• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PENDIDIKAN BUDAYA ANTI KORUPSI TATA KELOLA PEMERINTAH YANG BAIK DAN BERSIH

N/A
N/A
Neri Zizou

Academic year: 2023

Membagikan "MAKALAH PENDIDIKAN BUDAYA ANTI KORUPSI TATA KELOLA PEMERINTAH YANG BAIK DAN BERSIH"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PENDIDIKAN BUDAYA ANTI KORUPSI

TATA KELOLA PEMERINTAH YANG BAIK DAN BERSIH

DOSEN PENGAMPU:

ACHMAD DJOJO APP MM dr. NURMASYAH M.Kes

DISUSUN OLEH :

LUTFIAH NUR FITRIANA 211101043

MELDANI 211101045

MODESTA FELISIA FLORA VIPANKA NERI 211101046

RENAL 211101067

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PONTIANAK

PRODI DIII KEPERAWATAN SINGKAWANG TAHUN AJARAN 2021/2022

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah- Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Tata Kelola Pemerintah yang Baik dan Bersih" dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Budaya Anti Korupsi. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang upaya pencegahan antikorupsi yang telah diprogramkan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Pak Achmad Djojo APP MM dan pak dr. Nurmasyah, M.Kes selaku dosen pengampu Mata Kuliah Pendidikan Budaya Anti Korupsi. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Singkawang , 11 September 2021

Kelompok 8

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I...1

PENDAHULUAN...1

A. LATAR BELAKANG...1

B. RUMUSAN MASALAH...2

C. TUJUAN...2

BAB II...3

PEMBAHASAN...3

A. GOOD GOVERNANCE...3

1. Pengertian Good Governance...3

2. Prinsip- prinsip Good Governance...4

B. REFORMASI BIROKRASI...4

1. Pengertian Reformasi Birokrasi...4

2. Visi Reformasi Birokrasi...5

3. Misi Reformasi Birokrasi...5

4. Tujuan Visi Reformasi Birokrasi...5

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja birokrasi...5

6. Upaya Dalam Pencegahan Anti Korupsi Yang Telah Diprogramkan Khususnya Oleh Kementrian Kesehatan...6

BAB III...10

PENUTUP...10

A. KESIMPULAN...10

B. SARAN...10

DAFTAR PUSTAKA...11

iii

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Tata kelola pemerintah yang baik dan bersih merupakan salah satu langkah dalam penyelenggaraan negara untuk mewujudkan agenda pembangunan nasional.

Pemerintahan dibentuk dengan maksud untuk membangun peradaban dan menjaga sistem ketertiban sosial sehingga masyarakat bisa menjalani kehidupan secara wajar dalam konteks kehidupan bernegara.

Reformasi birokrasi (administrasi negara) dan good governance merupakan dua konsep utama bagi perbaikan kondisi penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Lahirnya atau keluarnya mengenai Reformasi Birokrasi dan Good Governance ialah dimana terjadinya penyimpangan – penyimpangan dalam sistem pemerintahan, namun pada saat itu program ini belum mendapatkan peningkatan kemajuaan yang baik dalam pelaksanaannya .

Hal ini tercermin dari masih tingginya penyalahgunaan kewenangan dalam bentuk korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), tidak efisiennya organisasi pemerintahan di pusat dan daerah, rendahnya kualitas pelayanan publik, dan lemahnya fungsi lembaga pengawasan sehingga banyak kelemahan birokrasi yang belum menampakkan tanda-tanda dilakukannya perbaikan.

Maka untuk dapat mewujudkan tata kelola penyenggaraan pemerintah yang baik tersebut pemerintah membentuk suatu sistem yang dapat mengendalikan seluruh kegiatan penyelenggaraan pemerintahan. Sistem dimaksud adalah Sistem Pengendalian Intern Pemerintah atau sering disingkat dengan SPIP.

(5)

Keberhasilan pelaksanaan daripada reformasi birokrasi akan sangat mendukung dalam penciptaan good governance. Karena reformasi birokrasi merupakan inti dari upaya penciptaan good governance.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dari good governance ? 2. Apa prinsip prinsip dari good governance ? 3. Apa pengertian dari reformasi birokrasi ?

4. Apa visi dan misi serta tujuan dari reformasi birokrasi

5. Apa upaya dalam pencegahan anti korupsi yang telah diprogramkan khususnya oleh kementrian kesehatan?

6. Apa pengertian dari Sitem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP)?

C. TUJUAN

1. Untuk memahami dan mengetahui baik pengertian dan penjelasan lainnya mengenai good governance dalam pemerintahan.

2. Untuk memahami dan mengetahui pengertian, visi dan misi serta tujuan dari reformasi birokrasi.

3. Dapat memahami upaya dalam pencegahan anti korupsi yang telah diprogramkan oleh pemerintah.

4. Untuk memahami pengertian bahwa pentingnya Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) sebagai bagian dari Anti Korupsi.

v

(6)

BAB II PEMBAHASAN

A. GOOD GOVERNANCE

1. Pengertian Good Governance

Tata Kelola Pemerintahan yang Baik secara teoritis dikenal dengan istilah Good Governance. S e c a r a u m u m , i s t i l a h g o o d a n d c l e a n g o v e r n a n c e memilikipengertian akan segala hal yang terkait dengan tindakan atau tingkah lakuyang bersifat mengarahkan, mengendalikan, atau memengaruhi urusan publik untk mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Pengertian good governance t i d a k s e b a t a s p e n g e l o l a a n l e m b a g a pemerintah semata, tetapi menyangkut semua lembaga baik pemerintahan maupun non pemerintah (lembaga swadaya masyarakat) dengan istilah good corporate.Good governence merupakan konsep dalam pengelolaan pemerintahan yang populer sejak tahun sembilan puluhan yang diharapkan agar mekanisme pemerintahan suatu negara berjalan secara demokratis.

Menurut Santosa sebagaimana didefinisikan UNDP, Good and Clean Governance adalah pelaksanaan politik, ekonomi dan administrasi dalam mengelola masalah-masalah bangsa. Pelaksanaan kewenangan tersebut, bisa dikatakan baik jika dilakukan dengan efektif. Prinsip demokrasi yang bertumpu pada peran sentral warga negara dalam proses sosial politik bertemu dengan

(7)

prinsip-prinsip dasar governance, yaitu pengelolaan pemerintahan yang bersih dan berwibawa yang dirumuskan bersama oleh pemerintah dan komponen masyarakat madani.

Pemerintahan dikatakan baik jika pembangunan dapat dilakukan dengan biaya yang sangat minimal namun dengan hasil yang maksimal. Good and Clean Governance dapat terwujud maksimal jika ditopang oleh 2 unsur yang saling terkait negara dan masyarakat madani yang di dalamnya terdapat sektor swasta.

2. Prinsip- prinsip Good Governance

Pemahaman yang dikembangkan UNDP tentang good governance adalah meliputi elemen pemerintah, swasta (pasar) dan civil society, serta interaksi ketiga elemen tersebut.Selanjutnya Good Governence berlandaskan sembilan prinsip yakni: partisipasi, rule of law, transparansi, sikap responsif, berorientasi konsensus, kesederajatan/kebersamaan, efektif dan efisien, akuntabilitas, dan visi strategis.

Menurut Bappenas: good governance memuat 10 prinsip, yaitu; partisipasi, transparansi, kesetaraan, efektivitas dan efisiensi, akuntabilitas, penegakan hukum, responsive, visi strategis, profesionalisme, dan pengawasan.

Prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh (R.B. Seidman: 2000), bahwa prinsip-prinsip good governance adalah sebagai berikut; rule of law, transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas.

Konsep good governance muncul karena adanya ketidakpuasan pada kinerja pemerintahan yang selama ini dipercaya sebagai penyelenggara urusan publik.

Menerapkan praktik good governance dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan kapasitas pemerintah, masyarakat sipil, dan mekanisme pasar. Salah satu pilihan strategis untuk menerapkan good governance di Indonesia adalah melalui penyelenggaraan pelayanan publik.

vii

(8)

B. REFORMASI BIROKRASI 1. Pengertian Reformasi Birokrasi

Secara etimologi, birokrasi terdiri dari dua kata yakni bureau yang diambil dari bahasa Prancis yang berarti meja tulis atau tempat bekerjannya para pejabat dan cracy yang diturunkan dari kata kratein (bahasa Yunani) yang berarti mengatur. Menurut Kamus Bahasa Indonesia juga memberikan definisi dari birokrasi, yakni sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah karena telah berpegang pada hierarki dan jenjang jabatan. Secara singkat Reformasi birokrasi diartikan sebagai upaya pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan yang baik (good governance).

2. Visi Reformasi Birokrasi

Visi reformasi birokrasi adalah “Terwujudnya Pemerintahan Kelas Dunia”.

Visi tersebut menjadi acuan dalam mewujudkan pemerintahan kelas dunia, yaitu pemerintahan yang profesional dan berintegritas tinggi yang mampu menyelenggarakan pelayanan prima kepada masyarakat dan manajemen pemerintahan yang demokratis agar mampu menghadapi tantangan pada abad ke- 21 melalui tata pemerintahan yang baik pada tahun 2025.

3. Misi Reformasi Birokrasi

Misi Reformasi Birokrasi Reformasi birokrasi memiliki beberapa misi sebagai berikut:

a. Membentuk/menyempurnakan peraturan perundang-undangan dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik;

b. Melakukan penataan dan penguatan organisasi, tata laksana, manajemen sumber daya manusia aparatur, pengawasan, akuntabilitas, kualitas pelayanan publik, mind set dan culture set;

c. Mengembangkan mekanisme kontrol yang efektif;

d. Mengelola sengketa administratif secara efektif dan efisien.

(9)

4. Tujuan Visi Reformasi Birokrasi

Birokrasi Reformasi birokrasi bertujuan untuk menciptakan birokrasi pemerintah yang profesional dengan karakteristik adaptif, berintegritas, berkinerja tinggi, bersih dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme, mampu melayani publik, netral, sejahtera, berdedikasi, dan memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur negara.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja birokrasi

Faktor yang mempengaruhi kinerja birokrasi antara lain : manajemen organisasi dalam menerjemahkan dan menyelaraskan tujuan birokrasi , budaya kerja, dan organisasi pada birokrasi, kualitas sumber daya manusia yang dimiliki birokrasi , kepemimpinan birokrasi yang efektif, dan koordinasi pada birokrasi.

Faktor-faktor tersebut akan menentukan lancar tidaknya birokrasi dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan, selain itu kinerja birokasi dimasa depan akan dipengaruhi oleh faktor-faktor :

a. Strukur birokrasi sebagai hubungan internal yang berkaitan dengan fungsi yang menjalankan aktivitas birokrasi.

b. Kebijakan pengelolaan berupa visi, misi, tujuan, sasaran, dan tujuan dalam perencanaan strategis pada birokrasi.

c. Sumber daya manusia yang berkaitan dengan kualitas kerja dan kapasitas diri untuk bekerja dan berkarya secara optimal.

d. Sistem informasi menejemen, yang berhubungan dengan pengelolaan data base dalam kerangka mempertinggi kinerja birokrasi.

e. Sarana dan prasarana yang dimiliki, yang berhubungan dengan penggunaan teknologi bagi penyelenggara birokrasi pada setiapa kreativitas birokrasi.

ix

(10)

6. Upaya Dalam Pencegahan Anti Korupsi Yang Telah Diprogramkan Khususnya Oleh Kementrian Kesehatan

Pembangunan kesehatan merupakan salah satu prioritas penting dalam program pemerintah. Hal ini bisa dilihat dari jumlah anggaran di Kementerian Kesehatan yang termasuk dalam jajaran lima besar kementerian/lembaga yang mendapat jatah Integritas Kepemimpinan Antikorupsi di Sektor Kesehatan 4 Volume 4 Nomor 1 - Juni 2018 APBN terbesar. Besarnya anggaran yang dimiliki oleh Kementerian Kesehatan menjadi peluang untuk disalahgunakan. Berbagai penyalahgunaan dan kasus korupsi di sektor kesehatan terjadi pada level pemerintah pusat dan daerah. Oleh karena itu adanya program yang telah di buat agar dapat mencegah Korupsi di bidang kesehatan.

Menkes menjelaskan upaya Kemenkes dalam mencegah terjadinya praktik korupsi adalah dengan menerapkan e-katalog alkes dan obat-obatan. Perjalanan untuk menerapkan e-katalog pun sangat panjang, dimulai dari kesepakatan antara kemenkes dengan Komisi 9 untuk menerapkan e-katalog dan e-purchasing.

E-Catalogue Pengadan obat berdasarkan PMK 63 Tahun 2014 di Satker Kesehatan baik pusat maupun daerah dilakukan melalui aplikasi e-purchasing.

Melalui aplikasi ini FKTP dan FKRTL milik Pemerintah yang menjadi rekanan BPJS Kesehatan dapat melakukan pembelian secara on line atau off line dengan menggunakan daftar obat yang tersedia pada E-catalogue. Penyedia obat pada E- catalogue merupakan perusahaan farmasi terpilih yang telah melewati serangkaian proses pengadaan yang ditetapkan oleh LKPP. Pemilihan Penyedia E-catalogue dilakukan oleh LKPP dalam beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Tahap Usulan Kementerian Kesehatan menyampaikan usulan kebutuhan obat kepada LKPP untuk dilakukan pengkajian dan kelayakan atas usulan obat. Kemudian LKPP menetapkan proses pemilihan penyedia barang/jasa.

(11)

2. Proses Pemilihan Proses pemilhan dilakukan oleh Tim Katalog yang ditetapkan LKPP. Proses pemilihan Penyedia obat dapat dilakukan melalui lelang atau non lelang.

3. Proses Penetapan LKPP melakukan pengkajian dan penilaian prosedur pemilihan, apabila telah memenuhi prosedur, LKPP membuat surat penetapan yang akan dicantumkan dalam katalog elektronik.

4. Kontrak Katalog Penandatangan kontrak katalog dilakukan antara Kepala LKPP dengan Penyedia.

5. Penayangan Katalog Elektronik LKPP menayangkan daftar obat beserta spesifikasi teknis, harga dan jumlah ketersediaan barang/jasa pada katalog elektronik (E-catalogue). Dengan telah tersedianya daftar obat dan penyedia obat pada E-catalogue maka FKTP dan FKRTL melalui Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan (Pokja ULP) dapat melaksanakan pengadaan obat melalui e–purchasing.

C. SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PEMERINTAH (SPIP)

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah merupakan salah satu sistem pengendalian pemerintah. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dilaksanakan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Inspektorat melalui Aparat Pengawasan Intern Pemerintah.

Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) Mulyadi (1993:165) mendefinisikan sistem pengendalian internal pemerintah itu sendiri meliputi

xi

(12)

struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Definisi sistem pengendalian internal pemerintah tersebut menekankan tujuan yang hendak dicapai, dan bukan pada unsur-unsur yang membentuk sistem tersebut.

Dalam PP No 60 Tahun 2008 mendefinisikan sistem penggendalian intern yang selanjutnya disebut dengan sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP) sebagai berikut : “proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan yang memadai atas tercapainya tujan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan asset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan”.

Menurut Amir (Devfi, 2008) komponen dari sistem pengendalian internal pemerintah terdiri dari :

1) Lingkungan pengendalian a. Integritas dan nilai etika

b. Komitmen terhadap kompetensi c. Falsafah manajemen dan gaya operasi d. Struktur organisasi

e. Dewan komisaris dan komite audit

f. Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab g. Kebijakan dan prosedur kepegawaian.

2) Penilaian risiko

(13)

a. Menetapkan risiko sebagai bagian dari perancangan dan pengoperasian struktur pengendalian internal untuk meminimalkan salah saji

b. Menilai dan bereaksi secara efektif terhadap risiko.

3) Aktivitas pengendalian

a. Pemisahan kewajiban yang memadai

b. Otoritas yang pantas atas traksaksi dan aktivitas c. Dokumen dan catatan yang memadai

d. Pengendalian fisik atas aktiva dan catatan e. Pemeriksaan independen atas pelaksanaan.

4) Informasi dan komunikasi

Tujuan informasi dan komunikasi akuntansi adalah untuk memulai, mencatat, pemproses dan melaporkan transaksi dan untuk memelihara akuntabilitas aktiva yang terkait.

5) Pemantauan

a. Pemantauan dilaksanakan secara periodik b. Menilai kualitas intern

xiii

(14)

BAB III PENUTUP

A.KESIMPULAN

Pengertian Reformasi Birokrasi Secara etimologi, birokrasi terdiri dari dua kata yakni bureau yang diambil dari bahasa Prancis yang berarti meja tulis atau tempat bekerjannya para pejabat dan cracy yang diturunkan dari kata kratein (bahasa Yunani) yang berarti mengatur.

Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) Mulyadi (1993:165) mendefinisikan sistem pengendalian internal pemerintah itu sendiri meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

Dalam PP No 60 Tahun 2008 mendefinisikan sistem penggendalian intern yang selanjutnya disebut dengan sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP) sebagai berikut : “proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan yang memadai atas tercapainya tujan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan asset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan”.

B. SARAN

Kami sebagai penulis menyadari jika makalah ini banyak sekali memiliki kekurangan yang jauh dari kata sempurna dalam penyusunan makalah ini.

(15)

Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu kepada sumber yang bisa dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan sebagai bahan evaluasi kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Nawawi, J. (2012). Membangun kepercayaan dalam mewujudkan good governance. Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, 1(3), 19-29.

Ruslan, A. (2013). Implementasi Prinsip-prinsip Tata Kelola Pemerintahan yang baik (good governance). AMANNA GAPPA, 45.

Tome, A. H. (2012). Reformasi Birokrasi Dalam Rangka Mewujudkan Good Governance Ditinjau Dari Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010. Jurnal Hukum Unsrat, 20(3), 132-147.

Pertiwi, A., Tasya, S. N., Kuliah, U. M. T. M., Dosen, N., & Rahadian, I. A.

REFORMASI BIROKRASI DALAM PELAYANAN PUBLIK.

INDONESIA, P. R. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2010 TENTANG GRAND DESIGN REFORMASI BIROKRASI 2010–2025.

Djasri, H., Rahma, P. A., & Hasri, E. T. (2016). Korupsi dalam Pelayanan Kesehatan di Era Jaminan Kesehatan Nasional: Kajian Besarnya Potensi dan Sistem Pengendalian Fraud. Integritas: Jurnal Antikorupsi, 2(1), 113- 133.

Winda, S. W. (2018). Formularium Nasional (FORNAS) dan e-Catalogue Obat Sebagai Upaya Pencegahan Korupsi dalam Tata Kelola Obat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN): Formularium Nasional (FORNAS) dan E- Catalogue Obat Sebagai Upaya Pencegahan Korupsi dalam Tata Kelola Obat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Integritas: Jurnal Antikorupsi, 4(2), 177-206.

Ayunigtyas, D., Parinduri, S. K., & Susanti, F. A. (2018). Integritas Kepemimpinan Antikorupsi di Sektor Kesehatan. Integritas: Jurnal Antikorupsi, 4(1), 1-28.

Ruspina, D. O. (2013). Pengaruh Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah, Pengelolaan Keuangan Daerah, Dan Sistem Pengendalian Internal

xv

(16)

Pemerintah (SPIP) Terhadap Penerapan Good Governance (Studi Empiris pada Pemerintahan Kota Padang). Jurnal Akuntansi, 1(3).

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), BPKP memiliki mandat sebagai pengawas intern akuntabilitas keuangan negara

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah mendefinisikan pengendalian intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan

Sistem pengendalian intern menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) menyatakan bahwa Sistem

2) Menjelaskan unsur-unsur dalam Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) berdasarkan PP 60 Tahun 2008. 5) Melaksanakan Evaluasi Pengendalian Intern Tingkat Entitas/Unit

Di dalam PP 60 tahun 2008 mengenai Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di sebutkan bahwa Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan

Sesuai dengan PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), BPKP memiliki mandat sebagai pengawas intern akuntabilitas keuangan

Sesuai dengan PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) mandat yang diberikan kepada BPKP antara lain melakukan pengawasan

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah SPIP dijelaskan bahwa pengawasan intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu,