• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PENELITIAN HUKUM DAGANG

N/A
N/A
Sabrina nina

Academic year: 2024

Membagikan "MAKALAH PENELITIAN HUKUM DAGANG "

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH PENELITIAN HUKUM DAGANG

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Ujian Akhir Semester Pada Jurusan Ilmu Hukum

DOSEN PENGAMPU : Agustianto, S.H., M.H.

“Upaya Penyelesaian Sengketa Dagang Terhadap Galery Anzora Skincare Batam”

Sabrina / 2151140

PROGRAM STUDI ILMU HUKUMM, FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INTERNASIONAL BATAM

2023

(2)

Kata Pengantar

Puji dan syukur saya panjatkan pada Allah SWT. Hanya kepada-Nya lah saya memuji dan hanya kepada-Nya lah kami memohon pertolongan. Tidak lupa shalawat serta salam kam haturkan pada junjungan nabi agung kita, Nabi Muhammad SAW. Risalah beliau lah yang bermanfaat bagi kita semua sebagai pentunjuk jalan kehidupan.

Dengan pertolongan-Nya, saya dapat menyelesaiakan makalah yang berjudul “Upaya Penyelesaian Sengketa Dagang Terhadap Gallery Anzora Skincare Batam”. Pada isi makalah penelitian ini akan diuraikan bagaimana penyelesaian sengketa suatu Gallery Skincare dari mulai awal permasalahan sengketa dagang sampai penyelesaian suatu permasalahan sengketa dagang.

Makalah Peneletian “Upaya Penyelesaian Sengketa Dagang Terhadap Gallery Anzora Skincae Batam” disusun sebagai syarat memenuhi Ujian Akhir Semester pada Mata Kuliah Hukum Dagang

Kritik dan saran yang membangun dari pak Agustianto, S.H., M.Kn. selaku dosen pengampu pada Mata Kuliah Hukum Dagang agar perbaikan dapat dilakukan sangat diharapkan.

Semoga Makalah Penelitian ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa hukum dan saya pribadi khusunya.

Batam, 05 Agustus 2023

Penulis

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. RUMUSAN MASALAH C. TUJUAN

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SENGKETA B. PERMASALAHAN SENGKETA C. PENYELESAIAN SENGKETA BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. KRITIK DAN SARAN

(4)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan manusia saat ini mulai dari zaman Yunani hingga zaman Modern sepeerti sekarang ini mengalami berbagai perubahan yang signifikan dan semakin kompleks penemuan yang disajikan para ilmuwan membuat kemajuan bukan lagi sebuah mimpi yang ingin dicapai. Hal ini menjadi bukti bahwa kemajuan teknologi sangat berkembang pesat. 1Oleh sebab itu membuat segala perilaku manusia juga kian berubah dan beragam yang merupakan efek globalisasi. Saat ini pengaruh globalisasi membuat dunia seakan tanpa sekat dan batas, perubahan ini membuat banyak hal harus di direvitalisasi termasuk dengan hukum. Hukum bersifat dinamis yang berarti hukum berubah mengikuti perkembangan zaman yang terjadi, sehingga hukum itu relavan dengan perkembangan masyarakat. Era dunia pada jaman sekarang ini tak sedikit masyarakat terkhususnya di Indonesia memulai usaha bisnis terkhususnya pada dunia perskincarean, terkhususnya pada kalangan Wanita. Bisnis skincare ini juga memiliki berbagai macam keuntungan serta bisa mendapatkan harga miring dari harga biasanya serta juga mendapatkan banyak peminat tidak hanya pada golongan Wanita bahkan sampai pada golongan laki-laki. Tak hanya itu, pada usaha dagang tersebut juga pasti terdapat sengketa dagang yang biasa terjadi pada dunia bisnis sehingga penyelesaiannya harus mengutungkan kedua belah pihak. Pada penelitian saya terkait sengketa dagang tersebut terdapat sebuah permasalahan yang harus diselesaikan dengan hasil yang tidak merugikan pada pihak mana pun, sehingga pada penelitian ini saya akan menyelesaikan sebuah sengketa dagang dengan cara Non-Litigasi. Metode penelitian yang saya gunakan dalam makalah ini ialah metode kuantitatif dengan metode survei langsung.

1 C.S.T. Cansil. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Rineka Cipta Pers, 2018. MA. “Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata.” JDIH, 2014.

(5)

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah : 1. Apa pengertian Perdagangan ?

2. Bagaimana Penyelesaian sengketa dagang?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Ingin memperoleh informasi terkait sengketa perdagangan

2. Ingin memperoleh informasi terkait tujuan penyelesaian sengketa dagang

3. Ingin memperoleh infornmasi terkait kegunaan/manfaat penyelesaian sengketa dagang

4. Ingin memperoleh informasi terkait Langkah-langkah penyelesaian sengketa dagang melalui

(6)

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Sengketa Perdagangan

Perdagangan adalah kegiatan yang meliputi barang dan/atau jasa, dipertukarkan berdasarkan kesepakatan bersama dan bukan paksaan. Pada masa awal sebelum ditemukannya uang, pertukaran barang disebut barter, yaitu pertukaran barang dengan barang. Perdagangan hari ini dilakukan dengan menukar uang. Hal ini dikarenakan uang telah menjadi alat tukar yang sah, sehingga segala perdagangan saat ini mempergunakan uang sebagai alat tukar uangnya. Perdagangan merupakan salah satu sektor yang membantu pertumbuhan ekonomi agar semakin berkembang. Di Indonesia tidak hanya perdagangan dalam negeri nya saja yang berkembang, namun perdagangan luar negeri seperti ekspor dan impor juga berkembang pesat. Menurut Data Sekunder dari Bank Indonesia, ekspor dianggap sebagai “injeksi” kenaikan pendapat nasional dan cadangan devisa negara, sementara impor dianggap sebagai “kebocoran” pendapatan nasional.

Namun dalam perdagangan tidak selamanya berjalan mulus, tentu ada permasalahan dan sengketa didalamnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sengketa adalah sesuatu yang menyebabkan perbedaan pendapat, pertengkaran, dan perbantahan. Secara umum, sengketa adalah suatu situasi dimana para pihak terjadi perbedaan kepentingan yang salah satu pihaknya merasa dirugikan sehingga terjadinya sebuah pertengkaran. Sengketa bukanlah sebuah hal yang dapat dihindari tetapi harus dihadapi dengan mencari jalan keluar terbaik untuk para pihak (win win solution). Penyelesaian sengketa tidak hanya berlaku secara litigasi, namun juga dapat diselesaikan secara non-litigasi yang berarti diluar pengadilan. Semakin tinggi frekuensi perdagangan, maka semakin tinggi juga frekuensi kemungkinan sengketa dapat terjadi, dan harus diselesaikan. Tata cara penyelesaian sengketa yang dimuat dalam klausula yang berasaskan kebebasan

(7)

berkontrak, dapat memilih sendiri tata cara penyelesaiannya meliputi pilihan hukum (choice of law) dan pilihan forum (choice of jurisdiction). 2

2. Tentang Kantor

Sebelum masuk pada tahap permasalahan, maka pada penelitian ini saya akan mengurai sedikit terkait kantor tersebut. Kantor Skincare tersebut Bernama “Galery Anzora Batam” Kantor tersebut terdapat dua owner didalamnya yang Bernama Salsalia Anisa dan Dewi Mariyana. Alasan mereka membuka bisnis skincare tersebut adalah untuk menambah uang jajan mereka saja, akan tetapi semakin hari ternyata bisnis yang mereka lakukan berkembang sehingga mereka memulai bisnis mereka dengan membuka kantor yang Bernama “Galery Anzora Batam”. Didalam Galery tersebut terdapat berbagai macam produk-produk kencantikan dari yang remaja bahkan sampai dewasa. Dua orang Wanita tersebut adalah distributor Kepulauan Riau yang join pada suatu brand yang Bernama “Anzora”. Pada saat join tersebut, mereka diberikan harga list sesuai distributor yang dimana distributor dalam 2 bulannya wajib order minimal 1.000.

Berikut list harga skincare Anzora : N

O

NAMA PRODUK

JUMLAH HARGA PERPAKET 1 Series

Acne

1 Paket 220.000 2 Series

Acne Dark Spot (ADS)

1 Paket 250.000

3 Series Renewal

1 Paket 300.000

2 N adi Astiti, Penyelesaian Sengketa Bisnis Melalui Lembaga Arbitrase.” Jurnal Al-

Qardh, 2018.

(8)

4 Series Glow

1 Paket 220.000

Owner Galery mengatakan bahwa

gallery mereka setiap perdua bulannya melakukan orderan sebanyak 5000 paket. Mereka juga memiliki 21 agen 44 reseler 91 member serta 18 dropshiper. Mitra agen, reseler, member serta dropshiper

masing-masing wajib menandatangi MOU yang dimana didalam perjanjian tersebut mitra dilarang menjual dibawah harga, apabila menjual dibawah harga akan dikenakan sanksi diberhentikan menjadi mitra bahkan ranah hukum.

Tabel ketetapan harga skincare Anzora

(9)

3. Informasi terkait Skincare Anzora Series Renewal

Harga Ketetapan : 300.000

Manfaat : Mampu mengatasi Flek membandel dan mengatasi penuaan serta memberikan wajah tampak glowing.

Series Acne

Harga Ketetapan : 220.000

Manfaat : Mampu mengatasi muka berjerawat dan bekas jerawat

(10)

Series Acne Dark Spot Harga Ketetapan : 250.000

Manfaat : khusus muka sensitive, untuk menghilangkan beruntusan serta bekas jerawat

Series Glow

Harga Ketetapan : 220.000

Manfaat : Mampu mengatasi flek dan memberikan efek glowing

4. Permasalahan/Sengketa dagang

Pada pembahasan diatas sudah dijelaskan bagaimana system pada Skincare Anzora. Dalam dunia berbisnis tidak semuanya bisnis akan berjalan mulus, tentu saja terdapat sebuah sengketa perdagangan. Menurut informasi yang telah saya peroleh dari hasil penelitian saya ialah banyak mitra seller dan member yang complain terhadap distributor dikarenakan banyak pedagang jahil yang menjual dibawah harga tanpa join dan mendatangani MOU yang dimana hal tersebut tentu saja merugikan seller dan member, karena jaman Sekarang tentu saja pembeli akan beralih kepenjual yang menjual harga yang lebih murah. Permasalahan ini semakin hari semakin menyebar luas

(11)

sehingga seller member banyak yang berhenti join pada distributor gallery anzora skincare, karena mengaku bahwa seller dan member mengalami kerugian karena barang yang mereka miliki tidak terjual. Karena permasalahan tersebut, owner gallery anzora skincare selaku distributor juga mengalami kerugian dikarenakan status penjualan turun drastis dikarenakan banyak seller dan member yang berhenti atau mengeluarkan diri dari mitra.

Owner galeri anzora skincare berpikir bagaimana cara mengatasi permasalahan tersebut, sehingga Langkah yang owner ambil ialah menyampaikan keluhan nya terhadap Owner atau pemilik brand anzora skincare terkait permasalah tersebut, namun solusi yang diberikan owner brand anzora hanyalah sebatas memberikan saran teguran saja terhadap penjual yang menjual dibawah harga. Menurut owner gallery anzora skincare solusi tersebut tidak berjalan lancer, dikarenakan masih banyak penjualan dibawah harga.

Maka, pada permasalahan diatas dikatakan sebagai sebuah sengketa perdagangan. Secara umum, sengeketa adalah suatu situasi dimana para pihak terjadi perbedaan kepentingan yang salah satu pihaknya merasa dirugikan sehingga terjadi sebuah pertengkaran.

Sengketa bukanlah sebuah hal yang dapat dihindari tetapi harus dihadapi dengan mencari jalan keluar terbaik untuk para pihak (win win solution).

Salah satu metode penyelesaian sengketa non-litigasi adalah Penyelesaian Sengketa Alternatif (Alternative Dispute Resolution), juga dikenal sebagai APS. Pilihan para pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan masalah mereka diatur dalam klausula kontrak. Disebutkan bahwa semua perjanjian yang dibuat oleh undang-undang berlaku bagi pihak yang membuatnya dan tidak dapat dicabut kembali kecuali dengan kesepakatan pihak atau atas alasan lain3. Persetujuan harus dibuat dengan iktikad baik, yang berarti bahwa para pihak yang membuat kontrak harus mematuhi semua klausula kontrak karena perjanjian itu dibuat berdasarkan kesepakatan dan undang-undang.

Pengadilan nasional atau pengadilan asing dapat dipilih untuk menangani kasus litigasi.

3 Wendell B. Anderson and J. G. Starke, “An Introduction to International Law,” The Western Political Quarterly, 1948, https://doi.org/10.2307/442314.. 10th Ed, Butterworths. London. h. 486

(12)

Penyelesaian sengketa melalui jalur non-litigasi biasanya menggunakan lembaga arbitrase, baik nasional (BANI, BASYANAS) maupun asing.

Jika upaya diplomatik tidak berhasil menyelesaikan sengketa, penyelesaian sengketa secara hukum memerlukan pengadilan dan arbitrase. Negosiasi adalah langkah pertama dalam penyelesaian sengketa. Dalam proses ini, para pihak yang berselisih berusaha untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri tanpa bantuan pihak ketiga. Jika negosiasi tidak membuahkan hasil, penyelesaian dapat dilakukan melalui metode lain yang memerlukan bantuan pihak ketiga, seperti mediasi, konsiliasi, penyelidikan, dan lainnya. Jika kedua pihak tidak dapat mencapai kesepakatan, penyelesaian akan dilakukan melalui arbitrase atau pengadilan, seperti yang disepakati dalam klausula kontrak.

Pada perjanjian dagang internasional dikenal juga dengan perjanjian tidak bernama (inominat), hal ini dikarenakan penamaannya belum dimuat dalam KUH Perdata dan KUH Dagang. Walaupun belum diatur, perjanjian ini harus tetap tunduk pada asas perjanjian yaitu pacta sunt servanda, kebebasan berkontrak, dan iktikad baik.

Penyelesaian sengketa dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Penyelesaian sengketa secara diplomatik, yaitu dengan cara negosiasi, mediasi, penyeldikan dan konsiliasi, dimana negosiasi tidak melibatkan pihak ketiga, sedangkan cara lainnya melibatkan pihak ketiga

2. Penyelesaian sengketa secara hukum, yaitu dengan cara arbitrase dan pengadilan.

Penyelesaian sengketa secara damai menurut J. G. Starke dapat dibagi menjadi:

1. Arbitrase (arbitration)

2. Penyelesaian secara yudisial (judicial settlement) 3. Negosiasi, mediasi, konsiliasi, dan penyelidikan

(13)

4. Penyelesaian dibawah naungan organisasi PBB

Menyelesaikan sengketa dagang internasional yang paling khas adalah para pihak dapat memilih hukum mana yang akan dipakai atau biasa dikenal choice of law. Pilihan hukum tidak akan dilakukan bila bertentangan dengan kepentingan umum dan terjadi penyelundupan hukum. Ada beberapa prinsip dari pilihan hukum yaitu:

1. Partijautonomie, yang berarti para pihak berhak menentukan hukum mana yang akan dipakai apabila dalam sebuah perjanjian terjadi sengketa.

2. Bonafide, yaitu pilihan hukum harus didasarkan dengan iktikad baik (bonafide), hal ini sesuai dengan apa yang tertuang dalam Pasal 1338 KUH Perdata.

3. Real Connection, yang berarti mengharuskan adanya hubungan nyata antara hukum yang dipilih dan permasalahan yang sedang terjadi.

4. Larangan Penyelundupan Hukum, yang berarti upaya yang dilakukan oleh pihak dalam kontrak untuk tidak memberlakukan ketentuan hukum yang bersifat memaksa dengan tujuan untuk menghindari akibat-akibat hukum tertentu yang tidak dikehendaki oleh para pihak atau untuk mewujudkan keinginan para pihak sebagaimana yang mereka kehendaki.

5. Ketertiban Umum, yang berarti alasan alasan hakim untuk menghindari pemberlakuan hukum asing yang seharusnya berlaku karena bertentangan dengan asasi hukum kepatutan, kesusilaan, maupun adat istiadat dari sang hakim yang memeriksa perkara.

Ada beberapa prinsip dalam penyelesaian sengketa, yaitu:

(14)

1. Prinsip Kesepakatan Para Pihak (Konsensus), prinsip yang merupakan kesepakatan para pihak, yang kemudian menjadi dasar dalam melakukan penyelesaian sengketa.

2. Prinsip Kebebasan Memilih Cara Penyelesaian Sengketa, prinsip yang membebaskan para pihak memilih bagaimana sengketa akan diselesaikan.

3. Prinsip Kebebasan Memilih Hukum, merupakan prinsip untuk membebaskan para pihak memilih hukum mana yang akan dijadikan dasar dalam penyelesaian sengketa.

4. Prinsip Iktikad Baik, yang mana mewajibkan para pihak untuk beriktikad baik dalam penyelesaian sengketa, yang bertujuan mencegah sengketa dan melaksanakan penyelesaian sengketa dengan cara Alternatif Penyelesaian Sengketa.

5. Prinsip Menempuh Jalur Hukum Lokal, hal ini dimaksudkan sebelum menempub jalur hukum internasional, hendaknya menempuh langkah-langkah hukum nasional dalam penyelesaian sengketa.4

6. Prinsip Larangan Penggunaan Kekerasan, yang mana prinsip ini melarang untuk menyelesaikan sengketa dengan menggunakan senjata (kekerasan).

7. Prinsip-prinsip Mengenai Kedaulatan, Kemerdekaan, dan Integritas Wilayah Negara-Negara, yang mana para pihak yang bersengketa harus menaati prinsip prisnip yang ada dalam integritas wilayah Negara.

Subjek yang dapat melakukan pilihan hukum pada Hukum Perdata Internasional ada 2, yaitu :

1. Para pihak, dengan azas kebebasan berkontrak biasanya dalam kontrak dagang internasional

4 Huala Adolf, Hukum Perdagangan Internasional (Jakarta: Rajawali Pers, 2011). h.37

(15)

2. Arbiter/Hakim, biasanya perkara non-dagang yang melakukan pilihan hukumnya adalah hakim

Pilihan hukum dan pilihan forum merupakan perjanjian aksidentalia yang berarti perjanjian ini harus mendapat pernyataan secara nyata dengan perjanjian tertulis dan dinyatakan dengan tegas, sehingga apabila tidak dicantumkan dalam perjanjian maka hal itu dianggap tidak diatur karena tidak ada peraturan cadangan yang mengatur hal tersebut, sehingga yang dapat menentukan melalui adendum atau arbiter/hakim.

Alternatif penyelesaian sengketa berasal dari masyarakat Timur, yang selalu mengutamakan penyelesaian masalah secara damai. Di sisi lain, masyarakat Barat lebih suka menyelesaikan masalah melalui pengadilan. Metode penyelesaian damai ini diciptakan untuk mengurangi kemungkinan konflik di antara pihak yang bersengketa dan mengurangi jumlah masalah yang dikirim ke pengadilan. "Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati oleh para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli," menurut Pasal 1 angka 10 UU No. 30 Tahun 1999. Ayat 1 Pasal 1 menyatakan bahwa "Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum." yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa5. Menurut Pasal 1 Ayat 1 dan Pasal 1 angka 10 UU No. 30 Tahun 1999, arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa adalah dua hal yang memiliki pengertian dan maksud yang berbeda.

Alternatif penyelesaian sengketa, berbeda dengan arbitrase, dilakukan melalui musyawarah mufakat untuk mencapai solusi yang menguntungkan kedua belah pihak.

Karena itu, kesepakatan bergantung pada keinginan masing-masing pihak untuk menyelesaikan perselisihan. Namun, putusan arbitrase menang-kalah hampir sama dengan putusan pengadilan. Di antara berbagai metode penyelesaian sengketa yang tersedia di APS, negosiasi, mediasi, arbitrase, dan pengadilan adalah yang paling umum

5 UU No. 30 Tahun 1999 Pasal 1 ayat 10

(16)

digunakan. Namun, pengusaha lebih memilih penyelesaian melalui pengadilan daripada negosiasi, mediasi, dan arbitrase.

5. Alternatif Penyelesaian Menurut Penulis

Mengingat fakta bahwa banyak pengusaha lebih memilih penyelesaian melalui pengadilan dari pada negosiasi, mediasi, arbitrase. Akan tetapi menurut saya, permasalahan dagang yang terjadi pada Galler Anzora Skincare ialah permasalahan yang dapat diselesaikan dengan negosiasi dan mendiasi. Langkah awal ialah distributor dapat mencari siapa yang menjual dibawah harga lalu dibicarakan secara kepala dingin, apa alasan penjual tersebut melakukan hal tersebut dikarenakan dampak yang penjual dibawah harga tersebut berpengaruh buruk terhadap pendapatan pemilik/owner Gallery Anzora Skincare. Langkah awal yang dilakukan ialah negosiasi apabila negosiasi tersebut tidak berjalan juga dan penjual dibawah harga tetap melakukan aksinya maka Langkah selanjutnya yang diambil ialah melakukan somasi. somasi adalah tindakan resmi yang diambil oleh individu atau perusahaan untuk memberi tahu pihak lain tentang dugaan pelanggaran terhadap hak-hak mereka. Dalam somasi, terdapat tuntutan dan permintaan agar masalah diselesaikan secara damai, tanpa melibatkan jalur hukum.

Beberapa factor penghambat yang membuat pengadilan menjadi jalur yang kurang dipilih adalah sebagai berikut :

1. Kurang efektif dan efesien nya waktu apabila persoalan dilimpahkan ke pengadilan karena tahapan yang harus dilalui seperti banding, kasasi, dan penijauan Kembali.

2. Sifat pengadilan yang terbuka untuk umum membuat para pengusaha sedikit kurang nyaman mempublikasikan permasalahannya dan Sebagian pengusaha menyukai hal privat

(17)

3. Hakim dalam pengadilan tidak dapat dipilih oleh para pihak, tidak dapat memilih tempat penyelesaiannya, Bahasa yang digunakan, dan lainnya.

4. Pada pengadilan tidak ditangani oleh tenaga yang ahli di bidangnya.

Bentuk-bentuk dan forum APS adalah : A. Negosiasi

Dua pihak berbicara satu sama lain untuk mencapai kesepakatan untuk kepentingan mereka sendiri, bisnis, atau lainnya. Untuk menyelesaikan sengketa tanpa publisitas, nenegosiasi adalah metode yang paling umum.

Negosiasi memiliki beberapa kelemahan, seperti:

- Jika ada ketidakseimbangan antara pihak, pihak yang kuat akan menekan pihak yang lemah.

- Jarang sekali para pihak menetapkan persyaratan untuk menyelesaikan kasus tersebut.

- Penyelesaian konflik dapat menjadi rumit dan tidak efektif jika salah satu pihak mempertahankan pendirian yang terlalu kuat.

B. Mediasi

Proses penyelesaian sengketa dengan menggunakan mediator, pihak ketiga. Untuk membantu para pihak menyelesaikan sengketa, mediator pihak yang netral biasanya menawarkan saran. Mediator secara tidak resmi memberikan saran berdasarkan informasi daripada pihak; jika saran tersebut tidak diterima, mediator dapat melanjutkan mediasinya dengan memberi saran baru. Fungsi utama mediator adalah mencari solusi, menemukan hal-hal yang dapat disepakati, dan membuat saran yang menyelesaikan sengketa. Dalam proses mediasi, tidak ada prosedur khusus yang harus diikuti; oleh karena itu, para pihak bebas menetapkan prosedur mereka sendiri, asalkan prosedur tersebut sesuai dengan kesepakatan para pihak. Jika kedua belah pihak tidak dapat menyelesaikan perselisihan mereka melalui jalur ini mereka masih dapat menggunakan forum penyelesaian hukum seperti pengadilan dan arbitrase.

(18)

C. Konsiliasi

penyelesaian sengketa melalui jalur ini mirip dengan mediasi karena melibatkan pihak ke tiga untuk menyelesaikan sengketa secara damai.

Konsiliasi dapat dilakukan oleh individu atau komisi. Komisi, baik yang sudah terbentuk atau ad hoc, bertugas menetapkan penyelesaian yang akan digunakan oleh masing-masing pihak, tetapi keputusannya tidak mengikat pihak tersebut. Persidangan dilakukan dalam dua tahap: tertulis dan lisan.

Sengketa ditulis secara tertulis dan dikirim ke komisi konsiliasi. Daripada bertindak sebagai pihak atau diwakili oleh kekuasaan mereka, komisi ini akan mendengerkan penjelasan secara lisan. Berdasarkan informasi yang dia kumpulkan, konsiliator menyampaikan kesimpulan dan rekomendasi penyelsaian sengketanya. Meskipun demikian, sikap para pihak terhadap usulan ini sangat bergantung.

D. Konsultasi

Konsultasi adalah hubungan antara pelanggan dan konsultan yang bertujuan untuk memberikan pendapat tentang masalah pelanggan.

E. Arbitrase

Arbitrase adalah penyerahan sengketa secara sukarela kepada pihak ketiga yang netral. Keputusan yang dibuat oleh pihak ketiga tersebut adalah final dan mengikat. Pasal 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 menyatakan bahwa

"Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata diluar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis

(19)

oleh para pihak yang bersengketa." Arbiter adalah orang yang ditunjuk oleh lembaga arbitrase atau Pegadilan Negeri untuk memutuskan suatu perkara.

Para pihak biasanya menyetujui penyelesaian sengketa melalui arbitrase dalam klausula kontrak, di mana mereka menyetujui pilihan hukum dan jurisdiksi.

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan

Dalam menyelesaikan sengketa, ada dua pilihan: litigasi atau non-litigasi.

Sebagian besar pengusaha memilih metode non-litigasi karena dianggap lebih efisien.

Beberapa forum untuk menyelesaikan sengketa dibidang perdagangan internasional adalah melalui negosiasi, mediasi, konsiliasi, konsultasi, dan arbitrase; namun, arbitrase dianggap sebagai jalur non-litigasi. Kontrak dagang harus mengikuti beberapa prinsip kontrak, seperti pacta sunt servanda, good faith, dan kebebasan berkontrak, meskipun mereka merupakan perjanjian inominat. Dalam penyelesaian sengketa dibidang perdagangan para pihak dapat memilih hukum apa yang akan digunakan untuk menyelesaikan sengketanya dan juga dapat memilih forum di mana penyelesaian akan dilakukan. Menurut saya, Dalam penyelesaian sengketa dagang yang telah diteliti oleh saya sendiri selaku penulis langklah yang tepat dalam menyelesaikan sengketa terkait Gallery Anzora Skincare ialah melalui pilihan Non-Litigasi yaitu melalui negosiasi sehingga somasi.

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Adolf, Huala. Hukum Perdagangan Internasional. Jakarta: Rajawali Pers, 2011.

Anderson, Wendell B., and J. G. Starke. “An Introduction to International Law.” The Western Political Quarterly, 1948.

https://doi.org/10.2307/442314.

Astiti, N adi. “Penyelesaian Sengketa Bisnis Melalui Lembaga Arbitrase.”

Jurnal Al- Qardh, 2018.

Benny, Jimmy. “Ekspor Dan Impor Pengaruhnya Terhadap Posisi Cadangan Devisa Di

Indonesia.” Jurnal EMBA, 2013.

C.S.T. Cansil. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Rineka Cipta Pers, 2018. MA.

“Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata.” JDIH, 2014.

Restiyanda, Risa. “Penyelesaian Sengketa Dagang Internasional Melalui Mediasi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Pada Ppemilihan Hukum Ddan Forum Kontrak Dagang Iinternasional.” Aktualita (Jurnal Hukum), 2020. https://doi.org/10.29313/aktualita.v0i0.5689.

(21)

LAMPIRAN

Referensi

Dokumen terkait

Peneltian ini mengenai Perlindungan Hukum Rahasia Dagamg Setelah Berakhirnya Perjanjian Kerja. Permasalahan dari penelitian ini adalah Apakah rahasia dagang dapat tetap tejaga

Hal itu bisa dilakukan dengan cara membuat kontrak, membuat perjanjian, atau bahkan lisensi dengan pihak-pihak yang bersentuhan langsung dengan rahasia

!epailitan merupakan suatu pr"ses untuk mengatasi pihak debitur yang mengalami kesulitan keuangan dalam membayar utangnya setelah dinyatakan pailit "leh pengadilan,

Dan pada putusannya kemudian ternyata Pengadilan Negeri Jakarta Pusat membatalkan putusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) soal sengketa kepemilikan TPI pada 29

Adanya pilihan hukum dan pilihan forum tersebut dilatarbelakangi oleh unsur asing yang terdapat dalam kontrak dagang internasional yang menyebabkan para pihak tunduk

Dalam hal ini jika para pihak terlah sepakat dalam perjanjian untuk membawa segala sengketa keperdataan (baik wanprestasi ataupun melawan hukum) untuk diselesaikan

Pasal 13.3 “Apabila sengketa tersebut tidak dapat diselesaikan dengan musyawarah oleh Para pihak, maka sengketa tersebut harus diselesaikan secara eksklusif dan

3 Dalam hal sengketa atau beda pendapat sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 tidak dapat diselesaikan, maka atas kesepakatan tertulis para pihak, sengketa atau beda pendapat diselesaikan