MAKALAH
MANAJEMEN OPERASIONAL
DISUSUN OLEH :
RIKKY ALFADILAH NIM :
2200302230
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa, karena berkat dan pertolongan- Nya kepada kami semua, sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya yang disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen.
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari masih banyak kesalahan yang perlu di perbaiki bersama, untuk itu kami perlu kritik dan saran dari para pembaca sebagai upaya dalam perbaikan dan penyempurnaan di waktu yang akan datang. Akhirnya kurang dan lebihnya kami ucapkan banyak terima kasih, semoga makalah ini bermanfaat bagi kami sendiri terlebih kepada seluruh pembaca pada umumnya.
DAFTAR ISI
Kata pengantar... I Daftar isi... II BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...1
1.2 Rumusan masalah...1
1.3 Tujuan...1
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Manajemen Produksi Atau operasi…………...2
2.2 Sistem Produksi/Operas……….……….……..2
2.3 Penentuan Lokasi Perusahaan ………...3
2.4 Pengaturan Proses Produksi Atau Operasi………...4
2.5 Rancangan Pabrik Dan Sistem Produksi ……….5
2.6 Perencanaan Jumlah Produksi Dan Penentuan Standar………...7
2.7 Pengelolaan Dalam Kegiatan Operasi………..8
2.8 Pengawasan Kegiatan Produksi………9
BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan...12
3.2. Saran...12
DAFTAR PUSTAKA...13
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
Perkembangan industri yang semakin pesat saat ini, membuat persaingan semakin ketat antar perusahaan yang ada di dunia. Segala upaya dilakukan untuk menjadi yang terbaik. Manajemen yang baik menjadi kunci kesuksesan dunia industri saat ini baik itu manajemen produksi, pemasaran, sumber daya manusia dan keuangan. Manajemen operasional merupakan satu fungsi manajemen yang sangat penting bagi sebuah organisasi atau perusahaan. Bidang ini berkembang sangat pesat terutama dengan lahirnya inovasi dan teknologi baru yang diterapkan dalam praktik bisnis. Oleh karena itu banyak perusahaan yang sudah melirik dan menjadikan aspek-aspek dalam manajemen operasi sebagai salah satu senjata strategis untuk bersaing dan mengungguli kompetitornya.
Dalam kewirausahaan, manajemen operasi pun diperlukan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan perubahan atau inovasi produk untuk menjadi lebih baik lagi. Seiring perkembangan industri yang semakin maju perusahaan juga dituntut untuk memberikan kualitas yang terbaik baik dalam produk maupun jasa yang dihasilkan tetapi tidak melupakan dampak lingkungan yang terjadi dari segala aktivitas perusahaan.Seperti di ketahui manajemen pada dasarnya merupakan proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan perencanaan pengorganisasian pengarahan dan pengendalian yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. Sejalan dengan itu maka manajemen produksi atau operasi merupakan proses pengambilan keputusan didalam usaha untuk menghasilkan barang atau jasa sehingga tepat sasaran yang berupa tepat waktu, tepat mutu, tepat jumlah dengan biaya yang efisien, oleh karena itu manajemen produksi atau operasi mengkaji pengambilan keputusan dalam fungsi produksi, atau operasi.
Melalui kegiatan produksi atau operasi segala sumber daya masukkan perusahaan diintegrasikan untuk menghasilkan keluaran yang memiliki nilai tambah. Produk yang dihasilkan dapat berupa barang jadi, barang setengah jadi dan jasa. Oleh karena itu, kegiatan produksi atau operasi menjadi salah satu fungsi utama perusahaan.
Dalam penyusunan makalah ini penulis memiliki maksud dan tujuan. Adapun maksud penulis adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen. Sedangkan tujuannya, penulis berharap
agar makalah ini bisa memberikan sedikit ilmu pengetahuan mengenai Manajemen Produksi atau Operasi kepada para pembaca.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Perkembangan Penamaan Manajemen Operasional?
2. Apakah pengertian manajemen operasional itu?
3. Bagaimana penerapan operasi dan penentuan lokasi dalam kegiatan produksi?
4. Bagaimana ruang lingkup manajemen operasional?
5. Apa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Manajemen Operasional Organisasi 6. atau Perusahaan?
7. Fungsi Manajemen Operasional Dalam Organisasi/Perusahaan?
8. Bagaimana struktur manajemen operasional?
9. Bagaimana langkah – langkah manajemen operasional?
10. Bagaimana strategi manajemen operasional?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui Perkembangan Penamaan Manajemen Operasional.
2. Mengetahui pengertian dari manajemen operasional.
3. Mengetahui penerapan operasi dan penentuan lokasi dalam kegiatan produksi.
4. Mengetahui bagaimana ruang lingkup manajemen operasional.
5. Mengetahui faktor-faktor yang Mempengaruhi Manajemen Operasional Organisasi 1. atau Perusahaan.
6. Mengetahui fungsi Manajemen Operasional Dalam Organisasi/Perusahaan 2. Mengetahui struktur manajemen opeasional.
7. Mengetahui struktur manajemen operasional.
8. Mengetahui langkah – langkah manajemen operasional.
9. Mengetahui strategi manajemen operasional.
1.4 Manfaat
Setelah membaca makalah ini, pembaca diharapkan mampu mengetahui apa itu manajemen operasional, penerapan operasi dan penentuan lokasi dalam kegiatan produksi, ruang lingkup, struktur, dan strategi manajemen operasional yang berperan dalam pencapaian tujuan organisasi perusahaan.
BAB II PEMBAHASAN A. Perkembangan Penamaan Manajemen Operasional
Manajemen Operasional memiliki tiga tahapan perkembangan teoretik dan setiap pase perkembangan dimaksud memiliki nama yang khas. Pada mulanya bernama Manajemen Pabrik (Manufacturing Management), kemudian menjadi Manajemen Produksi (Production Management) dan terakhir bernama Manajemen Operasional (Operations Management).
1. Manajemen Pabrik
Menurut Adam dan Ebert (1992) manajemen pabrik lahir bersamaan dengan lahirnya revolusi industri di Inggris sekitar tahun 1785 dan dipicu oleh pemikiran Adam Smith, terutama tentang spesialisasi (asas pembagian kerja) dan efisiensi ekonomi. Manajemen Pabrik diperlukan karena revolusi industri telah menggeser teknik pengolahan manual atau kerja tangan (hand- making production system) menjadi kerja mesin (machine-made production system).
Pemakaian mesin uap di pabrik yang ada di Inggris pada waktu itu (pada mulanya di pabrik tekstil) telah melahirkan perubahan :
a. Mengganti proses kerja tangan dengan kerja mekanik (memakai mesin).
b. Mengubah sistem produksi pesanan menjadi produksi massa untuk memenuhi permintaan pasar yang luas,
c. Perubahan lokasi produksi dari rumah tangga (home industry) ke perusahaan pabrik (manufacturing company).
d. Perubahan sumber tenaga kerja dari anggota rumah tangga (keluarga) menjadi tenaga dari pasar tenaga kerja.
Penggunaan tenaga kerja manusia dalam jumlah yang besar di pabrik yang berasal dari luar rumah tangga memerlukan metode pengelolaan tenaga kerja manusia. Perubahan terjadi, baik pada hubungan kerja maupun cara pengupahannya. Perubahan ini menyebabkan diperlukannya Manajemen Pabrik.
Manajemen Pabrik pada dasarnya merupakan metode pengorganisasian faktor-faktor produksi, termasuk sumber daya manusia, dalam usaha menghasilkan produk barang secara massal
dengan efisien. Tekanan utama Manajemen Pabrik terletak pada usaha menghasilkan produk barang dengan efisien. Oleh karena itu orientasinya masih tunggal, yaitu berproduksi untuk memperoleh keunggulan bersaing berdasarkan basis biaya. Manajemen Pabrik ini berlangsung sampai sekitar tahun 1930-an, yaitu sampai dengan kebangkitan industri di Jerman, khususnya industri mobil (Mercedez dan Mercy) yang mengutamakan mutu.
2. Manajemen Produksi (Production Management)
Era Manajemen Produksi mulai sejak 1930-an sampai 1970-an. Manajemen Produksi lahir sejak pemikiran Taylor yang terkenal dengan sebutan manajemen ilmiah (scientific management) diterima secara luas dan diterapkan di lapangan produksi. Pada mulanya, produksi dengan orientasi pada mutu dipelopori oleh Jerman sehingga Jerman diterima sebagai pelopor Manajemen Produksi. Era ini berlangsung hingga Jepang muncul sebagai salah satu negara industri berteknologi tinggi dan menawarkan gaya manajemen khas Jepang, yaitu Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management, TQM) dan Just In Time Production System (JIT) pada awal tahun 1970-an. Gagasan Taylor mengenai produksi terutama bertujuan untuk menghilangkan gerakan-gerakan yang tidak berguna, yaitu gerakan yang tidak memberikan nilai tambah pada produk yang dihasilkan. Pada dasarnya Manajemen Produksi juga melulu mengkaji tata produksi barang dan belum menaruh perhatian pada produksi jasa. Namun demikian orientasi Manajemen Produksi sudah lebih luas daripada Manajemen Pabrik. Manajemen Produksi sudah memperhatikan soal kualitas keluaran disamping pada tekanan biaya atau efisiensi ekonomi.
Sehubungan dengan itu, maka orientasi Manajemen Produksi lazim disebut Q and C oriented (Quality and cost orientation).
Pada dasarnya Manajemen Produksi merupakan metode pengorganisasi-an faktor-faktor produksi, termasuk sumber daya manusia, untuk digunakan dalam proses menghasilkan produk barang secara massal yang memenuhi stanadard mutu tertentu secara efisien.
3. Manajemen Operasional (Operations Management)
Manajemen Operasional lahir sejak 1970-an hingga sekarang. Sasaran yang hendak dicapai Manajemen Operasional ialah mewujudkan efisiensi ekonomi (cost minimization) dalam proses produksi, baik barang maupun jasa, kualitas yang tinggi (high quality), dapat diserahkan ke pasar dalam waktu yang cepat (speed of delivery), dan peralatan produksi dapat dengan segera dialihkan
untuk mengerjakan produk lainnya (flexibility). Dengan demikian, Manajemen Operasional sudah berbeda secara mendasar dengan Manajemen Pabrik dan Manajemen Produksi. Manajemen Operasional mengkaji produksi barang dan jasa, sedang Manajemen Pabrik dan Manajemen Produksi melulu membicarakan produksi barang. Disamping itu, orientasi Manajemen Operasional sudah semakin luas dan lazim disebut memiliki orientasi pada biaya, mutu, kecepatan penyerahan, dan keluwesan proses (QCDF Orientation)..
Para manajer dilatih untuk dapat menerapkan pengendalian proses dengan menggunakan metode statistik (statistical process control), kemudian setiap manajer melatih bawahannya masing-masing sehingga seluruh lapisan personil perusahaan paham dan dapat menerapkan metode pengendalian mutu dan proses secara statistik. Program pelatihan dilakukan secara berkesinambungan sehingga pemahaman Produksi Modern (Modern Production Management).
2. Defenisi Manajemen Operasional
Manajemen operasional adalah bentuk pengelolaan secara menyeluruh dan optimal pada masalah tenaga kerja, barang-barang seperti mesin, peralatan, bahan-bahan mentah, atau produk apa saja yang sekiranya bisa dijadikan sebuah produk barang dan jasa yang biasa dijual belikan.
Sesuai dengan definisinya sendiri, manajeman yang berasal dari kata manage yang berarti mengatur penggunaan. Jika disandingkan dengan kata operasional, artinya dalah pengaturan pada masalah produksi atau operasional baik dalam bidang barang atau jasa.
Selanjutnya, secara definisi, manajemen operasional juga sebagai penanggung jawab dalam sebuah organisasi bisnis yang mengurusi persoalan produksi. Baik dalam bidang barang atau jasa.
Dilihat dari definisi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, fungsi manajemen operasional, yakni dalam hal pengambilan keputusan mengenai kebutuhan-kebutuhan operasional.
Kedua, manajamen operasional mesti juga memperhatikan mengenai sistemnya. Terutama sistem transformasi. Sistem ini termasuk juga dalam sistem pengurusan mengenai membuat rancangan serta analisis dalam operasi nanti. Yang ketiga atau terakhir mengenai hak pengambilan keputusan dalam sebuah manajemen operasional.
Sebagaimana dikehatui bahwa keputusan adalah hal yang terpenting bagi seseorang agar bisa bersikap tegas dan tepat, demi lancarnya manajemen operasional yang tengah dijalankan.
Oleh karena itu, manjemen operasional sangat erat kaitannya dengan Unsur Manajemen terdiri dari ; perencanaan, pelaksanaan, pengawasan.
1. Tahap Perencanaan, meliputi ; Penentuan strategi operasi; penentuan lokasi pabrik; Riset dan pengembangan produk; penentuan jumlah produk; penentuan luas dan pola produksi;penyusunan layout & job design; serta penentuan standar kerja.
2. Tahap Pelaksanaan, meliputi ; pengaturan bahan baku; pengturan proses produksi;
pemeliharaan dan penggantian fasilitas; perbaikan lingkungan kerja; dan perbaikan kesejahteraan pekerja.
3. Tahap Pengawasan, meliputi ; pengawasan kuantitas ; pengawasan kualitas; dan pengawasan biaya produksi dan operasi.
Pengambilan keputusan seorang pemimpin operasional.
Dalam perencanaan, manajer operasi menentukan tujuan subsistem operasi dari organisasi dan mengembangkan program, kebijakan dan prosedur penentuan peranan dan focus dari operasi termasuk perencanaan produk, perencanaan fasilitas dan perencanaan penggunaan sumber daya produksi.
Dengan demikian, Manajemen Produksi atau Operasional menyangkut pengambilan keputusan yang berhubungan dengan proses produksi untuk mencapai tujuan organisasi atau perusahaan.
3. Penerapan Operasi Dan Penentuan Lokasi Dalam Kegiatan Produksi 3.1 Sistem Produksi/Operasi
Sistem operasi merupakan sistem yang mengacu pada sistem transformasi yang menghasilkan barang dan jasa. Gambaran sistem ini tidak hanya menjadi pijakan untuk definisi jasa dan manufaktur sebagai sistem transformasi, tetapi juga dasar yang kuat untuk rancangan dan analisis operasi.
Dalam sistem operasi, yang menjadi masukan adalah energi, material, tenaga kerja, modal dan informasi. Sedangkan sistem operasi yang disandarkan pada kendali syari’at akan memastikan
berjalannya proses transformasi yang amanah, disamping jaminan halal atas segala masukan yang digunakan serta semua keluaran yang dihasilkan.
Lingkungan eksternal mempengaruhi ketiga subsistem manajemen operasi. Sebagai contoh, lingkungan eksternal menyediakan tenaga kerja, bahan mentah yang menjadi input. Perubahan teknologi dapat mengubah proses transformasi. Produk yang dihasilkan oleh organisasi dilempar kelingkungan eksternal, tetapi lingkungan eksternal juga mempengaruhi output yang dihasilkan.
Sebagai contoh, perubahan preferensi konsumen akan mengubah produk yang dihasilkan organisasi menjadi produk yang lebih sesuai dengan preferensi konsumen tersebut. Alat dan metode dapat mempengaruhi dan membantu proses transformasi.
3.2 Penentuan Lokasi Perusahaan
Terdapat 2 kriteria dalam menentukan lokasi produksi:
Kriteria subyektif, keputusan lokasi produksi berdasarkan pertimbangan subyektif pemilik perusahaan dimana keputusan subyektif ini akan sangat membantu tercapainya keberhasilan dalam bisnis sekiranya keputusan subyektif ini didukung oleh berbagai faktor yang memperkuat keputusan subjektif.
Kriteria obyektif, mempertimbangkan berbagai faktor yang akan mendukung tercapainya keberhasilan. Seperti regulasi pemerintah seputar bisnis yang dijalankan, budaya masyarakat, akses terhadap pasar dan pemasok, tingkat persaingan, akses transportasi dan lain-lain.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pilihan Lokasi Kerja:
1) Biaya ruang kerja : Biaya untuk membeli ruang kerja dapat berbeda dari satu lokasi ke lokasi lain tergantung dari letak tanah.
2) Ketersediaan dan biaya tenaga kerja : Perusahaa dapat memilih lokasi dimana terdapat banyak tenaga kerja dengan keahlian khusus yang diperlukan. Biaya tenaga kerja sangat bervariasi tergantung dari lokasi perusahaan.
3) Insentif pajak : Insentif pajak diberikan untuk menambah lapangan kerja dan memperbaiki kondisi ekonomi di daerah-daerah yang menawarkan kridit pajak.
4) Sumber permintaan : Biaya trasportasi dan jasa produk dapat dikurangi dengan memproduksi di lokasi yang dekat sumber permintaan dari konsumen.
5) Akses trasportasi : Perusahaan lebih memilih lokasi dekat sumber utama transportasi agar para konsumen lebih mudah mengakses perusahaan.
dalam menentukan lokasi bisnis manufaktur dan jasa ada beberapa cara antara lain.
1.Lokasi bisnis Manufaktur (penghasil barang) Model-model penghitungannya:
• Dengan penghitungan biaya angkut dan jarak yang paling rendah
Contoh: perusahaan konveksi, lebih memilih lokasi didaerah kudus yang dekat dengan pasar kliwon, untuk memasarkan produknya, bahan bakunya pun didaerah kudus banyak tersedia.
• Metode perbandingan biaya operasi
Memilih beberapa alternatif lokasi, kemudian diperbandingkan dan dipilih alternatif lokasi dengan biaya operasi paling rendah.
• Dengan pendekatan kualitatif
Contoh: pabrik semen dan minyak, memilih lokasi yang dekat dengan bahan baku.
2.Lokasi bisnis jasa
Bisnis jasa lebih diprioritaskan yang lokasinya setrategis, karena tidak ada biaya angkut.
Namun bisnis jasa yang mendatangi konsumen seperti jasa sedot WC, tidak perlu strategis yang terpenting adalah sarana komunikasinya kepada konsumen, cukup dengan menempel nomor telephon.
3.3 Pengaturan Proses Produksi Atau Operasi
Keputusan mengenai proses produksi menjadi keputusan yang penting dalam melakukan desain sistem produksi. Proses produksi diatur sesuai dengan keinginan dan keadaan prusahaan,dengan memilih dari berbagai alternatif proses produksi sebagai berikut:
a. Secara umum,terdapat dua jenis proses produksi : Pertama,sistem Produksi Intermiten
Sistem prosuksi dimana pengelolaan kegiatan produksi bersifat tidak terus menerus, berkelanjutan dan menggunakan pola mulai selesai. Artinya,kepastian mengenai kapan memulai proses produksi dan kapan menyelesaikan proses produksi jelas. Terdapaat dua jenis pola produksi yang menggunakan sistem intermiten :
1. Produksi massal ( mass production)
Umumnya berlaku pada prusahaan manufaktur. Dilakukan melalui standar produksi tertentu, prosedur tertentu dan jumlah unit produk tertentu yang secara rutin diproduksi
2. Pilihan masal (mass customization)
Bahwa produk yang dihasilkan oleh prusshaan memberikasn keleluasaan kepada konsumen untuk memilih sesuai selera dan daya beli masing-masing. Perusahaan memproduksi variasi produk yang lebih banyak,seperti HP,Komputer.
Kedua,sistem proses produksi yang terus menerus (continous production system)
Sistem produksi dimana pengelolaan kegiatan produksi bersifat terus menerus dan untuk jangka waktu yang relatif panjang kemudian disimpan dalam gudang, disalurkan ke penyalur dan dijual kepada konsumen. Contoh perusahaan manufaktur seperti perusahaan kimia, minyak bumi dan tambang, sedangkan perusahaan jasa seperti ttransportasi transportasi yang terus menerus memberatkan penumpang dari terminal.
b. Proses produksi Pelayanan 1. Produksi yang standar
Proses produksi yang didasarkan pada standar perusahaan. Standar tersebut di desain dari informasi konsumen. Konsemen membeli sebagaimana barang yang distandardisasikan tersebut.
2. Produksi menurut pesanan
Proses produksi dilakukan untuk membuat barang sebagaimana yang dipesan oleh konsemen. Jadi bentuknya tidak distandardisasikan tetapi sangat bervariasi.
c. Sifat dan Teknis Produksi
Teknik produksi pada perusahaan manufaktur ada beberapa jenis yaitu:
a. Proses Ekstraktif merupakan proses produksi yang haanya mengambil dari alam dan sudah terjadi produksi akhir, misalnya emas, batu bara, dan sebagainya.
b. Proses Analitis merupakan kegiatan produksi yang memisah misahkan bahan alam menjadi produk akhir, misalnya minyak, semen dan sebagainya.
c. Proses sintetis merupakan kegiatan produksi dengan mencampur bahan-bahan kemudian diolah menjadi produk akhir, misalnya makanan, minuman, dan obat-obatan.
d. Proses Pengubahan yaitu kegiatan produksi dengan mengubah bahan baku menjadi produk akhir, misalnya elektronik.
3.4 Rancangan Pabrik Dan Sistem Produksi
Rancangan (Design) menunjukkan ukuran dan struktur pabrik atau kantor.Tata Letak (Layout) adalah pengaturan mesin dan perlengkapan didalam pabrik atau kantor. Yang dimaksud pabrik atau rumah produksi merupakan tempat dimana kegiatan produksi dijalankan.
Keputusan mengenai desain rumah produksi merupakan keputusan yang menyangkut bagaimana perusahaan mendesain tempat produksi dari mulai fasilitas, pekerjaan, ruang kerja, gudang dan lain-lain. Sebagai contoh untuk perusahaan garmen, perlu ditentukan dimana meletakkan bahan baku, menempatkan pekerja, mesin dan menyimpan hasil akhir. Begitu juga dalam bisnis restoran, manajer perlu menentukan dimana letak kasir,meja makan, dapur, toilet, hingga lokasi parkir.
Rancangan sistem produksi menyangkut bagaimana proses konversi dalam sistem produksi dilakukan. Terdapat beberapa jenis rancangan dalam sistem produksi sebagai berikut :
a. Rancangan Produksi b. Rancangan Proses c. Rancangan Posisi Tetap
Keputusan mengenai rancangan dan tata letak mempengaruhi biaya operasi secara langsung karena keputusan ini menentukan harga sewa, mesin dan perlengkapan. Hal ini dapat berpengaruh pula
pada pengeluaran untuk bunga karena mempengaruhi jumlah pinjaman untuk memeli properti atau mesin.
Prinsip dalam penetapan layout, agar diperoleh : jarak angkut minimum, aliran matarian seimbang dengan kapasitas, penggunaan ruang efektif, fleksibel untuk perubahan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi rancangan dan tata letak adalah karakteristik lokasi. Jika lokasi terdapat didaerah yang harga lahannya mahal, dapat dirancang gedung tingkat tinggi agar mengurangi biaya lahan yang dibutuhkan, Proses prosuksi. Rancangan dan tata letak akan dipengaruhi ketiga rancangan sistem proses produksi diatas,jenis produksi. Rancangan dan tata letak akan dipengaruhi oleh sedikit banyaknya jenis produksi yang dihasilkan, kapasitas produksi yang diinginkan. Rancangan dan tata letak harus mampu disesuaikan dengan penambahan atau pengurangan kapasitas jumlah produksi yang diinginkan.
3.5 Perencanaan Jumlah Produksi Dan Penentuan Standar
Perkiraan jumlah produk yang dibuat diwaktu yang akan datang dan penentuan standar dapat dilakukan beberapa cara antara lain :
a) Penghitungan Forecast Produksi
Forecast produksi didasarkan forecast penjualan perusahaan. Forecast penjualan dapat dilakukan dengan metode statistik dan metode pendapatan. Besarnya forecast produksi dirumuskan :
b) Dasar Perhitungan BEP (Unit)
BEP (Break Even Point) adalah suatu keadaan pada titik atau jumlah penjualan itu perusahaan tidak laba dan tidak rugi yang berarti total biaya (Total cost) sama dengan total pendapatan (total revenue). Jumlah produk di buat harus lebih besar dari unit terjual pada BEP.
c) Perhitungan BEP mempunyai asumsi, bahwa : Biaya dapat dipisah menjadi biaya tetap dan variable; Haraga jual dan biaya varibel per unit dalam periode perhitungn selalu tetap;
Semua produksi terjual habis sehingga kuantitas penjualan sama dangan produksi.
d) Penentuan Standar Kinerja
Standar kerja yang harus ditetapkan meliputi : 1. Standar Kualitas
Standar mengenai kualitas barang atau jasa yang dihasilkan, dapat dilakukan standar per atribut dari barang dan jasa. Untuk menjamin kualitas barang perlu pengendalian mutu terpadu. Standar kualitas ini mencakup rencana, proses produksi, monitoring dan tindak lanjut.
2. Standar Kuantitas
Standar mengenai jumlah barang yang harus dibuat dalam suatu periode tertentu untuk mencapai tujuan dan pertumbuhan perusahaan.
3. Standar Waktu Proses
Standar waktu yang dibutuhkan untuk proses produksi yang normal agar diperoleh efisiensi yang maksimal.
4. Standar Produktivitas (Productivity
Standar mengenai rasio antara output dari proses produksi dan input yang digunakan.
Ukuran productivity dapat diukur baik secara total maupun partial atau bagian-bagiannya.
Ukuran productivity antara lain sebagai berikut:
a) Total factor Productivity, dihitung denga membaagi Output perusahaan dengan Labor + Capital + Material + Energy input + Businnes service.
b) Material Productivity, dihitung dengan membagi Output dengan material.
c) Labour Productivity, dihitung dengan membagi Output dengan jumlah Labor.
3.6 Pengelolaan Dalam Kegiatan Operasi a. Pengaturan Bahan Baku
Pengatuaran bahan baku dilakaukan dalam mengefesienkan biaya pemasaran dan penyimpanan yang akan dikeluarkan dalam satu periode dengan penerapan metode EOQ (Economic Order Quantity) jika asumsinya dapat dipenuhi. Sedangkan untuk efesiensi biaya penyimpanan ekstra (Ekstra Carrying Cost) dan penganti bahan baku (Stoc Out Cost) dipergunakan metode ROP (Re Order Point).
Metode EOQ dan ROP memiliki asumsi yang sama yaitu : bahan baku selalau tersedia pada leveransir; pola produksi yang stabil dalam perusahaan; tarif biaya pesan dan simpan selalu tepat dalam satu periode; bahan baku yang dibeli tidak rusak akibat disimpan; perusahaan memiliki gedang.
Juga bisa menggunakan metode JIT (just in time) yaitu metode pengelolaan bahan baku tanpa harus memiliki gudang penyimpanan,karena bahan baku yang dibeli dari pemasok langsung diproduksi.jika bahan baku akan habis,levelansir selalu menyediakan dan menghantarkan sampai lokasi tempat produksi.dalam metode ini,levalinsir tidak boleh terlambat,sebab akan mengganggu proses produksi.
b. Keputusan Operasi
Pengambilan keputusan merupakan tema pokok dalam operasi perusahaan.
1. Keputusan berkaitan dengan proses
Keputusan mengenai proses fisik berkenaan dengan fasilitas yang akan dipakai untuk memproduksi brang dan jasa.
2. Keputusan berkaitan dengan kapasitas
Keputusan mengenai kapasitas diperlukan untuk menghasilkan jumlah produk yang tepat, ditempat dan dalam waktu yang tepat pula.
3. Keputusan berkaitan dengan kesediaan
Keputusan berkaitan kesediaan ini mencangkup apa yang akan dipesan, berapa banyak, dan kapan dipesan.
4. Keputusan berkaitan dengan tenaga kerja
Keputusan berkaitan dengan tenaga kerja mencangkup bagaimana rekrutmen, proses seleksi diselesaikan, pelatihan dan pengembangan, supervisi, kompensasi dan PHK.
5. Keputusan berkaitan dengan mutu
Keputusan yang menyangkut penentuan mutu produk harus menjadi orientasi bersama dalam setiap proses operasi penetapan standar, desain peralatan, pemilihan orang-orang terlatih dan pengawasan terhadap produk yang dihasilkan.
3.7 Pengawasan Kegiatan Produksi
Pengawasan dalam kegiatan produksi perlu dilakukan yaitu: pada kegiatan perencanaan atau desainnya, proses produksinya, monitoringnya maupun tindak lanjut dari monitoring itu.
Pengawasan dilakukan pada seluruh aspek kegiatan yang berkaitan dengan produksi, meliputi:
pada kegiatan proses produksi; pada kualitas produksi atau jasa yang dihasilkan; pada biaya produksi/operasi yang dikeluarkan; pada tenaga keerja yang melakukan kegiatan produksi.
a. Pembelian Bahan Baku
b. Para menejer melakukan tugas-tugas berikut ketika persediaan barang. Pertama memilih pemasok bahan baku dengan memperhatikan karekteristik seperti harga, kecepatan, kualitas, layanan dan ketersediaan kredit. Kedua mencoba mendapatkan potongan/diskon menurut volume. Ketiga menyerahkan produksi kepada pemasok.
c. Pengawasan Persediaan Bahan Baku
Pengawasan persediaan adalah proses pengelola persediaan pada tingkat yang meminimkan biaya. Perencanaan kebutuhan bahan baku adalah proses untuk menjamin bahawa bahan baku tersedia bila mana diperlukan.
d. Routing
Roting ialah urutan (rute) tugas yang perlu nuntuk menghasilkan sebuah produk.
Bahan baku biasanya dikirimkan ke masing-masing pos krja (work station) agar dapat dipakai sesuai spesifikasi proses produksi. Bagian tertentu dari proses produksi diselesaikan disetiap pos kerja. Proses routing biasanya dievaluasi secara periodik untuk menentukan apakah bias ditingkatkan sehingga mendapat proses produksi yang lebih cepat dan murah.
e. Penjadwalan
Penjadwalan adalah tindakan menentukan periode waktu untuk setiap tugas dalam proses produksi. Jadwal produksi adalah rancangan untuk timing dan volume tugas produksi. Penjadwalan dapat menunjukkan kapan setiap tugas harus diselesaikan.
Cara untuk menjadwalkan proyek khusus adalah teknik evaluasi dan peninjauan program (program evaluation and review technique-PERT), menjadwalkan tugas dengan cara meminimkan hambatan proses produksi.
f. Pengawasan Kualitas
Kualitas adalah dimana derajat dimana barang atau jasa memuaskan persyaratan atau harapan pelanggan. Pengawasan kualitas merupakan proses untuk menentukan apakah kualitas barang atau jasa memenuhi tingkat kualitas yang diharapkan dan mengidentifikasi perbaikan yang perlu dilakukan pada proses produksi. Kualiatas dapat diukur dengan menilai beberapa karakteristik yang meningkatkan kepuasan pelanggan. Pengawasan dilakukan pada berbagai waktu dari aktivitas produksi meliputi: pada saat menentukan desain atau rancangan produk; pada saat perencanaan proses produksi; pada aktivitas monitoring; pada akhir proses produksi.
4. Ruang Lingkup Manajemen Operasional
Dalam lingkup yang sangat generik, yaitu suatu proses, perlu kiranya disampaikan seberapa luas ruang lingkup manajemen operasi. Beberapa hal yang membatasi ruang lingkup tersebut adalah: Manajemen operasi merupakan satu dari fungsi manajemen (functional management) dalam perusahaan. Selain pemasaran, keuangan, sumber daya manusia, maka operasi adalah satu fungsi yang sangat penting dalam menjalankan suatu perusahaan. Belakangan ini sudah umum kita jumpai jabatan dalam perusahaan yang terkait dengan manajemen operasi, seperti manajer dan direktur operasi. Konsep proses dalam pengertian manajemen operasi pada dasarnya mencakup semua proses, mulai dari proses global/utama hingga subproses terkecil yang dapat dijumpai dalam perusahaan. Walaupun hierarkinya boleh jadi sangat panjang, level proses yang dianalisis hanya melibatkan beberapa level saja sesuai kebutuhan.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Manajemen Operasional Organisasi/Perusahaan
Menurut Higgins (1994) Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Operasional adalah: Manajer/Pimpinan Pada dasarnya setiap tindakan yang diambil oleh manajer atau pimpinan mempengaruhi dalam beberapa hal, seperti aturan-aturan, kebijakan-kebijakan, dan prosedur-prosedur organisasi terutama masalah-masalah yang berhubungan dengan masalah personalia, distribusi imbalan, gaya komunikasi, cara-cara yang digunakan untuk memotivasi, teknik-teknik dan tindakan pendisiplinan, interaksi antara manajemen dan kelompok, interaksi
antar kelompok, perhatian pada permasalahan yang dimiliki karyawan dari waktu ke waktu, serta kebutuhan akan kepuasan dan kesejahteraan karyawan.
6. Fungsi Manajemen Operasional Dalam Organisasi/Perusahaan Manajemen Operasional Memiliki beberapa Fungsi yaitu:
• Fungsi Pemasaran (Marketing Function), Berhubungan dengan pasar untuk dapat menciptakan permintaan dan pada akhirnya menyampaikan produk yang dihasilkan ke pasar.
• Funsi Keuangan (Finance Function), Mengelola berbagaai urusan keuangan didalam perusahaan maupun perusahaan dengan fihak luar perusahaan.
• Fungsi Produksi (Operastion Function), Berkaitan dengan penciptaan barang dan jasa yang dihasilkan perusaan.
7. Struktur Manajemen Operasional Dalam Organisasi/Perusahaan
Dalam persoalan manajemen operasional, ada struktur kepengurusan yang mesti dibentuk, tetapi bukan hanya dibentuk, melainkan mesti juga dilaksanakan sebagaimana fungsi dari masing- masing tugasnya. Pimpinan tertinggi dalam sistem manajemen operasional adalah manajer operasional. Mereka-mereka ini yang menjadi tiang atau pilar-pilar dalam berjalannya manajemen operasional. Tugas dari seorang manajer adalah melakukan dan memetakan fungsi-fungsi manajemen sesuai dengan tugasnya, misalnya membuat konsep dalam hal perencanaan, pembentukan staf, pengorganisasian, serta memiliki jiwa kepemimpinan dalam mengendalikan manajemen operasional secara keseluruhan.
Sementara itu, adanya penyusunan rencana produk dan operasi dalam manajemen operasional, pengendalian persediaan atau dalam hal penambahan bahan, upgrade mesin yang ada, pengendalian mutu baik ditingkat barang dan jasa juga meliputi manajemen sumber daya manusia.
Itulah yang disebut sebagai pengorganisasian sistem produksi pada manajemen operasional.
Adapun tingkat pekerjaan manajemen operasional dalam sebuah organisasi/ perusahaan adalah sebagai berikut :
a. Manajer Pabrik (Plant Manager) : Yang biasanya harus berpengalaman dalam manajemen pabrik termasuk keahlian dibidang perencanaan produksi, manajemen pembelian, manajemen persediaan, termasuk pula pengelolaan karyawan dioperasional maupun pengelolaan sumberdaya lainnya yang dipergunakan di pabrik.
b. Direktur Pembelian ( Director of Purcashing) : Harus memiliki pengetahuan yang menyeluruh mengenai fungsi pem,belian, kemampuan menelaah program penjualan, mengintegrasikan atau membuat keterkaitan dengan supplier sampai distributor, mengkoordinasi aktifitas operasi.
c. Manejer Mutu ( Quality Manger) : Mempunyai pandangan yang luas, mengenai konsep statistic untuk dapat melakukan pengawasan semua aspek operasional karena kualitas merupakan tanggung jawab secara bersama diantara semua pihak yang terlibat dalam perusahaan terutama fungsi operasional.
Konsultan Perbaikan Proses ( Process improvement Consultants)
harus memiliki keahlian yang berkaitan dengan desain proses sehingga dapat memberikan berbagai konsultasi mengenai perbaikan proses untuk operasi perusahaan.
Manajer dan Perencana Rantai Pasokan ( Suplay Chain manajer and Planner)
Bertanggung jawab mengenai negosiasi kontrak jangka panjang antara perusahaan dengan supplier maupun distributor sehingga harus mempuanya keahlian tentang Material requirement Planning, Suplay Chain Management, Teknologi komunikasi canggih dalam dunia bisnis, konsep penjadwalan dan persediaan.
BAB III PENUTUP a. Kesimpulan
Manajemen Operasi memberikan cara pandang yang sistematik dalam melihat proses- proses dalam organisasi dan agar kita memahami apa yang dikerjakan manajer operasi sehingga dengan cermat dapat meningkatkan peluang keuntungan dan pelayanan dalam masyarakat serta mampu mengorganisasikan diri pada perusahaan yang produktif. Bahwa sangatlah penting untuk mengetahui bagaimana aktivitas Manajemen Operasi berjalan agar kita memahami apa yang dikerjakan manajer operasi sehingga dengan cermat dapat meningkatkan peluang keuntungan dan pelayanan dalam masyarakat serta mampu mengorganisasikan diri pada perusahaan yang produktif.
b. Saran
Sarannya ketika perusahaan menghadapi peluang global maka manajer perusahaan harus dengan cermat menempatkan perusahaannya dalam misi dan strategi operasi dan mampu mengevaluasi kekuatan dan kelemahan internal perusahaan, juga peluang dan ancaman yang terdapat di lingkungan perusahaan, sehingga efektifitas perusahaan dapat terus berjalan.
Daftar Pustaka
T. Hani Handoko, Dasar-Dasar Manajemen Produksi Dan Operasi, BFE Yogyakata, 1984.
Jay Heyzer dan Barry Render, Manajemen Operasi, Salemba Empat, Jakarta, 2005
Assauri, Sofjan, “Manajemen Produksi dan Operasi Edisi Revisi 2004”, Lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta, 2004
http://manajemenoperasional.com/mengapa-kita-perlu-belajar-manajemen-operasi/
http://manajemenoperasional.com/apa-sih-definisi-manajemen-operasi/
http://hamididoank.blogspot.com/2014/03/makalah-manajemen-poasionalr.html
http://umikalsum8493.blogspot.com/2014/03/peranan-manajemen-operasional-dalam.html