MAKALAH
KEPERAWATAN MENJELANG AJAL PERAWATAN PALIATIF DALAM PERSPEKTIF SOSIAL DAN BUDAYA
Disusun untuk memenuhi absensi mata kuliah keperawatan paliatif Dosen pengampu : Devi Ratnasari M.Kep
Disusun oleh : Tiffanny Alayyah
KHGC21065
KELAS 3B
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARSA HUSADA GARUT
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME atas Rahmatnya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang membahas tentang “Keperawatan Menjelang Ajal Perawatan Paliatif Dalam Perspektif Sosial dan Budaya” Terima kasih kami ucapkan kepada para pengajar atas bimbingan dan pendidikan yang diberikan sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Pembahasan di dalamnya saya dapatkan dari kuliah, browsing internet, dll. Dengan pemahaman berdasarkan pokok bahasan ini kami sadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaannya.
Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi saya yang sedang menempuh pendidikan dan dapat dijadikan pelajaran bagi teman- teman dan saya khususnya.
Garut, 19 Januari 2024
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...ii
DAFTAR ISI...iii
BAB I PENDAHULUAN...2
1.1 Latar Belakang...2
1.2 Rumusan Masalah...3
1.3 Tujuan Penulisan...3
BAB II PEMBAHASAN...5
2.1 Perawatan Paliatif...5
2.2 Masalah Keperawatan pada Pasien Paliatif...7
2.3 Tahapan Penerimaan Pasien Paliatif...10
2.4 Peran Perawat Paliatif...10
2.5 Pengembangan Kualitas Personal Dan Profesionalpada Bidang Perawatan Paliatif...11
BAB III PENUTUP...14
3.1 Kesimpulan...14
DAFTAR PUSTAKA...15
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pelecehan Salah satu kemajuan utama dalam perawatan kesehatan modern adalah perbaikan perawatan akhir hayat pada pasien yang mengalami penyakit terminal.
Sebagian besar pasien terminal akan sangat menderita, penderitaan berupa fisik, mental dan atau spiritual (Kemp, 2009). Selain kegiatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, pasien dengan penyakit yang sulit disembuhkan seperti penyakit kanker, penyakit degeneratif, penyakit paru obstruktif kronis, cystic fibrosis, stroke, Parkinson, gagal jantung/ heart failure, penyakit genetika, dan HIV/AIDS juga memerlukan perawatan paliatif (Supari, 2007).
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit dan mengancam jiwa, dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau spiritual (WHO, 2016). Menurut Ketua Masyarakat Paliatif Indonesia (MPI) Drajad Ryanto Suardi dalam seminar yang bertema Sharing the care (Peduli perawatan paliatif untuk sesama), jumlah pasien yang memerlukan perawatan paliatif meningkat, seiring dengan. meningkatnya usia harapan hidup, disamping pasien kanker, jumlah penyakit motor neuron dan penyakit saraf serta pasien HIV-ADIS juga meningkat. Dari pasien yang rawat inap di RSCM pada 2009, terdapat 65% pasien paliatif, yang 60% pasien neurologi, lebih 60% pasien ODHA dalam stadion lebih lanjut (Hendry, 2010).
Agama merupakan hubungan antara manusia dengan tuhan. Terapi religious sangat penting dalam memberikan palliative care. Kurangnya pemenuhan kehidupan beragama, menimbulkan masalah pada saat terapi. Pengetahuan dasar dari masing- masing agama sangat membantu dalam mengembangkan palliative care. Terkadang palliative care spiritual sering disamakan dengan terapi paliatif religious. Palliative care
spiritual bisa ditujukan kepada pasien yang banyak meyakini akan adanya Tuhan tanpa mengalami ritual suatu agama dan bisa juga sebagai terapinreligius dimana selain meyakini ritual agama memiliki tata cara beribadah dalam suatu agama.
Salah satu faktor yang menentukan kondisi kesehatan masyarakat adalah perilaku kesehatan masyarakat itu sendiri. Dimana proses terbentuknya perilaku ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah faktor sosial budaya, bila faktor tersebut telah tertanam dan terinternalisasi dalam kehidupan dan kegiatan masyarakat ada kecenderungan untuk merubah perilaku yang telah terbentuk tersebut sulit untuk dilakukan. Untuk itu, mengatasi dan memahami suatu masalah kesehatan diperlukan pengetahuan yang memadai mengenai budaya dasar dan budaya suatu daerah. Sehingga dalam kajian sosial budaya tentang perawatan paliatif bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga dalam menghadapi masalh yang berhububgan dengan penyakit yang mengancam kehidupan.
Kebutuhan akan perawatan paliatif tidak dapat dihindari sehubungan dengan makin meningkatnya jumlah pasien kanker. Dengan sudah dituangkannya program pelayanan paliatif ke dalam Sistem Kesehatan Nasional perawatan paliatif kini menjadi bagian dari tata laksana penyakit kanker di Indonesia yang perlu terus dikembangkan.
Dalam makalah ini, penulis akan membahas asuhan keperawatan paliatif dalam perspektif agama, spiritual budaya dan sosial.
1.2Rumusan Masalah
1. Apa definisi perawatan paliatif?
2. Apa saja masalah keperawatan pada pasien paliatif?
3. Bagaimana tahapan penerimaan pasien paliatif?
4. Bagaimana peran perawat paliatif?
5. Bagaimana pengembangan kualitas personal dan profesionalpada bidang perawatan paliatif
1.3Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan definisi perawatan paliatif
2. Menjelaskan masalah keperawatan pada pasien paliatif 3. Menjelaskan tahapan penerimaan pasien paliatif 4. Menjelaskan peran perawat paliatif
5. Menjelaskan pengembangan kualitas personal dan profesionalpada bidang perawatan paliatif
BAB II PEMBAHASAN
2.1Perawatan Paliatif
Penyiksaan Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan. meningkatkan kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yangmengancam jiwa, dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau spiritual. (World Health Organization (WHO) 2016).
Perawatan paliatif merupakan perawatan yang berfokus pada pasien dan keluarga dalam mengoptimalkan kualitas hidup dengan mengantisipasi, mencegah, dan menghilangkan penderitaan. Perawatan paliatif mencangkup seluruh rangkaian penyakit termasuk fisik, intelektual, emosional, sosial, dan kebutuhan spiritual serta untuk memfasilitasi otonomi pasien, mengakses informasi, dan pilihan (National Consensus Project for Quality Palliative Care, 2013). Pada perawatan paliatif ini, kematian tidak dianggap sebagai sesuatu yang harus di hindari tetapi kematian merupakan suatu hal yang harus dihadapi sebagai bagian dari siklus kehidupan normal setiap yang bernyawa (Nurwijaya dkk, 2010).
Permasalahan yang sering muncul ataupun terjadi pada pasien dengan perawatan paliatif meliputi masalah psikologi, masalah hubungan sosial, konsep diri, masalah dukungan keluarga serta masalah pada aspek spiritual (Campbell, 2013). Perawatan paliatif ini bertujuan untuk membantu pasien yang sudah mendekati ajalnya, agar pasien aktif dan dapat bertahan hidupselama mungkin. Perawatan paliatif ini meliputi mengurangi rasa sakit dan gejala lainnya, membuat pasien menganggap kematias sebagai prosesyang normal, mengintegrasikan aspek-aspek spikokologis dan spritual (Hartati &
Suheimi, 2010). Selain itu perawatan paliatif juga bertujuan agar pasien terminal tetap dalam keadaan nyaman dan dapat meninggal dunia dengan baik dan tenang (Bertens, 2009).
Prinsip perawatan paliatif yaitu menghormati dan menghargai martabat serta harga diri pasien dan keluarganya (Ferrel & Coyle, 2007). Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKES, 2013) dan Aziz, Witjaksono, dan Rasjidi (2008) prinsip pelayanan perawatan paliatif yaitu:
1. menghilangkan nyeri dan mencegah timbulnya gejala serta keluhan fisik lainnya, penanggulangan nyeri,
2. menghargai kehidupan dan menganggap kematian sebagai proses normal.
3. tidak bertujuan mempercepat atau menghambat kematian, 4. memberikan dukungan psikologis, sosial dan spiritual,
5. memberikan dukungan agar pasien dapat hidup seaktif mungkin, 6. memberikan dukungan kepada keluarga sampai masa dukacita,
7. serta menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarganya.
Elemen dalam perawatan paliatif menurut National Consensus Project dalam Campbell (2013), meliputi:
1. Populasi pasien. Dimana dalam populasi pasien ini mencakup pasien dengan semua usia, penyakit kronis atau penyakit yang mengancam kehidupan.
2. Perawatan yang berfokus pada pasien dan keluarga. Dimana pasien dan keluarga merupakan bagian dari perawatan paliatif itu sendiri.
3. Waktu perawatan paliatif. Waktu dalam pemberian perawatan paliatif berlangsung mulai sejak terdiagnosanya penyakit dan berlanjut hingga sembuh atau meninggal sampai periode duka cita.
4. Perawatan komprehensif. Dimana perawatan ini bersifat multidimensi yang bertujuan untuk menanggulangi gejala penderitaan yang termasuk dalam aspek fisik, psikologis, sosial maupun keagamaan.
5. Tim interdisiplin. Tim ini termasuk profesional dari kedokteran, perawat, farmasi, pekerja sosial, sukarelawan, koordinator pengurusan jenazah, pemuka agama, psikolog, asisten perawat, ahli diet, sukarelawan terlatih.
6. Perhatian terhadap berkurangnya penderitaan: Tujuan perawatan paliatif adalah mencegah dan mengurangi gejala penderitaan yang disebabkan oleh penyakit maupun pengobatan.
7. Kemampuan berkomunikasi Komunikasi efektif diperlukan dalam memberikan informasi, mendengarkan aktif, menentukan tujuan, membantu membuat keputusan medis dan komunikasi efektif terhadap individu yang membantu pasien dan keluarga.
8. Kemampuan merawat pasien yang meninggal dan berduka
9. Perawatan yang berkesinambungan. Dimana seluru sistem pelayanan kesehatan yang ada dapat menjamin koordinasi, komunikasi, serta kelanjutan perawatan paliatif untuk mencegah krisis dan rujukan yang tidak diperukan.
10. Akses yang tepat. Dalam pemberian perawatan paliatif dimana timharus bekerja pada akses yang tepat bagi seluruh cakupanusia, populasi, kategori diagnosis, komunitas, tanpa memandang ras, etnik, jenis kelamin, serta kemampuan instrumental pasien.
11. Hambatan pengaturan. Perawatan paliatif seharusnya mencakup pembuat kebijakan, pelaksanaan undang-undang, dan pengaturan yang dapat mewujudkan lingkungan klinis yang optimal.
12. Peningkatan kualitas. Dimana dalam peningkatan kualitas membutuhkan evaluasi teratur dan sistemik dalam kebutuhan pasien.
2.2Masalah Keperawatan pada Pasien Paliatif
Permasalahan perawatan paliatif yang sering digambarkan pasienyaitu kejadian- kejadian yang dapat mengancam diri sendiri dimana masalah yang seringkali di keluhkan pasien yaitu mengenai masalah seperti nyeri, masalah fisik, psikologi sosial, kultural serta spiritual (IAHPC, 2016). Permasalahan yang muncul pada pasien yang menerima perawatan paliatif dilihat dari persepktif keperawatan meliputi masalah psikologi, masalah hubungan sosial, konsep diri, masalah dukungan keluarga serta masalah pada aspek spiritual atau keagamaan (Campbell, 2013).
a. Masalah Fisik
Masalah fisik yang seringkali muncul yang merupakan keluhan dari pasien paliatif yaitu nyeri (Anonim, 2017). Nyeri merupakan pengalaman emosional dan sensori yang tidak menyenangkan yang muncul akibat rusaknya jaringan aktual yang terjadi secara tiba-tiba dari intensitas ringan hingga berat yang dapat diantisipasi dan diprediksi. Masalah nyeri dapat ditegakkan apabiladata subjektif dan objektif dari pasien memenuhi minimal tiga kriteria (NANDA, 2015).
b. Masalah Psikologi
Masalah psikologi yang paling sering dialami pasien paliatif adalah kecemasan. Hal yang menyebabkan terjadinya kecemasan ialah diagnosa penyakit yang membuat pasien takut sehingga menyebabkan kecemasan bagi pasien maupun keluarga (Misgiyanto & Susilawati, 2014).
Durand dan Barlow (2006) mengatakan kecemasan adalah keadaan suasana hati yang ditandai oleh afek negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmani dimana seseorang mengantisipasi kemungkinan datangnya bahaya atau kemalangan di masa yang akan datang dengan perasaan khawatir. Menurut Carpenito (2000) kecemasan merupakan keadaan individu atau kelompok saat mengalami perasaan yang sulit (ketakutan) dan aktivasi sistem saraf otonom dalam berespon terhadap ketidakjelasan atau ancaman tidak spesifik. NANDA (2015) menyatakan bahwa kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang diseratai oleh respon otonom, perasaan takut yang disebabkan olehantisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan tanda waspada yang member tanda individu akan adanya bahaya dan mampukah individu tersebut mengatasinya.
c. Masalah Spiritual
Menurut Carpenito (2006) salah satu masalah yang sering muncul pada pasien paliatif adalah distress spiritual. Distres spiritual dapat terjadi karena diagnose penyakit kronis, nyeri, gejala fisik, isolasi dalam menjalani pengobatan serta ketidakmampuan pasien dalam melakukan ritual keagamaan yang mana biasanya dapat dilakukan secara mandiri. Distres spiritual adalah kerusakan
kemampuan dalam mengalami dan mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang lain, seni, musik, literature, alam dan kekuatan yang lebih besr dari dirinya (Hamid, 2008). Definisi lain mengatakan bahwa distres spiritual adalah gangguan dalam prinsip hidup yang meliputi seluruh kehidupan seseorang dan diintegrasikan biologis dan psikososial (Keliat dkk, 2011).
d. Masalah Sosial
Masalah pada aspek sosial dapat terjadi karena adanya ketidak normalan kondisi hubungan social pasien dengan orang yang ada disekitar pasien baik itu keluarga maupun rekan kerja (Misgiyanto & Susilawati, 2014). Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Twondsend, 1998). Atau suatu keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya, pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Kelliat, 2006).
e. Masalah Budaya
Budaya adalah istilah yang menggabungkan konsep ras, etnis, agama, bahasa, asal kebangsaan, dan faktor lainnya. Ras dan etnis bisa dipertukarkan sebagai variabel yang digunakan untuk meng-identifikasi budaya. Menurut Johnson, Kuchibhatla, dan Tulsky (2008), etnisitas adalah pembuat kepercayaan budaya dan nilai-nilai yang dapat memengaruhi pengambilan keputusan di akhir kehidupan. Selanjutnya, Peneliti dan cendekiawan telah menyarankan bahwa pandangan dunia budaya pada kelompok orang tertentu menentukan bagaimana mereka memahami kehidupan dan kematian, dan pendekatan pengambilan.
keputusan akhir kehidupan (Braun et al., 2000; Parry & Ryan, 2000).
Pengetahuan dan kesadaran akan nilai-nilai budaya, sikap, dan perilaku dapat membantu praktisi menghindari stereotip dan bias, sementara menciptakan interaksi positif dengan pasien yang mengarah pada hasil pasien yang lebih baik dibandingkan ketika penyedia kurang sadar budaya (Reith & Payne, 2009).
2.3Tahapan Penerimaan Pasien Paliatif
Respons psikologis yang dialami seseorang karena kehilangan oleh Kubler-Ross (1969) dikemukakan dalam teori yang disebut "The Five Stages of Grief, teori ini membagi respons psikologis dalam lima tahap. yaitu penyangkalan (denial), marah (anger), tawar-menawar (bargaining), depresi (depression) dan penerimaan (acceptance).
Kelima tahap respons psikologis ini sering diidentikkan. dengan lima tahap model duka cita yang disebabkan oleh proses kematian. Namun akhirnya berkembang tidak hanya sebatas itu, lima tahap respons psikologis ini juga bisa digunakan untuk mengidentifikasi individu pasca pemutusan hubungan kerja, adanya bencana sehingga terpaksa harus mengungsi, kehilangan anggota tubuh, hukuman, kebangkrutan, korban kejahatan atau kriminal dan keputusasaan. Sehingga teori ini berkembang lebih luas dan dapat digunakan untuk memahami reaksi pasca kejadian traumatik yang dialami oleh seseorang.
2.4Peran Perawat Paliatif
Peran perawat di perawatan paliatif perawat memiliki peranan penting dalam memberikan dukungan bagi penderita kanker dalam mengatasi gejala yang di alami (Mackenzie & Mac Callam, 2009). Menurut Matzo & Sherman (2014) peran perawat dalam perawatan paliatif meliputi sebagai praktik di klinik, pendidik, peneliti, bekerjasama (Collaborator), penasihat.
Perawat sebagai salah satu petugas praktik di klinik memiliki kemampuan untuk memahami dan mengevaluasi nyeri beserta keluhan. dari nyeri yang dialami pasien.
Perawat dapat berkolaborasi dengan tim. kesehatan lainnya dalam mengembangkan dan menerapkan perencanaan perawatan yang komprehensif. Perawat mengidentifikasi pendekatan baru dalam mengatasi nyeri dan dikembangkan sesuai dengan standar rumah sakit sehingga dapat dipraktekkan sesuai denga aturan di rumah sakit.
Perawat sebagai pendidik memfasilitasi filosofi yang kompleks, etik dan diskusi tentang penatalaksanaan di klinik sehingga semua tim dapat mencapai hasil yang positif.
Perawat memperlihatkan dasar keilmuannya yang meliputi mengatasi nyeri neuropatik, berperan mengatasi konflik profesi, mencegah dukacita dan resiko kehilangan. Perawat pendidik dengan tim lainnya, seperti komite dan ahli farmasi, berdasarkan pedoman dan tim perawatan paliatif, maka memberikan perawatan yang berbeda dan khusus dalam menggunaan obat-obatan intravena untuk mengatasi nyeri neuropatik yang tidak mudah di atasi.
Perawat sebagai peneliti menghasilkan ilmu pengetahuan baru melalui pertanyaan-pertanyaan penelitian dan memulai pendekatan baru yang ditujukan pada pertanyaan-pertanyaan. Perawat dapat meneliti dan terintegrasi pada penelitian perawatan paliatif.
Perawat sebagai salah satu tim pelayanan kesehatan akan bekerjasama (Collaborator) melakukan pengkajian dalam mengkaji bio- psiko-sosial-spiritual serta penatalaksananya. Perawat membangun dan mempertahankan kolaborasi dengan tim perawatan paliatif. Perawat memfasilitasi dalam mengembangkan anggota dalam pelayanan, perawat bekerjasama dengan tim perawatan paliatif dalam rangka mempersiapkan pelayanan dengan hasil yang terbaik.
Perawat sebagai penasihat (concultant) akan bekerjasama dan berdiskusi dengan dokter, tim perawatan paliatif dan komite untuk menentukan strategi pengobatan yang tepat untuk menetukan tindakan dan memenuhi kebutuhan pasien dan keluarga.
2.5Pengembangan Kualitas Personal Dan Profesionalpada Bidang Perawatan Paliatif
Perawatan paliatif yang didefinisikan oleh the National Consensus Project for Quality Palliative Care (2013) merupakan tujuan akhir dari perawatan paliatif yaitu mencegah dan mengurangi penderitaan serta memberikan bantuan untuk memperoleh kualitas kehidupan terbaik bagi pasien dan keluarga mereka tanpa memperhatikan stadium penyakit atau kebutuhan terapi lainnya.
Perawatan paliatif merupakan gabungan dari sebuah filosofi perawatan dan pengorganisasian sistem yang sangat terstruktur dalam memberikan pelayanan.
Perawatan paliatif memperluas model pengobatan penyakit tradisional kedalam tujuan
peningkatan kualitas hidup pasien dan keluarga, mengoptimalkan fungsi, membantu membuat keputusan, dan menyiapkan kesempatan pengembangan pribadi. Dengan demikian, perawatan paliatif dapat diberikan bersamaan dengan perawatan yang memperpanjang atau mempertahankan kehidupan atau sebagai fokus pelayanan (Campbell, 2013).
a. Prinsip
1) Fokus perawatan terhadap kualitas hidup, termasuk kontrol gejala yang tepat
2) Pendekatan personal, termasuk pengalaman masa lalu dan kondisi sekarang
3) Peduli terhadap sesorang dengan penyakit lanjut termasuk keluarga atau orang terdekatnya
4) Peduli terhadap autonomy pasien dan pilihan untuk mendapat rencana perawatan lanjut, eksplorasi harapan dan keinginan pasien
5) Menerapkan komunikasi terbuka terhadap pasien atau keluarga kepada profesional kesehatan (Cohen and Deliens, 2012)
b. Aplikasi
Aplikasi perawatan paliatif di meliputi perawatan paliatif rawat jalan (poliklinik), rawat inap, rawat rumah (home care), day care, dan respite care. Tata kerja organisasi perawatan paliatif ini bersifat koodinatif dan melibatkan semua unsur terkait dengan mengedepankan tim kerja yang kuat, membentuk jaringan yang luas, berinovasi tinggi, dan layanan sepenuh hati
c. Perawatan menjelang ajal
Perawatan paliatif dan perawatan menjelang ajal merupakan hak asasi manusia yang harus diintegrasikan dalam sistem perawatan kesehatan. Pendidikan tentang perawatan paliatif (Palliative Care) dan perawatan menjelang ajal (End of Life Care) PEoLC dipandang sebagai fasilitator untuk mengembangkan integrasi perawatan paliatif. Perbedaan gaya belajar mahasiswa memiliki keunikan tersendiri dan menjadi tantangan bagi para pendidik untuk melakukan inovasi pembelajaran. Pembelajaran tidak sekedar transfer pengetahuan (transfer of knowledge) tetapi juga transfer belajar (transfer of learning) yang mampu
mengubah pola pikir dan pola tindak yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan nyata. Meaningful Instructional Design (MID) mengutamakan kebermaknaan dan efektifitas proses pembelajaran dengan membuat kerangka kerja aktivitas secara konseptual kognitif-konstruktivis. Hal ini sejalan dengan model pembelajaran transformatif dengan pendekatan pembelajaran pada orang dewasa yang dapat diimplementasikan pada pembelajaran keperawatan paliatif dan menjelang ajal.
BAB III PENUTUP 3.1Kesimpulan
Perawatan paliatif merupakan pendekatan yang memiliki tujuan meningkatkan kualitas hidup pasien yang terfokus pada pasien dan keluarga pasien dalam menghadapi penyakit yang sedang dialami, Pada perawatan paliatif ini, kematian tidak dianggap sebagai sesuatu yang harus dihindari, tetapi kematian merupakan suatu hal yang harus dihadapi sebagai bagian dari siklus kehidupan normal setiap yang bernyawa.
Permasalahan yang sering muncul ataupun terjadi pada pasien dengan perawat paliatif meliputi masalah psikologis, social, konsep diri, dukungan keluarga dan aspek spiritual.
Permasalahan yang sering digambarkan pasien yaitu kejadian- kejadian yang dapat mengancam diri sendiri, misalnya nyeri, masalah fisik, psikologi, social, kultural dan spiritual. Perawatan paliatifi ini bertujuan untuk membantu pasien yang sudah mendekati ajalnya, agar pasien aktif dan dapat bertahan hidup selama mungkin.
Teori The Five Stage of Grief menyebutkan bahwa respon psikologis yang dialami seseorang karena kehilangan terbagi atas lima tahap, yaitu penyangkalan (denial), marah (anger), tawar-menawar (bargaining), depresi (depression) dan penerimaan (acceptance). Respons psikologi ini juga bias digunakan untuk memahami reaksi pasca kejadian. traumatic yang dialami oleh seseorang. Dapat dikatakan pula bahwa teon ini berkembang sangat pesat..
Dalam hal ini peran perawat paliatif memiliki peran penting dalam memberikan dukungan bagi penderita kanker dalam mengatasi gejala yang dialami. Sebagai salah satu petugas klinik tentu perawat dapat memahami dan mengevaluasi keluhan-keluhan pasien.
Perawat dapat berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya, guna mengembangkan dan menerapkan perencanaan perawatan yang komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA
Ayu Purnamaningrum. 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Masyarakat Untuk Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Mata (Factors Related To The Community's Behaviour To Get Eye Health Servic). Universitas Diponegoro.
Boedhi, Darmojo, R. 2011 Buku Ajar Geriatic (Ilmu Kesehatan LanjutUsia) edisike-4.
Jakarta Balai Penerbit FKU!
Bullock, K. (2011). Pengaruh budaya terhadap pengambilan keputusan di akhir kehidupan. Jurnal pekerjaan sosial di akhir kehidupan & perawatan paliatif, 7(1), 83-98.
Dobrikova, P., Macková, J., Pavelek, L., AlTurabi, L., Miller, A., & West, D. (2016).
Pengaruh aspek sosial dan eksistensial pada perawatan akhir hayat. Keperawatan dan Perawatan Paliatif, 1(3), 47-51,
Dochteran, J. M., & Bulechek, G. M. 2013. Klasifikasi Intervensi Keperawatan (NIC).
edisi ke-6. Amerika: Mosby Elseiver
Dwi Hapsari, dkk.2012. Pengaruh Lingkungan Sehat dan Perilaku Hidup Sehat Terhadap Status Kesehatan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi dan Status Kesehatan. Jakarta. Entjang, Indan. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT. Citra Aditya Bakti: Bandung.
Lukman Hakim, dkk.. 2013. Faktor Sosial Budaya Dan Orientasi Masyarakat Dalam Berobat (Socio-Cultural Factors And Societal Orientation In The Treatment).
Universitas Jember (UNEJ). Jember. Moorhead, S., Jhonson, M., Maas, M., &
Swanson, L. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC). 5th ed. United states of America: Mosby Elseiver.