• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

N/A
N/A
Rhomiey Nillan

Academic year: 2024

Membagikan "MAKALAH PAJAK BUMI DAN BANGUNAN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

i

MAKALAH

PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perpajakan

Disusun Oleh :

1. Emerensiana (219622046) 2. Romianus (219622059)

3. Deliyanti Sampuh (219622055) 4. Rani Prily (219622060)

ADMINISTRASI BISNIS POLITEKNIK NEGERI NUNUKAN TAHUN AJARAN

2023/2024

(2)

Kata Pengantar

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan limpahan ramhmat-Nya maka kami boleh menyelesaikan sebuah karya tulis dengan tepat waktu.

Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah yang berjudul “Makalah Pajak Bumi dan Bangunan”, yang menurut penulis dapat memberikan manfaat yang besarbagi kita untuk mempelajari pajak bumi dan bangunan.

Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon pemakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang penulis buat kurang tepat dan menyinggung perasaan pembaca.

Nunukan, 20 Mei 2023

Penulis

(3)

Daftar Isi

Cover...i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iii

Bab I Pendahuluan...1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan ... 2

Bab II Pembahasan ... 3

A. Pengertain Pajak Bumi dan Bangunan...3

B. Objek Pajak Bumi dan Bangunan ... 3

C. Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan ... 5

D. Cara Menghitung Pajak Bumi dan Bangunan...5

E. Dasar Hukum Pajak Bumi dan Bangunan ... 9

F. Tahun Pajak, Saat dan Tempat Menetukan Pajak Terutang...9

Bab III Penutup ... 10

A. Kesimpulan ... 10

B. Saran ... 10

Daftar Pustaka...11

(4)

1 A. Latar Belakang

Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan nasional dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut pentingnya pengelolaan pajak tersebut menjadi prioritas bagi pemerintah. Ada berbagai jenis pajak yang dikenakan kepada masyarakat, namun dari beberapa diantaranya Pajak Bumi dan Bangunan merupakan jenis-jenis pajak yang sangat potensial dan strategis sebagai sumber penghasilan Negara dalam rangka membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) merupakan salah satu faktor pemasukan bagi Negara yang cukup berpengaruh terhadap pendapatan negara jika dibandingkan dengan sektor pajak lainnya. Strategisnya Pajak Bumi dan Bangunan tersebut tidak lain karena objeknya meliputi seluruh bumi dan bangunan yang berada dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).Penyediaan kebutuhan seperti jalan, taman, sarana pelayanan umum lainnya memerlukan biaya yang dipungut dari warga negara/

masyarakat yang memanfaatkan dalam bentuk pajak.

Sejak diberlakuknya peraturan perudang-udangan pendaerahan PBB, Pengelolaan PBB bukan lagi jadi wewenang Kantor Pelayanan Pajak tetapi berpindah tangan ke pemerintahan Kota/Kabupaten, jadi SPPT PBB yang kita terima akan berbeda baik bentuk, warna dan tarif pa jak serta susunannya karena menyeseuaikan dengan peraturan dan ketentuan perundangan yang ditetapkan di wilayah Kabupaten/Kota. Jadi jangan pernah heran jika kita memiliki banyak property da tersebar dibeberapa kota dan kita akan menerima SPT yang bermacam warna pula karena ini bersifat regiona l Sebenarnya peraturan yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota/Kabupaten tentang PBB umumnya mengadops i dari peruturan perundangan yang telah ada ( UU No 12 tahun 1984 dan UU No 12 Tahun 1994 ) tetapi karenakondisi, kebutuhan dan kemampuan setiap daerah berbeda maka biasanya tiap pemerintah kota/ kabupaten akan membuat peraturan tentang PBB sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan. Pembayaran PBB ini sebenarnya wajib bagi masyarakat yang memanfaatkan dan menggunakan lahan di bumi dan bangunan, dimana besarnya pembayaran akan tergantung kepada berapa banyak asset yang dimiliki serta berapa besar objek yang tidak kena pajak di daerah masing-masing.

Penduduk Indonesia yang masih sangat minim pengetahuan mengenai PBB ini terkadang sering menunggak pembayaran Pajak ini sehingga ini akan berdampak negative pula pada

(5)

2

perkembangan ekonomi Indonesia nantinya , oleh karena itu sebagai masyarakat yang baik kita harus mau mebayar pajak ini guna kepentingan bersama.

Pajak mempunyai fungsi antara lain untuk: 1. Penerimaan negara dalam rangka membiayai pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah 2. Pemerataan pendapatan masyarakat 3. Stabilitas ekonomi (misalnya pengendalian inflasi) dan pertumbuhan ekonomi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Pajak Bumi dan Bangunan?

2. Apa saja objek dari Pajak Bumi dan Bangunan?

3. Bagamiana cara menghitung besarnya pajak yang terutang pada pajak bumi dan bangunan?

C. Tujuan

1. Mengetahui apa yang dimaksud pajak bumi dan bangunan

2. Mengetahui tahun pajak saat dan tempat yang mentukan pajak yang terutang.

(6)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah jenis pajak yang dikenakan atas kepemilikan atau pemanfaatan tanah dan bangunan yang berada di wilayah Indonesia.

Pajak ini merupakan salah satu sumber pendapatan bagi pemerintah daerah, yang digunakan untuk membiayai berbagai kegiatan pembangunan dan pelayanan publik.

PBB dikenakan kepada pemilik tanah atau bangunan, baik itu individu maupun badan hukum. Besaran PBB ditentukan berdasarkan nilai jual objek pajak (NJOP) yang ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat. NJOP merupakan nilai estimasi yang digunakan sebagai dasar perhitungan PBB, dan biasanya diperbarui setiap beberapa tahun sekali.

Pembayaran PBB dilakukan secara tahunan oleh pemilik tanah atau bangunan kepada pemerintah daerah. Pemerintah daerah biasanya memberikan batas waktu tertentu untuk pembayaran PBB, dan apabila tidak dibayarkan sesuai jadwal yang ditentukan, dapat dikenakan sanksi atau denda.

Pendapatan dari PBB digunakan oleh pemerintah daerah untuk membiayai berbagai sektor pembangunan, seperti infrastruktur, pendidikan, kesehatan, keamanan, dan pelayanan publik lainnya. PBB juga memiliki peran dalam pengendalian pemanfaatan lahan dan bangunan, serta dalam menyeimbangkan pendapatan daerah.

PBB memiliki beberapa jenis objek pajak, antara lain tanah kosong, tanah yang digunakan untuk pertanian, perkebunan, atau pemukiman, serta bangunan seperti rumah, gedung, atau bangunan komersial. Besaran tarif PBB dapat berbeda-beda tergantung dari kebijakan pemerintah daerah setempat. Menurut Erly Suandy menjelaskan bahwa pengertian Pajak Bumi dan Bangunan adalah : “Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang bersifat kebendaan dan besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi / tanah / dan bangunan keadaan subjek (siapa yang membayar) tidak ikut menentukan besar pajak”.

B. Objek Pajak Bumi dan Bangunan

(7)

Objek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah benda tidak bergerak, yaitu berupa bumi dan bangunan.

o Bumi adalah permukaan bumi atau tanah dan isi yang ada dibawahnya, termasuk tanah pekarangan, sawah, empang, dan perairan (dalam Pasal 1 UU No. 12 Tahun 1994). Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah Indonesia.

o Bangunan adalah suatu konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap di bumi, tanah dan/atau perairan untuk tempat tinggal, tempat usaha,

maupun tempat yang diusahakan. ( dalam Pasal 1 UU No. 12 Tahun 1985 dan UU No. 12 Tahun 1994).

Yang termasuk dalam pengertian bangunan adalah :

1. Jalan lingkungan yang terletak dalam suatu kompleks bangunan seperti hotel, pabrik dan emplasemennya, dan lain-lain yang merupakan satu kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut;

2. Jalan tol;

3. Kolam renang;

4. Pagar mewah;

5. Tempat olahraga;

6. Galangan kapal, dermaga;

7. Taman mewah;

8. Tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak;

9. Fasilitas lain yang memberikan manfaat.

(Penjelasan Pasal 1 angka 2 UU No. 12 Tahun 1985 JO UU No. 12 Tahun 1994)

Sedangkan yang tidak termasuk objek PBB (Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 JO Undang-Undang Nomor 12 TAHUN 1994) yaitu :

1. Tanah atau bangunan yang digunakan semata-mata untuk kepentingan umum yaitu seperti tempat ibadah, rumah sakit, sekolah dan lain sebagainya.

(8)

2. Tanah atau bangunan yang digunakan untuk kuburan atau pemakaman umum 3. Tanah atau bangunan yang dijadikan sebagai tempat peninggalan

purbakala seperti museum

4. Tanah atau bangunan yang dgunakan oleh perwakilan diplomatik atau konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik

5. Tanah yang merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, taman nasional, tanah pengembalan yang dikuasai oleh desa dan tanah negarayang belum dibebani suatu hak.

6. Bangunan yang dipergunakan oleh perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh menteri keuangan.

Objek pajak yang digunakan oleh negara

Yang dimaksud dengan objek paja ini adalah objek pajak yang dimiliki /dikuasai atau digunakan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan. Objek pajak yang digunakan oleh negara untuk penye lenggaraan pemerintahan, penentuan pengenaaan pajaknya diatur lebih lanjut oleh Peraturan Pemerintah. ( Pasal 3 angka (2) UU No. 12 Tahun 1984 JO UU No.

12 Tahun 1994).

C. Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan

Memahami dasar pengenaan pajak bumi dan bangunan adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam penghitungan pajak PBB.

Besarnya nilai PBB didasarkan pada dari Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) tanah atau bangunan terkait.

1. NJOP

Pengertian NJOP adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapata transaksi jual beli, NJOP ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau senilai perolehan baru, atau NJOP pengganti. NJOP ditentukan oleh Kementerian Keuangan, yang mana nilai NJOP di setiap daerah berbeda-beda karena

(9)

tergantung faktor yang memengaruhi, sebagaimana nilai tanah dan bangunan pada umumnya.

Faktor yang memengaruhi besarnya nilai NJOP bumi dan bangunan adalah sebagai berikut:

a) Faktor yang mempengaruhi NJOP Bumi adalah lokasi, peruntukan, pemanfaatan serta kondisi lingkungan di sekitarnya,

b) Faktor yang mempengaruhi NJOP Bangunan antara lain bahan baku atau bahan bangunan yang digunakan, lokasi bangunan, rekayasa serta kondisi lingkungan di sekitar bangunan.

2. NJOPTKP

Penjelasan besar nilai bumi dan bangunan tidak kena pajak diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 67/PMK.03/20211 tentang Penyesuaian Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak PBB. Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) adalah batas nilai jual objek pajak yang tidak kena pajak. Artinya, untuk mengetahui berapa besar PBB terlebih dahulu harus dikurangkan dengan NJOPTKP terlebih dahulu. Besar NJOPTKP terbaru diatur dalam PMK Nomor 23/PMK.03/2014 tentang Penyesuaian Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak Bumi dan Bangunan. Dalam beleid ini berlaku hingga sekarang bahwa besarnya NJOPTKP ditetapkan sebesar Rp12.000.000.

D. Cara Menghitung PBB

1. Dasar Pengenaan PBB

Dasar pengenaan PBB adalah “Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)”. NJOP ditetapkan per wilayah berdasarkan keputusan Menteri Keuangan dengan mendengar pertimbangan Bupati/Walikota serta memperhatikan :

a. harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar;

b. perbandingan harga dengan objek la in yang sejenis yang letaknya berdekatan dan fungsinya sama dan telah diketahui harga jualnya;

c. nilai perolehan baru;

d. penentuan Nilai Jual Objek Pajak pengganti.\

(10)

Meski pada dasarnya penetapan nilai jual objek pajak adalah 3 tahun sekali, namun untuk daerah tertentu yang karena perkembangan pembangunan mengakibatkan Nilai Jual Objek Pajak cukup besar maka penetapan niai jual ditetapkan setiap sekali 1 tahun. Dalam menetapkan besarnya NJOP Mentri Keuangan mendengar pendapat Gubernur dengan memperhatikan Self Assisment System.

2. Tarif PBB

Tarif pajak yang dikenakan atas objek pajak adalah 0,5% ( Pasal 5 UU No. 12 Tahun 1985 jo. UU No.12 Tahun 1994 ) dan jenis tarif ini disebut sebagai tarif tunggal yang berlaku bagi objek pajak jenis apapun diseluruh wilayah Indonesia.

Tarif efektif PBB adalah 0,1% untuk NJOP kurang dari 1 milyar dan 0,2% untuk NJOP diatas 1 milyar.

3. NJOP ( Nilai Jual Objek Pajak )

NJOP adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, Nilai Jual Obyek Pajak ditentukan melalui perbandingan harga dengan obyek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau Nilai Jual Obyek Pajak Pengganti. Nilai Jual Objek Pajak ini biasanya dicari terlebih dahulu untuk menghitung PBB, NJOP ditetapkan per wilayah berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan. Walaupun sebenarnya yang menetapkannya adalah walikota atau bupati.

4. NJKP ( Nilai Jual Kena Pajak )

Nilai jual kena pajak ialah nilai jual dari objek pajak yang telah dikurangi dengan Nilai Jual tidak Kena Pajak dimana nilai dari NJKP itu adalah :

Dasar Perhitungan PBB

Objek Pajak Persentase

Perkebunan 40%

Kehutanan 40%

Pertambangan 40%

(11)

Objek Pajak Lain

NJOP ≥ 1.000.000.000 40%

NJOP ≤ 1.000.000.000 20%

5. NJOPTKP ( Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak )

Nilai Jual Objek Tidak Kena Pajak adalan batas NJOP atas bumi dan/atau bangunan yang tidak kena pajak. Besarnya NJOPTKP untuk setiap daerah Kabupaten/ Kota adalah maksimal Rp. 12.000.000

Hal – hal yang diperhatikan dalam penetapan NJOPTKP adalah:

Setiap wajib pajak memperolah pengurangan NJOPTKP sebanyak satu kali dalam satu Tahun Pajak

Apabila WP mempunyai beberapa objek pajak maka mendapatkan pengurangan NJOPTKP hanya satu Objek Pajak yang nilainya terbesar dan tidak bias digabungkan dengan Objek Pajak lainnya.

6. Rumus Menghitung PBB

Rumus penghitungan PBB = Tarif x NJKP Contoh :

a. NJOP suatu objek pajak Rp. 2.000.000. Maka besaran PBB ialah : Jawab :

Pertama kita harus mengetahui dulu NJKP nya : NJKP : 20% x Rp. 2.000.000 = Rp. 400.000

Kemudian baru hitung PBB nya : PBB : 0.5% x Rp. 400.000 = Rp. 2.000

b. Pak amin memiliki rumah seluas 50 m2 yang berdiri diatas sebidang tanah seluas 100 m2. Diketahui harga bangunan tersebut Rp. 500.000, sedangkan

(12)

harga tanah tersebut adalah Rp. 1.000.000. jadi berapakah PBB yang harus dibayarkan oleh pak amin ?

Jawab ;

Pertama, kita hitung dulu nilai bangunan dan tanahnya : Bangunan : 50 x Rp. 500.000 = Rp. 25.000.000

Tanah : 100 x Rp. 1.000.000 = Rp. 100.000.000

Kedua, hitung NJOP nya dengan menjumlahkan nilai bangunan dan tanah :

Rp. 500.000 + Rp 100.000.000 = Rp. 125.000.000

Terakhir, setelah diketahui NJOP nya, kita bisa langsung mengitung PBB nya:

NJKP : 20% x Rp. 125.000.000 = Rp. 25.000.000 PBB : 0.5% x Rp. 25.000.000 = Rp. 125.000

c. Contoh ketiga : Dik :

Luas tanah : 1000 m2 Luas bangunan : 1500 m2

NJOP : Rp. 1.000.000,00- NJOPTKP : Rp. 12.000.000,00-

NJKP : sudah ditetapkan ( diatas 1 m = 40%; dibawah 1 m = 20%)

Tarif PBB : 0.5%

Jawab:

Luas x NJOP – NJOPTKP x NJKP x Tarif = Hasil PBB

(13)

1500 x Rp. 1.000.000 = Rp. 1.500.000.000 – Rp. 12.000.000 = Rp.

1.488.000.000 x 40% = Rp.595.200.000 x 0.5% = Rp. 2.976.000

E. Dasar Hukum Pajak Bumi Dan Bangunan

Undang-undang yang menjadi dasar Hukum PBB adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 Tentang Perubahaan Atas

Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1985

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 Tentang Hubungan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

F. Tahun Pajak, Saat Dan Tempat Menentukan Pajak Terutang a) Tahun pajak

Tahun pajak PBB adalah tahun takwim/tahun kalender, yaitu masa dari tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember.

b) Saat terhutang

Saat yang menentukan pajak terutang adalah menurut keadaan objek pada tanggal 1 Januari. Dengan demikian segala mutasi perubahan atas objek pajak yang terjadi setelah tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember atau dalam tahun berjalan akan dikenakan pajak pada tahun berikutnya.

c) Tempat terutang

Tempat pajak yang terhutang :

• untuk daerah Jakarta, di wilayah daerah khusus ibukota Jakarta

• untuk daerah lainnya, di wilayah kabupaten daerah tingakt II atau kotamadya daerah tingkat II yang meliputi letak objek pajak.

(14)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut UU No 12 tahun 1985 tentang PBB dan telah diubah dengan UU No 12 th 1994 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak negara yang dikenakan terhadap Bumi dan atau Bangunan. Dimana yang tergolong bumi yaitu bumi, sawah, ladang, empang, perairan dan lain sebagainya. Sedangkan yang tergolong bangunan ya itu berupa tanah atau bangunan yang dilekatkan secara tetap di atas bumi dimana dapat dirasakan manfaatnya.

Yang menjadi objek dari PBB ini yaitu bumi dan bangunan itu sendiri seperti yang termuat diatas. Namun tidak semua yang ada di bumi ini menjadi objek dari pengenann PBB, diantaranya segala sesuatu yang menyangkut kepentingan bersama seperti dalam bidang ibadah, sosial, pemakaman yang digunakan secara bersama, tempat peninggalan purbakala(museum), tanah atau bangunan yang digunakan diplomatik negara, tanah atau bangunan yang digunakan untuk hutan lindung, hutan suaka alam, serta tanah atau bangunan yang dipergunakan oleh organisasi internasioanal yang dibawah kekuasaan Menteri Keuangan.

Yang menjadi subjek dari PBB itu sendiri ya itu orang-orang memiliki tanah atau bangunan yang dirasakan manfaatnya seperti dijadikan tempat tinggal, tempat usaha dan atau tempat yang diusahakan, maka untukmereka ini wajib untuk menyetorkan PBB kepada pemerintah.

Pada saat akan melakukan pembayaran tentu harus berdasarkan ketentuan- ketentuan yang sudah termuat dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai PBB tersebut, dimana dasar dari pengenaan PBB yaitu NJOP (Nila i Jual Objek Pajak), NJKP (Nilai Jual Kena Pajak) dan NJOPTKP (Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak).

B. Saran

PBB ini sangat berguna bagi pembangunan serta melengkapi sarana dan prasarana di Indones ia (khususnya daerah tempat tinggal kita). Oleh karena diharapkan kepada masyarakat sekitar untuk lebih meningkatkan kesadaran serta kemauan untuk membayar

(15)

PBB ini. Karena semua ini yang akan menikmati adalah kita sendiri. Jika kesadaran masyarakat untuk membayar PBB ini meningkat maka pembangunan atau perbaikan saranan dan prasarana yang seharusnya diperbaiki akan berjalan dengan lancar sehingga akan tercipta pembangunan ekonomi yang baik pula.

Dan bagi pemerintah hendaknya lebih memperluas sosialisas i kepada masyarakat mengenai pentingnya pembayaran pajak (PBB), sehingga masyarakat mempunyai motivasi dalam pembayaran PBB ini karena dapat memperlancar pembangunan ekonomi sehingga kemakmuran dan kesejahteran dari masyarakat akan tercipta.

(16)

DAFTAR PUSTKA

Cara Menghitung Pajak Bumi Bangunan dan Tarif PBB Terbaru. (2023). diakses 19 May 2023, dari https://klikpajak.id/blog/cara-menghitung-pajak-bumi-dan-bangunan- perusahaan/

Cara Menghitung Pajak Bumi dan Bangunan serta Contohnya - Nasional Katadata.co.id.

(2022). diakses 19 May 2023, dari

https://katadata.co.id/agung/berita/637368e754192/cara-menghitung-pajak-bumi- dan-bangunan-serta-contohnya#:~:text=PBB%20yang%20terutang%20%3D

%200%2C5,yang%20harus%20dibayar%20setiap%20tahun)

Indah Ratna Sari, 2019, Tugas Mata Kuliah Hukum Pajak (Pajak Bumi Dan Bangunan).

Universitas Medan Area (2023). diakses 20 May 2023, dari http://eprints.ums.ac.id/32131/2/04.%20BAB%20I.pdf

PBB Terbaru 2022: Dasar Pengenaan, Objek, Subjek, dan Contoh. (2023). diakses 20 May 2023, dari https://www.msmconsulting.co.id/news/51/pbb-terbaru- 2022- dasar-pengenaan-objek-subjek-dan-contoh

(17)

Referensi

Dokumen terkait

Contoh: Seorang Wajib Pajak mempunyai Objek Pajak berupa bumi dengan nilai Rp 4.000.000,00 dan besarnya NJOPTKP untuk Objek pajak wilayah tersebut adalah Rp 6.000.000,00.Karena

secara wajar dan bilamana tidak terdapat traksaksi jual beli, NJOP ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek pajak lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru

Sedangkan dalam Pasal 1 Ayat 3 menjelaskan bahwa Nilai Jual Objek Pajak adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli (nilai jual) yang terjadi secara wajar,

2) Besarnya Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) ditetapkan oeh Pemerintah Daerah setempat. 3) Pada dasarnya penetapan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) adalah tiga

NJOP sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli secara

Undang-Undang PBB Nomor 28 Tahun 2009 menyebutkan bahwa Nilai Jual Objek Pajak, yang selanjutnya disingkat NJOP, adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi

Berdasarkan ketentuan pasal 6 ayat 1 UU PBB yang menjadi Dasar Pengenaan PBB adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) yaitu : harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli

Keterangan : - NJKP Nilai Jual Kena Pajak - NJOP Nilai Jual Objek Pajak - NJOPTKP Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak Dasar pengenaan pajak adalah Nilai Jual Objek Pajak NJOP,