MAKALAH PENILAIAN NON TES
(Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran )
OLEH:
Afrah Intan Jamaluddin 20700121072
Dosen Pengampu:
Dr. Nursalam , S.Pd,M.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2023
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Pendidikan yang selalu dinamis, idealnya tidak hanya berkaitan dengan masa lalu dan masa kini, melainkan sudah sewajarnya merupakan kegiatan yang mengantisipasi dan membicarakan masa depan. Pendidikan merupakan topik krusial dikalangan masyarakat.
Dalam dunia pendidikan, pembelajaran merupakan hal yang penting sebab pembelajaran dapat menambah dan memperbarui ilmu yang akan berguna di masa yang akan datang. Dengan seiringnya perkembangan pendidikan, pembelajaran pun ikut berkembang, dimana pembelajaran merupakan pokok utama bagi setiap bangsa. Dalam pembelajaran, tidak lepas dari tanngung jawab guru. Bagaimana guru melakukan transformasi ilmu yang dimiliki serta menggunakan metode-metode pembelajaran yang mudah diterima oleh peserta didik sehingga tujuan tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan. Tujuan yang hendak dicapai tersebut, maka dalam proses pembelajaran guru harus melakukan suatu kegiatan yang dinamakan penilaian.
Menilai dari hasil belajar merupakan proses untuk mengetahui kemampuan peserta didik menguasai tujuan pembelajaran. Adapun alat yang digunakan dalam proses menilai dari hasil belajar yaitu evaluasi, alat evaluasi tes dapat digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar aspek kognitif. Hal tersebut alat evaluasi digunakan dalam non tes untuk mengevaluasi hasil belajar aspek afektif dan aspek psikomotor (Novita Irawan Siregar & Harahap, 2023).
Tes adalah pemberian suatu tugas atau rangkaian tugas dalam bentuk soal atau perintah/suruhan lain yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Hasil pelaksanaan tugas tersebut digunakan untuk menarik kesimpulan-kesimpulan tertentu terhadap peserta didik.
Pengukuran (measurement) adalah suatu proses untuk menentukan kuantitas daripada sesuatu. Sesuatu itu bisa berarti peserta didik, starategi pembelajaran, sarana prasana sekolah dan sebagainya. Untuk melakukan pengukuran tentu dibutuhkan alat ukur. Dalam bidang pendidikan, psikologi, maupun variabel-variabel sosial lainnya, kegiatan pengukuran biasanya menggunakan tes sebagai alat ukur. Sedangkan penilaian (assesment) adalah suatu
iv
proses atau kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik dalam rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu (Arifin, 2013:4).
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang diperoleh sebagai berikut:
1. Apa itu pengertian dari penilaian non tes ? 2. Bagaimana tahapan dari penilaian non tes ? 3. Apa saja jenis-jenis dari penilaian non tes?
1.3 Tujuan
Tujuan dari rumusan masalah tersebut yaitu:
1. Untuk mengetahui apa itu penilaian non tes,
2. Untuk mengetahui bagaimana tahapan dari penilaian non tes, dan 3. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis dalam penilaian non tes.
v
BAB II PENDAHULUAN 2.1 Pengertian Penilaian Non Tes
Penilaian (asessment) merupakan hal terpenting dalam pendidikan. Dengan adanya penilaian kita bisa mengetahui tingkat keberhasilan suatu pembelajaran (Sufya et al., 2023). Pengukuran penilaian hasil belajar menggunakan instrumen non tes untuk mengevaluasi hasil belajar aspek efektif dan keterampilan motorik. Bentuk penilaian yang menggunakan alat ukur/instrumen non tes yaitu: penilaian unjuk kerja atau performance, penilaian proyek (produk), penilaian portofolio, dan penilaian sikap (Pengukuran et al., n.d.). Penilaian nontes adalah cara penilaian hasil belajar peserta didik yang dilakukan tanpa menguji peserta didik tetapi dengan melakukan pengamatan secaara sistematis.
Menurut Prof. Drs. Anas Sudijono didalam bukunya Pengantar Evaluasi pendidikan, bahwa teknik nontes itu ialah penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik yang dilakukan dengan tanpa gajipeserta didik, melainkan dilakukan dengan melakukan pengamatan secara sistematis, wawancara, angket dan meneliti dokumen-dokumen (Amalia Yunia Rahmawati, 2020).
Teknik non tes merupakan teknik penilaian untuk memperoleh gambaran terutama mengenai karakteristik, sikap, atau kepribadian. Selama ini teknik non tes kurang digunakan dibanding teknis tes. Dalam proses pembelajaran pada umumnya kegiatan penilaian mengutamakan teknik tes. Hal ini dikarenakan lebih berperannya aspek pengetahuan dan keterampilan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan guru pada saat menentukan pencapaian hasi belajar peserta didik (Putri Wulansari P., Eka Apriliyanti & Susanti, 2015).
Teknik penilaian ini umumnya untuk menilai kepribadian anak secara menyeluruh meliputi sikap, tingkah laku, sifat, sikap sosial dan lain-lain yang berhuungan dengan kegiatan belajar dalam pendidikan, baik secara individu mauppun kelompok (Ihsandikdas, 2017). Teknik pengumpulan data non tes ini
vi
merupukan kebalikan dari teknik bentuk tes. Biasanya penilaian bentuk non tes ini dilakukan dalam suasana yang tidak mengancam (non-threating) seperti yang terjadi pada penilaian bentuk tes. Bila pada tes tes terjadi one-time response untuk melihat hasil belajar, maka pada non tes, evaluasi dapat memantau proses dan hasil belajar sekaligus. Oleh karenanya, non tes dilakukan secara terpadu dengan pembelajaran dan akan mampu mengevaluasi secara komprehensif hasil belajar beserta prosesnya pada diri anak didik (Magdalena et al., 2021).
Evaluasi non tes digunakan jika, ingin mengetahui kualitas proses dan produk dari suatu pekerjaan serta ingin mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan domain afektif seperti; minat, bakat, dan motivasi. Setiap dimensi dan aspek yang diukur memerlukan instrumen yang berbeda. Pada prinsipnya setiap melakukan evaluasi pembelajaran dapat menggunakan tes dan non tes.
Evaluasi merupakan bagian dari proses pembelajaran yang secra keseluruhan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan mengajar, melaksanakan evaluasi yan dilakukan dalam kegiatan pendidikan mempunyai arti yang sangat utama, karena evaluasi merupakan alat ukur atau proses untuk mengetahui tingkat pencapaian keberhasilan yang telah dicapai peserta didik atas bahan ajar atau materi-materi yang telah disampaikan (Oktavia et al., 2021).
2.2 Tahapan Penilaian Non Tes
Adapun tahapan atau langkah-langkah dalam penilaian instrumen yang perlu dilakukan sebagai berikut (Rusilowati, 2013)
1. Menentukan spesifikasi Instrumen
Spesifikasi instrumen terdiri atas tujuan, dan kisi-kisi instrumen. Tujuan pengembangan instrumen nontes sangat tergantung pada data yang akan dihimpun. Instrumen nontes mencakup afektif dan psikomotorik,
2. Menulis instrumen
Instrumen disusun berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat. Instrumen dapat diberbentuk pernyataan atau pertanyaan.
3. Menentukan skala instrumen 4. Menentukan sistem penskoran
vii
Sistem penskoran yang digunakan tergantung pada skala yang digunakan. Misalnya, apabila digunakan skala Thrustone, maka skor tertinggi tiap butir adalah 7 dan terendah 1.
5. Melakukan telaah instrumen 6. Merakit instrumen
7. Mengujicoba instrumen 8. Menganalisis hasil uji coba
Analisis hasil uji coba meliputi variansi jawaban tiap butir pertanyaan/pernyataan.
Apabila skala instrumen 1-5, maka bila jawaban bervariansi dari 1-5 berarti instrumen tersebut baik.
9. Melakukan perbaikan instrumen 10. Pelaksanaan pengukuran
Pelaksanaan pengukuran sebaiknya dilakukan pada saat responden tidak lelah. Ruang untuk pelaksanaan pengukuran harus respesentatif, baik kondisi ruang, tempat duduk, ataupun yang lain.
11. Penafsiran hasil pengukuran
Hasil pengukuran berupa skor atau angka. Menafsirkan hasil pengukuran disebut dengan penilaian. Untuk menafsirkan hasil pengukuran diperlukan suatu kriteria.
Kriteria yang digunakan tergantung pada skala dan jumlah butir yang digunakan.
2.3 Jenis-Jenis Penilaian Non Tes
Dari berbagai penilaian tes adapun macam-macam atau jenis-jens yang merupakan penilaian untuk mengetahui kemampuan dari peserta didik pada aspek afektif dan psikomotorik. Hal tersebut terdapat jenis-jenis penilaian non tes diantaranya:
A. Observasi
Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sebagai sasaran pengamatan (Pratiwi, 2020). Teknik observasi ini baik untuk menilai hasil belajar aspek psikomotor, misalnya keterampilan, diskusi, baemain, atletik dan lain- lain. Agar observasi lebih terarah dan efektif maka hendaknya dilakukan dengan tujuan yang jelas, menggunakan observasi, pencatatan dilakukan sesegera mungkin, serta membuat kesimpulan setelah kegiatan observasi selesai (Riyan, 2017).
viii
Pedoman observasi ini digunakan untuk menilai sesuatu melalui pengamatan terhadap objeknya secara langsung, seksama dan sistematis. Pengamatan memungkinkan untuk melihat dan mengamati sendiri kemudian mencatat perilaku dan kejadian yang terjadi pada keadaan sebenarnya (Hidayati, 2012). Oleh sebab itu, kegiatan pencatatan hanya dilakukan terhadap data-data yang sesuai dengan cakupan bidang kebutuhan seperti yang telah diterapkan sejak semula.
Observasi yang dilakukan dikelas tidak cukup hanya dengan duduk dan melihat melainkan harus dilakukan secara sistematis, sesuai dengan aspek-aspek tertentu, dan berdasarkan tujuan yang jelas. Untuk memperoleh hasi observasi yang baik, maka melakukan harus sering dilatih, mulai dari hal-hal sederhana sampai dengan hal-hal yang kompleks. (Arifin, 2012)
Menurut Yusus (2017, hal 384), observasi adalah dapat digunakan untuk mengetahui atau menyelidiki tingkah laku non verbal yakni dengan menggunakan teknik observasi. Observasi digunakan adalah suatu proses cara pengumpulan data dimana peneliti berpengalaman dalam suatu program secara mendalam mengamati tingkah laku sebagai sesuatu yang berlangsung secara alami (Bloom & Reenen, 2013).
Dalam evaluasi pembelajaran, observasi digunakan untuk menilai proses belajar peserta didik pada saat belajar, berdiskusi, mengerjakan tugas, dan lain-lain (Guarango, 2022). Observasi sebagai eveluasi pembelajaran terbagi menjadi dua jenis yaitu:
1. Observasi berstruktur
Observasi berstruktur adalah guru sebegai observer dikategorikan dalam menilai sesuai yan telah ditetapkan dan dibatasi, hal ini agar observasi lebihh jelas dan tegas.
2. Observasi tak berstruktur
Observasi tak berstruktur adalah kemampuan guru sebagai observer yang hanya dibatasi oleh tujuan observasi sendiri.
Observasi atau pengamatan bermanfaat untuk memahami diri konseli serta berguna bagi penyusunan program bimbingan dan konseling (RAMLI et al., 2017).
Adapun manfaat observasi untul pemahaman individu/konseli, dengan rincian:
1. Diperoleh data perilaku spontan secara natural, 2. Diketahui intensitas perilaku secara detail, dan 3. Diketahui penyebab munculnya perilaku.
ix
Disamping bermanfaart bagi pemahaman diri individu, maka hasil observasi dapat digunakan sebagai tolak ukur menyusun program bimbingan dan konseling komprehensif, lazim dinamakan need asessmen. Observasi juga bertujuan untuk mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang- orang yang terlibat dalam aktivitas tersebut, dan makna kejadian yang dilihat dari perspektif mereka yang terlihat dalam kejadian yang diamati. Tujuan utama observasi antara lain:
1. Mengupulkan data dan informasimengenai suatu fenomena, baik yang berupa peristiea maupun tindakan, baik dalam situasi yang sesungguhnya maupun dalam situasi buatan.
2. Mengukur perilaku kelas (baik perilaku guru maupun peserta didik), interaksi antara peserta didik dan guru, dan faktor-faktor yang dapat diamati lainnya, terutama kecakapan sosial.
3. Menilai tingkah laku individu atau proses yang terjadi dalam situasi sebenarnya maupun situasi yang sengaja dibuat.
Dalam evaluasi pembelajaran, observasi dapat digunakan untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik pada waktu belajar, berdiskusi, mengerjakan tugas, dan lain-lain.selain itu, observasi juga dapat digunakan untuk menilai penampilan guru dalam mengajar, suasana kelas, hubungan sosial sesama, hubungan sosial sesama peserta didik, hubungan guru dengan peserta didik, dan perilaku sosial lainnya (Widyoko, 2019).
Observasi dalam penilaian non tes memiliki beberapa karakteristik, antara lain:
1. Mempunyai ara dan tujuan yang jelas,
2. Bersifat ilmiah, yaitu dilakukan secara matematis, logis, kritis, objektif, dan rasional,
3. Terdapat berbagai aspek yang akan diobservasi, dan 4. Praktis penggunaanya.
Selanjutnya (Arifin, 2016) mengemukankan bahwa ciri-ciri teknik observasi sebagai berikut:
x
1. Observasi mempunyai arah yang khusus, bukan secara teratur melihat sekeliling untuk mencari kesan-kesan umum.
2. Observasi ilmiah tentang tingkah laku adalah sistematis, bukan secara sesuka hati dan untung-untungan mendekati situasi.
3. Observasisi bersifat kualitatif, mencatat sejumlah peristiwa tentang tipe-tipe tingkah laku tertentu.
4. Observasi mengadakan pencatatan dengan segera; pencatatan dilakukan dengan segera, bukan menyadarkan diri pada ingatan.
5. Observasi meminta keahlian, dilakukan seseorang yang memang telah terlatih untuk melakukannya.
6. Hasil-hasil obsservasi dapat dicek dan dibuktikan untuk menjamin keadaan dan kesasihan.
Menurut pornomo (dalam Kurniawan, 2011:10) bahwa terdapat kelebihan dan kekurangan pada observasi (Nur Afdan, 2023). Berikut adalah kelebihan dan kekurangannya seaiagai berikut:
Kelebihan observasi
1) Metode observasi sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi.
2) Menyajikan media obyek secara nyata tanpa manipulasi.
3) Mudah pelaksanaannya.
4) Peserta didik akan merasa tertantang sehingga dapat meningkatkan aktivitas peserta didik.
5) Peserta didik memiliki motivasi belajar yang tinggi.
6) Memungkingkan pengembangan sifat ilmiah dan menimbulkan semangat ingin tahu peserta didik.
Kekurangan observasi
1) Memerlukan waktu persiapan yang lama.
2) Memerlukan biya dan tenagayang lebih besar dalam pelaksanaannya.
3) Obyek yang observasi akan menjadi sangat kompleks ketika dikunjungi dan mengaburkan tujuan pembelajaran.
xi
Adapun yang telah dikemukan oleh (Syafnidawaty, 2020) bahwa ada beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam observasi sebagai berikut:
Menentukan objek observasi
Membuat pedoman observasi atau kerangka penelitian
Menentukan lokasi observasi
Menentukan meode pengumpulan data yang ingin dilakukan, misal, dengan wawancara, atau kuesioner
Menentukan metode analisis agar diperoleh kesimpulan yang tepat B. Wawancara
Wawancara atau interview merupakan salah satu wujud dari komunikasi interpersonal dimana merupakan suatu bentuk komunikasi yang langsung tanpa perantara media antar individu, dalam hal ini peran sebagai pembicara dan pendengar dilakukan secara bergantian, serta sering kali peran itu menyatu.
Menurut Dewa Ketut Sukardi (2000:159) wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan tanya jawab antar interviewer (penanya) dengan interviewee (responden).
Wawancara merupakan suatu proses komunikasi dyadic dengan suatu tujuan dan maksud yang serius yang dirancang untuk pertukaran perilaku dan melibatkan proses tanya jawab. Yang dimaksud dalm hal ini adalah terjadinya suatu proses yang dinamis yang saling bergantian dengan beberapa variabel yang terlibat dimana derajat dari system/struktur tidak terlalu pasti (feksibel) (Theodoridis & Kraemer, n.d.).
Menurut Stewart dan Cash (dalam Herdiansyah, 2015), wawancara diartikan sebagai suatu interaksi yang didalamnya terdapat pertukaran atau sharing aturan, tanggung jawab, perasaan, kepercayaan, motif, dan informasi.
wawancara bukanlah suatu kegiatan di mana satu orang melakukan atau memulai pembicaran, sementara yang lain hanya mendengarkan. Wawancara melibatkan komunikasi dua arah antara kedua kubu dan adanya tujuan yang akan dicapai melalui komunikasi tersebut (Niland et al., 2020).
Menurut True dalam buku (Dr. R. A. Fadhallah, S.Psi., 2021) wawancara adalah percakapan antara dua orang mengenai suatu subjek yang spesifik. Sebuah proses komunikasi internasional dengan tujuan yang telah ditetapkan, untuk mendalami tema tertentu melalui deretan pertanyaan. Berdasarkan pendapat dari
xii
tokoh tersebut dapat disimpulkan bahwa wawancara adalah komunikasi antara dua pihak atau lebih yang bisa dilakukan dengan tatap muka di mana salah satu pihak berperan sebagai interviwer dan pihak lainnya berperan sebagai interviewee dengan tujuan tertentu, misalnya untuk mendapatkan informasi atau mengumpulkan data.
Wawancara merupakan salah satu bentuk alat evaluasi jenis non-tes yang dilakukan melalui percakapan dan tanya-jawab, baik langsung maupun tidak langsung dengan peserta didik. Tujuan wawancara adalah untuk memperoleh informasi secara langsung guna menjelaskan suatu situasi dan kondisi tertentu, untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah, dan untuk memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau orang tertentu.
Adapun tujuan dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti sebagai berikut:
a) Untuk memperoleh informasi secara langsung guna menjelaskan suatu situasi dan kondisi tertentu.
b) Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah.
c) Untuk memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau orang tertentu.
Berikut ada beberapa bentuk pertanyaan wawancara yang dapat digunakan seperti berikut :
a) Bentuk pertanyaan berstruktur, yaitu pertanyaan yang menuntut jawaban agar sesuai dengan apa yang terkandung dalam pertanyaan tersebut. Pertanyaan semacam ini biasanya digunakan jika masalahnya tidak terlalu kompleks dan jawabannya sudah konkret.
b) Bentuk petanyaan tak berstruktur, yaitu pertanyaan yang bersifat terbuka dimana peserta didik secara bebas menjawab pertanyaan tersebut. Pertanyaan semacam ini tidak memberi struktur jawaban kepada peserta didik, karena jawaban dalam pertanyaan itu bebas.
c) Bentuk pertanyaan campuran, yaitu pertanyaan yang menuntut jawaban campuran, ada yang berstruktur ada pula yang bebas.
Wawancara adalah salah satu cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban pertanyaan dari responden melalui tanya jawab sepihak (responden
xiii
tidak diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan), wawancara tersebut dapat dibedakan menjadi dua cara sebgai berikut (Jontarnababan, 2020):
a) Wawancara bebas
Wawancara bebas adalah dimana responden mempunyai kebebasan pendapat tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yan telah dibuat oleh penanya.
b) Wawancara terpimpin
Wawancara terpimpin merupakan wawancara yang dilakukan oleh subyek (penanya) dengan cara mengajukan pertanyaan yang telah disuse lebih dahulu. Jadi responden dalam menjawab tinggal memilih jawaban yang sudah dipersiapkan oleh penanya.
Wawancara sebagai salah satu teknik pengumpulan data juga memiliki kelebihan dan kelemahan ( Tritjahjo Danny.). berikut adalah kelebihan dan kekurangan wawancara sebagai berikut:
Kelebihan
1) Dalam wawancara dapat menggali hal-hal yang kurang jelas, sehingga dapat mengerti apa yang dimaksud.
2) Selama wawancara, pewawancara dapat menyesuaikan dengan keadaan yang terjadi.
3) Dalam wawancara ‘langsung’, dapat menimbulkan suasana hubungan yang baik, sehingga memungkinkan pewawancara mendapatkan bahan yang lebih mendalam.
4) Penwawancara dapat mengenal lebih dekat tentang diri responden melalui wawancara langdung.
5) Wawancara dapat berdampak untuk menjalin keberlangsungan hubungan antara pewawancara dengan diri responden, jika dalam wawancara diciptakan hubungan yang baik.
Kekurangan
1) Penyelidikan dengan wawancaara kurang hemat, baik dalam hal finansial (materi), maupun tenaa, sebab kegiatan wawancara membutuhkan waktu yang lama.
xiv
2) Kegiatan berwawancara membutuhkan keahlian, sehingga si pewawancara perlu latihan khusus.
3) Jika pewawancara tidak memiliki keahlian dalam berwawancara maka informasi atau data yang diperoleh menjadi kurang optimal.
4) Jika pihak pewawancara telah memiliki prasangka maka hal ini akan mempengaruhi isi wawancara, sehingga hasilnya tidak objektif.
Contoh dalam wawancara :
Tabel 1. Contoh Tabel Kisi-Kisi Pedoman Pawancara No
.
Aspek Indikator Nomor
Pertanyaan 1.
Tabel 2. Contoh Tabel Format Pedoman Wawancara No
.
Pertanyaan Jawaban Guru
1.
Dalam melaksanakan wawancara ada hal yang perlu diperhatika yaitu (Burke, 2013):
1) Menjaga hubungan yang baik, rahasia peserta didik harus dijaga dengan baik.
2) Batasi waktu dalam wawancara.
3) Mencatat semua hasil wawancar.
Adapun juga hal lebih spesifik yang perlu di perhatikan diantaranya:
1) Hubungan baik antara pewawancara dengan orang yang diwawancarai perlu dipupuk dan dibina, sehingga akan tampak hubungan yang sehat dan harmonis.
2) Dalam wawancara jangan terlalu kaku, tunjukkan sikap yang bebas, ramah, terbuka, dan adaptasikan diri dengannya.
3) Perlakukan responden itu sebagai sesama manusia secara jujur.
4) Hilangkan prasangka-prasangka yang kurang baik, sehingga pertanyaanpertanyaan yang diajukan bersifat netral.
5) Pertanyaan hendaknya jelas, tepat, dengan bahasa yang sederhana.
xv
C. Koesioner / Angket
Kuesioner juga sering dikenal sebagai angket. Angket yaitu wawancara tertulis baik pertanyaan maupun jawabannya. Pada dasarnya kuesioner adalah sebuah pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden).
Dengan kuesiner ini orang dapat mengetahui tentang keadaan / data diri, pengalaman, pengetahuan sikap atau pendapatnya dan lain-lain. Cara penyampaian kuesioner ada yang langsung dibagikan kepada peserta didik, yang setelah diisi lalu dikumpulkan lagi. Ada juga yang dikirim melalui pos. cara kedua belum menjamin terkumpulnya kembali sesuai dengan jumlah yang dibagikan. Oleh karena itu, sebaiknya pengiriman kuesioner dibuat lebih dari yang diperlukan. (Zubaidillah, n.d.)
Menurut Widyoko angket atau kuesioner dalah suatu metode pengumpulan data dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk diberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna (Salmaa, 2023). Angket adalah suatu alat pengumpul data yang berupa serangkaian pertanyaan tertulis yang diajukan kepadasubyek untuk mendapatkan jawaban secara tertulis juga (Sani & Setiawan, 2020).
Melalui angket, hal-hal tentang diri responden dapat diketahui, misalnya tentang keadaan ataudata diri responden pengalaman, sikap, minat, kebiasaan belajar, dan termasuk pandangan diri responden terhadap suatu hal. Isi angket dapat berupa pertanyaan-pertanyaan kepada responden. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dirumuskan sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh jawaban yang objektif. Dalam upaya pengumpulan data tersebut, perlu dijalin kerja sama antara pemberi angket dan responden melalui pengantar angket yang menjelaskan maksud dan tujuannya, sehingga responden terdorong bekerja sama dan rela mengisinya dengan jujur (Nurani, 2017).
Alternatif jawaban yang ada dalam kuesioner bisa juga ditransformasikan dalam bentuk simbol kuantitatif agar menghasilkan data interval. Caranya ialah dengan jalan memberi skor terhadap setiap jawaban berdasarkan kriteria tertentu. Misalnya ditanyakan tingkat pendidikan responden. Makin tinggi jenjang pendidikan yang dimilikinya, makin besar skor yang diberikan.(Nor Aida, Zainab Hartati, 2022)
xvi
Kelebihan kuesioner dari wawancara ialah sifatnya yang praktis, hemat waktu, tenaga, dan biaya. Kelemahannya ialah jawaban sering tidak objektif, lebih-lebih bila pertanyaan kurang tajam yang memungkinkan peserta didik berpura-pura. Seperti halnya wawancara, kuesioner pun ada dua macam, yakni kuesioner langsung dan tidak langsung. Kelebihan masing-masing kuesioner tersebut hampir sama dengan wawancara. Cara penyampaian kuesioner ada yang langsung dibagikan kepada peserta didik, yang setelah diisi lalu dikumpulkan lagi. Ada juga yang dikirim melalui pos. cara kedua belum menjamin terkumpulnya kembali sesuai dengan jumlah yang dibagikan. Oleh karena itu, sebaiknya pengiriman kuesioner dibuat lebih dari yang diperlukan (Gumbira et al., 2016). Angket atau koesioner dalam penelitian digunakan untuk mengetahui kelayakan produk tes hasil belajar (Program et al., n.d.).
Cara menyusun kuesioner seperti pada tes prestasi belajar, sehingga berlaku langkah-langkah yang telah dijelaskan di muka, yakni dimulai dengan analisis variabel, membuat kisi-kisi, dan menyusun pertanyaan. Petunjuk yang lebih teknis dalam membuat kuisioner adalah sebagai berikut:
a) Mulai dengan pengantar yang isinya permohonan mengisi kuesioner sambil dijelaskan maksud dan tujuannya.
b) Jelaskan petunjuk atau cara mengisinya supaya tidak salah. Kalau perlu, diberikan contoh.
c) Mulai dengan pertanyaan untuk mengungkapkan identitas responden.
Dalam identitas ini sebaiknya tidak diminta mengisi nama. Identitas dukup mengungkapkan jenis kelamin, usia, kelas, dan lain-lain yang ada kaitannya dengan tujuan kuesioner.
d) Isi pertanyaan sebaiknya dibuat beberapa kategori atau bagian sesuai dengan variabel yang diungkapkan sehingga mudah mengolahnya.
e) Rumusan pertanyaan dibuat singkat, tetapi jelas sehingga tidak membingungkan dan salah mengakibatkan penafsiran.
f) Hubungan antara pertanyaan yang satu dengan pertanyaan lain harus dijaga sehingga tampak logikanya dalam satu rangkaian yang sistematis.
Hindari penggolongan pertanyaan terhadap indikator atau persoalan yang sama.
g) Usahakan kemungkinan agar jawaban, kalimat, atau rumusannya tidak lebih panjang daripada pertanyaan.
xvii
h) Kuesioner yang terlalu banyak atau terlalu panjang akan melelahkan dan membosankan responden sehingga pengisiannya tidak objektif lagi.
i) Ada baiknya kuesioner diakhiri dengan tanda tangan si pengisi untuk menjamin keabsahan jawabannya.
Untuk melihat validitas jawaban kuesioner, ada baiknya kepada beberapa responden secara acak dilakukan wawancara dengan pertanyaan yang identik dengan isi kuesioner yang telah diisinya
Tujuan penggunaan kuesioner dalam kegiatan pengajaran adalah sebagai berikut :
a) Untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik sebagai bahan dalam menganalisis tingkah laku hasil dan proses belajarnya.
b) Untuk memperoleh data mengenai hasil belajar yang dicapainya dan proses belajar yang ditempuhnya.
c) Untuk memperoleh data sebagai bahan dalam menyusun kurikulum dan program belajar-mengajar.
Kuesioner untuk tujuan yang pertama (latar belakang peserta didik) dapat dibuat dalam bentuk pertanyaan terbuka ataupun yang berstruktur mengungkapkan antara lain:
1) Identitas siswa seperti jenis kelamin, usia, agama, keadaan fisik, hobi atau kegemaran, dan mata pelajaran yang disenangi.
2) Latar belakang keluarganya seperti pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, anak keberapa, dan fasilitas keluarga dirumah.
3) Latar belakang lingkungan peserta didik seperti alamat tempat tinggal, suasana religius, aktivitas dalam organisasi kemasyarakatan, pemanfaatan waktu renggang, dan kelompok bermain.
Kuesioner untuk tujuan kedua, yakni hasil dan proses belajar, mengungkapkan beberapa aspek seperti hasil belajar yang dicapainya. Kesulitan belajar, cara belajar, fasilitas belajar, bimbingan yang diperlukan,v motivasi dan minat belajar, sikap terhadap proses mengajar, dan sikap terhadap guru.
Kuesioner untuk tujuan ketiga, yakni untuk keperluan kurikulum dan program pengajaran, mengungkapkan aspek yang berkenaan dengan bahasan,
xviii
relevansi dan kegunaan bahan pelajaran, cara menyajikan bahan, tingkat kesulitan bahan, cara guru mengajar, kesinambungan bahan pelajaran, sistem penilaian atau ujian, buku pelajaran, alat peraga, laboratorium atau praktikum, kegiatan ekstrakurikuler, lama belajar, dan kegiatan peserta didik.
Kuesioner yang hanya menuntut jawaban “ya” dan “tidak” disebut inventori. Kuesioner seperti ini kurang dapat mengungkapkan pendapat siswa secara menyeluruh, terbuka, dan jawaban-jawaban yang bermakna. Namunm keuntungannya ialah sederhana dan mudah diolah dan ditafsirkan.
D. Skala Sikap (attitude scale)
Sikap merupakan suatu kencenderungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya. Sikap mengacu kepada perbuatan atau perilaku seseorang, tetapi tidak berarti semua perbuatan identik dengan sikap. Perbuatan seseorang mungkin saja bertentangan dengan sikapnya. Anda perlu mengetahui norma-norma yang ada pada peserta didik, bahkan sikap peserta didik terhadap dunia sekitarnya, terutama terhadap mata pelajaran dan lingkungan madrasah.
Jika terdapat sikap peserta didik yang negatif, Anda perlu mencari suatu cara atau teknik tertentu untuk menempatkan atau mengubah sikap negatif itu menjadi sikap yang positif.(Arifin, 2012).
Menurut Sugiyono (2018:152) skala likert yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan (Wahyuni, 2019).
Menuliskan bahwa skala Likert adalah skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu gejala atau fenomena pendidikan. Bentuk pertanyaan yang menggunakan skala Likert adalah pertanyaan positif dan pertanyaan negatif.
Djaali dan Muljono melanjutkan penskoran pada skala Likert terdiri dari: 1) untuk pertanyaan positif diberi skor 5, 4, 3, 2, 1, dan untuk pertanyaan negatif
xix
diberi skor 1, 2, 3, 4, 5. Langkah-langkah pengembangan skala Likert dalam Zakaria (2006: 17) antara lain:
1) Menentukan objek sikap yang akan dikembangkan skalanya, 2) Menyusun kisi-kisi instrumen,
3) Menulis butir-butir pertanyaan dengan memperhatikan kaedah sebagai berikut:
(a) Hindari kalimat yang mengandung banyak interpretasi;
(b) Rumusan pernyataan hendaknya singkat;
(c) Satu pernyataan hendaknya mengandung satu pikiran yang lengkap;
(d) Sedapat mungkin, pernyataan hendaknya dirumuskan dalam kalimat yang sederhana;
(e) Hindari penggunaan kata- kata: semua, selalu, tidak pernah, dan sejenisnya;
(f) Hindari penyataan tentang fakta atau dapat diinterpretasikan sebagai fakta.
(g) Antara pernyataan positif dan pernyataan negatif hendaknya relatif berimbang, dan
(h) Setiap pernyataan diikuti dengan skala sikap (bisa genap, misalnya 5 atau 6 dan bisa ganjil, misalnya 5 atau 7. (Maya Saftari1, 2019)
Dalam mengukur sikap, hendaknya memperhatikan tiga komponen sikap,yaitu
(1) Kognisi, yaitu berkenaan dengan pengetahuan peserta didik tentang objek,
(2) Afeksi, yaitu berkenaan dengan perasaan peserta didik terhadap objek, dan
(3) Konasi, yaitu berkenaan dengan kecenderungan berprilaku peserta didik terhadap objek. Anda juga harus memilih salah satu model skala sikap.
xx
Adapun model-model skala sikap yang biasa digunakan untuk menilai sikap peserta didik terhadap suatu objek, antara lain:
1) Menggunakan bilangan untuk menunjukkan tingkat-tingkat dari objek sikap yang dinilai, seperti 1, 2, 3, 4 dan seterusnya.
2) Menggunakan frekuensi terjadinya atau timbulnya sikap itu, seperti : selalu, seringkali, kadang-kadang, pernah dan tidak pernah.
3) Menggunakan istilah-istilah yang bersifat kualitatif, seperti : bagus sekali, baik, sedang, dan kurang. Ada juga istilah-istilah lain, seperti : sangat setuju, setuju, ragu-ragu (tidak punya pendapat), tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
4) Menggunakan istilah-istilah yang menunjukkan status/kedudukan, seperti : sangat rendah, di bawah rata-rata, di atas rata-rata, dan sangat tinggi.
5) Menggunakan kode bilangan atau huruf, seperti : selalu (diberi kode 5), kadang-kadang (4), jarang (3), jarang sekali (2), dan tidak pernah (1).
Salah satu model untuk mengukur sikap, yaitu dengan menggunakan skala sikap yang dikembangkan oleh Likert. Dalam skala Likert, peserta didik tidak disuruh memilih pernyataan-pernyataan yang positif saja, tetapi memilih juga penyataan-pernyataan yang negatif. Tiap item dibagi ke dalam lima skala, yaitu sangat setuju, setuju, tidak tentu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
Setiap pernyataan positif diberi bobot 4, 3, 2, 1, dan 0, sedangkan pernyataan negatif diberi bobot sebaliknya, yaitu 0, 1, 2, 3, dan 4.
Untuk menyusun skala Likert, Anda perlu mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
1. Memilih variabel afektif yang akan diukur.
2. Membuat beberapa pernyataan tentang variabel afektif yang akan diukur.
3. Mengklasifikasikan pernyataan positif dan negatif.
4. Menentukan jumlah gradual dan frase atau angka yang dapat menjadi alternatif pilihan.
xxi
5. Menyusun pernyataan dan pilihan jawaban menjadi sebuah alat penilaian.
6. Melakukan uji-coba.
7. Membuang butir-butir pernyataan yang kurang baik.
8. Melaksanakan penilaian
Contoh 1 : sikap peserta didik terhadap mata pelajaran Fiqih
xxii
Petunjuk :
1) Pengisian skala ini tidak ada hubungannya dengan prestasi belajar.
Anda tidak perlu mencantumkan nama dan nomor absen.
2) Pilihlah salah satu alternatif jawaban yang paling sesuai dengan cara memberikan tanda cek ( V ) pada kolom kosong yang telah disediakan.
Keterangan : SS = Sangat Setuju S = Setuju
TT = Tidak Tahu TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju No
.
Pernyataan SS S TT TS ST
S 01 Saya mempersiapkan diri untuk menerima
pelajaran Fiqih di kelas
02 Saya berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran Fiqih.
03 Saya suka melakukan praktik ibadah
04 saya tertarik artikel yang berhubungan dengan fiqih
05 Saya memperkaya materi dari guru fiqih dan membaca buku-buku agama sebagai penunjang
06 Saya senang mengulang pelajaran fiqih dirumah 07 dst
xxiii
Options pada skala Likert tidak disusun secara berurutan, tetapi dicampuradukkan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari adanya jawaban yang mempunyai kecenderungan untuk memilih tempat yang sama, seperti selalu ingin memilih option nomor 3, 5, dan nomor-nomor tengah lainnya.
Kecenderungan untuk memilih nomor-nomor ini karena option yang disediakan sudah diurutkan. Skala Likert biasanya menggunakan skala dengan lima kategori, tetapi dalam hal tertentu kita bisa menggunakan kategori-kategori yang lain dengan jumlah kategori ganjil, misalnya 3, 5, 7, 9, 11 dan seterusnya, sehingga ada kategori tengah-tengah yang merupakan kategori netral.
Sebenarnya,kita dapat mengembangkan sendiri model skala sikap, misalnya mengukur sikap peserta didik terhadap Masjid. Untuk proses standarisasi, sebaiknya jumlah pernyataan dalam skala sikap dibuat lebih banyak, misalnya 150. Setiap pernyataan diberi skor yang bergerak dari 0 – 11.
Skor yang diperoleh dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah item yang dipilih.
Hasil rata-ratanya menunjukkan bagaimana sikap peserta didik terhadap Masjid.
Sebaliknya, makin besar skor rata-rata yang diperoleh, berarti makin buruk sikap peserta didik terhadap Masjid.
Contoh 3 : item dengan empat alternatif.
Menurut Anda, orang yang selalu sibuk dalam tugas-tugasnya sebaiknya mempergunakan hari Minggunya untuk:
a) Meningkatkan pengetahuan dan pemahamannya dengan membaca buku-buku agama yang bermutu.
b) Mencoba untuk memperoleh kemenangan dalam suatu pertandingan atau perlombaan.
c) Menonton konser atau orkes.
d) Mendengarkan khutbah yang betul-betul bermutu.
Dalam item-item ini peserta didik disuruh memilih secara ordinal dengan memberi angka 1 (satu) pada alternatif yang paling disukai, angka 2 (dua) pada alternatif yang kurang disukai, angka 3 (tiga) pada alternatif tidak disukai, dan angka 4 (empat) pada alternatif yang paling tidak disukai.
xxiv
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan
Penilaian nontes adalah cara penilaian hasil belajar peserta didik yang dilakukan tanpa menguji peserta didik tetapi dengan melakukan pengamatan secaara sistematis. Teknik penilaian ini umumnya untuk menilai kepribadian anak secara menyeluruh meliputi sikap, tingkah laku, sifat, sikap sosial dan lain- lain yang berhuungan dengan kegiatan belajar dalam pendidikan, baik secara individu mauppun kelompok.
Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sebagai sasaran pengamatan. observasi ini digunakan untuk menilai sesuatu melalui pengamatan terhadap objeknya secara langsung, seksama dan sistematis. Pengamatan memungkinkan untuk melihat dan mengamati sendiri kemudian mencatat perilaku dan kejadian yang terjadi pada keadaan sebenarnya.
Wawancara merupakan suatu proses komunikasi dyadic dengan suatu tujuan dan maksud yang serius yang dirancang untuk pertukaran perilaku dan melibatkan proses tanya jawab. Yang dimaksud dalam hal ini adalah terjadinya suatu proses yang dinamis yang saling bergantian dengan beberapa variabel
xxv
yang terlibat dimana derajat dari system/struktur tidak terlalu pasti. Tujuan observasi adalah (1) untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai suatu fenomena, baik yang berupa peristiwa maupun tindakan dalam situasi yang sesungguhnya, tanpa ada yang dimanipulasi (2) untuk mengukur perilaku kelas, interaksi antara peserta didik dengan guru, dan faktor-faktor yang dapat diamati lainnya, terutama kecakapan sosial (social skills).
Angket adalah suatu alat pengumpul data yang berupa serangkaian pertanyaan tertulis yang diajukan kepadasubyek untuk mendapatkan jawaban secara tertulis juga. Cara menyusun kuesioner seperti pada tes prestasi belajar, sehingga berlaku langkah-langkah yang telah dijelaskan di muka, yakni dimulai dengan analisis variabel, membuat kisi-kisi, dan menyusun pertanyaan.
Sikap merupakan suatu kecenderungan tingkah laku peserta didik untuk berbuat sesuatu dengan cara, metode, teknik dan pola tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa orang-orang maupun berupa objek-objek tertentu. Tiga komponen sikap adalah kognisi, afeksi, dan konasi.
3.2 Saran
Saya sebagai penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun daripembaca, guna untuk memperbaiki karya-karya lainnya atau penulisan makalah yang lain dimasa depan.
xxvi
DAFTAR PUSTAKA
Amalia Yunia Rahmawati. (2020). Evaluasi Teknik Non Tes Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. July, 1–23.
Arifin. (2016). No Title. TEKNIK EVALUASI NON-TES.
Arifin, Z. (2012). EVALUASI PEMBELAJARAN.
Nor Aida, Zainab Hartati, H. (2022). PENGARUH PEMBELAJARAN DARING TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA PADA MASA COVID-19 DI SDK LEMUEL II. 3(5).
Bloom, N., & Reenen, J. Van. (2013). 済無No Title No Title No Title. NBER Working Papers, 89. http://www.nber.org/papers/w16019
BOOK_Tritjahjo Danny_Asesmen Non-tes dalam Bimbingan dan Konseling_Bab 6.pdf.
(n.d.).
Burke, M. (2013). No Title. PENILAIAN NON TES ( OBSERVASI, WAWANCARA, RUBRIK).
Dr. R. A. Fadhallah, S.Psi., M. S. (2021). No Title. Buku Wawancara.
https://books.google.co.id/books?
id=rN4fEAAAQBAJ&pg=PA1&lpg=PA1&dq=definisi+wawancara&source=bl&
xxvii
ots=yyCHHa-3dR&sig=ACfU3U3MOT7HtGDoFgTOs3U_MTut7eM-
zA&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwitr92H5JiDAxWeS2wGHZH_Cz04HhDoAXo ECAUQAw#v=onepage&q=definisi wawancara&f=false
Guarango, P. M. (2022). No Title,8.5.2017 ,ץראה .םיניעה דגנל תמאבש המ תא תוארל השק יכה 2003
–
2005 .
Gumbira, D., Ismawati, F. R. S., & Zahra, N. H. (2016). Pengembangan alat evaluasi non tes. 2281142292.
Hidayati, K. (2012). Validasi Instrumen Non Tes dalam Penelitian Pendidikan Matematika. Prosiding, 503–511.
Ihsandikdas. (2017). No Title. Pengertian Evaluasi Non-Tes Dan Macam-Macam Instrumen Non-Tes. https://ihsandikdas.blogspot.com/2017/04/pengertian- evaluasi-non-tes-dan-macam.html
Jontarnababan. (2020). No Title. Jenis-Jenis Penilaian Dengan Non Tes.
Magdalena, I., Ismawati, A., & Amelia, S. A. (2021). Penggunaan Evaluasi Non-Tes dan Kesulitannya di SDN Gempol Sari. Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Sosial, 3(2), 187–199. https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/pensa/article/view/1299
Maya Saftari1, N. F. 1. (2019). STMIK Atma Luhur , 2 Universitas Sriwijaya
ASSESSMENT OF AFFECTIVE DOMAIN IN ATTITUDE SCALE STMIK Atma Luhur , 2 Universitas Sriwijaya. 7, 71–81.
Niland, N., Pearce, A. P., Naumann, D. N., O’Reilly, D., Series, P. B., Sataloff, R. T., Johns, M. M., Kost, K. M., Orsini, R. J., Medicine, T., Kalkman, J. P., Sataloff, R.
T., Johns, M. M., Kost, K. M., Maiti, Bidinger, Assistance, H., Mitigate, T. O., Eroukhmanoff, C., & Licina, D. (2020). No 主観的健康感を中心とした在宅高 齢者における 健康関連指標に関する共分散構造分析Title. Global Health, 167(1), 1–5. https://www.e-ir.info/2018/01/14/securitisation-theory-an-
introduction/
Novita Irawan Siregar, N. A. S., & Harahap, E. S. (2023). No Title. MAKALAH EVALUASI PENDIDIKAN PENGERTIAN PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI. https://www.afdhalilahi.com/2023/03/makalah-penilaian-tes-dan-non- tes.html
xxviii
Nur Afdan, S. S. (2023). No Title. Kelebihan Observasi & Kekurangan Observasi.
https://www.artikelsiana.com/2023/02/kelebihan-observasi-kekurangan- observasi.html
Nurani, M. A. (2017). BOOK_Tritjahjo Danny_Asesmen Non-tes dalam Bimbingan dan Konseling_Bab 10.pdf (pp. 64–100).
Oktavia, I. M. A., Ismawati, S., & Alia, F. (2021). Penggunaan Evaluasi Non Tes Dan Hambatannya Dalam Pembelajaran Di SDS Sari Putra Jakarta Barat. PENSA : Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Sosial, 3(1), 67–75.
https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/pensa
Pengukuran, P. I. N., Unjuk, P., Assessment, P., Penilaian, P., Kerja, U., Assessment, P., & Trespeces, M. (n.d.). interview ), 3). Depdiknas 2003, 1–36.
Pratiwi, Y. (2020). No Title. Artikel Jenis-Jenis Bentuk Non Tes Dalam Pendidikan.
https://yosipratiwi.blogspot.com/2013/01/artikel-jenis-jenis-bentuk-non-tes_7.html Program, D., Pendidikan, S., Sekolah, G., & Dharma, U. S. (n.d.). Buku teknik
penyusunan instrumen penelitian.
Putri Wulansari P., Eka Apriliyanti, &, & Susanti, E. (2015). No Title. MAKALAH Bentuk-Bentuk Instrumen Non-Tes.
https://putriwulansaripurnama.blogspot.com/2016/07/makalah-bentuk-instrumen- non-tes.html
RAMLI, M., HiIDAYAH, N., ZEN, E. F., FLURENTIN, E., HAMBALI, I., &
LASAN, B. B. (2017). Bab Ii Asesmen Bimbingan Dan Konseling. Sumber Belajar Penunjang Plpg 2017 Mata Pelajaran/Paket Keahlian Bimbingan Dan Konseling Bab II Asesmen Bimbingan Dan Konseling M. Asesmen Bimbingan Dan Konseling M., 1–53.
Riyan. (2017). No Title. Jenis Penilaian Non Tes Dan Penjelasannya.
https://www.riyanpedia.com/2017/04/jenis-penilaian-non-tes-dan- penjelasannya.html
Rusilowati, A. (2013). Pengembangan Intrumen Nontes. Seminar Nasional Evaluasi Pendidikan Tahun 2013, 1, 7–21.
Salmaa. (2023). No Title. Angket Penelitian: Prinsip, Jenis, Contoh, Langkah xxix
Menyusun.
Sani, S. A., & Setiawan, I. P. (2020). YUME : Journal of Management Integrasi Nilai Karakter dalam Pembelajaran Keterampilan Menulis Siswa. 3(3), 84–93.
https://doi.org/10.2568/yum.v3i3.778
Sufya, S., Atho’urrohman, W., Zuriyah, I. A., & Basith, A. (2023). Pengembangan Instrumen Penilaian Non Tes Kurikulum Merdeka Pada Pendidikan Dasar. Tunas:
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 8(2), 40–46.
https://doi.org/10.33084/tunas.v8i2.4543 Syafnidawaty. (2020). No Title. Observasi.
Theodoridis, T., & Kraemer, J. (n.d.). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者に おける 健康関連指標に関する共分散構造分析Title.
Wahyuni. (2019). Pengertian skala likert. Bab III Metoda Penelitian, Bab iii me, 1–9.
Widyoko, eko putra. (2009). Makalah Evaluasi Pendidikan NON TES.
Zubaidillah, M. H. (n.d.). Prinsip dan alat evaluasi dalam pendidikan islam. 1–13.
xxx