• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH MOOD DISORDER

N/A
N/A
PUTRI ANANDA SIREGAR 19@110

Academic year: 2023

Membagikan "MAKALAH MOOD DISORDER"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH MOOD DISORDER

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengelolaan Kelas

Dosen Pengampu : Jumaita Nopriani Lubis M.PD Disusun Oleh :

Kelompok 10

Nama Npm

1. Syaidah Gustina 2106160028 2. Saima Sitompul 2206160009 3. Saiful Rahmat 2106160007 4. Andi Saputra Harianja 2206160031 5. Syaril Pardomuan 2106160001

6. Rinto Rambe 2206160035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TAPANULI SELATAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan karena atas rahmat dan ridhonya kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Hukum Perdata .Shalawat serta salam tercurah limpahkan kepada Junjungan kita Nabi Muhammad SAW tak lupa kepada sahabatnya , tabi’it,tabiat dan kia selaku umatnya di akhir zaman ini.Kami berterima kasih kepada Ibu ,Selaku dosen mata kuliah Hukum Perdata yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah kami susun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.

Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Padangsidimpuan, Desember 2023

Penulis

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

...

i DAFTAR ISI

...

ii

BAB I PENDAHULUAN

...

1

A. Latar Belakang

...

1

B. Rumusan Masalah

...

4

C. Tujuan Masalsah

...

4

BAB II PEMBAHASAN

...

5

A. Gangguan Suasana Hati

...

5

B. Jenis Gangguan Suasana Hati

...

5

C. Teori Psikologis Yang Menjelaskan Tentang Gangguan Suasana Hati

...

10

D. Teori Biologis Yang Menjelaskan Tentang Gangguan Suasana Hati

...

12

(4)

E. Terapi Yang Dapat Dilakukan Untuk Individu Yang Mengalami Gangguan Suasana Hati

...

14

BAB III PENUTUP

...

17

A. Kesimpulan

...

17 B. Saran

...

17

DAFTAR PUSTAKA

(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan terkadang naik turun, terkadang merasa sangat senang bila memperoleh nilai tinggi, mendapat perhatian dari seseorang yang dikasihi, mendapat reword, dan lain- lain. Seseorang merasa sedih atau depresi bila ditolak seseorang, gagal dalam ujian, atau bahkan mengalami kesulitan keuangan dan itu merupakan hal yang normal dan wajar.

Sesuatu yang normal dan tepat untuk merasa senang dan bahagia saat mendapatkan kegembiraan dan juga normal pada saat mendapatkan kesedihan seseorang merasakan terpuruk.

Mood merupakan kondisi perasaan yang terus ada dan mewarnai kehidupan psikologis. Perasaan sedih atau depresi bukanlah hal yang abnormal dalam konteks peristiwa atau situasi yang penuh tekanan, namun orang yang mengalami gangguan mood (mood disorder) yang luar biasa parah atau berlangsung lama dan mengganggu kemampuan untuk memenuhi tanggung jawab secara normal. Mood memang wajar yang selalu dialami oleh setiap orang. Mood datang dan pergi, dan ketika hal itu terjadi pasti dapat diatasi.

Gangguan mood adalah suatu tipe gangguan yang ditandai dengan gangguan pada mood. Gangguan pada mood berlangsung sangat lama, tidak seperti biasanya, sangat parah, dan cukup serius sehingga menghambat fungsi sehari-hari. Gangguan mood mencangkup berbagai gangguan emosi yang membuat seseorang tidak dapat berfungsi, mulai dari kesedihan pada depresi hingga euforia yang tidak realistis dan irritabilitas pada mania.

Ada beberapa tipe dalam gangguan mood yaitu gangguan Unipolar Dan Bipolar.

Gangguan unipolar yaitu gangguan mood yang mengacu pada satu kutub, arah atau tunggal.

Dalam gangguan unipolar terdapat gangguan depresi mayor dan gangguan distimik. Dalam episode depresi mayor orang tersebut akan mengalami salah satu diantara mood depresi (sangat sedih, putus asa, dan dipuruk) kehilangan minat, rasa senang pada aktifitas untuk periode dalam waktu paling sedikit 2 minggu. Sedangkan gangguan distimik adalah pola depresi ringan yang terjadi dalam rentang waktu dan pada dewasa biasanya dalam beberapa tahun. Gangguan depresi disebut unipolar karena gangguan ini terjadi hanya pada satu arah atau kutup emosional ke bawah.

Ada tipe gangguan mood lainnya adalah gangguan perubahan mood yaitu gangguan bipolar dan siklotimik. Gangguan ini mengakibatkan ekses depresi maupun rasa girang,

(6)

biasanya dalam pola yang saling bergantian. Seperti mengandarai roller coster emosional, berayun dari satu ketinggian rasa girang ke kedalaman depresi tanpa adanya penyebab eksternal. Seseorang yang mengidap gangguan bipolar biasanya sering merasakan euforia (kegembiraan) yang berlebihan dan mengalami depresi. Periode ini biasanya ini bisa berganti dalam hitungan jam, minggu maupun bulan. Dan untuk penyebab yang tidak jelas sejumlah orang mengalami perubahan mood yang dramatis dari kedalaman.

Kebanyakan orang tahu bahwa susanana perasaan akan cepat berlalu bahkan akan kembali diri sendiri dalam satu atau dua hari berikutnya. Jika seseorang tidak pernah merasakan sedih dan selalu melihat hal yang baik saja dari setiap situasi yang dihadapi itu benar-benar hebat dibandingkan sesekali yang mengalami depresi. Perasaan depresi bersifat universal dan membuat mood disorders (gangguan suasana perasaan) gangguan yang membuat orang begitu kehilangan daya hingga bunuh diri dianggap sebagai pilihan yang lebih baik dari pada tetap hidup.

Depresi dimulai dengan perasaan hambar, yang membuat hari-hari berkabut dan berubah menjadi membosankan, melemahkan tindakan yang sudah biasa dilakukan sedemikian rupa sehingga bentuknya yang semula jelas menjadi kabur oleh usahanya itu.

Membuat seseorang menjadi lelah, bosan, dan terobsesi dengan diri tetapi dapat dilaluinya.

Tetapi pada saat melaluinya seseorang dapat melewatinya meskipun tidak membahagiakan tidak seorangpun dapat menemukan titik runtuhnya yang menandai depresi mayor, tetapi ketika sampai disana hampir tidak akan keliru mengenalinya.

Euforia dirasakan oleh seseorang yang sebelumnya tengah mengalami situasi hidup yang jenuh atau dalam seebuah konflik psikologis yang mendalam. Hal itu yang menyebabkan ketika ada sedikit stimulus yang positif, misalnya ada kabar gembira, seseorang tersebut merasakan secara berlebih karena kondisi tersebut sangat kontras dengan kondisi sebelumnya. Euforia terjadi dalam waktu singkat dan tidak abadi, biasanya orang yang mengalami euforia dalam fase hidup tertentu berpotensi akan mudah merasakan euforia dalam fase-fase berikutnya.

Remaja mudah sekali terpengaruh oleh lingkungannya. Bagaimana pentingnya pengaruh keluarga, lingkungan, teman sebaya terhadap perkembangan remaja. Terkadang remaja mengalami ketidakseimbangan dalam emosi dan dibiarkan berlarut-larut tanpa ada perhatian khusus dari lingkungan sekitar atau orang terdekatnya bisa menjadi suatu

(7)

masalah yang serius bagi perkembangan psikologi remaja yang memang sangat labil pada masanya.

Perkembangan psikologis remaja adalah adanya emosi yang meledak ledak, sulit dikendalikan, cepat depresi (sedih putus asa) dan kemudian melawan dan memberontak. Emosi yang tidak terkendali ini disebabkan oleh konflik peran yang sedang dialami remaja. Oleh kerena itu, perkembangan psikologis ini ditekankan pada keadaan emosi remaja.

Keadaan pada masa remaja dapat sedih sekali dilain waktu dapat marah sekali, terkadang bahagia yang berlebihan.Remaja sering kali cemas atau depresi, tetapi kondisi emosional seperti kecemasan dan depresi dapat dikatakan abnormal bila tidak sesuai dengan situasinya. Dan melebihi kadar normalnya atau diluar batas kewajaran.

Sehubungan dengan gangguan mood yang dialami oleh siswi SMPN 3 Pulung kelas VIIC sebutkah GA (nama samaran) yang menunjukkan ciri- ciri perilaku yang bisa dikatakan abnormal terutama kebiasaannya di dalam kelas yang suka melamun, cenderung tidak bertanggung jawab, tidak melibatan diri dalam suatu kegiatan kelompok, tidak sopan saat berinteraksi dengan orang lain, cenderung murung dan kurang memiliki respon positif pada orang di sekitarnya, namun suatu waktu tertentu GA terlibat sangat aktif dan penting, selalu terlihat mencolok dan menarik perhatian orang lain.

Siswi GA juga sangat sukar untuk membagi perasaannya pada oang lain ketika di ajak komunikasi GA selalu berkata tidak terjadi apa- apa namun dalam waktu tertentu GA menjadi sangat mudah diajak komunikasi dan mengutarakan masalahnya. GA memiliki perasaan yang berubah-ubah, terkadang GA sangat murung dan seketika menjadi aktif yang sangat mencolok.

Terapi rasional emotif behavior adalah satu terapi yang menaruh perhatian pada asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berfikir rasional dan jujur maupun berfikir irrasional serta menekankan pada suatu perubahan yang mendalam cara berfikir dapat menghasilkan perubahan dan berperasaan serta beperilaku sehingga individu akan menjadi produktif dalam kehidupannya.

(8)

Dengan terapi rasional emotif behavior konselor diharapkan membantu konseling untuk mengubah perilaku atau kebiasaan negatifnya. Prinsip dasar terapi ini adalah menekankan proses belajar dalam melatih ketrampilan untuk mengubah pola pikir yang rasional serta mempelajari cara yang lebih efektif dalam mengatasi masalah atau gangguan emosinya. Dengan menempatkan kondisi emosinya dalam kerangka berfikir yang rasional, konseling diharapkan dapat menampilkan perilaku yang rasional pula.

Menurut Ellis yang dikutip oleh Singgih D. Gunarsih bahwa pendekatan Rasional Emotif Behavior dapat dipergunakan untuk mengatasi masalah klinis seperti :depresi, anxietas (kecemasan), gangguan karakteorologis, sikap melawan, masalah seks, percintaan, perkawinan, pengasuhan masalah perilaku pada anak remaja.

Terapi rasional emotif behavior menggunakan beberapa teknik yang bersifat kognitif, imageri, dan behavioristik yang disesuaikan denagn kondisi konseling. Setiap konselor dapat menggunakan gabungan teknik sejauh gabungan sejauh penggabungan itu memungkinkan.

Tujuan dari dilaksanakannya terapi rasional emotif behevior adalah untuk mengentaskan problem yang dialami oleh GA yang mengalami gangguan mood. Dengan diadakannya terapi rasional emotif behavior tersebut diharapkan siswi tersebut mampu berfikir secara rasional atau logis ketika mengalami suatu perubahan mood atau suasana perasaan, yang akibatnya akan berpengaruh kepada hubungan sosialnya. Pikiran- pikiran negatifnya yang membuat suasana perasaan berubah-ubah.

Masalah yang dialaminya merupakan bentuk dari pola pikirnya yang irrasional dan pemecahan masalah yang dihadapinya tersebut merupakan tanggung jawabnya sendiri.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud gangguan suasana hati?

2. Apa saja jenis gangguan suasana hati?

3. Apa saja teori psikologis yang menjelaskan tentang gangguan suasana hati?

4. Apa saja teori biologis yang menjelaskan tentang gangguan suasana hati?

(9)

5. Apa saja terapi yang dapat dilakukan untuk individu yang mengalami gangguan suasana hati?

C. Tujuan Masalah

1. Supaya mahasiswa dapat mengetahui yang dimaksud gangguan suasana hati.

2. Supaya mahasiswa dapat mengetahui jenis gangguan suasana hati.

3. Supaya mahasiswa dapat mengetahui teori psikologis yang menjleakan tentang gangguan suasana hati.

4. Supaya mahasiswa dapat mengetahui teori biologis yang menjelaskan tentang gangguan suasana hati.

5. Supaya mahasiswa dapat mengetahui terapi yang dapat dilakukan untuk individu yang mengalami gangguan suasana hati.

BAB II PEMBAHASAN

A. Gangguan Suasana Hati

Mood disorder (gangguan suasana hati) adalah suatu gangguan mental yang ditandai oleh perubahan mood. Pada DSM, gangguan susana hati meliputi gangguan- gangguan yang terdapat pada mood dimulai dari depresi yang ekstrem hingga mania yang ekstrem. Dalam DSM-III-R tahun (1987) disebut sebagai mood disorder atau gangguan suasana hati. Suasana hati (mood) mengacu kepada pengertian emosi yang bertahan lama yang mewarnai seluruh kehidupan manusia, yang melibatkan bagian depresi maupun kegembiraan atau mania.

B. Jenis Gangguan Suasana Hati

Gangguan suasana hati terbagi menjadi dalam gangguan depresi (unipolar) dan gangguan bipolar.

1. Gangguan depresi

(10)

Dalam DSM-III-R gangguan depresi terletak pada aksis 1. Aksis satu menggambarkan sindrom klinis. Hampir semua orang pernah mengalami depresi.

Sebagian besar dari kita pernah mengalami saat-saat dimana kita mengalami sedih, letargik (kelesuan), dan tidak tertarik pada aktivitas apapun bahkan aktivitas yang menyenangkan. Depresi adalah respon normal pada banyak stress kehidupan. Depresi dianggap abnormal hanya jika ia tidak sebanding dengan peristiwa penyebabnya dan terus berlangsung sampai titik dimana sebagian besar orang mulai pulih. Kekesalan dan kesedihan adalah gejala emosional yang paling menonjol pada depresi. Individu merasa putus asa dan tidak berdaya, seringkali menangis dan mungkin mencoba bunuh diri. Yang sama menonjolnya pada depresi adalah hilangnya kegembiraan atau kepuasan dalam kehidupan. Ciri-ciri pokok dari gangguan depresi (unipolar) adalah adanya satu atau lebih episode depresi (tanpa munculnya episode mania).

Gejala-gejala psikologis gangguan depresi:

a. Suasana hati :Kesedihan, kecemasan, mudah marah

b. Berpikir :Kehilangan konsentrasi, lamban dan kacau dalam berpikir, penyalahan diri sendiri, ragu-ragu, harga diri rendah.

c. Motivasi :Kurang minat dalam bekerja dan hobi, menghindari kegiatan kerja dan sosial, ingin melarikan diri, ketergantungan tinggi.

d. Perilaku :Lamban, mondar-mandir, menangis, mengeluh Simtom-simton biologis gangguan depresi adalah:

a. Hilangnya nafsu makan atau nafsu makan bertambah b. Hilang nafsu birahi

c. Tidur terganggu

Gangguan depresi dapat mempengaruhi berbagai macam fungsi menjadi lebih giat atau lebih lemah. Semua penderita depresi akan memperlihatkan beberapa atau semua simtom dengan tingkat keparahan berbeda, dan bebereapa penderita depresi juga menunjukan simtom psikotis yang jelas dalam bentuk delusi dan halusinasi.

Jenis-jenis depresi :

1. Major depression (depresi mayor)

Ciri pokoknya dengan adanya satu atau lebih episode depresi. Biasa disebut depresi berat, unipolar depresi, atau depresi klinis. telah terjadi di dingin bulan dengan tidak sama lain selama dua tahun atau lebih.

(11)

Suasana hati yang depresi atau hilangnya minat atau kegembiraan di semua kegiatan minimal selama dua minggu dan hampir setiap hari. Setidaknya minimal 5 dari gejala di bawah ini terjadi secara bersamaan selama masa 2 minggu tersebut, diantaranya :

a. Suasana hati yang depresif (bisa berupa perasaan mudah marah), misalnya perasaan sedih, kehilangan harapan, kecil hati, dll.

b. Menghilangnya minat atau kegembiraan pada semua atau hampir di semua kegiatan secara mencolok, misalnya “tidak pedui lagi”.

c. Secara mencolok hilang berat badan atau tambah berat badan, (lebih dari 5%

berat badan dalam satu bulan).

d. Gangguan tidur : insomnia atau hypersomnia.

e. Agitasi psikomotoris (misalnya tidak bisa duduk tenang, menggosok-gosok rambut atau kulit), atau retardasi (misalnya bicara lambat atau bersuara pelan, gerak tubuh lambat).

f. Kelelahan atau hilangnya tenaga.

g. Merasa tidak berharga atau merasa sangat bersalah.

h. Hilangnya kemampuan berpikir, konsentrasi, ketidakmampuan membuat keputusan.

i. Sering munculnya pikiran mengenai kematian atau bunuh diri (rencana bunuh diri atau usaha untuk bunuh diri).

Adapun mayor depresi terbagi menjadi beberapa subtipe yaitu:

a. Atypical depresi (AD) ini ditandai dengan suasana hati reaktifitas dan positif, signifikan kenaikan berat badan atau peningkatan nafsu, berlebihan tidur atau sifat tidur (hipersomnia), sebuah sensasi berat pada tungkai yang dikenal sebagai kelumpuhan berat, dan kerusakan sosial yang signifikan sebagai akibat hipersensitivitas yang dirasakan penolakan antarpribadi.

b. Melankolis depresi ditandai dengan hilangnya kesenangan (anhedonia) di sebagian besar atau semua kegiatan, kegagalan reaktivitas untuk menyenangkan rangsangan, kualitas mengalami depresi suasana hati lebih menonjol daripada kesedihan atau kehilangan, gejala yang memburuk pada pagi hari, awal pagi bangun, keterbelakangan psikomotorik, penurunan berat badan yang berlebihan, atau rasa bersalah yang berlebihan.

(12)

c. Depresi psikotik (PMD) adalah istilah untuk episode depresif besar, terutama dari sifat melankolis, di mana pengalaman-pengalaman pasien psikotik gejala seperti delusi atau, lebih jarang terjadi, halusinasi.

d. Depresi katatonik adalah dimana penderitanya dapat mengalami kehilangan ekstrem keterampilan motorik atau bahkan hiperaktif konstan aktivitas motorik.

Penderita kadang-kadang akan terus pose kaku berjam-jam dan akan mengabaikan rangsangan eksternal. Penderita dapat juga menunjukkan stereotip, gerakan-gerakan berulang-ulang.

e. Depresi pascamelahirkan (PPD) merupakan suatu bentuk depresi klinis yang dapat mempengaruhi banyak perempuan. Depresi paska melahirkan terjadi pada wanita setelah mereka membawa anak, biasanya dalam beberapa bulan pertama. Gejala meliputi kesedihan, kelelahan, insomnia, perubahan nafsu makan, berkurangnya libido, menangis episode, kecemasan, dan mudah marah.

f. Seasonal affective disorder (SAD), merupakan gangguan suasana hati yang serius ketika perubahan musim Gejala SAD dapat terdiri dari: kesulitan bangun di pagi hari, kecenderungan untuk kesiangan serta makan terlalu banyak, dan terutama kerinduan untuk karbohidrat, yang menyebabkan kenaikan berat badan. Gejala lain termasuk kekurangan energi, kesulitan berkonsentrasi menyelesaikan tugas-tugas, dan penarikan diri dari teman-teman, keluarga, dan kegiatan social. Semua ini mengarah ke depresi, pesimisme, dan kurangnya kesenangan yang mencirikan seseorang yang menderita gangguan ini

2. Dysthymia

Dysthymia atau depresi yang neurotis ciri pokoknya adalah suasana hati depresi yang kronis untuk setidaknya 1 tahun pada anak atau 2 tahun pada orang dewasa, perasaan “kelabu”, hilangnya perasaan senang dalam berbagai aktivitas yang biasa dilakukan, Beberapa gejala depresi seperti : nafsu makan berkurang, hipersomna/insomnia, energi berkurang / mereasa lelah, self erteem rendah, konsentrasi rendah, kesulitan membuat kepuusan, merasa putus asa. Bentuk depresi ini lebih ringan daripada major depression.

3. Depresive Disorder not otherwise specified

Depresive Disorder not otherwise specified atau gangguan depresi yang tidak ditentukan, menurut DSM-IV, DD-NOS meliputi "depresi apapun yang tidak

(13)

memenuhi kriteria untuk gangguan tertentu." Yang termasuk ke dalam DD-NOS, yaitu:

 Depresi Singkat yang Berulang (RBD), dibedakan dari depresi major terutama oleh perbedaan dalam durasi. Orang dengan RBD memiliki episode depresif sekitar sekali per bulan, dengan episode individu berlangsung kurang dari dua minggu dan biasanya sekitar 2-3 hari.

 Depresi minor, atau sekadar depresi kecil, yang mengacu pada suatu depresi yang tidak memenuhi kriteria penuh depresi berat, setidaknya dua gejala yang hadir selama dua minggu.

2. Gangguan Bipolar

Bipolar disorder atau manic-depressive disorder (juga disebut sebagai bipolar afektif disorder atau manic depresi) adalah diagnosis psikiatri yang menjelaskan kategori dari gangguan suasana hati ditentukan oleh kehadiran satu atau lebih episode suasana hati meningkat secara tidak normal. Suasana hati ini secara klinis disebut sebagai mania atau jika lebih ringan, hypomania.

Adapun mania yaitu suatu episode dimana terjadi peningkatan mood yang ekstrim. Ciri-ciri mania :

a. Adanya mood dimana individu mudah marah atau tersinggung, ekspansif, secara terus menerus meninggi, dan berifat abnormal.

b. Berlangsung minimal dalam waktu 1 minggu (atau kurang dari itu, namun membutuhkan perawatan di rumah sakit)

c. Tiga atau lebih symptom muncul secara terus menerus

d. Cukup berat dan menyebabkan gangguan klinis yang signifikan atau terganggunya berbagai fungsi,

e. Tidak dikarenakan penggunaan obat atau kondisi medis

f. Simptom, antara lain :

 Terjadi peningkatan aktivitas – di pekerjaan, social atau seksual

Self esteem atau rasa bangga yang meningkat – keyakinan bahwa dirinya memiliki kemampuan, kekuasaan atau bakat tertentu

 Penurunan kebutuhan untuk tidur

 Lebih cerewet dari biasanya, adanya keinginan untuk tetap berbicara, bicaranya cepat

(14)

 Ide banyak bermunculan, adanya ide / pikiran melompat-lompat, perhatian mudah terpecah / terbagi

 Peningkatan aktivitas-aktivitas berorientasi tujuan

 Keterlibatan yang berlebihan dalam aktivitas-aktivitas yang berdampak negative, miss belanja, promisquity

Hypomania ialah suatu periode dimana terjadi peningkatan mood namun dalam taraf yang rendah, cirinya :

a. Adanya mood dimana individu mudah marah atau tersinggung ekspansif, secara terus menerus meninggi, dan bersifat abnormal.

b. Berakhir dalam waktu 4 hari.

c. Tiga atau lebih symptorn muncul secara terus menerus.

d. Tidak cukup berat untuk menyebabkan gangguan klinis yang signifikan atau terganggunya berbagai fungsi, perawatan di rumah sakit, tidak ada gangguan psikotik.

e. Tidak dikarenakan penggunaan obat atau kondisi medis.

f. Simptorn, antara lain :

 Terjadi peningkatan aktivitas – di pekerjaan, social atau seksual

Self esteem atau rasa bangga yang meningkat – keyakinan bahwa dirinya memiliki kemampuan, kekuasaan atau bakat tertentu

 Penurunan kebutuhan untuk tidur

 Lebih cerewet dari biasanya, adanya keinginan untuk tetap berbicara, bicaranya cepat

 Adanya ide/pikiran melompat-lompat, perhatian mudah terpecah / terbagi

 Peningkatan aktivitas-aktivitas berorientasi tujuan

 Keterlibatan yang berlebihan dalam aktivitas-aktvitas yang berdampak negative, miss belanja, promisquity

Beberapa subtipe gangguan bipolar yaitu:

a. Gangguan Bipolar I, menurut definisi yang digariskan dalam DSM- IV, yang dianggap sebagai bentuk yang paling parah penyakit mental ini, adalah "Dicirikan oleh satu atau lebih Manic atau Mixed Episode, biasanya disertai oleh Mayor Episode depresif”. Beberapa ciri-ciri gangguan Bipolar yaitu, keputusasaan, menangis tak terkendali, pikiran atau usaha bunuh diri.

b. Gangguan Bipolar II adalah gangguan spektrum bipolar ditandai dengan setidaknya satu hypomanic episode dan setidaknya satu episode

(15)

depresif utama; dengan gangguan ini, episode depresif lebih sering dan lebih kuat daripada manic episode. Hal ini diyakini sebagai perilaku hypomania terdiagnosis karena sering muncul sebagai fungsi sangat tinggi perilaku.

Cyclothymia, suatu kondisi yang menyebabkan ringan hypomanic dan depresif episode. Secara khusus, gangguan ini adalah bentuk yang lebih ringan gangguan bipolar II yang terdiri dari gangguan mood yang berulang antara hypomania dan dysthymic suasana hati. Satu episode hypomania cukup untuk mendiagnosis gangguan cyclothymic tetapi, sebagian besar individu juga memiliki dysthymic periode.

C. Teori Psikologis Yang Menjelaskan Tentang Gangguan Suasana Hati 1. Teori Psikoanalisis Tentang Depresi

Menurut Freud (1917/ 1950) potensi depresi muncul pada awal masa kanak- kanak. Pada fase oral anak mungkin kurang/ terlalu terpenuhi kebutuhannya, sehingga ia terfiksasi pada fase ini mengakibatkan individu dependen, low self esteem. Hipotesanya adalah, setelah kehilangan orang yang dicintai, ia mengidentifikasi diri dengan orang tersebut seolah untuk mencegah kehilangan. Lama-lama ia malah marah pada dirinya sendiri, merasa bersalah.

2. Teori Kognitif Tentang Depresi a. Teori depresi Beck (1967)

Tesis utamanya bahwa individu yang depresi merasa demikian karena pemikiran mereka dibiarkan pada interpretasi negatif. Menurut Beck, memandang dunia secara negatif muncul karena adanya peristiwa tidak menyenangkan pada masa kanak- kanak atau remaja, dengan adanya triad negatif: pandanagn negatif tentang diri sendiri, dunia, dan masa depan yang sangat jauh untuk dijangkau. Triad negatif ini mempengaruhi penilaian individu tentang kemampuannya beradaptasi dengan lingkungan.

Berikut ini adalah bias kognitif yang biasanya muncul pada individu yang mengalami depresi:

a. Penyimpulan yang arbiter, yaitu kesimpulan yang diambil tanpa ada bukti yang cukup, bahkan tanpa bukti sama sekali.

b. Abstraksi selektif, yaitu kesimpulan yang diambil berkaitan dengan salah satu elemen dalam situasi.

(16)

c. Overgeneralisasi, penyimpulan keseluruhan yang ditarik berdasarkan peristiwa tunggal, yang mungkin mengecoh.

d. Membesarkan atau mengecilkan, yaitu berlebihan dalam penilaian performa.

b. Teori helplessness/ hopelessness 1) Teori Learned Helplessness

Menurut teori ini, kepasifan individu dan perasaan tidak dapat melakukan atau mengontrol hidupnya, diperoleh dari pengalaman tidak menyenangkan dan trauma yang gagal dikontrol oleh individu, menghasilkan ketidakberdayaan yang mengakibatkan depresi.

2) Attribution and Learned Helplessness

Menurut teori ini, individu akan mengalami depresi apabila mereka mengatribusi peristiwa negatif adalah dengan atribusi global (menggeneralisasikan efek kegagalan) dan stabil. Individu yang rentan terhadap depresi adalah yang memperlihatkan gaya atribusi depresif, yaitu kecenderungan untuk mengatribusi hasil yang buruk pada kesalahan pribadi yang global dan menetap.

3) Teori Hopelessness

Dimana peristiwa yang menyakitkan akan diatribusikan pada faktor global atau faktor kognitif lain sehingga akan memunculkan perasaan tidak ada harapan, tidak ada respon yang memungkinkan untuk mengatasi situasi dan perkiraan bahwa hasil yang diharapkan tidak akan terjadi, pada kahirnya menimbulkan depresi.

3. Teori Interpersonal Tentang Depresi

Menurut teori ini, individu yang depresi cenderung memiliki hubungan sosial yang kurang baik dan menganggap mereka kurang memberikan dukungan. Sedikit dukungan sosial dapat mengurangi peristiwa hidup yang negatif dan membuat mereka rentan terhadap depresi.

Sudut pandang lainnyamenyetakan bahwa individu depresi cenderung mencari- cari kepastian bahwa orang lain sungguh-sungguh memperhatikan mereka, meskipun sudah cukup meyakinkan akan hal ini, mereka masih kurang merasa puas. Konsep diri yang negatif menyebabkan mereka meragukan umpan balik yang diterima, dan mereka terus mencari kepastian, dan hal ini mulai mengganggu orang lain. Selanjutnya mereka mencari umpan balik negatif untuk memvalidasi konsep diri mereka yang negatif.

4. Teori Psikologi Tentang Gangguan Bipolar

(17)

a. Tekanan hidup adalah faktor penting munculnya gangguan bipolar.

Dukungan sosial dapat mempercepat penyembuhan simptom depresi, tapi tidak simtom mania.

b. Attributional style + sikap disfungsi + kejadian buruk ---->peningkatan simptom depresi ataupun mania pasien bipolar.

c. Self esteem individu mania mungkin sangat rendah.

D. Teori Biologis Yang Menjelaskan Tentang Gangguan Suasana Hati 1. Genetic Data

Penelitian mengenai faktor genetis pada gangguan unipolar dan bipolar melibatkan keluarga dan anak kembar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 10- 15% keluarga dari pasien yang mengalami gangguan bipolar pernah mengalami satu episode gangguan mood. Pada gangguan unipolar, meskipun faktor genetis mempengaruhi, namun kurang menentukan dibandingkan gangguan bipolar. Resiko akan meningkat pada keluarga pasien yang memiliki onset muda saat mengalami gangguan. Berdasarkan beberapa data diperoleh bahwa onset awal untuk depresi, munculnya delusi, dan komorbiditas dengan gangguan kecemasan dan alkoholisme meningkatkan resiko pada keluarga.

2. Neurochemistry dan Mood Disorders

Dua neurotransmitter yang berperan dalam gangguan mood adalah norepinephrine dan serotonin. Norepinephrine terkait dengan gangguan bipolar dimana tingkat norephinephrine yang rendah menyebabkan depresi dan tingkat yang tinggi menyebabkan mania. Sedangkan untuk serotonin, tingkatnya yang rendah juga menyebabkan depresi. Terdapat dua kelompok obat untuk depresi, yaitu tricyclics dan monoamine oxidase (MAO) inhibitors. Tricyclics seperti imipramine (tofranil) adalah obat antidepresan yang berfungsi untuk mencegah pengambilan kembali norephinephrine dan serotonin oleh presynaptic neuron setelah sebelumnya dilepaskan, meninggalkan lebih banyak neurotransmitter pada synapse sehingga transmisi pada impuls syaraf berikutnya menjadi lebih mudah. Monoamine oxidase (MAO) inhibitors merupakan obat antidepresan yang dapat meningkatkan serotonin dan norephineprhine.

Terdapat pula obat yang dapat secara efektif mengatasi gangguan unipolar, yaitu Selective Serotonin Reuptake Inhibitors, seperti Prozac. Namun diperlukan penelitian lebih lanjut untuk melihat efek samping dari berbagai obat antidepresan tersebut

(18)

sehingga peningkatan dari norephineprhine dan serotonin tidak menimbulkan komplikasi lainnya.

3. Sistem Neuroendokrin

Area limbik di otak berhubungan dengan emosi dan mempengaruhi hipotalamus.

Hipotalamus kemudian mengontrol kelenjar endokrin dan tingkat hormon yang dihasilkannya. Hormon yang dihasilkan hipotalamus juga mempengaruhi kelenjar pituitary. Relevansinya terkait dengan simtom vegetatif pada gangguan depresi, seperti gangguan tidur dan rangsangan selera. Berbagai temuan mendukung hal tersebut, bahwa orang yang depresi memiliki tingkat dari cortisol (hormon adrenocortical) yang tinggi, hal itu disebabkan produksi yang berlebih dari pelepasan hormon rotropin oleh hipotalamus. Produksi yang berlebih dari cortisol pada orang yang depresi juga menyebabkan semakin banyaknya kelenjar adrenal . Banyaknya cortisol tersebut juga berhubungan dengan kerusakan pada hipoccampus dan penelitian juga telah membuktikan bahwa pada orang depresi menunjukkan hipoccampal yang tidak normal.

Penelitian mengenai Cushing’s Syndrome juga dikaitkan dengan tingginya tingkat cortisol pada gangguan depresi.

4. An Integrated Theory of Bipolar Disorder

Gangguan bipolar merefleksikan adanya gangguan pada sistem motivasional yang disebut dengan behavioral activation system atau BAS. BAS memfasilitasi kemampuan manusia unuk mendekati atau memperoleh reward dari lingkungannya dan ini telah dikaitkan dengan positive emotional states, karakteristik kepribadian seperti ekstrovert, peningkatan energi, dan berkurangnya kebutuhan untuk tidur. Secara biologis, BAS diyakini terkait dengan jalur syaraf dalam otak yang melibatkan dopamine neurotransmitter dan juga terkait dengan perilaku untuk memperoleh reward.

Peristiwa kehidupan yang melibatkan pencapaian tujuan atau reward diprediksi meningkatkan simtom mania. Sedangkan peristiwa positif lainnya tidak terkait dengan perubahan pada simtom mania, dan pencapaian tujuan tidak terkait dengan perubahan dalam simtom depresi. Dengan demikian, BAS dan manifestasi perilakunya, yaitu pencapaian tujuan diasosiasikan dengan simtom mania dari gangguan bipolar.

E. Terapi Yang Dapat Dilakukan Untuk Individu Yang Mengalami Gangguan Suasana Hati

1. Terapi-terapi Psikologis untuk Depresi a. Terapi Psikodinamik

(19)

Disebabkan depresi dianggap berasal dari perasaan akan kehilangan yang kemudian direpres dan juga kemarahan yang secara tidak disadari diarahkan ke diri sendiri, maka terapi psikoanalis mencoba untuk membantu pasiennya memperoleh insight mengenai konflik yang direpres dan mendorong pelepasan kemarahan yang selama ini diarahkan ke dalam dirinya. Tujuan dari terapi psikoanalis adalah untuk membuka motivasi tersembunyi tentang depresi pasien. Pasien seringkali menyalahkan dirinya sendiri atas kurangnya kasih sayang yang diberikan orang tua dan kemudian me-repres keyakinan tersebut. Terapis harus membimbing pasiennya untuk mengkonfrontasi kenyataan dan membantu pasien untuk menyadari rasa bersalah yang tidak berdasar tersebut. Selain itu juga membebaskan pasien dari lingkungan masa kecilnya yang penuh dengan tekanan. Tidak banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui efektivitas dari terapi psikodinamik ini.

Terdapat pula terapi interpersonal (IPT) dari Klerman dan Weissman’s yang dapat mengatasi gangguan depresi dengan menekankan pada peningkatan kemampuan interpersonal atau sosial, serta interaksi dengan orang lain. Terapi tersebut lebih kepada terapi kelompok yang menekankan pada pemahaman yang baik mengenai masalah interpersonal yang mendorong depresi. Pasien dibebaskan untuk mendiskusikan berbagai masalah interpersonal saat ini dan bukan masa lampau.

b. Terapi Cognitive-Behavioral

Depresi terjadi karena skema yang negatif dan kesalahan dalam proses berpikir.

Terapis mencoba mempersuasi pasien depresi untuk mengubah pandangan tentang dirinya sendiri dan peristiwa. Terapis juga meminta pasien untuk memperhatikan pernyataan pribadinya dan mengidentifikasi semua pola pikirnya yang menyebabkan depresi agar dapat membuat asumsi yang lebih positif serta realistis. Dapat pula dikembangkan metode Ellis’s rational emotive dan analisis Beck. Melalui metode tersebut, pasien dapat diminta untuk melakukan hal positif ketika mengalami depresi atau terapis memberikan aktivitas pada pasien yang berkaitan dengan pengalaman akan kesuksesan dan membuat pasien berpikir positif mengenai dirinya sendiri.

Dengan demikian pendekatannya adalah melakukan perubahan struktur kognitif dengan cara mempersuasi pasien memperoleh perbedaan dalam berpikir.

c. Terapi-terapi Psikologis untuk Gangguan Bipolar

Intervensi cognitive-behavioral dapat dilakukan dengan target pada pemikiran dan perilaku interpersonal yang buruk pada saat mood mudah berpindah sehingga

(20)

treatment-nya juga dapat meningkatkan ketaatan penyembuhan dengan menggunakan lithium, dimana membantu mengurangi mood yang mudah berpindah dan membuat kehidupan pasien lebih stabil. Masalah yang timbul adalah pasien cenderung kehilangan insight tentang perilaku mereka yang tidak sesuai dan cenderung merusak.

Hal itu membuat intervensi juga perlu dilakukan pada keluarga dengan mengajarkan mereka tentang gangguan dan bagaimana harus memperlakukan pasien serta menciptakan suasana yang mendukung kesembuhan pasien. Dapat pula dilakukan family-focused treatment (FFT), yaitu pemberian pengetahuan pada keluarga mengenai gangguan, meningkatkan komunikasi dalam keluarga, dan melatih kemampuan untuk menyelesaikan masalah. Kombinasi antara terapi obat dan terapi ini lebih efektif dibandingkan menggunakan terapi obat saja.

2. Terapi-terapi Biologis untuk Gangguan Mood a. Electroconvulsive therapy (ECT)

Meskipun masih kontrovesial, ECT yang dikemukakan oleh Cerletti dan Bini dianggap merupakan pengobatan yang paling optimal untuk depresi yang parah.

Elektroda dengan kekuatan antara 70-130 volt diletakkan pada setiap sisi kepala memungkinkan untuk melewati kedua hemisfer otak, metode ini adalah bilateral ECT. Namun, saat ini lebih sering diletakkan pada satu hemisfer saja (kiri) untuk mengurangi efek samping pada kognisi, seperti hilangnya memori. Dulu, pasien melalui ECT dalam keadaan sadar sehingga terkadang dapat menimbulkan tulang patah. Saat ini, pasien diberikan bius singkat dan suntikan relaksasi otot sebelum dilakukan ECT. Mekanisme kerja dari ECT tidak diketahui. Secara umum, ECT mengurangi aktivitas metabolisme dan sirkulasi darah ke otak. Biasanya dilakukan setelah terapi lainnya mengalami kegagalan.

b. Drug therapy

Umumnya, obat-obatan lebih sering digunakan untuk mengatasi gangguan mood.

Namun tidak dapat diterapkan pada setiap pasien dan efek samping yang ditimbulkan biasanya serius.

a) Terapi Obat untuk Gangguan Depresi . Obat-obat utama untuk depresi adalah

1) Tricyclics, seperti imipramine (Tofranil), dan amitriptyline (Elavil).

(21)

2) Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs), seperti fluoxetine (Prozac) dan sertraline (Zoloft).

3) Monoamine oxidase (MAO) inhibitors, seperti tranylcypromine (Parnate).

Dari ketiga jenis obat tersebut, MAO inhibitors memiliki efek samping yang paling besar sehingga yang paling banyak digunakan adalah dua jenis obat yang lainnya. Penggunaan obat antidepresan ini biasanya juga dikombinasikan dengan penggunaan terapi lainnya. Obat antidepresan biasanya digunakan untuk depresi yang parah, namun meskipun penggunaannya mengurangi episode depresi, secara umum kekambuhan dapat muncul setelah penggunaan obat dihentikan .

b) Terapi Obat untuk Gangguan Bipolar

Berkaitan dengan gangguan bipolar, terapi menggunakan lithium karena dapat mengatasi episode mania dan depresi secara efektif. Dilakukan dengan mengontrol dosis dari lithium carbonate, yang lebih efektif digunakan pada gangguan bipolar dibandingkan unipolar. Lithium memberikan pengaruhnya secara bertahap, biasanya terapi diawali dengan penggunaan lithium dan antipsikotik seperti Hafdol untuk memberikan efek penenang dengan cepat.

Pasien harus melakukan tes darah secara teratur untuk memastikan tingkat penggunaan lithium tidak terlalu tinggi sehingga menjadi racun bagi tubuh.

Penggunan lithium juga harus secara teratur karena kekambuhan gangguan masih dapat terjadi.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Mood adalah pengalaman emosional individu yang bersifat menyebar, kondisi perasaan yang terus ada yang mewarnai kehidupan psikologis kita. Perasaan sedih atau depresi bukanlah hal yang abnormal dalam konteks peristiwa atau situasi yang penuh tekanan.

(22)

sangat parah atau berlangsung sangat lama dan mengganggu kemamapuan mereka untuk berfungsi dalam memenuhi tanggung jawab secara normal.

Gangguan suasana hati terdiri dari gangguan depresi dan gangguan bipolar. Beberapa terapi yang dapat digunakan untuk individu yang mengalami gangguan suasana hati dapat dilakukan dengan terapi pikologi dan terapi biologis.

B. Saran

Dari uraian di atas, tentang mood disorder diharapkan dapat bermanfaat dalam informasi bagi para konselor maupun kepada semua pihak yang berminat aktif dalam dunia BK. Informasi tersebut dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menenukan kebijakan praktek bimbingan konseling

DAFTAR PUSTAKA

Durand, V. Mark (2006), Psikologi Abnormal, Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Gerald Corey (2007), Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi , Bandung: Refika Aditama.

(23)

Jeffrey S. Nevid, dkk (2003), Psikologi Abnormal edisi kelima jilid 1, Jakarta :Penerbit Erlangga.

Jeffrey S. Nevid, dkk (2010), Psikologi Abnormal edisi kelima jilid 1, Jakarta :Penerbit Erlangga.

Latipun (2005), Psikologi konseling, Malang :Umm Press.

Muhammad Surya (2009), Teori-Teori Konseling, Jakarta :Medika Utama.

Namora Lumongga Lubis (2009), Depresi Tinjauan Psikologis, Jakarta: Kencana.

Rahmad Krisyanto (2006), Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana.

Singgih D. Gunarsih (2020), Konseling dan Psikoterapi, Jakarta :BPK Gunung Mulia.

Thomas F. Oltomas (2013), Psikologi Abnormal, Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Referensi

Dokumen terkait

The third type of depression is bipolar disorder, also called manic-depressive illness, manifested by mood changes in cycle: severe highs (mania) and lows (depression).. There are

What makes bipolar disorder harder to treat is that its depressive episodes are more severe and more resistant to therapy than ordinary unipolar depression.. Some current

Gangguan (afektif) bipolar merupakan gangguan yang tersifat oleh episode berulang (sekurang-kurangnya dua episode) dimana afek pasien dan tingkat

Judul karya ini adalah “Mata” yang merupakan visualisasi tokoh utama yang menderita bipolar disorder atau sering disebut manic dan depression. Judul ini dipilih

F31.3 Gangguan Afektif Bipolar, episode kini Depresif ringan atau sedang .30 Tanpa Gejala Somatik. .31 Dengan

Latar Belakang: Gangguan afektif bipolar episode depresi memiliki waktu yang lebih lama dan apabila tidak ditangani dengan adekuat dapat menyebabkan gangguan fungsi

a) Major depressive disorder (gangguan depresi berat), karakteristik dari gangguan ini adalah adanya beberapa gejala yang mengganggu seseorang untuk bekerja, tidur,

The clinical interview included questions regarding history of major depressive disorder MDD, anxiety disorders, schizophrenia, bipolar disorder BD, somatoform disorders, ADHD in the