• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implikasi Teori Belajar Sibernetik dalam Pembelajaran Fisika

N/A
N/A
Raoda Tuljannah

Academic year: 2024

Membagikan "Implikasi Teori Belajar Sibernetik dalam Pembelajaran Fisika"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

The Implications of Cybernetic Learning Theory in Physics Learning

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Teaching and Learning

Dosen Pengampu:

Dr. M. Agus Martawijaya, M.Pd

DI SUSUN OLEH :

14 REVALINDA DARWIS 200103511009 41 RAODA TULJANNAH 220103511010

28 ADINDA 220103510001

FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM PENDIDIKAN FISIKA ICP BILINGUAL

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR 2023

KATA PENGANTAR

(2)

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah atas segala karunia-Nya yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami. Dalam kesempatan ini, kami dapat menyelesaikan makalah mengenai materi

“implikasi teori belajar sibernetik dalam pembelajaran fisika”. Dalam pembelajaran fisika, teori belajar sibernetik memiliki peran yang penting dalam memahami interaksi antara individu sebagai pembelajar dengan lingkungan fisiknya. Teori ini membantu kita untuk melihat pembelajaran fisika sebagai proses aktif yang melibatkan penggunaan prinsip-prinsip sibernetik dalam memahami, menerapkan, dan menguji konsep-konsep fisika dalam kehidupan sehari-hari. Kami menyadari bahwa tidak ada penulisan yang sempurna, dan mohon maaf apabila terdapat kesalahan atau kekurangan dalam penyampaian materi ini. Kami berharap bahwa informasi mengenai “implikasi teori belajar sibernetik dalam pembelajaran fisika” ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik dan berguna bagi pembaca.

Makassar, 25 Mei 2023

Kelompok 13

(3)

i DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1 ...4

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penulisan ... 4

BAB II PEMBAHASAN ... 5

A. Teori Belajar Sibernatik ... 8

B. Belajar dalam Pandangan Teori Sibernatik ... 10

C. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Sibernatik 12

D. Implikasi Teori Belajar Sibernatik dalam Pembelajaran Fisika ... 15

E. Prinsip Teori Belajar Sibernatik F. Peran Guru dalam Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Teori Sibernatik BAB III PENUTUP ... 20

A. Kesimpulan ... 20

B. Saran ... 20

DAFTAR PUSTAKA ... 21

LAMPIRAN ... viii

(4)

ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Belajar dan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Dengan belajar manusia bisa mengembangkan potensi- potensi yang dibawa sejak lahir. Tanpa belajar manusia tidak mungkin dapat memenuhi kebutuhannya tersebut. Kebutuhan belajar dan pembelajaran dapat terjadi dimana-mana, misalnya di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Kebutuhan manusia akan belajar tidak akan pernah berhenti selama manusia ada di muka bumi ini. Hal itu disebabkan karena dunia dan isinya termasuk manusia selalu berubah

Belajar merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia. Aktivitas belajar dirasakan sebagai kebutuhan hidup yang urgen karena semakin pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang menimbulkan berbagi perubahan yang melanda segenap aspek kehidupan dan penghidupan. Tanpa belajar, manusia akan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingungan dan tuntutan hidup. Apalagi kehidupan dan penghidupan senantiasa berubah.

Dengan demikian, belajar dapat membawa perubahan bagi seseorang, baik perubahan pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Dengan perubahan- perubahan tersebut, tentunya seseorang juga terbantu dalam memecahkan permasalahan kehidupan dan bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Meskipun definisi etimologis di atas singkat dan sederhana, namun memerlukan penjelasan terminologis yang lebih mendalam untuk menggambarkan definisi belajar. Banyak ahli yang telah mengemukakan definisi belajar. Cronbach (Baharuddin dan Esa Nur W, 2015:16) menyatakan bahwa belajar terlihat melalui perubahan perilaku sebagai hasil dari

(5)

pengalaman. Dalam hal ini, belajar yang paling efektif terjadi melalui pengalaman di mana pelajar menggunakan semua indra yang dimilikinya.

Dari beberapa defenisi tentang belajar seperti yang dikemukakan, maka dapat dinyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar oleh peserta didik untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap melalui pengalaman-pengalaman yang dibuat guru agar berlangsung permanen.

Adapun pembelajaran (instruction) adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik (Warsita, 2008:85). Dalam pengertian lain, pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri peserta didik (Sadiman dkk, 1986:7). Sedangkan menurut Depdiknas (dalam Warsita, 2008:85) “Dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang Sikdiknas Pasal 1 Ayat 20, Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.”

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:17) mendefenisikan kata

“Pembelajaran” berasal dari kata “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui dan diturut, sedangkan “Pembelajaran”

berarti proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.

Pembelajaran adalah penyediaan kondisi yang mengakibatkan terjadinya proses belajar pada diri peserta didik. Penyedia kondisi dapat dilakukan dengan bantuan pendidik (guru) atau ditemukan sendiri oleh individu (belajar secara otodidak). Peristiwa belajar tidak selalu terjadi atas inisiatif diri individu. Individu memerlukan bantuan untuk mengembangkan potensi yangada pada dirinya. Pada umumnya diperlukan lingkungan yang kondusif agar dapat dicapai perkembangan individu secara optimal. (Ridwan Abdullah Sani, 2013:40).

Berdasarkan berbagai pendapat ahli tentang pembelajaran, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran melibatkan interaksi aktif antara guru yang menyampaikan materi pembelajaran dengan siswa sebagai objek

(6)

pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan sistem perencanaan pembelajaran yang kemudian menghasilkan interaksi antara pemateri (guru) dengan penerima materi (murid/siswa).

Untuk menjalankan proses pembelajaran dengan baik, perlu diterapkan beberapa rancangan kegiatan pembelajaran, termasuk pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, dan metode pembelajaran.

Dalam mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana manusia belajar dan mengembangkan pengetahuan maka dibutuhkan teori pembelajaran.

Salah satu alasan mengapa teori pembelajaran dibutuhkan adalah untuk memahami proses belajar secara menyeluruh. Teori pembelajaran membahas tentang bagaimana informasi diterima, diproses, disimpan, dan dipulihkan oleh pikiran manusia. Dengan pemahaman ini, pendidik dapat merancang pengalaman belajar yang sesuai dengan cara kerja otak dan memfasilitasi pemahaman yang lebih baik.

Teori pembelajaran juga berperan penting dalam mengembangkan metode pembelajaran yang efektif. Berbagai teori seperti pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis proyek, atau pembelajaran berbasis masalah memberikan panduan bagi pendidik dalam merancang pengalaman belajar yang berpusat pada siswa dan melibatkan partisipasi aktif. Dengan menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan teori-teori ini, pendidik dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran. Teori yang akan dibahas adalah teori sibernetik, teori sibernetik memiliki peran yang penting dalam konteks pembelajaran karena memberikan pemahaman tentang bagaimana sistem dan proses komunikasi berperan dalam interaksi antara individu dengan lingkungannya.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas dapat kami rumuskan permasalahan yang akan kami bahas sebagai berikut:

(7)

1. Apa itu teori belajar sibernatik?

2. Apa itu belajar menurut teori belajar sibernatik?

3. Apa kelebihan dan kekurangan dari teori belajar sibernatik?

4. Bagaimana implikasi teori belajar sibernatik pada pembelajaran fisika?

5. Bagaimana prinsip teori belajar sibernatik?

6. Bagaimana peran guru dalam pembelajaran fisika dengan pendekatan teori

sibernatik?

C. TUJUAN PENULISAN

Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat kami paparkan tujuan penulisan yang akan kami bahas sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui teori belajar sibernatik.

2. Untuk mengetahui belajar menurut teori sibernatik.

3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teori belajar sibernatik.

4. Untuk mengetahui implikasi teori belajar sibernatik pada pembelajaran fisika.

5. Untuk mengetahui prinsip teori belajar sibernetik

6. Untuk mengetahui peran guru dalam pembelajaran fisika dengan pendekatan teori sibernetik

BAB II

(8)

PEMBAHASAN

A. Teori Belajar Sibernatik

Istilah sibernetika/sibernetik atau dalam bahasa Inggris disebut cybernetics berasal dari bahasa Yunani Kuno, kybernetes yang berarti pilot, jurumudi, kemudi atau gubernur, akar kata yang sama dengan pemerintah (Umpleby 2006; Uno, 2010). Istilah ini pertama kali digunakan dalam bahasa Inggis tahun 1945 oleh Nobert Wiener,seorang ilmuwan dari Massachussets Institute of Technology (MIT), dalam buku berjudul Cybernetics untuk menggambarkan kecerdasan buatan (artificial intelligence). Nobert Wiener mendefinisikan cybernetics sebagai, “control and communication inanimal and machine” (Umpleby, 2006; Malik, 2014).

Teori belajar sibernetik adalah suatu kerangka teoritis yang mempelajari bagaimana individu atau sistem belajar, beradaptasi, dan mengatur dirinya sendiri melalui interaksi dengan lingkungan. Teori ini didasarkan pada konsep-konsep yang berkaitan dengan ilmu sibernetika, yang mempelajari sistem kompleks yang terdiri dari unsur-unsur yang saling berinteraksi.

Teori belajar sibernetik menekankan pentingnya pemahaman tentang bagaimana individu atau sistem belajar, berkomunikasi, dan beradaptasi dengan lingkungan mereka. Dalam kerangka teori ini, pembelajaran dipandang sebagai proses dinamis di mana individu atau sistem belajar melalui interaksi dengan lingkungan mereka.

Teori belajar sibernetik memberikan perspektif yang dinamis dan interaktif tentang pembelajaran, mengaitkan konsep-konsep belajar dengan konsep-konsep sibernetika. Dengan memahami bagaimana sistem belajar dan beradaptasi, teori ini memberikan kerangka kerja yang bermanfaat bagi pembelajaran individu maupun pembelajaran di dalam sistem yang lebih luas seperti lingkungan kelas atau organisasi.

Teori sibernatik adalah suatu kerangka konseptual yang dikembangkan oleh ilmuwan Norbert Wiener pada tahun 1940-an. Kata "sibernatik" berasal dari kata Latin "cybernetics," yang berarti "seni memerintah" atau "seni

(9)

kendali." Teori sibernatik berfokus pada pemahaman tentang bagaimana sistem kompleks berinteraksi dengan lingkungannya dan bagaimana mereka dapat belajar, beradaptasi, dan berkembang.

Salah satu aspek sentral dari teori sibernatik adalah konsep umpan balik (feedback). Menurut teori ini, umpan balik adalah informasi yang dikirimkan dari lingkungan ke sistem atau dari sistem ke lingkungan sebagai respons terhadap tindakan atau perubahan. Umpan balik ini digunakan untuk mengontrol dan mengatur perilaku sistem agar mencapai tujuan tertentu.

Contohnya adalah termostat yang mengontrol suhu di ruangan dengan menerima umpan balik dari sensor suhu dan mengubah pengaturan pemanas atau pendingin udara.

Teori sibernatik juga mengemukakan konsep homeostasis, yaitu kecenderungan sistem untuk mempertahankan keseimbangan atau stabilitas internalnya melalui mekanisme umpan balik. Homeostasis memungkinkan sistem untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan dan tetap beroperasi secara efisien.

Selain itu, teori sibernatik memperhatikan komunikasi dan pengolahan informasi dalam sistem. Sistem dikatakan memiliki kapasitas untuk memperoleh, menyimpan, mengolah, dan menggunakan informasi untuk menghasilkan tindakan yang tepat. Proses ini melibatkan pemodelan, prediksi, dan pengambilan keputusan berdasarkan data dan umpan balik yang diterima.

Teori sibernatik juga menekankan pentingnya pemodelan matematika dalam pemahaman sistem kompleks. Dalam pemodelan sibernatik, sistem dianalisis menggunakan persamaan matematika dan simulasi komputer untuk mempelajari perilaku, hubungan, dan interaksi antarbagian sistem.

Dalam pembelajaran, teori sibernatik telah diterapkan untuk memahami bagaimana individu belajar dan beradaptasi dengan lingkungannya. Teori ini menekankan pentingnya umpan balik dalam memberikan informasi yang berguna bagi pembelajaran, serta penggunaan teknologi dan komunikasi

(10)

dalam memperoleh dan memproses informasi. Dengan memahami teori sibernatik, kita dapat menerapkan prinsip-prinsipnya dalam berbagai bidang, termasuk pendidikan, psikologi, manajemen, dan ilmu komputer. Penerapan teori sibernatik dapat membantu kita memahami dan mengoptimalkan sistem kompleks, termasuk sistem pembelajaran, untuk mencapai kinerja dan efisiensi yang lebih baik.

Dalam konteks Fisika Teori sibernetik dapat di impilaksikan pada Hukum Kekekalan Energi I “energi tidak dapat di ciptakan ataupun di musnahkan tetapi energi hanya dapat di ubah dari satu energi menjadi energi yang lain”.

Yang berarti pelajar dapat menerapkan teori tersebut di kehidupan sehari harinya seperti halnya dengan mengubah energi listrik menjadi energi panas (menyetrika). Ataupun dengan menyalakan lampu (energi listrik menjadi energi cahaya), penerapan hukum kekekalan energi ini akan lebih berarti bagi pelajar karena dia menerapkan di kehidupan sehari-harinya.

B. Belajar dalam Pandangan Teori Sibernetik

Menurut teori sibernetik, belajar adalah pengolahan informasi. Proses belajar memang memegang peranan penting, namun yang lebih penting lagi adalah pengolahan sistem informasi. Dengan kata lain, sistem informasi

dipandang sangat

memegang peranan penting dalam memudahkan penyampaian materi pembe lajaran yang akan disajikan kepada siswa. Asumsi lain dari teori sibernatik adalah dari Suciati & Prasetya pada tahun 2001 bahwa tidak ada satu proses belajar manapun yang ideal untuk segala sesuatu dan cocok untuk semua siswa,karena cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi. Menurut teori belajar sibernetik, belajar menggunakan jenis- jenis memori yang berbeda selama belajar karena situasinya berbeda-beda.

Menurut Gagne (1985) pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu.

(11)

Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu.

Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran. Menurut Suminar (2010) teori belajar sibernetik menekankan peristiwa belajar sebagai proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung dan terjadinya perubahan kemampuan yang terikat pada situasi tertentu.

Berdasarkan teori sibernetik, ahli psikologi menganalogikan mekanisme kerja manusia seperti mekanisme mesin elektronik. Mereka menganggap siswa (pebelajar)sebagai suatu sistem yang yang dapat mengendalikan umpan balik sendiri (self-regulated feedback). Menurut Uno tahun 2010 sistem kendali umpan balik ini, baik pada manusia atau mesin(seperti komputer) mempunyai tiga fungsi, yakni: (1) menghasilkan gerakan/Tindakan sistem terhadap target yang diinginkan (untuk mencapai tujuan tertentu yang diinginkan), (2) membandingkan dampak dari tindakannya tersebut apakah sesuai atau tidak dengan jalur/rencana yang seharusnya (mendeteksi kesalahan), dan (3) memanfaatkan kesalahan (error) untuk mengarahkan kembali ke arah/ jalur seharusnya.

Teori ini mengemukakan bahwa tindakan belajar merupakan proses internal yang mencakup beberapa tahapan. Tahapan-tahapan ini dapat dimudahkan dengan menggunakan metode pembelajaran yang mengikuti urutan tertentu sebagai peristiwa pembelajaran (the nine event of instruction), yang mempreskripsikan kondisi belajar internal dan eksternal utama untuk kapabilitas apapun. Kondisi internal peserta didik yang mempengaruhi proses belajar melalui proses pengolahan informasi,dan yang sangat penting untuk diperhatikan oleh guru dalam mengelola pembelajaran antara lain: Kemampuan awal peserta didik, kemampuan awal peserta didik yaitu peserta didik telah memiliki pengetahuan, atau keterampilan yang merupakan prasyarat sebelum mengikuti pembelajaran. Tanpa adanya kemampuan prasyarat ini peserta didik ini tidak dapat diharapkan mampu mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Kemampuan awal peserta didik

(12)

dapat diukur melalui tes awal, interview atau cara-cara lain yang cukup sederhana seperti melontarkan pertanyaan-pertanyaan.

C. Kelebihan dan Kekurangan Teori Behavioristik

Menurut Nurwahid (2013) kelebihan strategi pembelajaran yang berpijak pada teori sibernetik, yaitu:

1. Cara berfikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol: Teori sibernetik menekankan pentingnya memahami dan menganalisis proses yang terjadi dalam sistem. Hal ini berarti bahwa perhatian diberikan pada bagaimana input masuk ke dalam sistem, bagaimana informasi diproses, bagaimana umpan balik memengaruhi sistem, dan bagaimana output atau hasil akhir dicapai. Dengan fokus pada proses, teori sibernetik membantu dalam memahami bagaimana sistem bekerja dan bagaimana perubahan dalam proses dapat mempengaruhi kinerja keseluruhan sistem.

2. Penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis: Teori sibernetik mengakui pentingnya efisiensi dalam penyajian pengetahuan. Dalam konteks pembelajaran, penyampaian pengetahuan harus efisien dan tidak membuang-buang waktu dan sumber daya yang berlebihan. Teori sibernetik membantu merancang metode pembelajaran yang efektif dan efisien, yang memastikan bahwa pengetahuan disampaikan secara tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhan individu atau sistem yang belajar.

3. Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap: Teori sibernetik memandang belajar sebagai suatu proses yang berkelanjutan dan adaptif.

Ia mengakui bahwa individu atau sistem memiliki kapasitas untuk belajar dan mengembangkan diri mereka seiring waktu. Dalam konteks ini, teori sibernetik membantu dalam menyajikan informasi dan pengalaman pembelajaran secara komprehensif, yang mencakup berbagai aspek yang diperlukan untuk pemahaman yang mendalam dan pertumbuhan yang berkelanjutan.

(13)

4. Adanya keterarahan seluruh kegiatan belajar kepada tujuan ya ng ingin dicapai: Teori sibernetik menekankan pentingnya memiliki tujuan yang jelas dalam proses belajar. Tanpa tujuan yang ditetapkan, belajar dapat menjadi tidak terarah dan tidak efektif. Dalam teori sibernetik, semua kegiatan belajar diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Hal ini membantu dalam memfokuskan upaya belajar pada hasil yang diinginkan dan memberikan panduan untuk mengukur kemajuan dan keberhasilan.

5. Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya, kontrol belajar memungkinkan belajar sesuai dengan irama masing-masing individu: Teori sibernetik mengakui pentingnya transfer belajar dari lingkungan pembelajaran ke dalam kehidupan nyata.

Pembelajaran yang efektif adalah yang dapat diterapkan dan digunakan dalam situasi kehidupan sehari-hari. Selain itu, teori sibernetik juga mengakui bahwa individu memiliki kebutuhan dan gaya belajar yang berbeda. Oleh karena itu, kontrol belajar yang fleksibel memungkinkan setiap individu untuk belajar sesuai dengan kebutuhan dan preferensinya sendiri.

6. Balikan informatif memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk kerja yang diharapkan. Tujuan dari balikan informatif adalah memberikan panduan dan rambu-rambu yang jelas kepada sistem tentang apa yang diharapkan dari kinerjanya. Dalam konteks ini, balikan informatif berfungsi sebagai alat untuk menginformasikan sistem tentang standar atau tujuan yang harus dicapai. Ini dapat dilakukan melalui komunikasi yang jelas dan spesifik tentang kriteria evaluasi, ukuran prestasi, atau harapan yang harus dipenuhi oleh sistem.

Kelemahan teori sibernetik adalah terlalu menekankan pada sistem informasi yang dipelajari, dan kurang memperhatikan bagaimana proses

(14)

belajar (Nurwahid, 2013). Teori sibernetik dikritik sebab tidak membahas proses belajar langsung sehingga hal ini menyulitkan.

D. Implikasi Teori Belajar Sibernetik dalam Pembelajaran Fisika

Implikasi teori pembelajaran sibernetik dalam pembelajaran fisika memiliki dampak yang signifikan dalam memahami dan meningkatkan proses pembelajaran fisika. Berikut ini adalah penjelasan terinci dan terstruktur mengenai implikasi teori pembelajaran sibernetik dalam pembelajaran fisika:

1. Pendekatan holistik: Teori sibernetik menekankan pendekatan holistik dalam pembelajaran fisika. Hal ini berarti melihat fisika sebagai satu kesatuan yang terintegrasi, di mana konsep-konsep dan prinsip-prinsip fisika saling terkait dan saling mempengaruhi. Dalam pembelajaran fisika, siswa perlu memahami bagaimana konsep-konsep fisika saling berhubungan untuk membangun pemahaman yang lebih dalam. Misalnya, pemahaman tentang hukum gerak Newton harus berhubungan dengan konsep energi kinetik dan energi potensial.

2. Pengaturan diri: Teori sibernetik menekankan pentingnya pengaturan diri dalam pembelajaran. Dalam konteks pembelajaran fisika, siswa perlu mengembangkan kemampuan untuk mengatur dan mengelola pemahaman mereka sendiri. Mereka harus belajar memantau pemahaman mereka, mengidentifikasi kelemahan, dan mengambil langkah-langkah perbaikan yang diperlukan. Guru dapat membantu siswa dengan memberikan panduan tentang bagaimana mengatur dan mengelola pembelajaran mereka sendiri.

3. Umpan balik (feedback): Umpan balik merupakan elemen penting dalam pembelajaran fisika berdasarkan teori sibernetik. Guru dapat memberikan umpan balik yang efektif kepada siswa tentang pemahaman mereka, kesalahan yang dibuat, dan cara-cara untuk memperbaikinya.

Umpan balik yang baik membantu siswa memperbaiki pemahaman

(15)

mereka dan membuat koneksi yang lebih kuat antara konsep-konsep fisika. Misalnya, guru dapat memberikan umpan balik tertulis atau lisan kepada siswa tentang kesalahan dalam menerapkan hukum-hukum fisika atau tentang pemahaman yang kurang jelas.

4. Pembelajaran berbasis masalah: Teori sibernetik mendorong pendekatan pembelajaran berbasis masalah dalam fisika. Siswa didorong untuk memecahkan masalah fisika yang kompleks dan nyata. Dengan menghadapi masalah fisika yang nyata, siswa dapat melihat relevansi dan aplikasi konsep fisika dalam kehidupan sehari-hari. Ini juga membantu mereka mengembangkan keterampilan pemecahan masalah dan berpikir kritis yang penting dalam fisika. Guru dapat memberikan tantangan atau proyek-proyek yang melibatkan penerapan konsep fisika dalam konteks nyata.

5. Kolaborasi dan jaringan: Teori sibernetik mendorong kolaborasi dan interaksi antara siswa dalam pembelajaran fisika. Kolaborasi memungkinkan siswa saling belajar, berbagi ide, dan membangun pemahaman yang lebih baik melalui diskusi dan refleksi bersama. Guru dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung kolaborasi dengan memberikan tugas kelompok, proyek kolaboratif, atau diskusi kelompok. Melalui kolaborasi, siswa juga dapat mengembangkan keterampilan sosial dan komunikasi yang penting.

Dengan menerapkan implikasi teori pembelajaran sibernetik dalam pembelajaran fisika, siswa dapat mengembangkan pemahaman yang lebih komprehensif tentang konsep fisika, kemampuan pengaturan diri, keterampilan pemecahan masalah, dan keterampilan sosial. Selain itu, siswa juga akan melihat hubungan antara konsep-konsep fisika dan relevansi mereka dalam kehidupan sehari-hari.

Implikasi teori belajar sibernetik dalam pembelajaran fisika dalam kehidupan sehari-hari adalah bahwa individu dapat memanfaatkan prinsip-

(16)

prinsip sibernetik untuk memperoleh pemahaman tentang cara belajar dan berinteraksi dengan lingkungan fisik sekitarnya. Sibernetik merupakan bidang studi yang berfokus pada analisis sistem dan proses komunikasi di dalamnya. Dalam konteks pembelajaran fisika, pendekatan ini memberikan pemahaman tentang bagaimana informasi fisika disampaikan, diproses, dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam pembelajaran fisika, teori belajar sibernetik mengajarkan individu untuk melihat belajar sebagai suatu proses interaksi antara diri mereka sebagai pembelajar dan lingkungan fisik yang melingkupi mereka. Dalam konteks ini, pembelajaran fisika bukanlah sekadar menerima informasi secara pasif, melainkan melibatkan interaksi aktif dengan dunia nyata untuk mengamati, mengeksplorasi, dan menguji konsep-konsep fisika.

Dalam kehidupan sehari-hari, implikasi teori belajar sibernetik dalam pembelajaran fisika dapat terlihat dalam berbagai situasi. Sebagai contoh, saat individu melakukan kegiatan bersepeda, mereka dapat menerapkan prinsip-prinsip fisika seperti gaya, gerakan, dan kecepatan. Dengan memahami prinsip-prinsip ini secara mendalam, individu dapat meningkatkan kendali terhadap sepeda mereka, memprediksi perilaku sepeda dalam berbagai situasi, serta mengoptimalkan perjalanan yang mereka tempuh.

Penerapan teori belajar sibernetik dalam pembelajaran fisika juga dapat dilihat dalam penggunaan alat-alat elektronik sehari-hari seperti ponsel pintar atau kendaraan. Dengan pemahaman fisika yang baik, kita dapat menggunakan teknologi ini dengan lebih efektif dan efisien. Misalnya, kita dapat memahami bagaimana sinyal telepon seluler atau WiFi bekerja, dan bagaimana mengoptimalkan penggunaan daya baterai dalam perangkat kita.

Selain itu, pemahaman fisika yang didasarkan pada teori belajar sibernetik dapat membantu kita mengambil keputusan yang lebih baik dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, ketika kita berada di jalan, pemahaman tentang hukum gerak dan kinematika dapat membantu kita memprediksi

(17)

pergerakan kendaraan di sekitar kita dan mengambil keputusan yang tepat dalam berkendara.

Dalam rangka pembelajaran fisika yang efektif, teori belajar sibernetik juga mengajarkan kita untuk memperhatikan umpan balik atau informasi yang kita terima dari lingkungan kita. Ini berarti bahwa ketika kita berinteraksi dengan lingkungan fisik, kita harus mengamati dan memahami respon yang kita terima, baik itu dalam bentuk visual, auditif, atau kinestetik.

Dengan memperhatikan umpan balik ini, kita dapat mengidentifikasi kesalahan pemahaman dan melakukan perbaikan dalam belajar fisika.

contoh penerapan teori sibernetik dalam pembelajaran fisika adalah sebagai berikut:

1. Simulasi komputer: Dalam pembelajaran fisika, simulasi komputer dapat digunakan untuk menciptakan model interaktif dari fenomena fisika.

Melalui penggunaan simulasi, siswa dapat berinteraksi dengan variabel- variabel yang dapat diubah dan mengamati bagaimana perubahan tersebut mempengaruhi sistem secara keseluruhan. Dengan demikian, siswa dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang prinsip-prinsip fisika dengan melihat langsung implikasi dari perubahan variabel.

2. Eksperimen laboratorium: Laboratorium fisika dapat dianggap sebagai sistem sibernetik, di mana siswa berinteraksi dengan instrumen dan benda- benda fisik untuk mengamati dan mengukur fenomena fisika. Melalui eksperimen, siswa dapat memperoleh umpan balik langsung tentang konsep- konsep fisika yang sedang dipelajari. Misalnya, dalam eksperimen tentang hukum gerak, siswa dapat mengukur perubahan posisi benda seiring waktu dan memperoleh pemahaman tentang hubungan antara waktu, jarak, dan kecepatan.

3. Diskusi dan kolaborasi: Dalam teori sibernetik, interaksi sosial juga dianggap sebagai komponen penting dalam pembelajaran. Dalam konteks pembelajaran fisika, diskusi dan kolaborasi antara siswa dapat membantu dalam pemahaman konsep-konsep fisika yang kompleks. Melalui diskusi

(18)

kelompok, siswa dapat saling bertukar ide, memberikan umpan balik, dan berbagi perspektif yang berbeda, sehingga meningkatkan pemahaman secara kolektif.

4. Pemanfaatan teknologi: Kemajuan teknologi seperti perangkat lunak interaktif, animasi, video, dan aplikasi seluler dapat digunakan dalam pembelajaran fisika. Dengan memanfaatkan teknologi ini, siswa dapat berinteraksi dengan visualisasi yang menarik dan dinamis, menjelajahi konsep fisika dengan lebih interaktif, dan meningkatkan pemahaman mereka melalui pengalaman yang mendalam.

5. Menerapkan fisika dalam konteks kehidupan sehari-hari: Salah satu aspek penting dari pembelajaran fisika adalah penerapan konsep-konsep dalam kehidupan sehari-hari. Dalam teori sibernetik, pembelajaran menjadi lebih bermakna ketika siswa dapat menghubungkan konsep fisika dengan situasi nyata yang mereka alami. Misalnya, mereka dapat menerapkan pemahaman tentang gaya dan gerak dalam aktivitas seperti bermain olahraga, mengendarai sepeda, atau menggantungkan benda-benda di rumah.

Dalam semua contoh di atas, penerapan teori sibernetik dalam pembelajaran fisika melibatkan interaksi aktif antara siswa dan lingkungan fisik atau teknologi yang menyediakan umpan balik yang berguna untuk memperkuat pemahaman konsep fisika.

E. Prinsip Teori Belajar Sibernatik

Teori belajar sibernetik menekankan beberapa prinsip penting, antara lain:

1. Pengaturan diri: Sistem yang didasarkan pada teori sibernetik memiliki kemampuan untuk mengatur dan mengubah diri sendiri untuk mencapai tujuan. Dalam konteks pembelajaran, ini berarti individu atau siswa memiliki kemampuan untuk mengatur dan mengelola proses pembelajaran mereka sendiri. Mereka dapat memantau pemahaman mereka, mengidentifikasi kelemahan, dan mengambil langkah-langkah perbaikan yang diperlukan.

(19)

2. Umpan balik (feedback): Teori sibernetik menganggap umpan balik sebagai elemen penting dalam mengatur dan memperbaiki sistem. Dalam pembelajaran, umpan balik yang efektif dapat membantu siswa memperbaiki pemahaman mereka dan melakukan perubahan yang diperlukan. Umpan balik dapat berupa informasi tentang kemajuan siswa, kesalahan yang dibuat, atau saran perbaikan yang diberikan oleh guru, teman sekelas, atau lingkungan pembelajaran lainnya.

3. Kompleksitas dan keterkaitan: Teori belajar sibernetik mengakui bahwa sistem pembelajaran adalah sistem yang kompleks, di mana unsur-unsur dan konsep-konsep saling terkait dan saling mempengaruhi. Dalam pembelajaran, ini berarti bahwa pemahaman siswa tidak terbatas pada konsep-konsep tunggal, tetapi juga melibatkan pemahaman tentang bagaimana konsep-konsep tersebut terhubung dan membentuk suatu kesatuan yang lebih besar.

4. Interaksi dengan lingkungan: Teori sibernetik menganggap lingkungan sebagai faktor penting dalam pembelajaran. Individu belajar melalui interaksi dengan lingkungan dan merespons stimulus-stimulus yang diberikan. Lingkungan pembelajaran yang memfasilitasi interaksi yang bermanfaat, tantangan yang sesuai, dan sumber daya yang relevan dapat mempromosikan pembelajaran yang efektif.

Dalam konteks pembelajaran fisika, teori belajar sibernetik dapat diterapkan dengan cara melihat pembelajaran fisika sebagai suatu sistem yang kompleks. Siswa dapat diajak untuk mengatur pembelajaran mereka sendiri, menerima umpan balik yang relevan, memahami keterkaitan antara konsep fisika, dan berinteraksi dengan lingkungan pembelajaran secara efektif.

F. Peran Guru dalam Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Teori Sibernatik

Fasilitator Pembelajaran

(20)

Guru berperan dalam memfasilitasi interaksi antara siswa dengan materi pelajaran fisika. Guru membangun lingkungan pembelajaran yang merangsang diskusi dan kolaborasi antara siswa, serta mendorong mereka untuk mengemukakan pertanyaan dan pendapat mereka tentang konsep fisika yang dipelajari.

Pemantau Proses Belajar

Dengan menggunakan pendekatan sibernetik, guru dapat melihat siswa sebagai bagian dari sistem pembelajaran yang lebih besar. Guru memperhatikan interaksi antara siswa, memperoleh umpan balik dari mereka, dan melakukan penyesuaian pembelajaran yang sesuai untuk memfasilitasi pemahaman yang lebih baik.

Mengidentifikasi Pola dan Keterkaitan

Dalam teori sibernetik, guru berperan dalam mengidentifikasi pola dan keterkaitan antara berbagai elemen dalam pembelajaran fisika. Guru memperhatikan pola-pola tertentu dalam pemahaman siswa, kesulitan yang sering muncul, serta hubungan antara konsep-konsep fisika yang diajarkan.

Menyediakan Umpan Balik dan Evaluasi

Guru memberikan umpan balik yang efektif kepada siswa untuk membantu mereka memahami tingkat pemahaman dan kemajuan mereka dalam pembelajaran fisika. Guru memberikan umpan balik yang konstruktif untuk membantu siswa memperbaiki kesalahan dan meningkatkan keterampilan mereka.

(21)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, dapat ditarik dua kesimpulan.

Pertama, teori behavioristik adalah teori belajar yang menekankan pada perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Pelopor teori behavioristik adalah Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner. Menurut teori behavioristik, belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar adalah suatu bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi stimulus dan respon.

Kedua, implikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung pada tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media, dan fasilitas belajar yang tersedia. Pemikiran seperti yang telah dikemukakan oleh para pencetus behaviorisme, seperti Thorndike, tentang perlunya bantuan guru untuk menciptakan perilaku siswa, perlunya keterampilan yang terlatih, dan disiplin mental menjadi dasar berkembangnya behaviorisme di sekolah. Selain itu, gagasan Guthrie tentang perlunya penguatan dalam pembelajaran sampai saat ini diakui sebagai hal yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran.

B. SARAN

Kami menyadari bahwasanya penyusun dari makalah ini hanyalah manusia yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, sedangkan kesempurnaan hanya milik Allah SWT., hingga dalam penulisan dan penyusunannya masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik

(22)

dan saran yang konstruktif akan senantiasa penyusun terima dalam upaya evaluasi diri.

DAFTAR PUSTAKA

Budiningsih, C.Asri. 2005. Belajar dan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Degeng, INS 1989. Pengajaran Taksonomi Variabel. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Gredler, MB 1991. Belajar dan Belajar. Perpustakaan Teknologi Pendidikan Seri Nomor 11. Jakarta: Rajawali Press.

Hamid, M. 2002. Pendekatan Psikologi dalam Proses Pembelajaran Bahasa. Surabaya: Fakultas Ilmu Budaya IAIN Sunan Ampel.

Hill, WF 2012. Teori Pembelajaran. Bandung: Nusamedia.

Koesma, RE 2000. "Konsep Manusia menurut Psikologi Behavioristik: Kritik dan

Keselarasan dengan Konsep Islam", dalam Rendra, K.

(ed). 2000. Metodologi Psikologi Islam. Yogyakarta: Perpustakaan Pelajar.

Muhaimin, dkk. 2002. Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Efektifitas Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Cetakan Kedua. Bandung: Rejama Rosdakarya.

Roziqin, Muhammad Zainur. 2007. Moralitas Pendidikan di Era Global:

Pergeseran Pola Interaksi Guru-Siswa di Era Global. Malang: Averoes Press.

Sagala, Syaiful. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabet.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Schunk, DH 2012. Teori Pembelajaran: Sebuah Perspektif Pendidikan. Edisi Keenam. Yogyakarta: Perpustakaan Pelajar.

(23)

Suhardiman & Rafiqa. 2019. Penerapan dan Hambatan Metode Motivasi Behavioristik dalam Pembelajaran Fisika Dasar. Jurnal Pendidikan Fisika. 7(1).

Sukmadinata, NS 2007. Jalur Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Rejama Rosdakarya.

Syah, Muhibbin. 1999. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.

Bandung:

Rejama Rosdakarya.

Trianto. 2007. Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivis: Konsep, Landasan Teori Praktis dan Implementasi. Jakarta: Penerbit Pustasi Pustaka.

Yulaelawati, Ella. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran: Filsafat, Teori, dan Aplikasi. Jakarta: Dokter Umum. H.

(24)

LAMPIRAN

1. Andi Fatur Rahmat Pertanyaan

Sejauh mana penggunaan prinsip-prinsip sibernatik dapat mengoptimalkan pada pembelajaran fisika dengan memperhatikan tingkat kesulitan serta adapsi perubahan kurikulum dengan pemahaman kritisnya?

Jawaban

Dalam konteks ini, guru dapat menerapkan prinsip umpan balik yang kontinu, memberikan siswa umpan balik secara teratur tentang kemajuan mereka dalam memahami konsep fisika dan mengatasi kesulitan yang muncul. Selain itu, prinsip adaptasi dan fleksibilitas juga penting untuk menghadapi perubahan kurikulum. Guru perlu memahami secara kritis kurikulum yang berlaku dan dapat menyesuaikan metode pengajaran serta materi pembelajaran sesuai dengan tingkat kesulitan yang sesuai dengan kemampuan siswa.

Hal ini memungkinkan siswa untuk belajar dengan cara yang paling efektif bagi mereka. Sistem fisika adalah sistem kompleks, dan penerapan prinsip sibernatik ini dapat membantu siswa memahami hubungan dan keterkaitan antara konsep-konsep fisika yang saling terkait. Dengan memahami keterkaitan ini, siswa dapat mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam dan kritis tentang subjek tersebut. Terakhir, prinsip pengoptimalan sumber daya juga relevan dalam konteks pembelajaran fisika. Guru dapat menggunakan berbagai sumber daya pembelajaran, seperti buku teks, bahan ajar digital, eksperimen praktis, dan diskusi kelompok, untuk memfasilitasi pemahaman yang lebih baik dan mengatasi tingkat kesulitan yang muncul dalam pembelajaran fisika.

(25)

Dengan menerapkan prinsip-prinsip sibernatik ini, guru dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang adaptif, responsif terhadap perubahan kurikulum, dan memungkinkan siswa mengembangkan pemahaman kritis yang mendalam tentang konsep fisika, sehingga meningkatkan hasil pembelajaran mereka.

2. Nurul Pratiwi Pertanyaan

Bagaimana teknologi seperti simulasi atau perangkat lunak interaktif dapat mendukung penerapan teori belajar sibernatik dalam pembelajaran fisika?

Jawaban

Teknologi seperti simulasi dan perangkat lunak interaktif dapat sangat mendukung penerapan teori belajar sibernatik dalam pembelajaran fisika.

Berikut adalah beberapa cara di mana teknologi ini dapat digunakan : a. Perangkat Lunak Interaktif: Perangkat lunak interaktif dapat

membantu siswa dalam memahami konsep fisika dengan cara yang lebih terlibat. Misalnya, perangkat lunak dapat menyediakan animasi atau visualisasi yang menggambarkan konsep fisika secara jelas. Siswa dapat berinteraksi dengan model tersebut dan mengamati bagaimana perubahan dalam variabel fisika mempengaruhi sistem secara keseluruhan.

b. Laboratorium Virtual: Dalam pembelajaran fisika, laboratorium biasanya menjadi komponen penting untuk mempelajari eksperimen dan pengukuran. Namun, dalam beberapa kasus, fasilitas laboratorium fisik mungkin terbatas atau sulit diakses. Dalam situasi ini, teknologi dapat digunakan untuk menciptakan laboratorium virtual di mana siswa dapat melakukan eksperimen, mengumpulkan data, dan menganalisis hasil dengan cara yang mirip dengan laboratorium fisik.

Ini memungkinkan siswa untuk belajar melalui praktikum meskipun tidak memiliki akses langsung ke fasilitas fisik.

(26)

c. Pembelajaran Berbasis Game: Perangkat lunak interaktif juga dapat dikembangkan dalam bentuk permainan edukatif yang menggabungkan konsep fisika dengan elemen permainan. Melalui permainan ini, siswa dapat memecahkan tantangan yang melibatkan konsep fisika, dan mereka akan menerima umpan balik instan tentang kesuksesan mereka dalam menerapkan prinsip-prinsip fisika.

Pendekatan ini memungkinkan pembelajaran yang lebih menyenangkan dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar fisika.

Dengan menggunakan teknologi seperti simulasi dan perangkat lunak interaktif, penerapan teori belajar sibernatik dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih mendalam dan terlibat dalam pembelajaran fisika. Siswa dapat secara aktif menggali konsep-konsep fisika, mengamati hubungan sebab-akibat, dan berpartisipasi dalam eksperimen virtual yang meningkatkan pemahaman mereka tentang subjek ini.

3. Maghfira Pertanyaan

Dalam praktiknya bagaimana perbedaan pembelajaran sibernatik dan pembelajaran tradisional apakah ada tantangan khusus, bagaimana tantangan dapat diatasi?

Jawaban

Pengajaran fisika dengan pendekatan sibernetik berbeda dengan pendekatan tradisional dalam beberapa aspek. Berikut adalah perbedaan utama antara keduanya:

a. Pendekatan Sistemik: Pendekatan sibernetik dalam pengajaran fisika menekankan pandangan sistemik terhadap konsep fisika. Siswa diajarkan untuk melihat fisika sebagai satu kesatuan yang terintegrasi, di mana semua konsep dan prinsip saling terkait. Pendekatan tradisional, di sisi lain, cenderung lebih terfokus pada pembelajaran

(27)

konsep fisika secara terpisah dan seringkali kurang menekankan hubungan antara konsep-konsep tersebut.

b. Analisis Dampak dan Umpan Balik: Dalam pendekatan sibernetik, siswa diajarkan untuk menganalisis dampak dari tindakan atau perubahan pada sistem fisika secara keseluruhan. Mereka juga diajarkan untuk mengenali dan memperhatikan umpan balik dalam sistem. Pendekatan tradisional cenderung lebih terbatas pada pemahaman konsep fisika tanpa memberikan penekanan pada dampak perubahan atau umpan balik dalam sistem.

c. Pemodelan dan Simulasi: Pendekatan sibernetik mendorong penggunaan pemodelan dan simulasi dalam pembelajaran fisika.

Siswa diberikan kesempatan untuk memodelkan dan mensimulasikan fenomena fisika, mengubah variabel, dan mengobservasi hasilnya. Ini membantu siswa dalam memahami konsep secara lebih konkrit dan praktis. Pendekatan tradisional mungkin lebih mengandalkan pada pembelajaran teori fisika melalui teks dan eksperimen terbatas di laboratorium.

Tantangan dalam menerapkan prinsip-prinsip sibernetik dalam pembelajaran fisika dapat meliputi:

a. Pengembangan Kurikulum: Mengintegrasikan prinsip-prinsip sibernetik dalam kurikulum fisika dapat membutuhkan upaya pengembangan yang signifikan. Pengajaran harus diperbarui dengan pendekatan sistemik, pemodelan, dan simulasi yang relevan. Hal ini memerlukan kerjasama antara para pengajar, pengembang kurikulum, dan ahli sibernetik.

b. Penyediaan Sumber Daya dan Teknologi: Implementasi pendekatan sibernetik dalam pembelajaran fisika seringkali membutuhkan akses ke sumber daya dan teknologi yang relevan, seperti perangkat lunak simulasi atau perangkat interaktif. Tantangan ini dapat diatasi dengan memastikan ketersediaan dan aksesibilitas sumber daya tersebut bagi siswa dan pengajar.

(28)

c. Pelatihan dan Pengembangan Guru: Guru perlu memperoleh pemahaman yang baik tentang prinsip-prinsip sibernetik dan bagaimana menerapkannya dalam pembelajaran fisika. Pelatihan dan pengembangan yang tepat perlu disediakan untuk memastikan guru memiliki keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk menerapkan pendekatan sibernetik secara efektif.

Referensi

Dokumen terkait

Pembelajaran Teori Belajar dan Pembelajaran I dirancang untuk membahas tentang hakikat belajar, hubungan belajar dengan pengalaman, teori-teori belajar, faktor-faktor

Pembelajaran Teori Belajar dan Pembelajaran II dirancang untuk membahas tentang perencanaan pembelajaran, pola pembelajaran, strategi pembelajaran, sumber belajar, motivasi

Dari hasil tersebut maka multi- media pembelajaran ruang belajar fisika (RUBELFI) pada materi teori kinetik gas dikatakan layak untuk digunakan siswa se-

Dengan demikian langkah dalam membuat desain pembelajaran fisika berdiferensiasi dalam materi Teori Kinetik Gas yakni: 1 menganalisis strategi pembelajaran tiap gaya belajar, 2

epistimologi memaparkan bahwa, teori belajar sibernetik dalam proses pembelajaran dapat diterapkan dengan cara guru atau pendidik harus mengetahui dengan baik materi pelajaran dan pola

Daftar buku yang membahas teori belajar dan pembelajaran di sekolah

Makalah ini membahas hakikat dan pengertian belajar dan

Makalah ini membahas tentang ciri-ciri belajar dan