• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Filsafat Yunani Dalam Filsafat Islam

MUHAMMAD FAUZI

Academic year: 2023

Membagikan "Pengaruh Filsafat Yunani Dalam Filsafat Islam"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PENGARUH FILSAFAT YUNANI DALAM FILSAFAT ISLAM

Makalah ini diajukan sebagai salah satu pemenuhan tugas pada mata kuliah Filsafat Ilmu

Dosen Pengajar: Dr. Ahmad Annuri

Disusun Oleh:

Muhammad Fauzi

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM 45 BEKASI

2022

(2)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim.

Puji dan syukur kepada Allah S.W.T. yang telah memberikan keselamatan dan kemudahan bagi hambaNya. Serta shalawat juga salam bagi baginda Rasulullah S.A.W. yang telah memberi petunjuk bagi ummat, menerangi dengan cahaya Islam dan menjauhkan dari kekafiran.

Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin kami ucapkan, atas selesainya pembuatan makalah yang berjudul “Pengaruh Filsafat Yunani Dalam Filsafat Islam”. Makalah ini merupakan sebuah kajian dalam mata kuliah Filsafat Ilmu pada Program Pasca Sarjana di Unisma Bekasi.

Dalam kajian tersebut, kami uraikan terkait tiga hal yang menjadi urgensi dan layak untuk dibahas; yaitu: Perkembangan Filsafat Yunani Pada Awal Munculnya Islam; Periode Adopsi Filsafat Yunani oleh Pemikir Islam; dan Unsur- unsur Akulturasi Filsafat Yunani Pada Filsafat Islam.

Kami menyadari bahwa makalah ini belumlah lengkap dan

sempurna. Diyakini masih terdapat berbagai kekurangan, baik dari segi penulisan, susunan kalimat maupun kutipan. Oleh karena itu, dengan lapang hati, kami menerima segala saran, kritik maupun ide-ide cemerlang, sehingga kajian ini menjadi lebih baik lagi pada nantinya.

Tidak lupa juga, kami sampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang telah berpartisipasi, sehingga makalah ini selesai; khususnya kepada dosen, teman sejawat serta kerabat. InsyaAllah setiap budi baik, akan mendapatkan balasan berlipat ganda dari Allah S.W.T.

Bekasi, 21 November 2022

Penulis

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI...ii BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...1 B. Rumusan Penulisan...2 C. Tujuan Penulisan...2 BAB II PEMBAHASAN

A. Perkembangan Filsafat Yunani Pada Awal Munculnya Islam...3 B. Periode Adopsi Filsafat Yunani oleh Pemikir Islam...4 C. Unsur-unsur Akulturasi Filsafat Yunani Pada Filsafat Islam...5 BAB III PENUTUP

A. Simpulan...8 B. Saran...8 DAFTAR PUSTAKA

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Dunia mengakui bahwa bangsa Yunani memiliki peradaban yang tinggi, terutama pada bidang filsafat. Dari filsafat ini pula nantinya muncul pemikiran-pemikiran terkait dengan konsep-konsep dasar berbagai bidang ilmu pengetahuan. Bangsa Yunani terkenal dengan munculnya filosof-filosof terkemuka, seperti Phytagoras (± 480-411 SM), Socrates (± 469-399 SM), Plato (± 427-347 SM), dan Aristoteles (± 384-322 SM).

Peradaban Yunani yang menghasilkan pemikir-pemikir ternama itu, berlangsung pada zaman sebelum Alexander Agung (356-323 SM) berkuasa sampai dengan periode Hellenisme (budaya masyarakat di sekitar Yunani, Anatolia, Syria, Mesopotamia, dan Mesir, berbicara atau berkelakuan seperti orang Yunani).

Setelah Yunani kalah dari Romawi dalam perang Korintus pada 146 SM, maka peradabannya secara geopolitik berakhir dan berganti dengan hegemoni Kekaisaran Romawi. Namun demikian, filsafat Yunani kian luas menyebar dan mempengaruhi cara berfikir masyarakat setelahnya. Terkecuali masyarakat Arab, yang pada masa kejayaan Kekaisaran Romawi Timur di Syria, masih berapa pada zaman jahiliyah. Masyarakat Arab belum tertarik dengan pengetahuan-pengetahuan baru, termasuk filsafat Yunani.

Dikemudian hari, setelah kekhalifahan Islam tumbuh dan berkembang, mulailah bermunculan pemikir-pemikir Islam yang berminat untuk mempelajari maupun menterjemahkan filsafat Yunani. Pada masa Khalifah al-Ma’mun (813-833 M), proses penterjemahan karya-karya para filosof Yunani ke dalam bahasa dan aksara Arab dilakukan dalam rangka transfer ilmu ke dalam Islam.

Selanjutnya, ilmu pengetahuan yang berasal dari para filosof Yunani tersebut dikembangkan sehingga muncul konsep-konsep ilmu pengetahuan yang lebih baik dan digunakan sampai era modern. Oleh karena itu, merupakan suatu hal yang penting untuk ditelaah mengenai sejauh mana pengaruh filsafat Yunani terhadap filsafat Islam. Telisik terkait hal ini akan dimulai dari awal mula tumbuhnya Islam sampai dengan bagaimana proses kolaborasi filsafat Yunani kedalam filsafat Islam.

(5)

B. RUMUSAN PENULISAN

1. Seperti apa perkembangan filsafat Yunani pada awal munculnya Islam?

2. Bagaimana proses filsafat Yunani diadopsi oleh pemikir Islam?

3. Apa saja filsafat Yunani yang mempengaruhi filsafat Islam?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui sejauh mana perkembangan filsafat Ynani pada awal Islam.

2. Memahami proses penyerapan filsafat Yunani oleh pemikir Islam.

3. Mendapatkan informasi terkait pengaruh filsafat Yunani terhadap filsafat Islam.

(6)

BAB II PEMBAHASAN

A. PERKEMBANGAN FILSAFAT YUNANI PADA AWAL MUNCULNYA ISLAM

Kejayaan Yunani telah runtuh ketika Islam tumbuh dan

berkembang. Kekuatan besar yang ada pada saat itu adalah imperium Romawi dan Persia. Walau demikian, Romawi sebagai pengganti kejayaan dari Yunani masih meneruskan tradisi filsafat yang ditinggalkan pendahulunya. Pengaruh filsafat Yunani masih begitu kental melekat hingga kewilayah Romawi Timur, termasuk negeri Syam atau Syria.

Diperkirakan awal masehi, bangsa Romawi yang dahulunya adalah penyembah pagan, mulai mendapatkan informasi terkait teologi tauhid. Hal ini karena kekuasaan mereka bersinggungan dengan masa kenabiaan Isa Al-Masih.

Walau dikemudian hari, tauhid dan pagan ini berpadu menjadi aqidah baru dan menyebar keseluruh penjuru kekuasaan Romawi. Namun demikian, penerimaan dan budaya filsafat Yunani masih terus dilestarikan.

Sejarah kebudayaan Islam mencatat bahwa ilmu filsafat tidak diketahui oleh orang-orang Islam, kecuali setelah masa Daulah Abbasiyah pertama (132-232H/ 750-847M). Ilmu ini ditransfer ke dunia Islam melalui penerjemahan buku-buku filsafat Yunani yang telah tersebar di daerah-daerah seperti Iskandariah, Anthakiah dan Harran. Terlebih pada masa Al-Makmun, berkuasa antara 198-218H/813-833M yang mengadakan hubungan kenegaraan antara raja-raja Romawi, Bizantium yang beribukota di Konstantinopel, yang juga dikenal sebagai kota Al-Hikmah dan merupakan pusat dari ilmu filsafat. Dari kota ini, buku-buku filsafat diperoleh dan diterjemahkan, termasuk dari bahasa

Suryani. Kegiatan penerjemahan ini disertai pula dengan uraian dan penjelasan seperlunya. Para cendikiawan pada waktu itu berusaha memasukkan filsafat Yunani sebagai bagian dari metodologi dalam menjelaskan Islam, terutama akidah, untuk melihat perlunya kesesuaian antara wahyu dan akal.1

B. PERIODE ADOPSI FILSAFAT YUNANI OLEH PEMIKIR ISLAM

1 Asep Sulaiman, Mengenal Filsafat Islam, Yrama Widya, Bandung, 2016, hlm.6

(7)

Daulah Abbasiyah terkenal dengan kemakmuran dan perkembangan ilmu pengetahuan. Periode ini dimulai sejak khalifah kedua memimpin di Baghdad, yaitu Abu Ja’far Al-Mansur (137-159 H/ 754-775 M).

Walaupun diawal pemerintahannya banyak pemberontakan dan peperangan, akan tetapi pada 10 tahun terakhir masa jabatannya, negeri Bahgdad mencapai masa yang gemilang. Situasi yang aman, makmur dan tenteram, mendorong Al-Mansur untuk fokus pada perkembangan ilmu pengetahuan, kesusasteraan dan

kebudayaan.

Khalifah Al-Mansyur menunjuk seorang muslimin Persia bernama Khalid bin Barmak sebagai wazir. Bersama wazir ini, didirikanlah institusi keilmuan dan penterjemahan di pusat kota Baghdad. Al-Mansyur mangkat, kemudian pemerintahan dilanjutkan oleh anak beliau Harun Al-Rasyid (170-194 H/ 786-809 M).

Khalifah Harun Al-Rasyid melanjutkan kerjasama dengan keluarga Persia, Barmakiyah (Khalid bin Barmak) untuk mengembangkan ilmu

pengetahuan. Istana khalifah dijadikan sebagai pusat pengembangan ilmu

pengetahuan dan intelektual sekaligus. Setelah 23 tahun berkuasa, khalifah Harun Al-Rasyid digantikan posisinya oleh anaknya Abdullah Abu Abbas bin Ar-Rasyid Al- Makmun.

Khalifah Al-Makmun memiliki kecintaan kepada ilmu pengetahuan yang sangat mendalam. Beliau melanjutkan program dari kakek dan ayahnya, dengan mendirikan Baitul Hikmah, yaitu gedung yang khusus sebagai balai pengkajian ilmu, penerjemahan dan perpustakaan. Beliau memfasilitasi ahli-ahli filsafat Yunani, aliran filsafat India, tokoh Syi’ah, tokoh Khawarij, dan tokoh- tokoh Sunni, termasuk juga dari non-muslim, untuk menggunakan Baitul Hikmah.

Di masa Al-Makmun terdapat tiga macam aktivitas pengembangan ilmu; Pertama, digalakkannya diskusi-diskusi ilmiah di kalangan para tokoh dan ahli. Kedua, dilakukannya penerjemahan buku-buku secara besar-besaran ke dalam bahasa Arab; Ketiga, didirikannya perpustakaan sebagai tempat penyimpanan buku-buku tersebut. Untuk tiga hal itu Al-Makmun bertindak

(8)

sebagai motor penggeraknya. Hal itu membuktikan keintelektualan al-Makmun dan kecintaannya kepada ilmu pengetahuan.2

C. UNSUR-UNSUR AKULTURASI FILSAFAT YUNANI PADA FILSAFAT ISLAM

Melalui Bait Al-Hikmah yang diselenggarakan khalifah Al- Makmun, maka banyak dari buku-buku filsafat Yunani yang diterjemahkan kedalam literasi Arab. Pelajar-pelajar Muslim mulai belajar dan mengkaji filsafat tersebut dengan mudah. Dalam perkembangannya, filsafat Yunani telah

mempengaruhi filsafat Islam pada setiap sisi, termasuk faham tentang keagamaan.

Pemikiran filsafat terkait agama yang populer pada masa khalifah Al-Makmun adalah faham Mu’tazilah. Yaitu faham yang berpandangan bahwa tuhan telah memberikan kemerdekaan dan kebebasan bagi manusia dalam menentukan kehendak dan perbuatannya, karena tuhan tidak absolut dalam kehendaknya, dan tuhan mempunyai kewajiban berlaku adil, berkewajiban

menempati janji, berkewajiban memberi rizki.3 Bukan hanya itu saja, filsafat pada masa ini juga berpengaruh terhadap penafsiran terhadap Al-Quran dan hukum Islam. Studi keagamaan yang biasanya berada di masjid, ruang akademis maupun madrasah, membahas tentang: Pertama: menjelaskan pengertian Alquran dan untuk menyesuaikan prinsip-prinsipnya bagi lingkungan yang berubah; Kedua:

memadukan wahyu dengan pengalaman intelektual dan keilmuan.4

Tokoh-tokoh ilmu naqli (pengetahuan bersumber dari Al-Quran dan Sunnah) yang terkenal pada masa Al-Makmun, diantaranya:

Ilmu Tafsir: Abu Bakar Asma dan Abu Muslim bin Nashr Al-Isfahany. Pada masa ini muncul metode tafsir hermeneutika (aspek kontekstual, histori,

2 Syamsuddin N., Sejarah Perdaban Islam, Yayasan Pusaka Riau, 2013, hlm.201

3 Zulhelmi, Z. 2016. EPISTEMOLOGI PEMIKIRAN MU’TAZILAH PENGARUHNYA TERHADAP PERKEMBANGAN PEMIKIRAN ISLAM DI INDONESIA. Jurnal Ilmu Agama: Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena Agama. 14, 2 (Apr. 2016), 119-145.

4 Faizal Djabidi. Unsur-Unsur Filsafat Yunani Dan Relevansinya Dengan Pendidikan Agama Islam.

Adz-Zikr 2020, 1, 27-46.

(9)

penulis, serta kondisi sosial psikologis) dan semiotika (aspek analisa tentang bagaimana sistem penandaan berfungsi pada teks).

Ilmu Hadits: Abu Abdullah Muhammad asy-Syafi'i (Imam Syafi’i), Al- Razaq bin Hammam, dan yang lainnya. Kecendrungan penulisan hadist pada masa ini adalah penyaringan hadits dengan cara melakukan kritik terhadap sanad maupun matan, sehingga mucullah kitab Musnad.

Ilmu Kalam: Washil bin Atha’, Abu Huzail, Al-Juba’i, Al-Allaf, Al-Nazzam, dan Abu Hasan al-Asyary. Pada masa ini, ahli kalam menggunakan filsafat untuk mematahkan fitnah kafir Nasrani maupun Yahudi terhadap Islam dan memecahkan persoalan-persoalan agama.

Ilmu Tasawuf: Al-Qusyairi dan Abu Hafas Umar ibn Muhammad Syahabuddari Sahrowardy. Kedua ulama ini, mengajarkan kajian zuhud kepada pada masyarakat dan bangsawan pada masa itu.

Ilmu Bahasa dan Sastra: al-Kasai (Ali bin Hamzah) Al-Farra’ (Abu Zakaria Yahya bin Zaiyad al-Farra). Ahli bahasa dan sastra ini menerbitkan kitab dengan ribuan halaman.

Ilmu Fikih: Abu Hanifah (Irak) dan Malik bin Anas (Madinah), Abu Abdullah Muhammad asy-Syafi'i/ Imam Syafi’i (Gaza), dan Ahmad bin Hanbal (lahir di Turkmenistan, menetap di Iraq). Mereka adalah penggagas munculnya mazhab dalam ilmu fiqih.

Demikian pula dengan perkembangan ilmu aqli (pengetahuan bersumber dari fikiran, akal dan budi), banyak tokoh-tokoh Islam ternama yang telah menorehkan jejak filsafat berikut pengetahuannya semasa pemerintahan khalifah Al-Makmun, seperti:

Ilmu Kedokteran: Yuhanna ibn Musawayh5 dan Hunayn ibn Ishaq6 (kedua dokter ini beragama Nasrani Nestorian/ Asiria). Penelitian tentang kesehatan menggunakan tubuh monyet, pertama sekali diperkenalkan.

5 Beeston, Alfred Felix Landon (1983). “Arabic literature to the end of the Umayyad period”, Cambridge University Press. hlm. 501

6 G. C. Anawati, “Hunayn Ibn Ishaq Al-‘Ibadi, Abu Zayd”,

https://www.encyclopedia.com/science/dictionaries-thesauruses-pictures-and-press-

(10)

Ilmu Filsafat: Abu Yusuf bin Ishaq (al-Kindi). Konsep filsafat yang

berkembang pada masa ini adalah pendapat bahwa filsafat adalah ilmu yang terkemuka serta terbaik, serta pemekaran filsafat menjadi ilmu thibbiyat (fisika), ilmu al-riyadi (matematika) dan level yang paling tinggi adalah ilmu al-rububiyah (ketuhanan).

Ilmu Astronomi: Sind ibn Ali (Yahudi Muslim), Yahya ibn Abi Manshur, Ali bin Isa Al-Asthurlabi (penulis buku tentang astrolobe) dan Muhammad ibn Ibrahim al-Fazari (pencipta alat astrolobe). Ilmuan-ilmuan pada masa ini mulai menciptakan alat-alat dan menggunakan observatorium untuk

mengamati karakteristik, gerak dan gejala benda langit.

Ilmu Matematika: Muhammad bin Musa bin Syakir Al-Khawarizmi. Sistem penomoran atau angka Arab, ditemukan pada masa ini. Bekerjasama dengan filosof Hindu, Al-Khawarizmi merangkai sistem angka secara lengkap termasuk angka 0. Begitu juga dengan istilah positif maupun negatif yang saat itu belum dikenal oleh peradaban. Al-Khawarizmi juga menulis sebuah buku yang berjudul Hisab al-Jabar, sehingga dikenallah istilah Al-Jabar.

BAB III PENUTUP A. SIMPULAN

Tidak dapat dipungkiri bahwa filsafat Yunani telah membuka khazanah keilmuan orang-orang Islam pada masa itu. Ilmu-ilmu filsafat yang diterjemahkan, kemudian dipelajari sehingga orang-orang Islam-pun mulai berfilsafat. Dan dari filsafat yang mengadung unsur ke-Islam-an itu, muncullah karya dan konsep-konsep dasar ilmu pengetahuan baru lainnya.

(11)

Terlepas dari munculnya faham Mu’tazilah, mazhab dalam ilmu fikih serta bercampurnya beragam cara pandang. Namun dari sana akhirnya berkembanglah ilmu pengetahuan yang bermanfaat untuk generasi berikutnya.

B. SARAN

Berfikir secara menyeluruh dan mendalam seperti filsafat, dapat memperluas khazanah pengetahuan dan keilmuan. Dengan filsafat, maka optimasi akal dapat mencapai batal maksimalnya. Dan jika ambang batas akal akhirnya tersentuh, maka hanya Allah S.W.T. saja lah yang Maha Mengetahui segala sesuatu. Oleh karena keterbatasan itu, maka petunjuk terbaik adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah sehingga terbimbinglah manusia ke jalan Ilahi yang benar-benar lurus tanpa ada perselisihan.

DAFTAR PUSTAKA

 Asep Sulaiman, Mengenal Filsafat Islam, Yrama Widya, Bandung, 2016, hlm.6

 Syamsuddin N., Sejarah Perdaban Islam, Yayasan Pusaka Riau, 2013, hlm.201

 Zulhelmi, Z. 2016. EPISTEMOLOGI PEMIKIRAN MU’TAZILAH

PENGARUHNYA TERHADAP PERKEMBANGAN PEMIKIRAN ISLAM

(12)

DI INDONESIA. Jurnal Ilmu Agama: Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena Agama. 14, 2 (Apr. 2016), 119-145.

 Faizal Djabidi. Unsur-Unsur Filsafat Yunani Dan Relevansinya Dengan Pendidikan Agama Islam. Adz-Zikr 2020, 1, 27-46.

 Beeston, Alfred Felix Landon (1983). “Arabic literature to the end of the Umayyad period”, Cambridge University Press. hlm. 501

G. C. Anawati, “Hunayn Ibn Ishaq Al-‘Ibadi, Abu Zayd”,

https://www.encyclopedia.com/science/dictionaries-thesauruses-pictures-and- press-releases/hunayn-ibn-ishaq-al-ibadi-abu-zayd ,(diakses pada 01

Desember 2022, pukul 15.45)

Referensi

Dokumen terkait

Filsafat Islam muncul sebagai imbas dari gerakan penerjemahan besar- besaran dari buku-buku peradapan Yunani dan peradaban-peradaban lainnya pada masa kejayaan Daulah

Akhirnya, sebagai faktor ketiga, yang dianggap sebagai faktor lahirnya filsafat di Yunani, ialah ilmu pengetahuan yang pada waktu itu sudah ada di Timur

Secara etimologis istilah “filsafat” atau bahasa Inggrisnya disebut “philosophi” berasal dari bahasa Yunani “philien” (cinta) dan “sophos” (hikmah/kearifan)

Dinasti Abbasiyah terutama pada fase pertama yang dipimpin oleh Khalifah Abu Ja’far al-Mansyur, Harun al-Rasyid dan Abdullah al-Makmun, merupakan khalifah-khalifah yang sangat

Pada masa Khalifah al-Ma’mun, ada tiga ilmuwan yang tercatat sebagai pustakawan di Bait al-Hikmah, di mana mereka diberi tanggungjawab memimpin keseluruhan lembaga Bait

Oleh karena itu ketika memperkenalkan filsafat Yunani ke dunia Islam, para filosof Muslim selalu memperhatikan kecocokannya dengan pandangan fundamental Islam tersebut,

Adapun warisan Yunani dalam khazanah filsafat, termasuk juga dampaknya pada filsafat Islam, walaupun bermanfaat dalam studi filsafat perbandingan namun tidak terhadap pokok bahasan

Ringkasan dokumen ini adalah tentang sejarah perkembangan filsafat dari masa Yunani Kuno hingga masa