• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PANCASILA “RUANG LINGKUP SERTA KONSEP PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM ETIKA DAN CONTOH KASUS”

N/A
N/A
Andrian Maulana

Academic year: 2023

Membagikan "MAKALAH PANCASILA “RUANG LINGKUP SERTA KONSEP PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM ETIKA DAN CONTOH KASUS”"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH PANCASILA

“RUANG LINGKUP SERTA KONSEP PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM

ETIKA DAN CONTOH KASUS”

Disusun oleh:

1. Andrian Maulana (23030100129) 2. Bachtiar Al Farizi (23030100143) 3. Alfian Alexander Abdul Jabbar (23030100130)

DOSEN PENGAMPU:

AZIZATUL MUNAWAROH, SE.,MM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

TAHUN 2023

(2)

DAFTAR ISI

COVER I DAFTAR ISIII

KATA PENGANTAR III BAB 1 : PENDAHULUAN IV 1.1 Latar Belakang IV

1.2 Rumusan Masalah IV 1.3 Tujuan Makalah IV BAB II : PEMBAHASAN 2.1 Pengertian PancasilaV

2.2 Ruang Lingkup Pancasila VII

2.3 Konsep Pancasila Sebagai Suatu Etika Dan Contoh Kasus ……….. IX BAB 2 : PENUTUP ………. XI 3.1 Kesimpulan ………. XII DAFTAR PUSTAKA ……… XII

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa ta’ala karena berkat limpahan Rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat Menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktuya. Tujuan makalah ini dibuat yaitu untuk melengkapi tugas

pembelajaran Pancasila yang diampu oleh AZIZATUL MUNAWAROH, SE., MM.

(4)

BAB 1

PENDAHULUAN A. Latar belakang

Pancasila sebagai way of life bangsa Imdonesia di sisi lain juga sebagai system etika, juga merupakan pemikiran yang disusun untuk memberikan tuntunan atau panduan kepada setiap warga Indonesia dalam bersikap dan bertingkah laku. Pancasila sebagai sistem etika bertujuan untuk mengembangkan moralitas dalam diri setiap individu sehingga memiliki sikap spiritualitas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Mahasiswa sebagai Agent of change juga harus terlibat dan berkontribusi dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai wujud sikap tanggung jawab warga negara.

Tanggung jawab yang penting itu yakni menjunjung tinggi moralitas dan menghormati hukum yang berlaku. Untuk itu, diperlukan pengetauan tentang etika, aliran etika, dan pemahaman Pancasila sebagai sistem etika.

B. Rumusan Masalah

1. Definisi Pancasila?

2. Apa itu ruang lingkup Pancasila?

3. Bagaimana konsep Pancasila sebagai suatu etika dan contoh kasus nya?

C. Tujuan makalah

Untuk memenuhi tugas Pancasila yang diampu oleh Azizatul Munawaroh, S.E., M.M.

(5)

Pancasila sebagai sistem etika di samping

merupakan way of life bangsa Indonesia,

juga merupakan struktur pemikiran yang disusun untuk memberikan

tuntunan atau panduan kepada setiap warga

negara Indonesia da

BAB II PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PANCASILA

A. DEFINISI

1. Dari Segi Etimologi

Pancasila adalah sebuah dasar negara Indonesia dan bukanlah istilah hal baru dalam kehidupan Bangsa Indonesia. Karena, istilah Pancasila telah dikenal sejak zaman Majapahit pada Abad ke 14, nama ini terdiri dari dua kata dari

bahasa Sanskerta: पञच "pañca" berarti lima dan शीला "śīla" berarti prinsip atau asas.

Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.

(6)

Lima ideologi utama penyusun Pancasila merupakan lima sila Pancasila. Ideologi utama tersebut tercantum pada alinea keempat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945:

1. Ketuhanan yang Maha Esa

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab 3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dan permusyawaratan/perwakilan, serta

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Sekalipun terjadi perubahan isi dan urutan lima sila Pancasila yang berlangsung dalam beberapa tahap selama masa perumusan Pancasila pada tahun 1945, tanggal 1 Juni diperingati bersama sebagai hari lahirnya Pancasila.

2. Dari Segi Terminologi

Secara terminologi Pancasila dapat diartikan sebagai lima prinsip dasar negara. Pasca kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945, keesokan harinya PPKI mengadakan sidang sebagai sarana untuk melengkapi alat-alat kelengkapan negara yang telah merdeka. Dalam sidang tersebut telah berhasil mengesahkan UUD negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal dengan nama UUD 1945.

Pada saat sidang pengesahan UUD 1945 beserta Pembukaannya oleh PPKI, naskah Pancasila yang terdapat dalam bagian Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai berikut:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab 3. Pesatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan.

5. Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Rumusan Pancasila sebagaimana tecantum dalam pembukaan UUD 1945 inilah yang secara konstitusional sah dan benar sebagai dasar negara RI.

Pengertian Pancasila secara historis berarti perumusan Pancasila sebagai dasar negara tidak terlepas dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk merebut kemerdekaan.

Proses perumusan Pancasila diawali ketika dalam sidan BPUPKI pertama dr.Radjiman Widyodiningrat, mengajukan suatu masalah, khususnya akan dibahas pada sidang tersebut.

Masalah tersebut adalah tentang suatu calon rumusan dasar negara Indonesia yang akan dibentuk. Kemudian tampilah pada sidang tersebut tiga orang pembicara yaitu Mohammad

(7)

Yamin, Soepomo dan Soekarno. Pada tanggal 1 Juni 1945 di dalam sidang tersebut Ir.Soerkarno berpidato secara lisan (tanpa teks) mengenai calon rumusan dasar negara Indonesia. Kemudian untuk memberi nama istilah dasar negara tersebut Soekarno memberikan nama “Pancasila” yang artinya lima dasar.

Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, kemudian keesokan harinya tanggal 18 Agustus 1945 disahkanlah Undang-Undang Dasar 1945 termasuk Pembukaan UUD 1945 dimana di dalamnya termuat isi rumusan lima prinsip atau lima prinsip sebagai satu dasar negara yang diberi nama Pancasila. Sejak saat itulah perkataan Pancasila telah menjadi bahasa Indonesia dan merupakan istilah umum.

B. SEJARAH

Sejarah lahirnya Pancasila berawal pada 29 Mei hingga 1 Juni 1945, di mana Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) mengadakan sidang pertama untuk membahas dasar negara. Sidang tersebut dilakukan di Gedung Chuo Sangi In di Jalan Pejambon 6 Jakarta yang sekarang dikenal dengan sebutan Gedung Pancasila.

Pada sidang pertama, para anggota masih belum menemukan titik terang mengenai dasar negara Indonesia. Kemudian, pada 1 Juni 1945, Soekarno mendapat giliran untuk menyampaikan gagasannya mengenai dasar negara.

Gagasan yang disampaikan Soekarno adalah mengenai dasar negara Indonesia merdeka, bernama Pancasila. Pidato yang tidak dipersiapkan secara tertulis tersebut diterima secara aklamasi oleh segenap anggota BPUPKI.

Setelah melalui berbagai proses persidangan, akhirnya rumusan Pancasila berhasi ldirumuskan untuk dicantumkan dalam Mukadimah UUD 1945.

Akhirnya, Pancasila disahkan dan dinyatakan resmi sebagai dasar negara Indonesia merdeka pada Sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tanggal 18 Agustus 1945.

2.2 RUANG LINGKUP PANCASILA

A. DEFINISI

Metode atau kajian untuk membahas suatu permasalahan secara tertentu dan berbeda-beda sesuai dengan tema yang digunakan. Kajian yang akan dibahas pada saat ini yakni tentang “Ruang Lingkup Pancasila” yang memuat tentang dimensi dan konsep Pancasila.

1. Dimensi Pancasila a. Dimensi realitas

(8)

Yakni dimensi yang mengacu pada kenyataan bahwa nilai- nilai yang terkandung dalam Pancasila tidak hanya berupa konsep abstrak, tetapi juga harus dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari- hari masyarakat itu sendiri. Seperti kearifan lokal, nilai religious, dan adat istiadat.

b. Dimensi idealitas

Yakni perwujudan keyakinan dalam lingkup masyarakat yang memerlukan pandangan terhadap cita-cita. Pandangan cita-cita yang terkandung dalam ideologi harus mencakup aspek ekonomi, sosial, budaya, serta kondisi lainnya dan harus diwujudkan penerapannya sebagaimana yang terkandung dalam Pancasila itu sendiri, yakni:

o Keadilan pada sila kelima Pancasila.

o Kemanusiaan pada sila kedua Pancasila.

o Kerakyatan pada sila keempat Pancasila.

o Ketuhanan pada sila pertama Pancasila.

o Persatuan pada sila ketiga Pancasila.

Kelima wujud penerapan tersebut merupakan poin penting yang ingin diwujudkan masyarakat dan harus diperhatikan juga oleh masyarakat itu sendiri.

c. Dimensi fleksibilitas

Yakni nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila bersifat fleksibel karena dapat dikembangkan dan disesuaikan dengan tuntutan perubahan. Diantara contoh dimensi fleksibilitas yakni:

o Pemerintah

Khususnya setelah Indonesia melakukan Amandemen UUD 1945. Percaya ataupun tidak aturan tersebut baru ada setelah reformasi Indonesia

diakukan, karena sebelumnya Indonesia melakukan pemilihan presiden dan wakilnya yang langsung dipilih oleh DPR.

o Masyarakat

Pengunaan media sosial yang dilakukan setiap orang menjadikan setara dalam segi apapun, baik kritikan, pendapat, ataupun komentar.

2. Konsep Pancasila

(9)

a. Manusia adalah makhluk Tuhan yang Maha Esa, berperan sebagai pengelola dan pemelihara alam secara seimbang dan memiliki keimanan dan ketakwaan. Dalam mengelola alam, manusia berkewajiban dan bertanggung jawab dalam menjamin kelestarian eksistensi, harkat dan martabat, memuliakan serta menjaga

keharmonisannya.

b. Hak asasi manusia meliputi hak hidup, hak berkeluarga, hak mengembangkan diri, hak keadilan, hak kemerdekaan, hak

berkomunikasi, hak keamanan dan hak kesejahteraan yang tidak boleh dirampas atau diabaikan oleh siapapun.

c. Perumusan hak asasi manusia berdasarkan Pancasila dilandaskan oleh pemahaman bahwa kehidupan manusia tidak terlepas dari hubungan dengan Tuhan, sesama manusia, dan dengan lingkungannya.

d. Bangsa Indonesia menyadari, mengakui, menghormati dan menjamin hak asasi orang lain sebagai suatu kewajiban. Hak dan kewajiban asasi terpadu dan melekat pada diri manusia sebagai pribadi, anggota

keluarga, anggota masyarakat, anggota suatu bangsa, dan anggota masyarakat bangsa-bangsa.

e. Bangsa dan negara Indonesia sebagai anggota Perserikatan Bangsa- bangsa mempuyai tanggung jawab dan kewajiban menghormati ketentuan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia tahun 1948 dengan semua instrumen yang terkait, sepanjang tidak bertentangan dengan Pancasila.

f. Negara Kesatuan Republik Indonesia mempunyai hak asasi yang harus dihormati dan ditaati oleh setiap orang/warga negara.

g. Pancasila memandang bahwa hak asasi dan kewajiban asasi manusia bersumber dari ajaran agama, nilai moral universal, nilai budaya bangsa serta pengamalan kehidupan politik nasional.

2.3 KONSEP PANCASILA SEBAGAI SUATU ETIKA DAN CONTOH KASUS

A. PENGERTIAN ETIKA

- Etika berasal dari bahasa yunani, “Ethos” yang artinya tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, perasaan sikap, dan cara berpikir.

(10)

-Etika dalam arti luas ialah ilmu yang membahas tentang kriteria baik dan buruk.

- Etika pada umumnya dimengerti sebagai pemikiran filosofis mengenai segala sesuatu yang dianggap baik atau buruk dalam perilaku manusia. Keseluruhan perilaku manusia dengan norma dan prinsip-prinsip yang mengaturnya itu kerap kali disebut moralitas atau etika.

B. ALIRAN-ALIRAN ETIKA

Ada beberapa aliran etika yang dikenal dalam filsafat, yaitu:

1. Etika keutamaan

Etika keutamaan merupakan teori etika yang berpendapat bahwa filsafat moral tidak hanya tentang benar atau salahnya tindakan manusia menurut norma atau prinsip moral tertentu, akan teapi mengenai baik burukya kelakuan atau watak manusia. Etika keutamaan lebih menekankan pada bagaimana manusia sebagai manusia hidup ( what should I be?) bukan pada tindakan mana yang harus dilakukan.menilai baik-buruknya perilaku mengacu pada proses dan usaha untuk mencapainya, atau dapat dikata mengambil bagian dalam tujuan hidup sejati manusia. Etika keutamaan fokus mengarahkan pada ethics of being. Para penganut etika keutamaan umumnya menyayangkan banyak teori etika modern terlalu menekankan prinsip atau peraturan yang memberi batas-batas bagi tugas dan kewajiban moral, tetapi tidak memberi perhatian pada cita-cita keluhuran watak atau kepribadian manusia. Orang yang setia menjalankan kewajibannya saja belumlah cukup untuk dijadikan ideal hidup orang yang bermoral. Contohnya kejujuran atau keadilan, tidak dimaknai sebagai sebagai jenis tindakan yang memenuhi kewajiban dalam hubungan dengan sesama, melainkan sebagai suatu keutamaan suatu kualitas keluhuran watak.

2. Etika teologis

Etika teologis merupakan teori yang menyatakan bahwa hasil dari tindakan moral dapat menentukan nilai suatu tindakan/kebenaran. Tindakan Etika ini bersifat situsional dan subjektif, dalam artian akan dinilai benar jika akibatnya baik dan dinilai salah jika akibatnya buruk. Seseorang dapat bertindak berbeda dalam situasi yang lain tergantung dari penilaian tentang akibat dari tindakan tersebut. Demikian pula, suatu tindakan yang jelas-jelas bertentangan dengan norma dan nilai moral bisa dibenarkan oleh etika teleologi hanya karena tindakan itu membawa akibat yang baik.

Etika teleologi digolongkan menjadi dua, yaitu:

a. Egoisme etis

(11)

Yaitu menilai suatu tindakan sebagai baik karena berakibat baik bagi pelakunya. Walaupun bersifat egoistis, tindakan ini dinilai baik secara moral karena setiap orang dibenarkan untuk mengejar kebahagiaan bagi dirinya.

b. Utilitarianisme

Yaitu menilai baik buruknya suatu tindakan berdasarkan akibatnya bagi banyak orang. Dalam hal ini dapat dicontohkan seperti kebijakan sosial, kebijakan ekonomi dan kebijakan sosial yang berdampak bagi banyak orang. Dasar dari kebijakan tersebut adalah “manfaat atau akibat yang berguna” atau sebaliknya kerugian bagi orang-orang terkait.

3. Etika deontologis

Etika deontologis menekankan pada kualitas etis suatu tindakan bukan tergantung pada akibat tindakan itu melainkan tindakan itu sendiri betul atau salah dalam arti moral, tanpa melihat pada akibatnya. Menurut Franz Magnis Suseno, aliran ini dianut oleh Immanuel Kant yang menyatakan bahwa etika memberikan pengertian agar semua tindakan moral manusia baik. Etika dipandang sebagai suatu kewajiban moral, bukan tujuan atau pun akibat.

kewajiban moral mengandung keharusan melakukan tindakan baik. Suatu tindakan dianggap baik apabila tindakan itu memang baik pada dirinya sendiri, sehingga merupakan kewajiban yang harus kita lakukan. Sebaliknya, suatu tindakan dinilai buruk secara moral karena tindakan itu memang buruk secara moral sehingga tidak menjadi kewajiban untuk kita lakukan.

Sebagai contoh, bersikap adil merupakan tindakan yang baik, dan sudah kewajiban kita untuk bertindak demikian. Sebaliknya, pelanggaran terhadap hak orang lain atau mencurangi orang lain adalah tindakan yang buruk pada dirinya sendiri sehingga wajib dihindari. Contoh lain misalnya membuang sampah ke sungai, dinilai buruk secara moral bukan karena akibatnya yang merugikan. tindakan tersebut merupakan tindakan yang buruk karena tidak menghargai dan melestarikan alam (respect for nature). Penekanan pada etika deontologi didasarkan pada motivasi, kemauan keras, baik dan watak yang kuat untuk bertindak sesuai dengan kewajiban.

Etika Pancasila adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila pancasila untuk mengatur prilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di indonesia. Oleh karena itu, dalam etika pancasila terkandung nilai- nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.

- Sila ketuhanan mengandung dimensi moral berupa nilai spiritualitas yang mendekatkan diri kepada sang pencipta.

(12)

- Sila kemanusiaan mengandung dimensi humanus, artinya menjadikan manusia lebih manusiawi yaitu upaya meningkatkan kualitas kemanusiaan dalam pergaulan antar sesama.

- Sila persatuan mengandung dimensi nilai solidaritas, rasa kebersamaan, cintah tanah air.

- Sila kerakyatan mengandung nilai berupa sikap menghargai orang lain, mau mendengar pendapat orang lain.

- Sila keadilan mengandung dimensi nilai mau peduli atas nasib orang lain, kesediaan membantu kesulitan orang lain.

C. Alasan Diperlukannya Pancasila Sebagai Suatu Etika

- Pertama, dekadensi moral yang melanda kehidupan masyarakat, terutama generasi muda sehingga membahayakan kelangsungan hidup bernegara.

Contohnya penyalahgunaan narkoba, kebebasan tanpa batas, rendahnya rasa hormat kepada orangtua, menipisnya rasa kejujuran, tawuran antar pelajar.

- Kedua, korupsi akan merajalela karena para penyelenggara negara tidak memiliki rambu-rambu normatif dalam menjalankan tugasnya.

- Ketiga, kurangnya rasa perlu berkontribusi dalam pembangunan melalui pembayaran pajak. Hal tersebut terlihat dari kepatuhan pajak yang masih rendah padahal peranan pajak dari tahun ke tahun semakin meningkat dalam

membiayai APBN.

- Keempat, pelanggaran hak-hak asasi manusia dalam kehidupan bernegara di indonesia ditandai dengan melemahnya penghargaan seseorang terhadap hak pihak lain. Contohnya seperti penganiayaan terhadap pembantu rumah tangga, penelantaran anak-anak yatim oleh pihak-pihak yang seharusnya melindungi, kekerasan dalam rumah tangga, dll.

- Kelima, kerusakan lingkungan yang berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan manusia seperti kesehatan, kelancaran penerbangan, nasib generasi yang akan datang, global warming, perubahan cuaca, dll. Contoh yang paling jelas adalah pembakaran hutan di riau sehingga menimbulkan kabut asap.

D. Contoh Penerapan Pancasila Sebagai Sistem Etika

Contoh pancasila sebagai suatu etika, adalah dalam nilai kemanusiaan dimana hak asasi setiap warga negara dianggap setara dan dijamin keadilannya, dalam melaksanakan proses kemanusiaan tersebut pancasila mengatur perilaku manusia untuk bisa saling menghormati agar tidak terjadi permasalahan dan pelangaran seputar HAM.

(13)

Contoh penerapan Pancasila sebagai sistem etika dalam kehidupan sehari-hari di antaranya:

-Percaya dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa,

-Taat beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing, -Mengakui kebebasan beragama dan beribadah,

-Menjunjung tinggi toleransi,

-Saling tolong menolong antara sesama,

-Saling bekerja sama dalam bidang kemanusiaan dan hal positif yang lain, -Saling menghargai dan menghormati,

-Cinta tanah air,

-Rela berkorban demi bangsa dan negara,

-Menempatkan persatuan di atas kepentingan pribadi dan golongan sehingga menjaga kedaulatan negara Indonesia tetap utuh

-Menghargai perbedaan,

-Tidak melakukan diskriminasi pada siapapun, -Menjunjung tinggi kesetaraan,

-Peduli pada sesama,

-Membantu orang yang kesulitan, baik di bidang ekonomi maupun yang lainnya,

-Mengutamakan kemajuan bersama.

BAB II PENUTUP

KESIMPULAN

Pancasila adalah dasar negara Indonesia dan sudah sepatutnya menjadi dasar kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh masyarakat indonesia, nilai-nilai

(14)

Pancasila merupakan cakupan dari nilai, norma, dan moral yang harusnya mampu diamalkan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab apabila Bangsa Indonesia mampu mengamalkan nilai-nilai tersebut maka degradasi moral dan kebiadaban masyarakat dapat diminimalisir, secara tidak langsung juga akan mengurangi kriminalitas di Indonesia, meningkatkan keamanan dan kesejahteraan bangsa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

1. Pancasila - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

2. Blog: MAKALAH PENGERTIAN PANCASILA DAN RUANG LINGKUP (azzahradamayanti.blogspot.com)

3. Mengenal Dimensi Realitas dalam Ideologi Pancasila | kumparan.com

4. Pengertian Dimensi Idealitas dalam Pancasila dan Contohnya (visitpare.com) 5. √ 6 Contoh Dimensi Fleksibilitas Pancasila dalam Masyarakat | DosenPPKN.com 6. Sejarah Lahirnya Pancasila, Dasar Negara Indonesia (kompas.com)

7. Contoh Penerapan Pancasila sebagai Sistem Etika - Kompas.com

8. Pedoman Umum Implementasi Pancasila dalam Kehidupan Bernegara yang ditulis oleh Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Kehidupan Bernegara (2005: 93-94):

9. Gufron, Jurnal , Yaqzhan, No. 1, Juni 2016, 104-106)

Referensi

Dokumen terkait

pancasila berperan sebagai alat yang sebagai pengatur sikap dan tingkah laku orang Indonesia masing- masing dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa (Sila-I),

Sistem Ekonomi Pancasila sebagai “aturan main” kehidupan ekonomi atau hubungan-hubungan ekonomi antar pelaku-pelaku ekonomi yang didasarkan pada etika atau moral Pancasila

Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.. Contoh: Kita dilarang memaksakan suatu agama kepada orang lain karena itu urusan

Ciri-ciri tersebut yang pertama adalah Tuhan Yang Maha Esa yang berarti pengakuan bangsa Indonesia terhadap Tuhan sebagai pencipta dunia dengan segala isinya.Kedua adalah

Kesatuan sila-sila pancasila yang memiliki susunan hierarkis pyramidal ini maka sila Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi basis dari sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab,

Pelaksanaan Pancasila, sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab dalam kehidupan sehari-hari seorang bidan adalah sebagai berikut:..

Pancasila sebagai sistem etika sangat urgen diterapkan dala kehidupan berbengsa dan bernegara karena problem yang dihadapi bangsa Indonesia antara lain: 1 Banyaknya kasus korupsi yang