• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Dasar Anak Penyandang Hambatan Fisik dan Motorik

N/A
N/A
Kuro Naichi

Academic year: 2024

Membagikan "Konsep Dasar Anak Penyandang Hambatan Fisik dan Motorik"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1 MAKALAH

“KONSEP DASAR ANAK DENGAN HAMBATAN FISIK DAN MOTORIK”

Disusun oleh:

UNIVERSITAS PGRI MADIUN

FAKULTAS KEGURUAN DAN PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR 2020

(2)

2

(3)

3 DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ... 4

1.1 Latar Belakang ... 4

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Masalah ... 5

BAB II PEMBAHASAN ... 6

2.1 Pengertian Hambatan Fisik dan Motorik ... 6

2.2 Hambatan Anak dengan Hambatan Fisik dan Motorik ... 6

2.3 Kebutuhan Anak dengan Hambatan Fisik dan Motorik ... 8

2.4 Layanan Pendidikan Anak dengan Hambatan Fisik dan Motorik ... 9

BAB III PENUTUP ... 12

3.1 Kesimpulan ... 12

3.2 Saran ... 12

DAFTAR PUSTAKA ... 13

(4)

4 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam pendidikan luar biasa di Indonesia, ada beberapa istilah yang digunakan untuk menyebut peserta didiknya, yaitu anak cacat,anak berkelainan, anak tuna, dan anak luar biasa (ALB). Istilah inilah yang paling populer digunakan di kalangan sekolah formal seiring dengan sebutan sckolah khusus yang diperuntukkan bagi mereka, yaitu sekolah luar biasa (SLB).

Jenis-jenis ALB ini dikategorikan berdasarkan kelainan fisik, sensoris, intelektual,emosi, dan sosialnya yang meliputi tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, dan tunalaras.

Sesuai dengan perkembangan cara pandang masyarakat terhadap penyandang cacat dan semakin dikenalnya tentang pendidikan inklusi, klarifikasi ALB tidak lagi didasarkan atas jenis kecacatan tetapi didasarkan atas hambatan dan kebutuhan belajar. Oleh karena itu Penggunaan istilah ALB dan penggunaan istilah cacat atau tuna mulai dihindari dan sebagai gantinya yaitu menggunakan istilah hambatan, misalnya menyebut anak dengan hambatan penglihatan ketimbang anak tunanetra.

Di SLB tidak jarang ditemukan ALB yang memiliki kelainan lebih dari satu atau lebih misalnya tuna netra dan tuna rungu. Disamping itu tidak jarang pula ditemukan anak tuna netra dan tuna rungu yang disertai dengan kelainan lain anak yang memiliki kondisi seperti ini disebut cacat ganda atau tunaganda

Oleh karena itu pada makalah ini untuk menggambarkan seseorang memiliki kelainan dua atau lebih disebut individu dengan hambatan majemuk dalam konteks tersebut kita juga menggunakan istilah anak dengan hambatan majemuk siswa dengan hambatan majemuk atau peserta didik dengan hambatan majemuk salah satu jenis individu dengan hambatan majemuk dan menarik perhatian masyarakat adalah tuna netra dan tuna rungu.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari hambatan fisik dan motoric?

2. Apa hambatan anak dengan hambatan fisik dan motoric?

3. Apa kebutuhan anak dengan hambatan fisik dan motoric?

(5)

5 4. Bagaimana layanan pendidikan anak dengan hambatan fisik dan motoric?

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian dari hambatan dan fisik motoric

2. Untuk mengetahui hambatan anak dengan hambatan fisik dan motoric 3. Jntuk mengetahui kebutuhan anak dengan hambatan fisik dan motoric

4. 4. Untuk mengetahui layanan pendidikan anak dengan hambatan fisik dan motoric

(6)

6 BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hambatan Fisik dan Motorik

lambatan fisik dan motorik merupakan istilah lain dari tunadaksa. Hambatan fisik motorik atau tunadaksa berasal dari kata tuna dan daksa. Kata tuna yang artinya kurang rtau rusak atau cacat, dan daksa yang artinya tubuh. Sehingga tunadaksa merupakar sebutan untuk mereka yang mengalami kerusakan atau cacat pada anggota tubuhnya. Menurut Musjafak Assjari (1995:34) tunadaksa diartikan sebagai bentuk kelaianan atat kecacatan pada sendi, tulang dan otot yang bersifat primer maupun sekunder yang berdampak pada gangguan kemampuan adaptasi, koordinasi, mobilitas, komunikasi, dan gangguan perkembangan.

Menurut jihati Somantri tahun 2006 hambatan fisik dan motorik diartikan sebagai suatu kondisi yang menghambat kegiatan individu akibat kerusakan atau hambatan pada tulang dan otot, sehingga mengurangi kapasitas normal individu untuk mengikuti pendidikan dan untuk mandiri. Sedangkan menurut Direktorat PSLB tahun 2007 anak tunadaksa (hambatan fisik dan motorik) adalah anak yang mengalami kelainan cacat yang menetap pada alat gerak (tulang, sendi, dan otot) sedemikian rupa sehingga memerlukan pelayanan pendidikan Kkhusus.

Karena hambatan fisik maka anak dengan hambatan ini mengalami kendala utama dalam hal mobilitas dan penyelesaian tugas-tugas yang harus menggunakan anggota tubuh. Walaupun mereka dapat mengerjakan namun tidak secepat anak-anak yang normal.

2.2 Hambatan Anak dengan Hambatan Fisik dan Motorik

1. Anak tunadaksa yang berhubun gan dengan kerusakan sistem persyarafan, terdiri dari: otak dan sumsum tulang belakang.

a) Kerusakan otak yaitu jenis Cerebral Palsy. Jenis ini cirinya sangat beragam dengan masalah yang kompleks. Selain mengalami kelainan gerak tubuh, juga mengalami kelainan indera, dan diantaranya mengalami kelainan kecerdasan.

b) Kerusakan pada sumsum tulang belakang (medulla spinalis), misalnya kerusakan bagian depan sel - sel sumsum tulang belakang yang disebabkan karena penyakitpoliomielitis.

Jenis mengalami kelainan kelumpuhan yang bersifat layuh dan lembek (flaksid).

(7)

7 2. Anak tunadaksa yang berhubungan dengan kerusakan pada alat gerak tubuh yaitu tulang,

sendi, dan otot. Terdiri atas:

a) Kerusakan tulang dan sendi, misalnya karena infeksi atau karena kecelakaan, dengan kemungkinan penderita perlu diamputasi salah satu anggota gerakn ya

b) kerusakan otot, misalnya yang dikenal dengan muskle distropi jenis ini mengalami kelainan pada pertumbuhan serabut otot lurik terutama pada anggota gerak.

Selain pembahasan diatas, bah wasanya anak tunadaksa memiliki hambatan baik secara segi fisik maupun segi motorik, yaitu meliputi beberapa hambatan :

1) Mengalami hambatan dari segi fisik, baik di salah satu atau beberapa bagian tubuh.

Misalnya memiliki kelemahan pada kaki, tangan, jari - jari, atau bagian tubuh lainnya.

2) Mengalami hambatan dalam faktor motorik, baik untuk berpindah tempat, bergerak perjalan, ataupun kurang bisa mengontrol koordinasi tubuhnya. Penyandang cerebral palsy sering kali melakukan gerakan ritmis yang bisa saja beranjak menjadi kekakuan dan kelumpuhan.

3) Hambatan dalam faktor sensorik yang meliputi pengendalian berbagai bagian tubuh oleh otak. Hambatan ini bisa memengaruhi penglihatan, pendengaran, bahasa, dan daya gerak. Inilah yang membuat para penyandang disability sering kali mengalami gangguan/hambatan dalam beberapa kategori bukan hanya pada satu kategori saja.

Hal ini dikarenakan dengan cacat ganda.

4) Hambatan dalam faktor kognisi yang membuat penyandang tunadaksa memeiliki kecerdasan di bawah rata - rata, Hal ini terlebih karena 5 berbagai faktor lain seperti kurang percaya diri dan penangkapan yang sulit dibandingkan dengan factor lainnya.

5) Hambatan dalam mempersepsi sesuatu hal dengan tepat. Penyandang tunadaksa biasanya terjadi karena adanya satu hal yang ada di otak. Hal inilah yang menyebabkan keabnormalan fisik sehingga menjadi tunadaksa. Kelainan yang ada di otak ini (gangguan pada syaraf penghubung dan jaringan saraf otak) kebanyakan juga memengaruhi fungsi persepsi mereka sehingga kebanyakan penyandang tunadaksa menanggapi satu stimulus yang berbeda dengan tanggapan orang – orang lainnya.

Sebutan untuk ini adalah ketidaksingkronan persepsi terhadap satu stimulus sehingga membentuk respons yang kurang sesuai.

(8)

8 6) Hambatan dalam segi emosi dan sosial. Kekurangpercayaan diri yang terjadi pada penyandang tunadaksa sangat memengaruhi emosi dan hubungan sosial mereka dengan orang lain. Perasaan malu, minder, rendah diri, dan sesitif sering kali hadir saat mereka harus bersosialisasi, terutama dengan anak-anak lain yang bukan penyandang disability. Oleh karena pandangan terhadap diri mereka sendiri yang buruk maka penyandang tunadaksa sering melakukan penolakan pada orang – orang yang mendekat pada mereka.

2.3 Kebutuhan Anak dengan Hambatan Fisik dan Motorik

a. Kebutuhan Komunikasi, Kebutuhan komunikasi secara lisan, tulisan, maupun menggunakan isyarat merupakan prioritas utama dalam memenuhi kebutuhan anak tunadaksa. Untuk hal ini perlu pelatihan dari ahli terapi terapi wicara (speech terapi ). supaya anak tunadaksa yang mengalami gangguan ini, dapat 8 berkomunikasi selama mengikuti kegiatan sehari - hari, mengikuti pendidikan, dan pekerjaan.

b. Kebutuhan mobilisasi, Kebutuhan mobilisasi meliputi serangkaian gerakan dari perguling, telungkup, merangkak, duduk, berdiri dan jalan menempuh jarak tertenty (ambulansi). juga memiliki kemampuan pindah dari satu tempat ke tempat lainnya, seperti dari tempat tidur ke kursi (transfer).

c. Kebutuhan memelihara diri sendiri (activities of daily living/ADL), Kebutuhan nemelihara diri sendiri erat hubungannya dengan kemampuan fungsi tangan Hilangnya bagian tangan baik akibat cacat lahir atau diperoleh akan di ganti dengan prothesa (tangan palsu) dan kelemahan yang permanen akan dibantu dengan alat pembantu seperti orthosis/splint, sehingga menjadi lebih kuat atau mendekati normal. Usaha untuk mengembalikan fungsi baik untuk aktivitas kehidupan sehari – hari maupun untuk keterampilan dibutuhkan penangan okupasi terapi-

d. Kebutuhan sosial, Secara garis besar kebutuhan sosial ini bukan hanya menyangkut kebutuhan materi, tetapi yang terutama adalah sikap dan perhatian keluarga dan lingkungan terhadap anak tubadaksa yang dapat mendorong yang bersangkutan berusaha untuk meningkatkan kemmapuannya. Tidak adanya perhatian baik moril naupun materil akan menghambat tercapainya hasil usaha rehabilitasi yang dilaksanakan.

e. Kebutuhan psikologis, Setiap kecacatan menyebabkan satu trauma psikis baik bagi yang mengalaminya maupun bagi keluarganya. Reaksi yang timbul dapat berupa tidak mau

(9)

9 merima kenyataan atau menghindari kenyataan seolah - olah tidak ada masalah. Akibat sikap tersebut maka hilanglah dorongan berusaha untuk mengatasi masalahnya.

f. Kebutuhan Pendidikan, Bagi anak tunadaksa yang memiliki kemampuan mengikuti pendidikan, penyaluran ke pendidikan umum atau khusus merupakan usaha memenuhi kebutuhan akan pendikan.

g. Kebutuhan kekaryaan, Kebutuhan kekaryaan meliputi baik yang belum maupun yang sudah pernah bekerja. Bagi yang sudah bekerja menegmbalikan secara maksimal kepada fungsi tugas semula atau mengadakan modofikasi kekaryaan yang ada Sebaliknya bagi yang belum memiliki kekaryaan diberikan pendidikan keterampilan sesuai dengan bakat dan kemampuan untuk berwiraswasta atau bekerja di instansi pemerintah atau bekerja di instansi pemerintah atau swasta.

2.4 Layanan Pendidikan Anak dengan Hambatan Fisik dan Motorik

Diketahui bahwa pendidikan bagi anak tidak selalu harus berlangsung di suatu Lembaga pendidikan khusus (SLB), karena sebagian dari mereka (anak tunadaksa) pendidikannya dapat berlangsung di sekolah dan kelas reguler atau sekolah umum. Hal ini disebabkan oleh faktor kemampuan dan ketidakmampuan anak tunadaksa dan lingkungannya. Layanan pendidikan bagi anak dengan hambatan fisik dan motorik sangat bervariasi mulai dari sistem pendidikan di kelas, sekolah reguler atau umum, pendidikan yang diberikan di suatu rumah sakit, dan bahkan sampai pada bentuk pelayanan yang tidak memiliki makna edukasi sama sekali yakni layanan yang diberikan kepada anak dalam bentuk perawatan medis dan bantuan pemenuhan kebutuhan sehari-hari

Kenyataannya anak dengan lengan nan hambatan datan fisik dan motorik memiliki hambatan penyerta. Masalah penyerta ini tentu saja berbeda-beda antara anak satu dengan anak yang lainya. Hal tersebut tergantung dari penyebab dan berat ringannya hambatan yang dialami anak. Dilihat dari kondisi tersebut maka model pelayanan pendidikan anak dengan hambatan fisik dan motorik dibagi menjadi:

1. Sekolah khusus

Pelayanan pendidikan bagi anak dengan hambatan fisik dan motorik di sekolah khusus diperuntukkan bagi anak dengan klasifikasi lebih berat. Baik problema penyertantelektualnya seperti retardasi mental maupun problema pen yerta kesulitan mobilitas (gerakan) dan emosinya. Dalam pelayanan pendidikan di sekolah khusus dibagi

(10)

10 menjadi dua unit yaitu sekolah khusus bagi tuna daksa ringan (SLB bagian D) dan sekolah khusus bagi anak tunadaksa sedang (SLB bagian DI). Dalam pelayanan pendidikan pada sekolah khusus hambatan fisik dan motoric ringan(SLB D) diperlukan bagi anak yang tidak mempunyai problema penyerta hambatan intelektual, yaitu anak yang mempunyai intelektual (IQ) rata-rata atau bahkan di atas rata-rata. Namun anak kelompok ini belum ditempatkan di sekolah penyelenggara pendidikan inklusi, karena anak masih memerlukan berbagai terapi. jika anak mengalami derajat kecacatan terlalu berat anak dengan hambatan fisik dan motorik tidak dapat ditempatkan di sekolah reguler. Pelayanan pendidikan di unit ini SLB DI) diperuntukkan bagi yang mempunyai problem seperti emosi, presepsi alat campuran dari ketiganya disertai problem penyerta hambatan intelektual. Kelompok anak hambatan fisik dan motorik sedang mempunyai intelektual di bawah rata-rata normal.

2. Pendidikan inklusif

Pendidikan inklusif adalah pendidikan yang member memberi kesempatan bagi peserta didik berkebutuhan khusus (termasuk anak dengan hambatan fisik dan motorik) belajar bersama-sama dengan peserta didik pada satuan pendidikan umum atau kejuruan terdekat dengan menggunakan kurikulum yang disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan khusus peserta didik yang mengalami hambatan atau kelainan. Sekolah penyelenggara pendidikan inklusif adalah sekolah yang menampung semua peserta didik di kelas yang sama. Sekolah ini menyediakan program Pendidikan yang layak, menantang, tetapi sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan setiap peserta didik. Prinsip dasar pendidikan inklusif adalah bahwa setiap anak harus memperoleh kesempatan untuk bersama-sama belajar 3. Bentuk layanan pendidikan lainnya bagi anak dengan hambatan fisik dan motorik

a. Sekolah di rumah sakit (RS)

Sebagian besar anak dengan hambatan fisik dan motorik yang dirawat di rumah sakit nemerlukan waktu relatif cukup lama, Lamanya waktu perawatan menyebabkan timbulnya gagasan untuk memberikan layanan pendidikan pada mereka agar waktu yang ada dapat dimanfaatkan dan diisi dengan kegiatan pembelajaran

b.Pembelajaran di rumah

Kondisi anak dengan hambatan fisik dan motorik sangat heterogen. Ada anak yang mampu untuk berangkat dan pulang sekolah sendiri, diantar jemput, dan ada juga yang tidak mampu berangkat ke sekolah karena kondisi hambatan fisik dan motorik nya sangat

(11)

11 berat. Untuk mengatasi hal tersebut guru mendatangi mereka dan melakukan pembelajaran di rumah. Guru yang melayani pendidikan seperti ini pada umumnya bersifat relawan (volunteer).

Kesulitan yang dihadapi pendidikan model ini adalah letak anak yang kadang menyebar cukup jauh. sehingga memerlukan la yanan ekstra. Di samping it penyediaan guru khusus sering tidak tersedia. Kecuali hal tersebut, layanan ini juga dimaksudkan untuk memberikan layanan pendidikan untuk anak dengan hambatan fisik dan motorik yang telah keluar dari rumah sakit, akan tetapi masih membutuhkan waktu yang relatif lama untuk perawatan di rumah.

(12)

12 BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Anak yang memiliki hambatan fisik dan motoric bisa juga disebut sebagai tunadaksa, artinya anak tersebut memiliki kecacatan atau kerusakan pada anggota tubuh anak tersebut Anak unadaksa memiliki kerusakan pada persyarafan dan alat gerak tubuhnya. Hambatannya berupa hambatan fisik, motoric, sensorik, kognisi, hambatan mempersepsi, hambatan emosi dan social. Kebutuhannya berupa komunikasi, mobilitas, kebutuhan memelihara diri sendiri, social psikologis, kebutuhan pendidikan, serta kebutuhan kekaryaan. Bentuk layanan pendidikannya dapat berupa scko!ah khusus, pendidikan inklusif, pembelajaran di rumah sakit dan di rumah.

3.2 Saran

Kita mahasiswa PGSD sevagai calon pendidik harus mempelajari dengan benar bagaimana kita mengenal anak yang berkebutuhan khusus dengan cara menambah wawacara dengan mencari banyak perba berbagai referensi yang membahas tentang bagai mana cara

menangani anak berkebutuhan khusus, karena setiap guru harus memahami karakter dari setiap anak yang berbeda-beda, sehingga kita dapat menentukan metode apa yang sesuai untuk digunakan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Kami sangat mengharapkan dari para pembaca untuk memberikan saran dan kritikan yang membangun, karena kami sangat menyadari banyaknya kekurangan dalam makalah ini

(13)

13 DAFTAR PUSTAKA

Supena, Asep dkk. 2012. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: 28 Jaya Printing &

Publisher

Krisnan. (2018). Kajian Teori: 5 Pengertian Tunadaksa Menurut Para Ahli. Diakses Pada tanggal 25 Maret 2023, dari https://meenta.net/tundadaksa-menurut-ahli/

Nurhastuti. 2019. Perspektif Pendidikan Anak Tunadaksa. Padang: Universitas Negeri Padang Ratri, Dini. 2016. Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Psikosain.

Referensi

Dokumen terkait

Công bằng là một khái niệm mới đối với nhiều cán bộ, vì thế nhất thiết họ phải hiểu được ý nghĩa của khái niệm này trong khu vực. Các hội thảo RLG đã tập trung

Để xây dựng các quy trình giáo dục kỹ năng tự phục vụ cho trẻ khuyết tật trí tuệ cần đảm bảo tính mục đích, căn cứ mục đích chung, mục đích cụ thể và mục đích giáo dục kỹ năng tự phục

Một trong những hướng nghiên cứu vấn đề trên là vận dụng các quan niệm khác nhau về khái niệm Không gian KG, đặc biệt là các khái niệm Không gian cảm giác KHCG, Không gian vật lí KGVL

Việc HS không nắm vững khái niệm này sẽ dẫn tới việc không hiểu và không thể có biểu tượng về các khái niệm khác; Đây là nguyên nhân chính dẫn đến việc mắc sai lầm trong diễn đạt, sử

Xuất phát từ thực trạng và nhu cầu cấp thiết trong huấn luyện và nâng cao thành tích thể thao cho các VĐV nói chung và VĐV đội tuyển trẻ cầu lông nói riêng, chúng tôi mạnh dạn đề xuất

Nhu cầu về trình độ chuyên môn và chức năng khoa phòng tại các Trung tâm Kiểm soát bệnh tật trong năm 2020 có xu hướng tiến đến con số 80 - 85% cán bộ chuyên môn ngành y và quản lý hành

Qua các khái niệm về giao tiếp, giao tiếp sư phạm, có thể hiểu khái niệm: ứng dụng các nguyên tắc giao tiếp trong nghệ thuật ứng xử sư phạm của giáo viên trường Trung cấp Kinh tế - Kỹ

Dokumen ini mengusulkan layanan konseling behavioristik untuk meningkatkan kemampuan interaksi sosial ở trẻ em khuyết tật (ABK) trong môi trường giáo dục hòa nhập tại SMAN 99