40. 000.000,- selama 10 berinvestasi dengan obligasi tanpa kupon.
Karena cara kerja ini lah, obligasi tanpa kupon dinilai sebagai investasi yang menguntungkan bond holder dan mereka yang lebih menyukai investasi jangka panjang. Ini karena harga zero coupon bond akan naik dari waktu ke waktu mendekati tanggal jatuh tempo.
3. Obligasi Tingkat Mengambang
Obligasi tingkat mengambang atau floating rate bond adalah obligasi dengan bunga mengambang. Obligasi dengan bunga mengambang didasarkan pada tingkat suku bunga variabel yang penyesuaian bunganya dilakukan secara berkala. Obligasi tersebut diperhitungkan atas dasar rata-rata bunga deposito (average time deposit) ditambah nilai premi tertentu (ATD + Premi).
Misalnya, obligasi dengan nilai Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) serta kupon mengambang berdasar rata-rata bunga deposito rupiah 5 (lima) bank ditambah premi 3,5 %, maka perhitungannya apabila rata-rata bunga deposito 5 bank yang ditentukan berkisar 15 %.
tinggal ditambah premi 3,5 %. Dengan demikian total keuntungan yang didapat oleh pemegang obligasi adalah 18,5 % per tahun atau Rp. 185.000.000,00 (seratus delapan puluh lima juta rupiah) per tahun.
● Jenis-Jenis Obligasi Lain
Terdapat beberapa jenis obligasi lain, selain yang sudah disebutkan di atas, diantaranya adalah :
1. Obligasi laba (income bonds) adalah obligasi yang bunganya dibayar jika perusahaan bersangkutan memperoleh laba. Bunga tersebut pada umumnya dibayar mendahului pembayaran dividen kepada pemegang saham. Obligasi jenis ini merupakan obligasi yang tidak begitu umum dipergunakan.
2. Obligasi konvertibel (convertible bonds) adalah obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk mengkonversikan obligasi tersebut ke dalam sejumlah saham milik penerbitnya. Pada saat obligasi konversi diterbitkan, penerbit obligasi akan menentukan tanggal dan harga konversi.
3. Putable Bonds adalah obligasi yang memberikan hak kepada investor yang mengharuskan emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut
D. Pasar obligasi, inflasi dan tingkat bunga A. Pasar Obligasi
Obligasi diperjualbelikan setiap harinya dalam jumlah yang sangat besar setiap harinya, dapat dikatakan bahwa volume perdagangan obligasi sehari-sehari berkali lipat lebih banyak dibandingkan volume perdagangan saham.
1. Bagaimana obligasi diperjual-belikan?
Perdagangan obligasi tidak memiliki tempat khusus untuk terjadinya penjualan dan pembelian, tetapi sering kali perdagangan obligasi dilakukan diluar bursa atau dikatakan over the counter (OTC). Untuk perdagangan obligasi dapat dilakukan di seluruh diler yang biasanya melakukan penjualan atau pembelian obligasi, seluruh diler ini akan dilakukan secara online.
Pasar obligasi begitu besar karena jumlah obligasi yang diterbitkan lebih banyak dari jumlah lembar saham yang diterbitkan. Hal tersebut terjadi karena untuk perusahaan besar biasanya akan mengeluarkan lebih banyak emisi wesel dan obligasi yang akan beredar, dan pinjaman pemerintah pusat, daerah dan lokal juga memiliki jumlah yang sangat banyak.
Seperti yang sudah dijelaskan bahwa pasar obligasi hampir sepenuhnya dengan over the counter (OTC), maka dari itu selama ini pasar obligasi kurang dalam transparansi atau hanya sedikit transparan. Kurang transparansi adalah karena di pasar obligasi seringkali harga dan volume perdagangan keduanya tidak dapat diamati, transaksi dinegosiasikan secara tertutup diantara kedua belah pihak dan sangat sedikit bahkan hampir tidak ada pelaporan transaksi terpusat. Meskipun total volume perdagangan obligasi jauh melebihi volume perdagangan saham, hanya sebagian kecil total emisi obligasi yang sebenernya diperdagangkan pada satu hari tertentu, maka dari itu dapat dikatakan sulit untuk mendapatkan harga terakhir dari masing masing obligasi jika kurangnya transparansi di pasar obligasi dan kecilnya penjualan obligasi per hari. Kesulitan tersebut biasanya terjadi khususnya pada emisi pemerintah daerah maupun perusahaan kecil. Namun, kita tetap bisa memperkirakan harga emisi melalui berbagai sumber estimasi harga yang umum digunakan.
2. Pelaporan harga obligasi
Berdasarkan regulasi yang baru , diler obligasi perusahaan diharuskan untuk melaporkan informasi perdagangan melalui Mesin Kepatuhan dan Pelaporan Transaksi atau Transactions Report and Compliance Engine (TRACE). Kotak Work the Web yang
mana dalam kotak kita mendapatkan informasi TRACE, contoh tampilan kotaknya sebagai berikut:
Berikut rincian informasi:
Pasar obligasi untuk perdagangan emisi obligasi pemerintah khususnya sedikit berbeda dengan pasar obligasi secara umum, terutama jika pemerintah baru saja menerbitkan obligasi baru akan sangat tinggi, maka dari itu harga-harga representatif untuk emisi emisi obligasi pemerintahan yang masih beredar akan dilaporkan. Berikut contoh dari daftar harian wesel dan obligasi pemerintah:
Baris yang dimulai dengan “8.000 Nov 21”, jika dibaca dari kiri ke kanan 8.000 adalah tingkat obligasi dan “Nov 21” adalah jatuh tempo obligasi yaitu November 2021. Obligasi pemerintah semuanya memberikan pembayaran setiap setengah tahun atau per 6 bulan dan memiliki nilai nominal $1000.
Terdapat 2 Informasi berikutnya yaitu harga penawaran atau bid price dan harga permintaan atau ask price.
● Harga penawaran (bid price) adalah harga yang bersedia dibayarkan oleh diler untuk membayar suatu sekuritas.
● Harga permintaan (ask price) adalah harga yang bersedia diterima oleh diler untuk suatu sekuritas.
Untuk selisih atau perbedaan harga antara penawaran dengan permintaan disebut juga spread penawaran – permintaan (bid ask spread).
Harga obligasi pemerintah dinyatakan dalam pecahan 1 per 32, jadi untuk harga penawaran obligasi 8.000 Nov 21 adalah 128:07 atau dijelaskan sebagai 128 7/32 dari nilai nominal. Dengan nilai nominal $1000 artinya nilainya menjadi $1.282,1875. Perubahan harga terkecilnya adalah 1/32 disebut tick.
Setelah itu perlu dilaporkan juga perubahan dalam harga permintaan dari hari sebelumnya yang diukur dalam tick, maka kenaikan emisi untuk contoh tersebut adalah 5/32 dari 1 persen atau 0,15625% dari nilai nominal sebelumnya. Angka terakhir yang dilaporkan adalah imbal hasil sampai jatuh tempo berdasarkan atas harga permintaan yaitu 5.
Pada beberapa tanggal jatuh tempo terdapat huruf “n” dan “i” di belakang, untuk tanggal jatuh tempo yang memiliki huruf “n” mengartikan bahwa emisi tersebut adalah wesel. Sedangkan untuk tanggal jatuh tempo yang memiliki huruf “i” artinya obligasi yang dihubungkan dengan inflasi.
3. Catatan tentang laporan harga obligasi
Pada saat kita membeli suatu obligasi diantara tanggal pembayaran kupon, tidak heran apabila harga yang dibayarkan akan lebih tinggi daripada harga yang dilaporkan, karena adanya konvensi standar dalam pasar obligasi untuk melaporkan harga bersih setelah
“bunga yang masih harus dibayarkan” yang artinya bunga yang harus dibayarkan akan dikurangkan untuk mendapatkan harga yang dilaporkan atau disebut juga harga bersih (clean price). Sedangkan untuk harga kotor (dirty price) adalah harga yang dibayarkan termasuk bunga yang masih harus dibayarkan, harga ini dikenal dengan faktur.
Contohnya: dibeli suatu obligasi dengan kupon tahunan 12 persen, dibayarkan setengah tahunan, untuk membeli obligasi tersebut sebenarnya harus membayar $1.080, maka
$1.080 ini merupakan harga kotor. Pada saat dibelinya obligasi tersebut, kupon berikutnya akan jatuh tempo dalam waktu empat bulan, maka untuk pembayaran kupon berikutnya adalah $60. Untuk bunga yang masih harus dibayarkan dari suatu obligasi akan dihitung dengan mengambil bagian dari periode kupon yang telah lewat. Dalam contoh ini masih tersisa 2 dari 6 bulan, maka perlu dikalikan kupon berikutnya sehingga bunga yang masih dibayarkan adalah 2/6 x $60 = $20. Oleh karena itu, harga obligasi yang dilaporkan atau harga bersihnya adalah $1.080 - $ 20 = $1.060.
B. Inflasi dan Tingkat Bunga
Peranan inflasi di dalam berbagai pembahasan baik mengenai tingkat bunga, imbal hasil dan pengembalian
1. Tingkat Rill VS Tingkat Nominal
Dalam menilai tingkat bunga atau tingkat pasar keuangan lainnya seperti tingkat diskonto, imbal hasil obligasi, tingkat pengembalian dan pengembalian yang diminta.
Terdapat perbedaan antara tingkat rill dengan tingkat nominal:
● Tingkat Rill adalah Tingkat bunga atau tingkat pengembalian yang telah disesuaikan dengan inflasi
● Tingkat Nominal adalah tingkat bunga atau pengembalian yang belum disesuaikan dengan inflasi. yang termasuk tingkat nominal yaitu tingkat bunga, tingkat diskonto, dan tingkat pengembalian.
Perbedaan tingkat rill dengan tingkat nominal dari suatu investasi:
● Tingkat riil dari suatu investasi adalah perubahan persentase dalam berapa banyak yang dapat Anda beli dengan uang Anda-atau dengan kata lain, perubahan persentase daya beli Anda.
● Tingkat nominal dari suatu investasi adalah perubahan persentase dalam jumlah dolar yang Anda miliki.
Contohnya: pada saat ini terjadi kenaikan harga sebesar 5 % atau tingkat inflasi 5%. Ada suatu investasi yang memiliki nilai Rp.115.500 dalam waktu satu tahun. Investasi itu sekarang memiliki harga Rp100.000,. maka dapat dikatakan bahwa investasi tersebut memiliki tingkat pengembalian sebesar 15,5%. Tetapi nilai pengembalian 15,5%
merupakan tingkat nominal jika tidak mempertimbangkan inflasi.
Jika terjadi inflasi sebesar 5%, maka nilai setiap nominal Rp.115.500 nilainya secara rill akan berkurang sebesar 5%, sehingga nilai rill investasi pada akhir tahun atau pada waktu satu tahun adalah:
Rp.115.500 / 1,05 = Rp.110.000
apa yang dilakukan adalah mendeflasikan Rp.115.500 dengan 5%. Karena investor telah melakukan investasi sebesar Rp.100.000 pada awal tahun dan pada akhir tahun nilai investasi rill menjadi Rp.110.000, berarti tingkat pendapatan rillnya adalah:
(Rp.110.000 – Rp.100.000)/Rp.100.000 = 10%
2. Efek Fisher
efek fisher adalah hubungan antara tingkat nominal, tingkat riil dan inflasi. Efek fisher menuliskan hubungan tersebut sebagai berikut:
1 + R = (1 + r) x (1+h) R = tingkat nominal r = tingkat rill h = tingkat inflasi
dalam contoh sebelumnya, tingkat nominal (R) sebesar 15,5% dan tingkat inflasi 5%.
Berapakah tingkat riil?
1 + 0,1550 = (1+r) x (1+0,05) 1 + r = 1,1550 / 1,05
1 + r = 1,10
r = 10%
apabila model fisher effect disusun kembali maka hasilnya akan menjadi sebagai berikut:
1 + R = (1 + r) x (1+h) R = r + h + r x h
Rumus tersebut telah menjelaskan bahwa tingkat nominal terdiri dari 3 komponen, yaitu:
1. Tingkat riil (r) dari investasi
2. Kompensasi untuk penurunan nilai dari uang yang kurang awalnya diinvestasikan akibat inflasi (h)
3. Kompensasi yang dikarenakan adanya penurunan daya beli pendapatan yang diperoleh dari investasi akibat inflasi (r x h). Untuk komponen ini sering kali diabaikan karena tingkat nominal kurang lebih sama dengan tingkat riil ditambah tingkat inflasi
R = r + h
E. Determinan-determinan imbal, hasil obligasi STRUKTUR WAKTU TINGKAT BUNGA
Di setiap waktu, tingkat bunga jangka pendek dan jangka panjang pada umumnya akan berbeda. Kadang tingkat bunga jangka pendek lebih tinggi, kadang lebih rendah.
Hubungan antara tingkat bunga jangka pendek dan jangka panjang dikenal sebagai struktur waktu tingkat bunga (term structure of interest rates). Agar sedikit lebih akurat, struktur waktu tingkat bunga mengatakan kepada kita pada tingkat bunga nominal
Tingkat-tingkat bunga ini adalah, pada intinya, tingkat bunga "sebenarnya" karena tingkat tersebut tidak melibatkan risiko gagal bayar dan satu pembayaran lump sum di masa depan. Atau dengankata lain, struktur waktu mengatakan kepada kita nilai waktu dari uang yang sebenarnya untuk berbagai rentang waktu. Ketika tingkat bunga jangka panjang lebih tinggi daripada tingkat bunga jangka pendek, kita mengatakan bahwa struktur waktu akan menanjak; ketika tingkat bunga lebih tinggi lebih tinggi, kita mengatakannya melandai. Struktur waktu juga dapat berbentuk "gunung". Jika ini terjadi, biasanya dikarenakan tingkat bunga pertama-tama naik, namun kemudian mulai menurun ketika kita melihat tingkat bunga jangka panjang dan jangka pendeknya.
Bentuk yang paling umum dari struktur waktu, khususnya di masa-masa modern, adalah menanjak; tetapi dengan derajat kecuraman yang cukup bervariasi. Apa yang menentukan bentuk struktur waktu? Ada tiga komponen dasar. Dua komponen yang pertama adalah komponen-komponen yang telah kita bahas di bagian yang lalu: tingkat bunga riil dan tingkat inflasi. Tingkat bunga riil adalah kompensasi yang diminta para investor atas merelakan penggunaan uang mereka. Anda dapat membayangkannya sebagai nilai waktu dari uang yang sebenarnya setelah menyesuaikan dengan pengaruh inflasi. Tingkat bunga riil adalah komponen dasar yang mendasari setiap tingkat bunga, tanpa melihat waktu hingga jatuh temponya. Ketika tingkat bunga riil tinggi, semua tingkat bunga cenderung akan lebih tinggi dan begitu pula sebaliknya. Jadi, tingkat bunga riil tidak sepenuhnya menentukan bentuk struktur waktu; sebagai gantinya, tingkat bunga riil sebagian besar akan memengaruhi tingkat keseluruhan tingkat bunga.
Sebaliknya, prospek inflasi di masa depan sangat memengaruhi bentuk struktur waktu.
Investor yang berpikir akan meminjamkan uangnya untuk berbagai rentang waktu sadar bahwa inflasi di masa depan akan mengurangi nilai dolar yang akan dikembalikan.
Sebagai akibatnya, investor meminta kompensasi atas kerugian ini dalam bentuk tingkat nominal yang lebih tinggi. Kompensasi tambahan ini disebut premi inflasi (inflation premium). Jika investor yakin bahwa tingkat inflasi akan lebih tinggi di masa depan, maka tingkat bunga nominal jangka panjang cenderung akan lebih tinggi daripada tingkat jangka pendek. Jadi, struktur waktu yang menanjak dapat mencerminkan antisipasi kenaikan inflasi. Demikian pula halnya dengan struktur waktu yang melandai ke bawah kemungkinan akan mencerminkan kepercayaan bahwa inflasi akan turun di masa depan. Komponen yang ketiga dan terakhir dari struktur waktu berhubungan dengan risiko tingkat bunga. Seperti yang telah kita bahas di awal bab, obligasi dengan jangka waktu yang lebih panjang memiliki risiko kerugian yang lebih besar akibat perubahan dalam tingkat bunga dibandingkan obligasi dengan jangka waktu yang lebih pendek.
Investor menyadari risiko ini, dan mereka meminta kompensasi tambahan dalam bentuk tingkat bunga yang lebih tinggi karena menanggungnya. Kompensasi tambahan ini disebut premi risiko tingkat bunga (interest rate risk premium). Semakin lama waktu hingga jatuh tempo, semakin besar risiko tingkat bunganya sehingga premi risiko tingkat bunga akan mengalami kenaikan seiring dengan waktu jatuh tempo. Namun begitu, seperti yang telah kita bahas di awal, risiko tingkat bunga meningkat dengan tingkat yang menurun, sehingga premi risiko tingkat bunga juga akan mengalami hal yang sama." Jika kita menyatukan semua bagian di atas, kita melihat bahwa struktur waktu mencerminkan gabungan pengaruh tingkat bunga riil, premi inflasi, dan premi risiko tingkat bunga.Gambar diatas menunjukkan bagaimana hal-hal tersebut dapat saling berinteraksi untuk menghasilkan suatu struktur waktu 'Di waktu-waktu lalu, premi risiko tingkat bunga disebut premi "likuiditas". Sekarang, premi likuiditas memiliki arti yang sama sekali berbeda, yang akan kita lihat di bagian berikutnya. Premi risiko tingkat bunga juga terkadang disebut premi risiko jatuh tempo.
IMBAL HASIL OBLIGASI DAN KURVA IMBAL HASIL MENYATUKAN KESEMUANYA
Kurva imbal hasil akan mencerinkan struktur waktur dari tingkat bunga. Bahkan pada kenyataannya kurva imbal hasil pemerintah dan struktur waktu tingkat bungan adalah hal yang hapir sama. Perbedaan satu satunya adalah bahwa struktur waktu sebenarnya didasarkan pada obligasi disagio sementara kurva imbal hasil didasarkan pada imbal hasil kupon obligasi.
sebagai akibatnya, imbal hasil pemerintah akan tergantung pada 3 komponen yang mendasari struktur waktu, bunga riil, perkiraan inflasi masa depan dan premi resiko.
Wesel dan obligasi pemerintah punya 3 karakteristik yaitu : obligasi tersebut bebas gagal bayar, dapat dikenakan pajak dan sangat liquid.
Hal penting yang perlu disadari tentang imbal hasil obligasi adalah bahwa ia dihitung dengan asumsi bahwa seluruh pembayaran yang dijanjikan akan dipenuhi.