MAKALAH
PENDIDIKAN PROFETIK
Dosen Pengampu:
Dr. Drs. M. Hajar Dewantoro, M.Ag.
Penyusun:
Ricky Dwi Saputra – 20422187
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUASAN STUDI ISLAM
FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2023
DAFTAR ISI
Daftar Isi
...
ii
A. Tm1 Konsep Dasar Pendidikan Profetik
...
1
1. Tuliskan ayat 110 Ali Imran dan terjemahkan !
...
1
2. Jelaskan kata kunci Pendidikan profetik yang diambil dari ayat tersebut, yaitu
Humanisasi, Liberasi dan transendensi !
...
1
3. Jelaskan definisi pendidikan profetik berdasar soal 1 dan 2 ! ...
1
B. Tm2 Metode Pengembangan Pendidikan Profetik
...
1
1. Jelaskan pendekatan penelitian kualitatif sebagai salah satu cara mengembangkan
Pendidikan profetik !
...
1
2. Jelaskan penentuan responden/informan dengan purposive sampling dalam
penelitian kualitatif !
...
2
3. JElaskan metode pengambilan data dengan trianggulasi, yaitu observasi, wawancara
dan dokuentasi !
...
2
4. Jelaskan tehnik analisis data dengan model interaktif, yaitu collecting dara, reducting data, display data dan verification/conclusion ! ...
3
C. Tm3 Tujuan Pendidikan Profetik (Standar Kompetensi Pendidkan Profetik) ...
3
1. Jelaskan apa maksud terwujudnya kepribadian muslim sebagai tujuan pendidikan
profetik !
...
3
2. Jelaskan peserta didik agar menjadi orang yang rajin beribadah kepada Allah dan
siap jadi Khalifah fil Ardhi !
...
4
3. Jelaskan cara mengembangkan kecerdasan Profetik yaitu hifdhud-din, hifdhun- nafsi, fifdhul-aqli, hifdhun-nasli, hifdhul-maal, dan hifdhul-bi’ah ! ...
4
D. Tm4 Penilaian Pendidikan Profetik (Standar Penilaian Pendidkan Profetik) ...
4
1. Bedakan antara evaluasi proses dalam pembelajaran dan evaluasi akhir
pembelajaran !
...
4
2. Bedakan konsep evaluasi formatif dan evaluasi sumatif ! ...
5
3. Bedakan ciri-ciri assessment OF learning, assessment AS learning and assessment
FOR learning !
...
5
E. Tm5 Konsep Pesan/Ilmu dalam Pendidikan Profetik(Standar Isi Pendidkan Profetik) ...
6
1. Bedakan konsep sparated subjek curriculum, correlated curriculum dan integrated
curriculum !
...
6
2. Jelaskan makna ilmu yang integrasi interkoneksi antar agama dan ilmu pengetahuan
!
...
6
3. Jelaskan konsep kesatuan epistemologi bayani, Irfani dan burhani ! ...
6
F. Tm6 Pengembangan Peserta Didik (Standar Proses Pendidkan Profetik) ...
7
1. Jelaskan peserta didik yang selalu melakukan humanisasi, Liberasi dan transendensi
dalam pengembangan dirinya !
...
7
2. Jelaskan peserta didik yang mengembangkan kecerdasan Profetik sesuai dengan
soal no 10 !
...
7
3. Jelaskan pengembangan peserta didik yang terintegrasi dengan 6 karakter pelajar
Pancasila dalam kurikulum merdeka !
...
7
G. Tm7 Melliu dalam Pendidikan Profetik...9 1. Jelaskan budaya sekolah dalam perspektif Pendidikan profetik...9 Daftar Pustaka...10
A. Tm 1 Konsep Dasar Pendidikan Profetik
1. Tuliskan ayat 110 Ali Imran dan terjemahkan !
َناَََكَل ِبَٰتِكْلٱ ُلََْهَأ َنَماَء ْوَََلَو ۗ ِ للٱِب َنوََُنِمْؤُتَو ِرَََكنُمْلٱ ِنَع َنْوَََهْنَتَو ِفوُرْعَمْلٱِب َنوُرُمْأَت ِسالنلِل ْتَجِرْخُأ ٍةلمُأ َرْيَخ ْمُتنُك
َنوُقِسَٰفْلٱ ُمُهُرَثْكَأَو َنوُنِم ْؤُمْلٱ ُمُهْنّم ۚ مُهلل اًرْيَخ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”1
2. Jelaskan kata kunci Pendidikan profetik yang diambil dari ayat tersebut, yaitu Humanisasi, Liberasi dan transendensi !
a. Humanisasi artinya memanusiakan manusia dan implementasi dari nilai amar makruf.
b. Liberasi artinya pembebasan dan merupakan implementasi dari nilai nahi mungkar.
c. Transendensi yang merupakan implementasi dari tu’minuna billah.2 3. Jelaskan definisi pendidikan profetik berdasar soal 1 dan 2 !
Pendidikan Profetik adalah proses transfer pengetahuan (knowledge) dan nilai (values) kenabian yang bertujuan untuk membangun akhlak, moral serta mendekatkan diri kepada Tuhan dan alam sekaligus memahaminya untuk membangun komunitas sosial yang ideal (khairul ummah).3
B. Tm2 Metode Pengembangan Pendidikan Profetik
1. Jelaskan pendekatan penelitian kualitatif sebagai salah satu cara mengembangkan Pendidikan profetik !
Metode penelitian kualitatif ini disebut juga sebagai metode artistik, karena proses penelitiannya lebih bersifat seni (kurang terpola), dan disebut juga sebagai metode interpretif karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap
1 Merdeka, Al-Qur’an Q.S. Ali-Imran:110, 2022.
2 Rifka Annisa, “KONSEP ILMU SOSIAL PROFETIK KUNTOWIJOYO TERHADAP PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM,” vol. 05, 2021.
3 Yuni Masrifatin, “Konsep Pendidikan Profetik Sebagai Pilar Humanisasi,” Konsep Pendidikan Profetik Sebagai Pilar Humanisasi 15, no. 1 (2016): 165–75, https://core.ac.uk/download/pdf/196255896.pdf.
data yang ditemukan di lapangan.4 Metode ini digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara tringulasi (gabungan), analisis data bersifat induksi/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial secara fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasa dan peristilahannya.5
2. Jelaskan penentuan responden/informan dengan purposive sampling dalam penelitian kualitatif !
Teknik penentuan informan menggunakan purposive sampling. Purposive sampling adalah pengambilan sampel yang sudah diketahui karakteristik atau ciri-cirinya oleh peneliti.6 Data dikumpulkan melalui wawancara, dokumentasi dan observasi. Teknik analisis data menggunakan model interaktif, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
3. Jelaskan metode pengambilan data dengan trianggulasi, yaitu observasi, wawancara dan dokuentasi !
Menurut Nasution dalam buku Sugiyono menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu data mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Marshal (1995) menyatakan bahwa, melalui observasi peneliti belajar tentang perilaku dan makna dari perilaku tersebut.
Menurut Esterberg mendefinisikan wawancara sebagai pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk
4 Sugiyono, Metode Penelitian Kolaboratif (Bandung: Alfabeta, 2014).
5 J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2013).
6 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2010).
menemukan permasalahan lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya.
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dalam penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian.7
4. Jelaskan tehnik analisis data dengan model interaktif, yaitu collecting dara, reducting data, display data dan verification/conclusion !
Reduksi data adalah suatu proses memilih, memusatkan perhatian pada penyederhanaan, mengabstrakkan dan mentransformasikan data kasar yang didapati dari catatan-catatan tertulis dilapangan.
Data merupakan sekumpulan informasi yang tersusun, yang memberi kemungkinan adanya proses menarik kesimpulan dan mengambil tindakan. Penyajian-penyajian yang baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid meliputi: berbagai jenis matrik, grafik, jaringan dan bagan.
Tahap ini adalah tahapan akhir yang di dalamnya terdapat proses untuk mengambil keputusan yang menjurus pada jawaban dari pertanyaan pertanyaan penelitian yang telah diajukan dan pengungkapan “apa” dan “bagaimana” dari temuan penelitian tersebut.8
C. Tm3 Tujuan Pendidikan Profetik (Standar Kompetensi Pendidkan Profetik)
1. Jelaskan apa maksud terwujudnya kepribadian muslim sebagai tujuan pendidikan profetik !
Pribadi yang demikian adalah pribadi yang menggambarkan terwujudnya keseluruhan essensi manusia secara kodrati, yaitu sebagai makhluk individual, makhluk sosial, makhluk bermoral dan makhluk yang ber-Tuhan. Manusia sempurna berarti manusia yang memahami tentang Tuhan, diri dan lingkungannya. Dalam hal ini, Zakiyah Darajat mengemukakan: “Tujuan pendidikan Islam adalah membimbing dan membentuk manusia menjadi hamba Allah yang saleh, teguh imannya, taat beribadah
7 Sugiyono, Metode Penelitian Kolaboratif (Bandung: Alfabeta, 2014).
8 Ahmad Rijali, “Analisis Data Kualitatif,” Alhadharah: Jurnal Ilmu Dakwah 17, no. 33 (2019): 81, https://doi.org/10.18592/alhadharah.v17i33.2374.
dan berakhlak terpuji. Bahkan keseluruhan gerak dalam kehidupan setiap muslim, mulai dari perkataan, perbuatan dan tindakan apapun yang dilakukan dengan mencari nilai ridha Allah, memenuhi segala perintah-Nya adalah ibadah. Dengan demikian, identitas muslim akan tampak dalam semua aspek kehidupannya”9
2. Jelaskan peserta didik agar menjadi orang yang rajin beribadah kepada Allah dan siap jadi Khalifah fil Ardhi !
Tugas manusia adalah memelihara amanah yang Allah pikulkan kepadanya, setelah langit, bumi dan gunung enggan memikulnya. Maka setidaknya ada beberapa perilaku positif yang harus dimiliki seorang khalifah yaitu tidak membuat kerusakan di muka bumi. Seorang khalifah juga merupakan seorang manusia yang rajin beribadah kepada Allah Swt dan selalu mengekalkan kebaikan di sepanjang hidupnya.10
3. Jelaskan cara mengembangkan kecerdasan Profetik yaitu hifdhud-din, hifdhun-nafsi, fifdhul-aqli, hifdhun-nasli, hifdhul-maal, dan hifdhul-bi’ah
Maqasid syariah yang secara sederhana dipahami sebagai maksud atau sasaran di balik hukum, dalam konsepnya memunculkan hirarki dalam tingkatan keniscayaan, yaitu dhoruriyat, hajiat, tahsiniyat. Aspek dhoruriyat dijelaskan dalam upanya untuk melindungi ushulul khomsah secara langsung, yaitu perlindungan agama (hifdzu din), perlindungan jiwa (hifdzu nafs), perlindungan harta (hifdzul mal), perlindungan akal (hifdzul aqli), dan perlindungan keturunan (hifdzu nasl). Sedangkan aspek hajiyat dan tahsiniyat dijelaskan sebagai hal-hal yang mendukung upaya perlindungan terhadap ushulul khomsah di atas secara tidak langsung.11
D. Tm4 Penilaian Pendidikan Profetik (Standar Penilaian Pendidkan Profetik)
9 Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Depag, 1982).
10 Mar’atul Azizah Raini, “Terhadap Pendidikan Islam,” Konsep Khalifatullah Dan Implikasimya Terhadap Pendidikan Islam Perspektif M. Quraish Shihab 4, no. 2 (2018): 2443–2741.
11 Auladi Akrom, “Reinterpretasi Hifdzul Aqli Dan Relevansi Maqasid Syariah Terhadap Kebijakan Pembelajaran Tatap Muka Di Masa Pandemi,” QALAMUNA: Jurnal Pendidikan, Sosial, Dan Agama 13, no. 1 (2021): 23–34, https://doi.org/10.37680/qalamuna.v13i1.633.
1. Bedakan antara evaluasi proses dalam pembelajaran dan evaluasi akhir pembelajaran !
Evaluasi proses dalam pembelajaran bisa disebut dengan evaluasi formatif yang bertujuan untuk mendapatkan umpan balik bagi usaha perbaikan kualitas pembelajaran dalam konteks kelas. Sedangkan evaluasi akhir pembelajaran bisa juga disebut dengan evalusai sumatif uang dilakukan di akhir program untuk memberi informasi kepada konsumen yang potensial tentang manfaat atau kegunaan program.12 2. Bedakan konsep evaluasi formatif dan evaluasi sumatif !
Evaluasi formatif pada dasarnya adalah evaluasi proses yang bertujuan untuk mendapatkan umpan balik bagi usaha perbaikan kualitas pembelajaran dalam konteks kelas. Sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada akhir program untuk memberi informasi kepada konsumen yang potensial tentang manfaat atau kegunaan program.13
3. Bedakan ciri-ciri assessment OF learning, assessment AS learning and assessment FOR learning !
Penilaian seharusnya dilaksanakan melalui tiga pendekatan, yaitu: assessment of learning (penilaian akhir pembelajaran), assessment for learning (penilaian untuk pembelajaran), dan assessment as learning (penilaian sebagai pembelajaran).
a. Assessment of learning merupakan penilaian yang dilaksanakan setelah proses pembelajaran selesai. Proses pembelajaran selesai tidak selalu terjadi di akhir tahun atau di akhir peserta didik menyelesaikan pendidikan pada jenjang tertentu.
b. Assessment for learning dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dan biasanya digunakan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Dengan assessment for learning pendidik dapat memberikan umpan balik terhadap proses belajar peserta didik, memantau kemajuan, dan menentukan kemajuan belajarnya.
c. Assessment as learning memiliki fungsi yang mirip dengan assessment for learning, yaitu berfungsi sebagai formatif dan dilaksanakan selama proses
12 Idrus L, “EVALUASI DALAM PROSES PEMBELAJARAN Idrus L 1,” Evaluasi Dalam Proses Pembelajaran, no. 2 (2019): 920–35.
13 Idrus L.
pembelajaran berlangsung. Perbedaannya, assessment as learning melibatkan peserta didik secara aktif dalam kegiatan penilaian tersebut.14
E. Tm5 Konsep Pesan/Ilmu dalam Pendidikan Profetik(Standar Isi Pendidkan Profetik) 1. Bedakan konsep sparated subjek curriculum, correlated curriculum dan integrated
curriculum !
a. Separated subject curriculum. Ini berarti bahwa semua kain bergambar berada dalam kompartemen terpisah yang terpisah satu sama lain. Tema atau tema adalah hasil pengalaman manusia selama berabad-abad, atau budaya dan pengetahuan yang dikumpulkan oleh manusia sejak lama, disusun dan disederhanakan secara logis dan sistematis, pada setiap usia, yang akan disajikan kepada siswa sesuai dengan itu.
b. Correlated subject curriculum. Ini berarti bahwa setiap mata pelajaran ada hubungannya dengan itu.
c. Integrated subject curriculum. Kurikulum terpadu bertujuan untuk mendobrak batas-batas antara mata pelajaran yang berbeda, menyajikan materi pembelajaran dalam bentuk unit atau keseluruhan, dan membentuk anak menjadi individu yang terintegrasi.15
2. Jelaskan makna ilmu yang integrasi interkoneksi antar agama dan ilmu pengetahuan ! Makna integrasi interkoneksi adalah suatu penggabungan dan penyambungan dari berbagai ilmu umum khususnya ilmu alam dengan ilmu-ilmu agama, karena pada hakekatnya berbagai ilmu pengetahuan itu saling berkaitan antara ilmu yang satu dengan yang lainnya.16
3. Jelaskan konsep kesatuan epistemologi bayani, Irfani dan burhani !
Bayani adalah sebuah model metodologi berpikir berdasarkan teks. Irfani adalah model metodologi berpikir yang didasarkan atas pendekatan dan pengalaman langsung (direct experience) atas realitas spiritual keagamaan.. Burhani adalah model
14 Calon Guru, “Konsep Dan Prinsip Assessment, Teknik Penilaian Berbasis Kelas, Dan Umpan Balik,” Modul Belajar Mandiri, 2019, 205–14.
15 Sulaiman, “Pola Modern Organisasi Pengembangan Kurikulum,” Jurnal Ilmiah Didaktika 14, no. 1 (2013): 60–
73, https://doi.org/10.22373/jid.v14i1.489.
16 Adi Ari Hamzah, “Analisis Makna Intergrasi-Interkoneksi,” Pappasang 2, no. 2 (2020): 33–53, https://doi.org/10.46870/jiat.v2i2.69.
metodologi berpikir yang tidak didasarkan atas teks maupun pengalaman, melainkan atas dasar keruntutan logika.17
F. Tm6 Pengembangan Peserta Didik (Standar Proses Pendidkan Profetik)
1. Jelaskan peserta didik yang selalu melakukan humanisasi, Liberasi dan transendensi dalam pengembangan dirinya !
Humanisasi artinya memanusiakan manusia dan implementasi dari nilai amar makruf.
Liberasi artinya pembebasan dan merupakan implementasi dari nilai nahi mungkar.
Transendensi yang merupakan implementasi dari tu’minuna billah.
Peserta didik berusaha untuk mentransfer pengetahuan (knowledge) dan nilai (values) kenabian yang bertujuan untuk membangun akhlak, moral serta mendekatkan diri kepada Tuhan dan alam sekaligus memahaminya untuk membangun komunitas sosial yang ideal (khairul ummah).
2. Jelaskan peserta didik yang mengembangkan kecerdasan Profetik sesuai dengan soal no 10 !
Peserta didik berusaha melakukan aspek dhoruriyat dijelaskan dalam upanya untuk melindungi ushulul khomsah secara langsung, yaitu perlindungan agama (hifdzu din), perlindungan jiwa (hifdzu nafs), perlindungan harta (hifdzul mal), perlindungan akal (hifdzul aqli), dan perlindungan keturunan (hifdzu nasl). Sedangkan aspek hajiyat dan tahsiniyat dijelaskan sebagai hal-hal yang mendukung upaya perlindungan terhadap ushulul khomsah di atas secara tidak langsung.
3. Jelaskan pengembangan peserta didik yang terintegrasi dengan 6 karakter pelajar Pancasila dalam kurikulum merdeka !
a. Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia.
Murid dengan dimensi profil ini berarti murid tersebut mengamalkan nilai-nilai agama dan kepercayaannya sebagai bentuk religiusitasnya, percaya dan menghayati keberadaan Tuhan serta memperdalam ajaran agamanya yang tercermin dalam perilakunya sehari-hari sebagai bentuk penerapan pemahaman terhadap ajaran agamanya.
17 Wira Hadi Kusuma, “Epistemologi Bayani, Irfani Dan Burhani Al-Jabiri Dan Relevansinya Bagi Studi Agama Untuk Resolusi Konflik Dan Peacebuilding,” Jurnal Ilmiah Syi’ar 18, no. 1 (2018),
https://doi.org/10.29300/syr.v18i1.1510.
b. Berkebinekaan Global Murid dengan dimensi profil ini merupakan seorang murid yang berbudaya, memiliki identitas diri yang matang, mampu menunjukkan dirinya sebagai representasi budaya luhur bangsanya, serta terbuka terhadap keberagaman budaya daerah, nasional, global.
c. Gotong Royong
Seorang murid yang memiliki dimensi Gotong Royong berarti murid tersebut mampu berkolaborasi dengan orang lain dan secara proaktif mengupayakan pencapaian kesejahteraan dan kebahagiaan orang-orang yang ada dalam masyarakatnya.
d. Mandiri
Seorang murid yang memiliki dimensi mandiri berarti murid tersebut mempunyai prakarsa atas pengembangan diri dan prestasinya dan didasari pada pengenalan kekuatan serta keterbatasan dirinya serta situasi yang dihadapi, dan bertanggung jawab atas proses dan hasilnya.
e. Bernalar Kritis
Seorang murid yang memiliki dimensi Bernalar Kritis berarti murid tersebut mampu menggunakan kemampuan nalar dirinya untuk memproses informasi, mengevaluasinya, hingga menghasilkan keputusan yang tepat untuk mengatasi berbagai persoalan yang dihadapinya.
f. Kreatif
Seorang murid yang memiliki dimensi kreatif berarti mampu memodifikasi, menghasilkan sesuatu yang orisinal, bermakna, bermanfaat, dan berdampak untuk mengatasi berbagai persoalan baik untuk dirinya sendiri ataupun untuk lingkungan di sekitarnya.18
18 Ashabul Kahfi, “Implementasi Profil Pelajar Pancasila Dan Implikasinya Terhadap Karakter Siswa Di Sekolah,”
DIRASAH: Jurnal Pemikiran Dan Pendidikan Dasar Islam 5 (2) (2022): 138-151.
G. Tm7 Melliu dalam Pendidikan Profetik
1. Jelaskan budaya sekolah dalam perspektif Pendidikan profetik
Pendidikan profetik diasumsikan sebagai bentuk pendidikan yang memiliki pandangan lebih visioner terhadap potensi yang harus dikembangkan pada diri peserta didik. Melalui pendidikan profetik peserta didik diupayakan untuk cakap secara pribadi melalui transformasi pengetahuan serta penanaman nilai, cakap secara ruhani kaitannya dengan Tuhan dan alam, serta cakap secara komunitas dalam membangun praksis yang ideal.19
19 Prof. Dr. Husniyatus Salamah Zainiyati, Pendidikan Profetik (Bandung: Goresan Pena, 2016).
DAFTAR PUSTAKA
Adi Ari Hamzah. “Analisis Makna Intergrasi-Interkoneksi.” Pappasang 2, no. 2 (2020): 33–
53. https://doi.org/10.46870/jiat.v2i2.69.
Akrom, Auladi. “Reinterpretasi Hifdzul Aqli Dan Relevansi Maqasid Syariah Terhadap Kebijakan Pembelajaran Tatap Muka Di Masa Pandemi.” QALAMUNA: Jurnal Pendidikan, Sosial, Dan Agama 13, no. 1 (2021): 23–34.
https://doi.org/10.37680/qalamuna.v13i1.633.
Annisa, Rifka. “KONSEP ILMU SOSIAL PROFETIK KUNTOWIJOYO TERHADAP PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM.” Vol. 05, 2021.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Guru, Calon. “Konsep Dan Prinsip Assessment, Teknik Penilaian Berbasis Kelas, Dan Umpan Balik.” Modul Belajar Mandiri, 2019, 205–14.
Idrus L. “EVALUASI DALAM PROSES PEMBELAJARAN Idrus L 1.” Evaluasi Dalam Proses Pembelajaran, no. 2 (2019): 920–35.
J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2013.
Kahfi, Ashabul. “Implementasi Profil Pelajar Pancasila Dan Implikasinya Terhadap Karakter Siswa Di Sekolah.” DIRASAH: Jurnal Pemikiran Dan Pendidikan Dasar Islam 5 (2) (2022): 138-151.
Kusuma, Wira Hadi. “Epistemologi Bayani, Irfani Dan Burhani Al-Jabiri Dan Relevansinya Bagi Studi Agama Untuk Resolusi Konflik Dan Peacebuilding.” Jurnal Ilmiah Syi’ar 18, no. 1 (2018). https://doi.org/10.29300/syr.v18i1.1510.
Merdeka. Al-Qur’an Q.S. Ali-Imran:110, 2022.
Prof. Dr. Husniyatus Salamah Zainiyati. Pendidikan Profetik. Bandung: Goresan Pena, 2016.
Raini, Mar’atul Azizah. “Terhadap Pendidikan Islam.” Konsep Khalifatullah Dan
Implikasimya Terhadap Pendidikan Islam Perspektif M. Quraish Shihab 4, no. 2 (2018):
2443–2741.
Rijali, Ahmad. “Analisis Data Kualitatif.” Alhadharah: Jurnal Ilmu Dakwah 17, no. 33 (2019): 81. https://doi.org/10.18592/alhadharah.v17i33.2374.
Sugiyono. Metode Penelitian Kolaboratif. Bandung: Alfabeta, 2014.
———. Metode Penelitian Kolaboratif. Bandung: Alfabeta, 2014.
Sulaiman. “Pola Modern Organisasi Pengembangan Kurikulum.” Jurnal Ilmiah Didaktika 14, no. 1 (2013): 60–73. https://doi.org/10.22373/jid.v14i1.489.
Yuni Masrifatin. “Konsep Pendidikan Profetik Sebagai Pilar Humanisasi.” Konsep Pendidikan Profetik Sebagai Pilar Humanisasi 15, no. 1 (2016): 165–75.
https://core.ac.uk/download/pdf/196255896.pdf.
Zakiyah Darajat. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Depag, 1982.