• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH NAZAK DAN MENGURUS JENAZAH

N/A
N/A
bunga tini

Academic year: 2023

Membagikan "MAKALAH NAZAK DAN MENGURUS JENAZAH"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

NAZAK DAN MENGURUS JENAZAH

Di Susun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengamalan Ibadah Dosen Pengampu: Bpk. Sholahudin Al-Hasyimi MA

Disusun oleh:

Ahmad Firdaos NIM 1118134

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PATI PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

JURUSAN TARBIYAH KELAS C101.18.03 2021

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjat kan kepada Allah SWT, atas limpahan rahmat, hidayah, dan inayahnya sehingga dapat menyelesaikan makalah tentangNazak dan Mengurusan Jenazah.

Makalah ini penulis susun dengan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis sampaikan banyak terima kasih kepada :

1. Orang tua yang memberikan do’a.

2. Istri yang selalu mendoakan dan mendukung

3. Bapak Dosen, yang senantiasa memberikan pengetahuan dan bimbingan kepada penulis.

4. Serta teman-teman yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Penulis berharap, semoga makalah ini dapat memberi manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca, dan penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, diharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pati, 23 Desember 2021

Penulis

(3)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sehat, sakit kemudian susah senang merupakan kodrat yang harus dan pasti dilalui oleh seseorang. Sakaratul maut merupakan puncak dari kejayaan manusia didunia dan semua orang akan merasakannya. Tidak pandang bulu siapapun pasti akan merasakan semua kodrat itu.

Sejatinya praktek yang kita liat dilapangan dalam menghadapi orang sakit sampai sakaratul maut hingga mengurus jenazah tidak lain itu merupakan suatu ibrah yang perlu kita teladani sebagai makhluk sosial agar baik hubungan manusianya. ketika ada kematian contohnya dalam hal mengurus jenazah, tentunya bukan asal praktik yang ditampilkan seperti mentalqin dikuburan, karena semua itu ada sanad keilmuannya.

Mereka yang sudah dipercaya dan terbiasa dalam mengurus jenazah merupakan Orang pilihan yang diberi amanah untuk mengurus jenazah. Tentunya dalam hal ini Orang tersebut telah memegang ilmunya, artinya praktek yang dilakukan adalah berdasarkan teori atau ilmu yang sudah mereka dapat dalam masa pendidikannya terdahulu.

Oleh sebab itu, kita sebagai generasi penerus tentunya perlu mengetahui tentang praktek ini dan tentunya berlandaskan keilmuan yang bersanad dari para Guru kita sebagai pembina yang berkompeten.

Dari latar belakang diatas, penulis mencoba menguraikan sedikit tentang studi dalam hal nazak hingga mengurus jenazah. Berikut rumusan masalah yang penulis susun.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Ruanglingkup Nazak ?

2. Bagaimana Ruang Lingkup Dan Tatacara Mengurus Jenazah ? C. Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Ruang Lingkup Dan Tatacara Mengurus Jenazah.

2. Untuk Mengetahui Ruang Lingkup Nazak

(4)

BAB II PEMBAHASAN A. Ruang Lingkup Nazak

Diterangkan dalam Glasarium online atau refrensi dari buku yang menerangkan istilah-istilah, nazak merupakan suatu kondisi yang dimana keadaan seseorang yang hampir meninggal dunia.

Nazak atau sakaratul maut ialah suasana atau keadaan ketika hampir kematian. Setiap kita akan menghadapinya pada suatu masa nanti. Sakaratul maut adalah suatu keadaan yang sangat sukar dan menyakitkan.

يف يراخبلا هجرخأ اَو م َلّسلا اَهْيَلَع ُةَمِطاَف ْتَلاَقَف ُهاّشَغَتَي َلَعَج َمّلَسَو ِهْيَلَع ُ ّا ىّلَص ّيِبّنلا َلُقَث اّمَل َلاَق ٍسَنَأ ْنَع

َدْعَب ٌب ْرَك ِكيِبَأ ىَلَع َسْيَل اَهَل َلاَقَف ُهاَبَأ َب ْرَ ِم ْوَيلا.هتافوو يبنلا ضرم باب يزاغملا Tatkala kondisi Nabi makin memburuk, Fathimah berkata: “Alangkah berat penderitaanmu ayahku”. Beliau menjawab: “Tidak ada penderitaan atas ayahmu setelah hari ini…”

Dalam riwayat Tirmidzi dengan, ‘Aisyah menceritakan:

هجرخأ َمّلَسَو ِهْيَلَع ُ ّا ىّلَص ِ ّا ِلوُسَر ِتْوَم ِةّدِش ْنِم ُتْيَأَر يِذّلا َدْعَب ٍتْوَم ِنْوَهِب اًدَحَأ ُطِبْغَأ اَم ْتَلاَق َةَشِئاَع ْنَع ينابللا هححصو توملا دنع ديدشتلا يف ءاج ام باب زئانجلا ك يذمرتلا “ Aku tidak iri kepada siapapun atas kemudahan kematian(nya), sesudah aku melihat kepedihan kematian pada Rasulullah“

Orang yang mengalami sakaratul maut sedang menghadapi detik-detik terakhir hidupnya, oleh karenanya sebagai orang terdekat dianjurkan menalkin dan membimbing orang yang nazak dengan dzikir kalimat “Allah atau Laa illaaha illaAllah” agar menjadi akhir yang baik atau bagus.

Selain membimbing dzikir dan menalqin, hal yang perlu diperhatikan sebagai adab yang baik adalah mendoakan orang yang nazak dengan doa dan perkataan yang baik.

B. Ruang Lingkup Dan Tatacara Mengurus Jenazah

Jenazah memiliki arti tubuh mayat yang tertutup, Dalam ketentuan hukum Islam, jika seorang muslim meninggal dunia, maka hukumnya fardhu kifayah atas orang-orang muslim

(5)

yang masih hidup untuk menyelenggarakan 4 perkara, yaitu memandikan, mengkafani, menshalatkan dan menguburkan orang yang telah meninggal

1. Memandikan Jenazah

Memandikan Jenazah seorang Muslim adalah fardlu kifayah, kecuali orang yang mati syahid, yakni yang terbunuh dalam peperangan melawan kaum kafir. Memandikan jenazah artinya membersihkan dan mengguyurkan air ke tubuh mayit dengan tatacara yang disunnahkan. Hukumnya memandikan jenazah adalah fardlu kifayah Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf1. Adapun dalil tentang memandikan jenzah adalah hadits yang diriwayatkan oleh imam Bukhori dan Muslim

ٍرْدِسَو ٍءاَمِب ُه ْوُلِسْغِا :ُهْتَصَقَو ىِذّلا ِمِر ْحُمْلا ىِف َلَاق َمّلَسَو ِهْيَلَع ُا ىَلَص ِا ُل ْوُسَر ّنَا Artinya :

Bahwasanya Rasulullah SAW bersabda mengenai orang yang melakukan ihram, yang dicampakkan oleh untanya: “Mandikanlah dia dengan air dan bidara.” (H.R. al-Bukhari:

1208, dan Muslim: 1206)

Orang yang utama memandikan mayat jika laki-laki adalah orang yang diwasiatkannya, kemudian bapak, kakek, keluarga terdekat, muhrimnya dan istrinya. Begitu juga bagi mayat perempuan adalah ibunya, neneknya, keluarga terdekat dari pihak wanita serta suaminya

Sedangkan Untuk mayat anak laki-laki dan anak perempuan boleh yang memandikan laki-lakim atau perempuan yang memandikan. Namun ,Jika ada kasus seorang perempuan meninggal sedangkan yang masih hidup semuanya hanya laki-laki dan dia tidak mempunyai suami, atau sebaliknya seorang laki-laki meninggal sementara yang masih hidup hanya perempuan saja dan dia tidak mempunyai istri, maka mayat tersebut tidak dimandikan tetapi cukup ditayamumkan oleh salah seorang dari mereka dengan memakai sarung tangan.

Jika mayit telah mewasiatkan kepada seseorang untuk memandikannya, maka orang itulah yang berhak memandikannya. Namun jika tidak ada wasiat, maka yang berhak memandikan adalah dianjurkan keluarga dekat mayit, namun jika tidak mampu keluarga

1 Piaud B, Tata Cara Pengurusan Jenazah (Praktek Ibadah), (Karawang: Fakultas Agama Islam Univ. Singa perbangsa, 2018), 3

(6)

boleh menunjuk orang lain yang amanah dan jujur yang memandikannya sesuai ketentuan syari’at2

a) Syarat oarang yang memandikan jenazah

 Muslim

 Baligh

 Berakal

 Mengucapkan niat memandikan jenzah (laki-laki)

ىَلاَعَت ِلِ ِتِيَمْلااَذه ْنَع ًءاَدَا َلْسُغْلا ُتْيَوَن (perempuan)

ىَلاَعَت ِلِ ِةَتِيَمْلا ِهِذه ْنَع ًءاَدَا َلْسُغْلا ُتْيَوَن

 Sanggup menutupi aib mayit b) Syarat mayit yang dimandikan

 Seorang muslim bukan kafir

 Bukan bayi atau janin

 Bukan mati karena syahid

 Ada jasad yang akan dimandikan Adapun tatacara memandikan jenazah adalah a) Menyiapakan perlengkapan diantaranya adalah :

1. Tempat untuk memandikan diruang tertutup atau bersatir 2. Air suci atau air yang mengalir

3. Sabun

4. Kapur barus dan wangi-wangian 5. Sarung tangan dan kain basah 6. Handuk

b) Tatacara memandikan :

1. Ambil kain penutup dan gantikan kain basahan sehingga aurat utamanya tidak kelihatan.

2. Mandikan jenazah pada tempat yang tertutup.

2 Abdul Jalil, Cara Mengurus Jenazah, (Semarang: Mutiara Aksara, 2019), 11

(7)

3. Pakailah sarung tangan dan bersihkan jenazah dari segala kotoran.

4. Ganti sarung tangan yang baru, lalu bersihkan seluruh badannya dan tekan perutnya perlahan-lahan.

5. Tinggikan kepala jenazah agar air tidak mengalir kearah kepala.

6. Masukkan jari tangan yang telah dibalut dengan kain basah ke mulut jenazah, gosok giginya dan bersihkan hidungnya, kemudiankan wudhukan.

(laki-laki)

ىَلاَعَت ِ للِل ِتِيَمْلا اَذلهِل َءْوُضُوْلا ُتْيَوَن

(perempuan)

ىَلاَعَت ِ للِل ِةِتِيَمْلا ِهِذلهِل َءْوُضُوْلا ُتْيَوَن

7. Siramkan air kesebelah kanan dahulu kemudian kesebelah kiri tubuh jenazah 8. Mandikan jenazah dengan air sabun dan air mandinya yang terakhir dicampur

dengan wangi-wangian.

9. Perlakukan jenazah dengan lembut ketika membalik dan menggosok anggota tubuhnya.

10.Memandikan jenazah satu kali jika dapat membasuh ke seluruh tubuhnya itulah yang wajib. Disunnahkan mengulanginya beberapa kali dalam bilangan ganjil.

11.Jika keluar dari jenazah itu najis setelah dimandikan dan mengenai badannya, wajid dibuang dan dimandikan lagi. Jika keluar najis setelah di atas kafan tidak perlu diulangi mandinya, cukup hanya dengan membuang najis itu saja.

12.Bagi jenazah wanita, sanggul rambutnya harus dilepaskan dan dibiarkan menyulur kebelakang, setelah disirim dan dibersihkan lalu dikeringkan dengan handuk dan dikepang.

13.Keringkan tubuh jenazah setelah dimandikan dengan kain sehingga tidak membasahi kain kafannya.

14.Selesai mandi, sebelum dikafani berilah wangi-wangian yang tidak mengandung alkohol3.

2. Mengafani Jenazah

Setelah memandikan jenazah hal yang perlu dilakukan selanjutnya dalam mengurus jenazah adalah mengafani jenazah yaitu membungkus seluruh tubuh jenazah dengan kain kafan yang bagus yang dibeli dari harta mayit4 atau keluarga jenazah. Dianjurkan

3 Op.Cit, Tata Cara Pengurusan Jenazah, 6

4 A.M Basamalah, Fiqih Lengkap Mengurus Jenazah (Terjemah Ahkamul Janaaiz wa bid;ihaa),(jakarta: Gema Insani, 2014), 52

(8)

mengkafani jenazah baiknya dengan kain yang berwarna putih namun selain putih juga di perbolehkan dan semua madzhab mewajibkannya5.

مكاتوم اهيف اونفكو ،مكبايث ريخ نم مهنإف ،ضايبلا مكبايث نم اوسبلا

Hendaklah kalian berpakaian putih, sebab kain putih itu sebaik-baik pakaian bagi kalian. Dan bungkuslah di dalam pakain putih itu orang-orang meninggal di antara kalian.”HR. Tirmidzi.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengafani jenazah adalah:

1. Kain kafan yang digunakan adalah milik simayit 2. Menutupi seluruh tubuh mayit

3. Lapisan kain kafan lebih dari satu dengan bilangan ganjil (1,3,5,7 ...)

4. Kain kafan dianjurkan berwarna putih bersih dan suci untuk menutupi seluruh bagian tubuh jenzah

5. Diberi wewangian pada kain kafan

6. Tidak berlebih-lebihan dalam mengkafani.

Adapun bahan yang perlu disiapakan untuk mengkafani adalah:

1. Kapas 3-5 gulung

2. Kain kafan 15-20 meter (sesuai ukuran tubuh mayit) berbentuk segi empat 3. Potongan kain untuk pengikat, 5 potong untuk badan dan 3 potong untuk tikar 4. Tikar pandan

5. Kapur barus

6. Minyak wangi/ cendana 7. Bunga / kembang6

Tata Cara Mengkafani Jenazah Adalah Sebagai Berikut : 1. Untuk Mayat Laki-Laki

Kain kafan untuk mayit laki-laki terdiri dari 3/5 lembar kain kafan :

a. Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih lebar dan luas serta setiap lapisan diberi kapur barus.

b. Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan diatas kain kafan memanjang lalu ditaburi wangi-wangian.

5 Abdul Jalil, Cara Mengurus Jenazah, (Semarang: Mutiara Aksara, 2019), 24 6 Ibid, Cara Mengurus Jenazah, 20

(9)

c. Tutuplah lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, kubul dan dubur) yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.

d. Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung lembar sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan seperti ini selembar demi selembar dengan cara yang lembut.

e. Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah kain kafan tiga atau lima ikatan.

f. Jika kain kafan tidak cukup untuk menutupi seluruh badan mayat maka tutuplah bagian kepalanya dan bagian kakinya yang terbuka boleh ditutup dengan daun kayu, rumput atau kertas. Jika seandainya tidak ada kain kafan kecuali sekedar menutup auratnya saja, maka tutuplah dengan apa saja yang ada.

2. Untuk Mayat Perempuan

Kain kafan untuk mayat perempuan terdiri dari 5/7 lembar kain putih, yang terdiri dari:

a. Lembar pertama berfungsi untuk menutupi seluruh badan.

b. Lembar kedua berfungsi sebagai kerudung kepala.

c. Lembar ketiga berfungsi sebagai baju kurung.

d. Lembar keempat berfungsi untuk menutup pinggang hingga kaki.

e. Lembar kelima berfungsi untuk menutup pinggul dan paha.

Adapun tata cara mengkafani mayat perempuan yaitu:

1. Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-masing bagian dengan tertib. Kemudian, angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan diatas kain kafan sejajar, serta taburi dengan wangi-wangian atau dengan kapur barus.

2. Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.

3. Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya.

4. Pakaikan sarung.

5. Pakaikan baju kurung.

(10)

6. Dandani rambutnya dengan tiga dandanan, lalu julurkan kebelakang.

7. Pakaikan kerudung.

8. Membungkus dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukan kedua ujung kain kiri dan kanan lalu digulungkan kedalam.

9. Ikat dengan tali pengikat yang telah disiapkan.

3. Menyolati Jenazah

Setelah memandikan dan mengafani, jenazah kemudian disholatkan.

,ِهْيَلَع ْمِلَسَف ُهَتيِقَل اَذِإ : ٌتِس ِمِلْسُمْلَا ىَلَع ِمِلْسُمْلَا ّقَح – ملسو هيلع ا ىلص ِ ّ َا ُلوُسَر َلاَق هنع ا يضر َةَرْيَرُه يِبَأ ْنَع

ٌمِلْسُم ُهاَوَر – ُهْعَبْتاَف َتاَم اَذِإَو ,ُهْدُعَف َضِرَم اَذِإَو ُهْتِمَسَف َ ّ َا َدِمَحَف َسَطَع اَذِإَو ,ُهْحَصْناَف َكَحَصْنَتْسِا اَذِإَو ,ُهْبِجَأَف َكاَعَد اَذِإَو

“(Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda).Hak muslim kepada muslim yang lain ada enam. (1) Apabila engkau bertemu, ucapkanlah salam kepadanya; (2) Apabila engkau diundang, penuhilah undangannya; (3) Apabila engkau dimintai nasihat, berilah nasihat kepadanya; (4) Apabila dia bersin lalu dia memuji Allah (mengucapkan ’alhamdulillah’), doakanlah dia (dengan mengucapkan ’yarhamukallah’); (5) Apabila dia sakit, jenguklah dia; dan (6) Apabila dia meninggal dunia, iringilah jenazahnya (sampai ke pemakaman).”

(HR. Muslim)

ٍدُحُأ ُلْثِم اَمُهُرَغْصَأ َلاَق ِناَطاَريِقْلا اَمَو َليِق .ِناَطاَريِق ُهَلَف اَهَعِبَت ْنِإَف ٌطاَريِق ُهَلَف اَهْعَبْتَي ْمَلَو ٍةَزاَنَج ىَلَع ىّلَص ْنَم

“Barangsiapa shalat jenazah dan tidak ikut mengiringi jenazahnya, maka baginya (pahala) satu qiroth. Jika ia sampai mengikuti jenazahnya, maka baginya (pahala) dua qiroth.” Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud dua qiroth?” “Ukuran paling kecil dari dua qiroth adalah semisal gunung Uhud”, jawab beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR. Muslim )

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan salat jenazah, yaitu : 1. Jenazah diletakkan di arah kiblat (di depan imam apabila berjama’ah atau di depan

orang yang mensalatkannya apabila sendiri). Posisi jenazah, kepalanya sebelah kanan dan kaki sebelah kiri imam.

2. Pada jenazah laki- laki imamnya berdiri sejajar dengan dada jenazah, sedangkan apabila jenazahnya perempuan, maka imam berdiri sejajar dengan pinggang jenazah.

(11)

3. Setelah jama’ah salat jenazah siap untuk melaksanakan salat jenazah tersebut, kemudian berniatlah di dalam hati untuk melaksanakan salat jenazah.

Terdapat rukun-rukun dalam tata cara sholat jenazah, berikut beberapa hal yang harus diketahui sebelum menjalani solat jenazah:

1. Niat sebelum memulai

2. Imam berdiri sejajar dari kepala jenazah 3. Terdiri dari empat kali takbir

4. Berdiri untuk yang mampu

5. Dilakukan berdiri tanpa melakukan rukuk, sujud serta duduk 6. Membaca surah Al-Fatihah

7. Membaca shalawat Nabi Muhammad SAW setelah takbir ke-2 8. Mendoakan jenazah setelah takbir ke-3

9. Salam dengan posisi berdiri.

Tata cara mensholati jenazah adalah sebagai berikut : 1. Niat Sholat Jenazah

Membaca niat diucap cukup dalam hati, namun niat dibedakan menjadi 2 menyesuaikan jenis kelamin. Berikut niat sholat jenazah jenis kelamin pria.

ىَلاَعَت ِل اًض ْرَف ِتِيَمـلا اَذَه ىَلَع يِلَصُأ Artinya: “Saya niat shalat atas mayit laki-laki ini fardhu karena Allah SWT”

Untuk jenazah jenis kelamin wanita.

ىَلاَعَت ِل اًض ْرَف ِةَتِيَمـلا اَذَه ىَلَع يِلَصُأ Artinya: “Saya niat sholat atas mayit perempuan ini fardhu karena Allah SWT”

2. Takbir dan membaca surat Al-Fatihah

Setelah membaca niat, ketika imam menyebutkan takbir pertama, makmum mengikutinya dan disambung membaca surah al-Fatihah.

3. Takbir ke-2 dan diteruskan dengan membaca shalawat Nabi

ٍدّمَحُم اَنِدِيَس ِلآ ىَلَعَو ،ٍدّمَحُم اَنِدِيَس ىَلَع ِلَص ّمُهّللا

(12)

Artinya: “Ya Allah, berikanlah rahmat-Mu kepada junjungan kami Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad.”

Sebaiknya, shalawat nabi dilanjutkan dengan bacaan lengkap berikut:

اَمَك ،ٍدّمَحُم اَنِدِيَس ِلآ ىَلَعَو ،ٍدّمَحُم اَنِدِيَس ىَلَع ْكِراَبَو ،ٌديِجَم ٌديِمَح َكّنِإ ،َميِهاَرْبِإ ِلآ ىَلَعَو ،َميِهاَرْبِإ ىَلَع َتْيّلَص اَمَك

ٌديِجَم ٌديِمَح َكّنِإ َنيِمَلاَعْلا يِف ،َميِهاَرْبِإ اَنِدِيَس ِلآ ىَلَعَو ،َميِهاَرْبِإ اَنِدِيَس ىَلَع َتْكَراَب Artinya: “Ya Allah tambahkanlah shalawat serta sanjungan kepada Muhammad serta kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberi shalawat kepada Ibrahim serta kepada keluarga Ibrahim.”

“Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji pula Maha Mulia. Ya Allah, berilah berkah kepada Muhammad serta kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberi berkah kepada Ibrahim dan juga kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji pula Maha Mulia.”

4. Mendoakan jenazah

Setelah membaca shalawat secara lengkap, pada takbir ke 3 dilanjutkan dengan membaca doa untuk jenazah yang sedang disholati. Dibawah ini adalah 2 jenis bacaan, yang diperuntukan jenazah pria atau wanita.

Doa untuk jenazah laki-laki:

اَياَطَخْلا َنِم ِهِقَنَو ِدَرَبْلاَو ِجْلّثلاَو ِءاَمْلاِب ُهْلِسْغاَو ُهَلَخْدُم ْعِسَوَو ُهَلُزُن ْمِرْكَأَو ُهْنَع ُفْعاَو ِهِفاَعَو ُهْمَحْراَو ُهَل ْرِفْغا ّمُهّللا

ُهْلِخْدَأَو ِهِج ْوَز ْنِم اًرْيَخ اًج ْوَزَو ِهِلْهَأ ْنِم اًرْيَخ ًلْهَأَو ِهِراَد ْنِم اًرْيَخ اًراَد ُهْلِدْبَأَو ِسَنّدلا َنِم َضَيْبَلا َبْوّثلا َتْيّقَن اَمَك

ِراّنلا ِباَذَع ْنِم ْوَأ ِرْبَقْلا ِباَذَع ْنِم ُهْذِعَأَو َةّنَجْلا Artinya: “Ya Allah, ampunilah dosanya dan rahmatilah dia. Selamatkan dan juga maafkanlah dia. Berilah kehormatan kepadanya, luaskanlah tempat kuburnya.

Mandikanlah dia dengan air, salju, dan embun.”

“Bersihkanlah dia dari seluruh kesalahan sebagaimana Engkau membersihkan baju putih dari kotoran. Gantikanlah untuknya rumah yang lebih baik dari rumahnya, juga istri yang lebih baik dari istrinya. Dan lindungilah ia dari azab kubur dan neraka.”

Doa untuk jenazah perempuan:

(13)

َنِم اَهِقَنَو ِدَرَبْلاَو ِجْلّثلاَو ِءاَمْلاِب اَهْلِسْغاَو اَهَلَخْدُم ْعِسَوَو اَهَلُزُن ْمِرْكَأَو اَهْنَع ُفْعاَو اَهِفاَعَو اَهْمَحْراَو اَهَل ْرِفْغا ّمُهّللا

ْنِم اًرْيَخ اًجْوَزَو اَهِلْهَأ ْنِم اًرْيَخ ًلْهَأَو اَهِراَد ْنِم اًرْيَخ اًراَد اَهْلِدْبَأَو ِسَنّدلا َنِم َضَيْبَلا َبْوّثلا َتْيّقَن اَمَك اَياَطَخْلا

ِراّنلا ِباَذَع ْنِم ْوَأ ِرْبَقْلا ِباَذَع ْنِم اَهْذِعَأَو َةّنَجْلا اَهْلِخْدَأَو اَهِج ْوَز Artinya: “Ya Allah, ampunilah dan rahmatilah dia. Selamatkan dan ampunilah dia.

Berilah kehormatan terhadapnya, luaskanlah tempat kuburnya. Mandikanlah dia (mayit) dengan air, salju, dan embun.”

“Bersihkanlah dia dari segala kesalahan sebagaimana Engkau membersihkan baju putih dari kotoran. Gantikanlah untuknya rumah yang lebih baik dari rumahnya, juga istri yang lebih baik dari istrinya. Dan serta peliharalah dan lindungilah ia dari azab kubur dan neraka.”

5. Bacaan Takbir ke 4

Setelah mendoakan, pada takbir ke 4, terdapat doa yang harus dibacakan. Berikut 2 doa yang berbeda untuk pria atau wanita.

Untuk pria:

ُهَدعَب النِتْفَتلو ُهَر ْجَأ انْمِرحَتل لمُهللا Artinya: “Ya Allah, janganlah jadikan pahalanya tidak sampai kepada kami (janganlah Engkau sertakan kami akan pahalanya), dan janganlah Engkau memberi kami fitnah sepeninggalnya, dan ampunilah kami dan dia.”

Untuk perempuan:

اهَدعَب النِتْفَتلو اهَر ْجَأ انْمِرحَتل لمُهللا Artinya: “Ya Allah, janganlah jadikan pahalanya tidak sampai kepada kami (janganlah Engkau sertakan kami akan pahalanya), dan janganlah Engkau memberi kami fitnah sepeninggalnya, dan ampunilah kami dan dia.”

6. Ucapkan salam

Selesaikan sholat dengan mengucap salam sambil menoleh ke kanan serta ke kiri.

Posisi salam ini memiliki perbedaan dengan sholat fardu lainnya, salam pada shalat jenazah ini dijalankan dengan posisi berdiri7.

7 Ibid, Cara Mengurus Jenazah, 34-36

(14)

4. Menguburkan Jenazah

Disunnahkan membawa jenazah dengan usungan jenazah yang di panggul di atas pundak dari keempat sudut usungan. Disunnahkan juga menyegerakan mengusungnya ke pemakaman tanpa harus tergesa- gesa. Bagi para pengiring, boleh berjalan di depan jenazah, di belakangnya, di samping kanan atau kirinya. Semua cara ada tuntunannya dalam sunnah Nabi. Para pengiring tidak dibenarkan untuk duduk sebelum jenazah diletakkan, sebab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam telah melarangnya. Disunnahkan mendalamkan lubang kubur, agar jasad si mayit terjaga dari jangkauan binatang buas, dan agar baunya tidak merebak keluar. Lubang kubur yang dilengkapi liang lahad lebih baik daripada syaq.

Sedangkan untuk lebih sempurnanya mengubur jenazah dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Jenazah dikubur dalam sebuah lubang dengan kedalaman setinggi orang berdiri dengan tangan melambai ke atas dan dengan lebar seukuran satu dzira’ lebih satu jengkal. Berdasarkan sebuah hadits riwayat Imam Turmudzi berkenaan dengan para sahabat yang terbunuh pada waktu perang uhud, beliau bersabda:

اوُنِس ْحَأَو ،اوُعِسْوَأَو ،اوُرِف ْحا Artinya: “Galilah liang kubur, luaskan dan baguskan.

2. Wajib memiringkan jenazah ke sebelah kanan dan menghadapkannya ke arah kiblat. Sekiranya jenazah tidak dihadapkan ke arah kiblat dan telah diurug tanah maka liang kubur wajib digali kembali dan menghadapkan jenazahnya ke arah kiblat bila diperkirakan belum berubah. Disunahkan untuk menempelkan pipi jenazah ke bumi.

3. Bila tanahnya keras disunahkan liang kubur berupa liang lahat. Yang dimaksud liang lahat di sini adalah lubang yang dibuat di dinding kubur sebelah kiblat seukuran yang cukup untuk menaruh jenazah. Jenazah diletakkan di lubang tersebut kemudian ditutup dengan menggunakan batu pipih agar tanahnya tidak runtuh mengenai jenazah. Namun bila tanahnya gembur maka disunahkan dibuat semacam belahan di bagian paling bawah liang kubur seukuran yang dapat menampung jenazah di mana di kedua tepinya dibuat struktur batu bata atau semisalnya. Jenazah diletakkan di belahan liang kubur tersebut kemudian di bagian atasnya ditutup dengan batu pipih lalu diurug dengan tanah. Belahan ini bisa jadi semacam parit yang membelah bagian dasar liang kubur. Di parit inilah jenazah

(15)

diletakkan. Adapun batu pipih untuk penutup sebagaimana disebut di atas, di Indonesia barangkali lebih sering menggunakan papan kayu sebagai penutup jenazah agar tidak terkena reruntuhan tanah.

4. Setelah jenazah diletakkan secara pelan di dasar kubur disunahkan pula untuk melepas tali ikatannya dimulai dari kepala. Akan lebih baik bila orang yang meletakkan dan meluruskan jenazah di liang kubur adalah orang laki-laki yang paling dekat dan menyayangi si mayit pada saat hidupnya. Pada saat meletakkannya di liang lahat disunahkan membaca:

َمّلَسَو ِهْيَلَع ُا ىّلَص ِ ّا ِلوُسَر ِةّنُس ىَلَعَو ِا ِمْسِب Mengikuti sunah Rasulullah sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat Imam Abu Dawud dari sahabat Abdullah bin Umar, bahwa bila Rasulullah meletakkan jenazah di dalam kubur beliau membaca bismillâhi wa ‘alâ sunnati Rasûlillâhi shallallâhu ‘alaihi wa sallama. Sementara Syekh Nawawi Banten dalam kitab Kâsyifatus Sajâ menambahkan bahwa ketika proses mengubur jenazah disunahkan menutupi liang kubur dengan semisal kain atau lainnya. Ini dimaksudkan barangkali terjadi ada yang tersingkap dari diri jenazah sehingga terlihat apa yang semestinya dirahasiakan. Juga disunahkan meletakkan jenazah di liang kuburnya dengan posisi tubuh miring ke sebelah kanan. Bila dimiringkannya pada tubuh sebelah kiri maka makruh hukumnya. Pada hal ini, dalam konteks wilayah Indonesia yang arah kiblatnya cenderung ke arah barat sedangkan wajib hukumnya menghadapkan jenazah ke arah kiblat, maka untuk memiringkan tubuhnya ke sisi kanan ketika jenazah dikubur posisi kepala berada di sebelah utara. Bila posisi kepala ada di sebelah selatan maka untuk menghadapkannya ke arah kiblat mesti memiringkan tubuhnya ke sisi kiri.

(16)

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Dalam kehidupan sehari-hari tentunya kita telah banyak menyaksikan tentang perihal kehidupan seseorang. Ketika sehat, sakit, susah, senang bahkan menjelang akhir hayat seseorang, kita pernah menyaksikan bagaimana pedihnya menghadapi sakaratul maut dan meninggalkan kesedihan bagi keluarga yang ditinggalkan. Tugas kita sebagai seorang yang dekat adalah membimbing dan menalqin mereka yang sedang menghadapi Nazak dan ikut mengurus mereka yang telah meninggalkan kita .

2. Di anjurkan bagi setiap muslim untuk ikut dalam mengurus jenazah, karena hukumnya adalah fardlu kifayah maka pahala bagi yang ikut adalah besar. Oleh karenanya, untuk menjaga hubungan sosial yang baik, hendaknya ketika ada yang meninggal, kita hurus segera datang untuk ikut takziah dan ikut dalam prosesi mengurus jenazah dengan ikut berdzikir mensholatkan dan mengubur sebagai bentuh hormat kita kepada ahli musibah.

B. Saran

Bagi kita yang masih hidup hendaknya jangan berleha-leha dalam beribadah, karena ini merupakan hal sangat penting bagi kita dalam merengkuh kejayaan di akhirat. Jangan sampai akhir kita menjadi yang buruk atau su’ul khotimah.

Kita tahu pedihnya nazak atau sakaratul maut, sampai Nabi SAW pun merasakan pedihnya sakaratul maut. Siapalah kita jika berani berleha-leha dalam hidup dan mengabaikan ibadah jika orang sholeh terdahulu semua mengalami sakaratul maut namun meraka merengkuh kebahagiaan akhirat.

Oleh karena itu perbanyak amal baik dan nahi mungkar agar kita semua

(17)

mendapat kemudahan dalam menghadapi sakaratul maut dan ringan ke alam kubur.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Basamalah. A. M. 2014. Fiqih Lengkap Mengurus Jenazah (Terjemah Ahkamul Janaaiz wa bid’ihaa). jakarta: Gema Insani.

Jalil Abdul. 2019. Cara Mengurus Jenazah.Semarang: Mutiara Aksara.

Piaud B. 2018. Tata Cara Pengurusan Jenazah (Praktek Ibadah). Karawang:

Fakultas Agama Islam Univ. Singa perbangsa.

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari pendapat di atas, prinsip IMD adalah cukup mengeringkan tubuh bayi yang baru lahir dengan kain atau handuk tanpa harus memandikan, tidak membungkus

Jenazah adalah orang yang telah keluar ruh (nyawa) dari jasadnya, atau juga disebut mayat. Umat Islam yang masih hidup berkewajiban untuk mengurus jenazah. Disunahkan untuk segera

LKPD RPP 1-Kematian, Takziah dan

bersabda ketika beliau memandikan jenazah anak perempuannya, hendaklah kamu mulai memandikan jenazah dengan sebelah kanan dan anggota wudu.” (HR. Hadis di atas mengajarkan

Kesimpulan dari pendapat di atas, prinsip IMD adalah cukup mengeringkan tubuh bayi yang baru lahir dengan kain atau handuk tanpa harus memandikan, tidak membungkus

Pemulasaran jenazah adalah kegiatan perawatan jenazah meliputi merawat pada saat setelah pasien meninggal di ruangan dan atau memandikan dan

memandikan jenazah/nyiramin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan makna dan fungsi simbol-simbol yang ada pada saat memandikan jenazah/nyiramin. jenis penelitian

Jenazah Perempuan - Lima lembar kain kafan pada jenazah perempuan digunakan untuk satu lembar kain untuk menutupi semua badan, satu lembar untuk kerudung, satu lembar untuk baju