MAKALAH NEUROSAINS PENDIDIKAN
“ OTAK, PENDIDIKAN, DAN LINGKUNGAN ” Dosen Pengampu : Bapak Jumiatmoko, S.Pd., M.Pd
Disusun Oleh : KELOMPOK 6
1. Lidia Kristina Sitompul (K8119042 / 3B) 2. Miftakhul Khusna K. (K8119046 / 3B) 3. Nurul Novianti (K8119052 / 3B) 4. Safira Diani (K8119068 / 3B) 5. Sania Fadliya N. A. (K8119069 / 3B)
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2020
KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada kami kelompok 6 Neurosains untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah- Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah tentang otak,pendidikan,dan lingkungan dengan tepat waktu.
Makalah tentang otak,pendidikan,dan lingkungan ini disusun guna memenuhi tugas pada mata kuliah Neurosains di prodi PG-PAUD UNS. Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang otak,pendidikan,dan lingkungan.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Jumiatmoko selaku dosen mata kuliah Neurosains. Kami berharap Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni kami dan teman-teman yang lain. Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalamualaikum Wr.Wb
DAFTAR ISI
JUDUL………...……… 1 KATA PENGANTAR………...………2 DAFTAR ISI……….…… 3 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………..……….. 4 B. Rumusan Masalah………..………. 4 C. Tujuan……….……… 4 BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN OTAK,PENDIDIKAN,DAN LINGKUNGAN
1. Pengertian Otak………..…. 5 2. Pengertian Pendidikan……….... 6 3. Pengertian Lingkungan……….….. 7 B. HUBUNGAN ANTARA OTAK, PENDIDIKAN, DAN LINGKUNGAN
1. Hubungan antara otak dengan pendidikan……….…. 8 2. Hubungan antara otak dengan lingkungan……….…. 9 C. IMPLEMENTASI DARI OTAK,PENDIDIKAN,DAN LINGKUNGAN………... 10 BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan……….………….. 12 B. Saran……….… 12 DAFTAR PUSTAKA... 13
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Setiap makhluk hidup pasti memiliki otak untuk menunjang kehidupannya termasuk manusia.Otak manusia dibangun oleh lebih dari 100 miliar sel saraf.Dimana setiap sel saraf dapat berkomunikasi dengan ribuan sel saraf yang lain untuk menghasilkan komunikasi yang kompleks dan pengontrolan jaringan kerja otak.Otak sangat diperlukan dan berhubungan erat dengan pendidikan. Pendidikan adalah mengikuti kegiatan proses pembelajaran untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Karena kecerdasann seseorang ditentukan oleh jumlah dan kompleksitas hubungan antara miliaran dari sel-sel otak.Sedangkan perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh lingkungan.Lingkungan merupakan segala sesuatu yang berada dilaur diri anak,dimana lingkungan mengitari manusia sejak manusia dilahirkan sampai dengan meninggal.Lingkungan dibagi menjadi 3,yaitu lingkungan keluarga,sekolah,dan masyarakat.Perkembangan otak dipengaruhi oleh factor genetic dan stimulasi lingkungan baik kuallitas maupun kuantitas, hal ini peran kita hanya menyediakan lingkungan yang sesuai untuk mendorong proses pembelajaran agar berjalan maksimal dan berkesan sesuai cara otak belajar sehingga bias didapatkan kecerdasan yang baik pada anak.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian otak, pendidikan, dan lingkungan?
2. Bagaimana hubungan antara otak, pendidikan,dan lingkungan?
3. Bagaimana implementasi dari otak,pendidikan,dan lingkungan?
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan pengertian dari otak, pendidikan,dan lingkungan, 2. Menjelaskan tentang hubungan antara otak, pendidikan,dan lingkungan, 3. Memberikan implementasi dari otak, pendidikan,dan lingkungan.
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN OTAK, PENDIDIKAN, DAN LINGKUNGAN 1. OTAK
Otak dibangun lebih dari 100 miliar sel saraf. Di mana setiap sel saraf dapat berkomunikasi dengan ribuan sel saraf yang lain untuk menghasilkan komunikasi yang kompleks dan pengontrolan jaringan kerja. Otak menerima informasi tentang kondisi di dalam dan di luar tubuh, memproses dan menyimpan informasi tersebut, dan memberi instruksi atau perintah. Diperkirakan, berat otak rata- rata yaitu 1,6 kilogram pada laki- laki. Sedangkan, pada perempuan, sekitar 1,45 kilogram. Berat total otak dewasa yaitu 2% dari total berat badannya. Otak menerima 20% darah yang dipompakan dari jantung dan memerlukan sekitar 20% pemakaian oksigen tubuh serta membutuhkan sekitar 400 kkal energi setiap harinya.
Otak merupakan jaringan yang paling banyak memakai energi dalam tubuh seluruh tubuh manusia, terutama yang berasal dari proses metabolisme oksidasi glukosa, melalui aliran darah. Aktivitas otak yang tidak pernah terhenti ini berkaitan dengan fungsi otak yang kritis sebagai pusat integrasi dan koordinasi organ – organ sensorik dan sistem efektor perifer tubuh dan berfungsi sebagai pengatur informasi yang masuk, simpanan pengalaman, impuls yang keluar dan tingkah laku. Otak terdapat di dalam tulang tengkorak dan diselubungi oleh selaput meninges. Selaput meninger terdiri dari 3 lapisan yaitu durameter, arachnoid, dan piameter. Durameter yaitu lapisan terluar yang menempel pada tulang. Arachnoid merupakan lapisan tengah. Piameter merupakan lapisan paling dalam yang menempel pada sumsum otak. Perbedaan berat otak antara laki- laki dan perempuan disebabkan oleh otak laki – laki cenderung lebih besar dan lebih berat dibandingkan dengan otak perempuan. Meskipun demikian, ukuran berat otak tidak ada kaitannya dengan kecerdasan manusia.
Kecerdasan seseorang ditentukan oleh jumlah dan kompleksitas hubungan antara miliaran dari sel- sel otak. Otak manusia dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu otak depan, otak tengah, dan otak belakang. Pola pembagian otak tersebut nampak jelas selama perkembangan otak pada masa embrio. Otak berkembang pada ujung anterior sumsum tulang belakang. Saluran tengah sumsum tulang belakang meluas mencapai otak dan membentuk rongga otak yang dinamakan dengan ventrikel.
2. PENDIDIKAN
Secara umum, yang dimaksud dengan pendidikan adalah mengikuti kegiatan proses pembelajaran untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Peserta didik sekaligus mengikuti kebiasaan dari sekumpulan besar manusia dari satu generasi ke generasi yang lain dengan melalui proses pengajaran oleh guru, pelatihan dan juga penelitian. Adapun definisi lain dari pendidikan adalah usaha yang disengaja dan dilakukan secara sistematis agar suasana belajar kondusif sehingga para peserta didik bisa mengembangkan bakat dan kemampuan dirinya dengan lebih maksimal lagi. Dengan mengikuti pendidikan yang sudah ditempuh, harapannya para peserta didik mampu memiliki akhlak yang mulia, berkepribadian luhur, tinggi kemampuan spiritualitasnya, memiliki kecerdasan yang luar biasa dan juga mempunyai keterampilan yang nantinya berguna bagi dirinya sendiri dan juga bagi masyarakat sekitar.
Kata pendidikan di dalam bahasa inggris disebut dengan kata education. Dari segi etimologinya, kata education berakar dari bahasa latin Eductum yang tersusun dari dua kata, yaitu E yang berarti perkembangan “sesuatu” yang berasal dari dalam ke luar, dan Duco yang “sesuatu” yang sedang berkembang. Sesuatu itu tentunya adalah sesuatu yang positif. Dari definisi tersebut, pendidikan berarti kemampuan diri sendiri dan juga kekuatan individu yang dikembangkan menuju arah yang lebih baik lagi. Singkatnya, definisi pendidikan merupakan proses pembelajaran yang dilakukan kepada peserta didik supaya yang bersangkutan memiliki pengertian dan pemahaman yang baik mengenai sesuatu dan nantinya tumbuh menjadi pribadi yang gemar berpikir kritis dan menjadi lebih baik lagi, baik itu dari segi afektif, kognitif maupun psikomotoriknya.
Fungsi pendidikan bagi anak dini usia (golden age) tidak hanya sekedar memberikan berbagai pengalaman belajar seperti pendidikan pada orang dewasa, tetapi juga berfungsi mengoptimalkan perkembangan kapabilitas kecerdasannya. Pendidikan disini hendaknya
diartikan secara luas, mencakup seluruh proses stimulasi psikososial yang tidak terbatas pada proses pembelajaran yang dilakukan secara klasikal. Artinya pendidikan dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja, baik yang dilakukan sendiri di lingkungan keluarga maupun oleh lembaga pendidikan di luar lingkungan keluarga.
3. LINGKUNGAN
Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak.
Lingkungan dalam pengertian umum berarti situasi di sekitar kita. Dalam lapangan pendidikan, arti lingkungan itu luas sekali, yaitu segala sesuatu yang berada di luar diri anak, dalam alam semesta ini. Lingkungan ini mengitari manusia sejak manusia dilahirkan sampai dengan meninggalnya. Antara lingkungan dan manusia ada pengaruh yang timbal balik, artinya lingkungan mempengaruhi manusia, dan sebaliknya, manusia juga mempengaruhi lingkungan di sekitarnya. Ki Hajar Dewantara, membedakan lingkungan pendidikan menjadi tiga, dan kita kenal dengan Tri Pusat Pendidikan, yaitu :
a. Keluarga : Keluarga adalah bentuk masyarakat kecil yang terdiri dari beberapa individu yang terikat oleh suatu keturunan. Keluarga, tempat anak diasuh dan dibesarkan, berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangannya, terutama keadaan ekonomi rumah tangga serta tingkat kemampuan orangtua dalam merawat sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan jasmani anak. Sementara tingkat pendidikan orang tua juga besar pengaruhnya terhadap perkembangan rohaniah anak, terutama kepribadian dan kemajuan pendidikannya. Anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang mapan, umumnya sehat dan cepat pertumbuhan badannya dibandingkan dengan anak dari keluarga yang tidak mampu.
Demikian pula anak yang orang tuanya berpendidikan akan menghasilkan anak yang berpendidikan pula.
b. Sekolah : Sekolah memegang peranan penting dalam pendidikan karena pengaruhnya besar sekali pada jiwa anak. Maka disamping kelurga sebagai pusat pendidikan, sekolah pun mempunyai fungsi sebagai pusat pendidikan untuk pembentukan pribadi anak. Sekolah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak terutama untuk kecerdasannya. Anak yang tidak pernah sekolah akan tertinggal dalam berbagai hal. Sekolah sangat berperan dalam meningkatkan pola pikir anak, karena di sekolah mereka dapat belajar bermacam-macam ilmu
pengetahuan. Tinggi rendahnya pendidikan dan jenis sekolahnya turut menentukan pola pikir serta kepribadian anak
c. Masyarakat : Masyarakat adalah lingkungan tempat tinggal anak. Mereka juga termasuk teman-teman anak di luar sekolah. Kondisi orang-orang di lingkungan desa atau kota tempat tinggal anak juga turut mempengaruhi perkembangan jiwanya.
Anak-anak yang dibesarkan di kota berbeda pola pikirnya dengan anak yang tinggal di desa. Anak kota umumnya lebih bersikap dinamis dan aktif bila dibandingkan anak desa yang cenderung bersikap statis dan lamban. Semua perbedaan sikap dan pola pikir di atas adalah akibat pengaruh dari lingkungan masyarakat yang berbeda antara kota dan desa.
B. HUBUNGAN ANTARA OTAK, PENDIDIKAN DAN LINGKUNGAN 1. HUBUNGAN ANTARA OTAK DENGAN PENDIDIKAN
Hasil riset otak yang dilakukan oleh Paul McLean (dalam Jensen, 1992; Megawangi, 2004; Syafaat, 2007; Keles & Cepni, 2006) menunjukkan bahwa ada 3 bagian otak yang mempunyai fungsi berbeda dalam mempengaruhi proses belajar, tergantung pada bagian otak mana yang sedang memegang kendali. Ketiga otak ini adalah :
a. Batang otak (brainstem)
Bagian ini disebut juga sebagai otak yang “menyerang atau menyelamatkan diri”
(fight or flight) atau otak yang bereaksi (reactionary mind). Pengaruh bagian otak ini akan dominan apabila seseorang dalam keadaan takut, marah, sedih, atau terancam.
Dibawah pengaruh otak ini seseorang akan mempertahankan diri baik dengan menyerang atau dengan berdebat. Dalam keadaan ini, seseorang tidak dapat belajar dengan efektif.
b. Cerebral cortex (otak intelektual)
Bagian otak ini sering disebut sebagai otak untuk berpikir, berbahasa, merencanakan, menganalisis, dan kreativitas. Hampir seluruh mata pelajaran di sekolah seperti matematika, bahasa, IPA, dan sebagainya melibatkan bagian otak ini.
c. Sistem Limbik (otak emosi)
Bagian otak ini dikenal juga sebagai otak emosi atau otak “tempat rasa cinta” (seat of love). Seluruh persepsi akan masuk terlebih dahulu ke dalam sistem limbik ini.
Apabila persepsi yang masuk berupa ancaman, ketakutan, kesedihan, maka bagian batang otak akan berperan sehingga seseorang dalam modus bertahan atau menyelamatkan diri. Megawangi et al. (2004) berpendapat bahwa suasana di kelas tradisional yang kaku akan menurunkan fungsi otak menuju batang otak sehingga anak tidak bisa berpikir efektif. Sedangkan kondisi yang menyenangkan, aman, dan nyaman akan mengaktifkan bagian neocortex (otak berpikir) sehingga dapat mengoptimalkan proses belajar dan meningkatkan kepercayaan diri anak.
Hasil dari pengaruh neuroscience pada bidang pendidikan adalah dalam hal otak dan fungsinya ketika siswa belajar. Instruksi inovatif ini disebut pembelajaran berbasis otak yang merupakan perspektif alternatif tentang pendidikan yang telah mendapat perhatian selama bertahun-tahun.
2. HUBUNGAN ANTARA OTAK DENGAN LINGKUNGAN
Perkembangan otak banyak dipengaruhi oleh faktor genetik dan stimulasi lingkungan baik kualitas maupun kuantitas, hal ini peran kita hanya menyediakan lingkungan yang sesuai untuk mendorong proses pembelajaran agar berjalan maksimal dan berkesan sesuai cara otak belajar. Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh lingkungan dari yang diketahui sebelumnya. Gizi yang tidak layak pada masa kehamilan dan tahun pertama kelahiran secara serius mempengaruhi perkembangan otak anak dan dapat menyebabkan kecacatan pada syaraf dan pada tingkah laku anak, seperti kesulitan belajar atau keterbelakangan mental. Pengaruh lingkungan awal pada perkembangan otak berdampak lama. Terdapat bukti bahwa bayi yang diberi gizi yang baik, mainan dan teman bermain fungsi otaknya lebih baik daripada anak yang tidak mendapatkan stimulasi lingkungan yang baik.
Lingkungan tidak saja menyebabkan penambahan jumlah hubungan antar sel otak tersebut terjadi. Proses pemerkayaan diri ini sangat besar terjadi di masa usia dini dan diperluas oleh pengalaman sensorik anak dengan dunia luar. Hasil penelitian medis terkini mengemukakan bahwa otak terangsang paling besar (maksimal) pada usia dini dan
banyak penelitian tentang otak yang mencatat bahwa lingkungan memiliki efek kuat pada perkembangan otak anak. Kledon (2006) menjelaskan bahwa bila tidak mendapat lingkungan yang dapat merangsangnya, otak anak akan menderita, mengingat terdapat hasil penelitian yang memaparkan bahwa anak-anak yang jarang diajak bermain atau jarang disentuh, perkembangan otaknya 20-30 persen lebih kecil daripada ukuran normalnya pada usia tersebut. Stimulasi lingkungan sangat diperlukan karena adaptasi otak dengan stimulus lingkungan inilah yang akan menimbulkan “dendritic sprouting”, makin banyak anak diberi stimulus dengan lingkungan maka anak tersebut akan semakin cerdas. Jadi pada 2 tahun pertama merupakan kesempatan emas bagi orangtua dan guru untuk dapat memberikan stimulus lingkungan yang baik kepada anak.
Menurut Moh. Miftahul Choiri (2017) dikatakan bahwa faktor yang mempengaruhi belajar ialah factor pembawaan (nativisme) dan lingkungan (empirisme). Dua factor ini saling berkaitan satu dengan yang lain serta tidak dapat dipisahkan. Ketika faktor pembawaannya baik kemudian pengaruh lingkungan yang baik maka potensi anak dapat berkembang dengan baik pula. Dan bagaimanapun, baik pembawaan seorang anak tanpa adanya kesempatan dan pendidikan, maka pembawaan yang baik itu akan tetap hanya merupakan pembawaan saja, dan tidak berkembang. Sebaliknya, meskipun pembawaan itu kurang baik, tetapi lingkungan memberikan dorongan yang cukup dan kesempatan yang leluasa, maka pembawaan yang kurang baik itu bias berkembang mencapai tingkat yang maksimal. Jadi, untuk membangkitkan semangat belajar anak di perlukan desain lingkungan kelas yang menarik. Dengan lingkungan kelas yang menarik, otak akan menciptakan sebuah persepsi yang menyenangkan. Ketika anak merasa senang maka pesan yang disampaikan guru dapat dengan mudah diterima oleh anak.
C. IMPLEMENTASI OTAK, PENDIDIKAN, DAN LINGKUNGAN
Berikut adalah cara untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan otak :
1. Pengaturan meja, kursi, materi pembelajaran, pencahayaan dan komponen lainnya menarik perhatian dan minat anak. Dari perspektif neurologis, rasa kegembiraan dan
kebaruan dalam ruangan membantu menghasilkan dopamin, sebuah neurotransmitter yang menciptakan perasaan bahagia. Emosi (dalam arti tertentu, neurotransmitter dan hormon) mendorong perhatian (kemampuan anak untuk tetap terangsang dan terhubung dengan materi yang disajikan), dan perhatian mendorong pembelajaran.
2. Ruang yang dirancang untuk belajar secara individual, berkelompok (kecil dan besar).
Stimulasi yang didapatkan dari teman sebaya sangat baik untuk meningkatkan neurotransmitter dan meningkatkan kinerja otak. Selain itu mereka juga harus belajar bekerja sendiri-sendiri.
3. Lingkungan pembelajaran harus berpihak kepada anak (student-centered). Anak-anak belajar paling baik di dalam lingkungan di mana mereka dapat membuat keputusan tentang pemikiran dan pembelajaran mereka sendiri.
4. Guru tentunya adalah faktor yang sangat besar. Saat anak-anak berinteraksi dengan pendidik yang imajinatif, bisa menerima anak-anak seutuhnya dan sanggup mendorong proses pembelajaran secara natural, anak-anak akan merasa percaya diri, dan keinginan belajar mereka akan meningkat.
5. Lingkungan yang aman untuk gagal. Bagian otak yang dinamakan Amygdala sangat rentan mengeluarkan hormon-hormon stress yang menghambat cara berpikir rasional. Ini sangat mudah terjadi ketika anak-anak merasa stress dan takut akan kegagalan. Maka menciptakan lingkungan dimana mereka bisa gagal tanpa stress sangatlah dibutuhkan.
BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN
Kecerdasan seseorang ditentukan oleh jumlah dan kompleksitas hubungan antara miliaran dari sel- sel otak. Otak manusia dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu otak depan, otak tengah, dan otak belakang. Perkembangan otak banyak dipengaruhi oleh faktor genetik dan stimulasi lingkungan baik kualitas maupun kuantitas, hal ini peran kita hanya menyediakan lingkungan yang sesuai untuk mendorong proses pembelajaran agar berjalan maksimal dan berkesan sesuai cara otak belajar.
Pendidikan sendiri dapat diartikan secara luas, mencakup seluruh proses stimulasi psikososial yang tidak terbatas pada proses pembelajaran yang dilakukan secara klasikal. Artinya pendidikan dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja, baik yang dilakukan sendiri di lingkungan keluarga maupun oleh lembaga pendidikan di luar lingkungan keluarga. Selanjutnya lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak, dalam hal ini lingkungan merupakan situasi di sekitar anak. Lingkungan dan manusia memberikan pengaruh timbal balik, artinya lingkungan mempengaruhi manusia, dan sebaliknya, manusia juga mempengaruhi lingkungan di sekitarnya.
Otak, pendidikan, dan lingkungan mempengaruhi pembawaan seorang anak, tanpa adanya kesempatan dan pendidikan, maka pembawaan yang baik itu akan tetap hanya merupakan pembawaan saja, dan tidak berkembang. Sebaliknya, meskipun pembawaan itu kurang baik, tetapi lingkungan memberikan dorongan yang cukup dan kesempatan yang leluasa, maka pembawaan yang kurang baik itu bisa berkembang mencapai tingkat yang maksimal.
B. SARAN
Stimulasi yang lingkungan berikan sangat diperlukan dan sangat mempengaruhi adaptasi otak, semakin banyak anak diberi stimulus dengan lingkungan maka anak tersebut akan semakin
cerdas. Sehingga lingkungan sekitar anak, sudah seharusnya memberikan stimulasi yang tepat untuk perkembangan otak anak.
DAFTAR PUSTAKA
Chamidiyah. 2015. Pembelajaran Melalui Brain Based Learning dalam Pendidikan Anak Usia Dini. Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam. Vol. 10, No. 2, Agustus 2015
Rushton, S., Juola-Rushton, A., & Larkin, E. (2010). Neuroscience, play and early childhood education: Connections, implications and assessment. Early Childhood Education Journal, 37(5), 351-361
Suyanto, Slamet. Makalah: Hasil Kajian Neuroscience dan Implikasinya dalam Pendidikan.