• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Kantin Kejujuran di SMA Antartika Sidoarjo

N/A
N/A
Noor Hidayah Pratami

Academic year: 2024

Membagikan "Manajemen Kantin Kejujuran di SMA Antartika Sidoarjo"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

MANAJEMEN SEKOLAH

TOPIK : MANAJEMEN LAYANAN KHUSUS

KANTIN KEJUJURAN DI SMA ANTARTIKA SIDOARJO

Mata Kuliah : Manajemen Sekolah

Dosen Pengampu : Prof.Dr.Ir.H. Aminuddin PP, M.Pd Prof. Dr.Hj. Atiek Winarti, M.Pd, M.Sc

Disusun Oleh:

Noor Hidayah Pratami (2320113320004)

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN BIOLOGI PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN

2023

(2)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Tugas Ujian Akhir Semester berupa Makalah dengan topik Kantin kejujuran di SMA Antartika Sidoarjo pada mata kuliah Manajemen Sekolah ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam Tidak lupa semoga tercurahkan selalu kepada baginda Nabi Muhammad SAW semoga kita selaku umatnya selalu dalam jalan- Nya dan mengikuti jalan Nabi Muhammad SAW.

Dalam pembuatan makalah ini, penyusun mendapat dukungan dari berbagai pihak. Maka dari itu, tidak lupa pula penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Prof. Dr.Hj. Atiek Winarti, M.Pd, M.Sc selaku dosen mata kuliah Manajemen Sekolah yang telah membimbing dalam pembuatan makalah ini.

Demi penyempurnaan Makalah ini ke depannya maka Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat.

Banjarmasin, Desember 2023

Penyusun

(3)

iii DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi... iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penulisan ... 3

D. Manfaat ... 3

BAB II PEMBAHASAN A. Manajemen Layanan Khusus ... 4

B. Program kantin Kejujuran di SMA Antartika Sidoarjo ... 7

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ... 12

B. Saran ... 12

DAFTAR PUSTAKA ... 14

(4)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hingga saat ini bangsa Indonesia masih tetap dalam satu permasalahan yang belum terselesaikan dan telah menjadi suatu masalah yang pelik yaitu terkait dengan dekadensi moral dari kenakalan remaja hingga kasus korupsi yang masih marak terjadi baik dilakukan di lingkungan pemerintah ataupun di luar lingkungan pemerintahan (Shobirin, 2016).

Korupsi sudah menjadi masalah dan jika diibaratkan kegiatan korupsi ini sudah menjadi penyakit kronis yang harus diselesaikan dan jika tidak, akan mulai menggerogoti bangsa ini. Karena korupsi ini akan menjadi suatu hal yang akan ditiru oleh generasi- generasi selanjutnya karena sudah dianggap menjadi suatu kultur yang tertanam di negara Indonesia ini.

Melihat korupsi yang masih tinggi di negeri ini, pemerintah Indonesia dalam memerangi korupsi diwujudkan dengan diterbitkannya instruksi presiden (Inpres) 17/2011 tentang aksi pencegahan dan pemberantasan korupsi. Sebagai tambahan pemerintah juga memasukkan upaya baru, yakni melalui pendidikan dan budaya anti korupsi. Wacana mengenai pendidikan antikorupsi diharapkan dapat menjadi cara yang relevan untuk menekan tindak pidana korupsi yang sudah membudaya di Indonesia. Tujuan dari pendidikan anti

Korupsi adalah untuk membangun nilai-nilai dan mengembangkan kapasitas yang diperlukan untuk posisi sipil peserta didik dalam melawan korupsi. Salah satu efek negatif yang paling berbahaya dari korupsi pada jangka panjang adalah rusaknya generasi muda. Hal lain yang menjadi menarik adalah saat ini masih terdapat generasi muda yang tidak tahu apa saja yang bisa disebut dengan tindakan korupsi, banyak generasi muda yang meluh tau bahwa tindakan korupsi bukan hanya tentang mengambil uang yang bukan miliknya tetapi juga banyak hal yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari seperti tidak tepat waktu dan tidak mengerjakan tugas yang menjadi kewajibannya tersebut.

(5)

2

Penerapan pendidikan antikorupsi tidak dalam bentuk sebagai mata pelajaran tersendiri, melainkan pendidikan antikorupsi diintegrasikan ke dalam kurikulum dalam mata pelajaran. Pengintegrasian tersebut dilakukan karena tidak mungkin bahwa pendidikan antikorupsi dijadikan sebagai mata pelajaran sendiri karena akan susah dalam mencari tenaga pendidik atau guru yang akan mengajarkan pendidikan antikorupsi itu sendiri. Pengintegrasian pendidikan antikorupsi dalam kurikulum pembelajaran di sekolah yaitu berupa nilai – nilai yang harus ditanamkan pada diri peserta didik oleh guru sekolah. Nilai-nilai antikorupsi diantaranya yitu, disiplin, tanggung jawab, mandiri, peduli, sederhana, mandiri, berani dan adil (Kementerian pendidikan dan kebudayaan).

Sehubungan dengan adanya permendiknas diatas kejaksaan Negeri Sidoarjo melakukan sosialisasi Pendidikan dan pemahaman antikorupsi sejak dini melalui program Jaksa Masuk Sekolah (JMS) dan Jaksa Masuk Pesantren (JMP). Program tersebut dijalankan secara berkelanjutan dan rutin dengan sasaran yang dituju adalah pelajar baik tingkat SD, SMP DAN SMA.

Sehubungan dengan adanya aturan pemerintah yang diwujudkan melalui Inpres No.17 Tahun 2011 dan kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh kejaksaan negeri Kabupaten Sidoarjo perlu diterapkannya Pendidikan antikorupsi pada sekolah untuk menanamkan jiwa antikorupsi pada peserta didik sejak dini. SMA Antartika telah lebih dahulu menerapkan pendidikan anti korupsi pada tahun 2013 yang pada mulanya diwujudkan dengan adanya kantin kejujuran. Kantin kejujuran merupakan suatu kegiatan, dimana sekolah menyediakan kantin sebagai tempat siswa dan siswa berbelanja tanpa adanya pengawasan dari sekolah tersebut. Kantin ini berbeda dengan kantin pada umumnya, kantin ini dilaksanakantanpa adanya pengawasan secara langsung dari pihak sekolah. Pihak sekolah hanya memfasilitasi tempat, produk yang dijual, list harga, dan tempat untuk menaruh uang sesuai dengan harga produk yang dibeli. Kantin kejujuran dibentuk atas dasar adanya anjuran dari pemerintah kabupaten Sidoarjo, yang mana bahwasannya pemerintah memiliki program pembentukan karakter yang terdiri atas beberapa sub program didalamnya. SMA Antartika dipilih oleh pemerintah untuk

(6)

3

melaksanakan sub program yang diwujudkan dalam bentuk kantin kejujuran sebagai wujud program pembentukan karakter.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini antara lain sebagai berikut.

a. Bagaimana manajemen layanan khusus di sekolah

b. Bagaimana program kantin kejujuran di laksanakan di SMA Antartika Sidoarjo

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut.

a. Untuk mengetahui bagaimana manajemen layanan khusus di sekolah b. Untuk mengetahui bagaimana program kantin kejujuran dilaksanakan di

SMA Antartika Sidoarjo

1.4 Manfaat Penulisan

Setelah membaca makalah dengan tema kantin kejujuran ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi sekolah lain untuk menerapkan program kantin kejujuran dalam rangka mendidik kesadaran anti korupsi di kalangan Peserta Didik di lingkungan sekolah.

(7)

4 BAB II PEMBAHASAN

A. Manajemen Layanan Khusus

Manajemen layanan khusus di suatu sekolah merupakan bagian penting dalam Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang efektif dan efisien. Sekolah merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas dari penduduk bangsa Indonesia. Sekolah tidak hanya memiliki tanggung jawab dan tugas untuk mlaksanakan proses pembelajaran dalam mengembangkan ilmu penegetahuan dan teknologi saja, melainkan harus menjaga dan meningkatkan kesehatan baik jasmani maupun rohani peserta didik. Hal ini sesuai dengan UU No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab II Pasal 4 yang memuat tentang adanya tujuan pendidikan nasional. Untuk memenuhi tugas dan tanggung jawab tersebut maka sekolah memerlukan suatu manajemen layanan khusus yang dapat mengatur segala kebutuhan peserta didiknya sehingga tujuan pendidikan tersebut dapat tercapai.

Manajemen layanan khusus di sekolah pada dasarnya ditetapkan dan di organisasikan untuk mempermudah atau memperlancar pembelajaran, serta dapat memenuhi kebutuhan khusus siswa di sekolah. Pelayanan khusus diselenggarakan di sekolah dengan maksud untuk memperlancar pelaksanaan pengajaran dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.

Pendidikan di sekolah antara lain juga berusaha agar peserta didik senanatiasa berada dalam keadaan baik. Baik disini menyangkut aspek jasmani maupun rohaninya. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen layanan khusus adalah suatu proses kegiatan memberikan pelayanan kebutuhan kepada peserta didik untuk menunjang kegiatan pembelajaran agar tujuan pendidikan bisa tercapai secara efektif dan efisien.

Kusmintardjo (1992:4), pelayanan khusus atau pelayanan bantuan diselenggarakan di sekolah dengan maksud untuk memperlancar pelaksanaan pengajaran dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan di sekolah. Kepala sekolah perlu mempertimbangkan secara matang apabila akan

(8)

5

menyelenggarakan program layanan khusus. Apakah bidang-bidang layanan khusus tersebut, memberikan bantuan terhadap sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Meskipun demikian, apabila layanan bantuan atau layanan khusus diorganisasi secara baik dan dikelola dengan baik, maka akan menghasilkan kemungkinan-kemungkinan perbaikan pertumbuhan murid.

Kepala sekolah harus selalu melihat hubungan antara layanan khusus dengan program pendidikan secara menyeluruh. Pada hakekatnya, untuk mempermudah penyelenggaraan kegiatan layanan khusus, kepala sekolah dituntut memiliki kemampuan menerapkan pendekatan psikologis didalam mengadministrasian personal. Para petugas kesehatan, pekerja kafetaria, dan petugas bimbingan, serta personel lainnya, harus merasa bahwa mereka merupakan bagian yang penting dari penyelenggaraan sekolah secara keseluruhan. Kepala sekolah harus membantu staf non-edukatif untuk mencapai sikap tersebut, dengan memberikan kesempatan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Perhatian kepala sekolah akan hal ini dapat dilihat dari kemauannya untuk mengundang mereka dalan pertemuan- pertemuan lainnya.

Disamping pendekatan psikologis dalam mengadministrasi personil, ada pendekatan lain yang dapat dipergunakan oleh kepala sekolah, yakni pendekatan analisis bidang. Dalam pendekatan ini, kepala sekolah harus mengetahui tanggung jawab dari masing-masing personil yang terlibat, disamping membantu mengklarifikasikan tanggungjawab tersebut melalui pemahaman atau saling pengertian. Dalam hal ini perlu dikembangkan suatu pendekatan “team- work” didalam pengelolaan layanan khusus atau layanan bantuan melalui penegasan tugas hubungannya dengan personil, baik bidang pengajaran maupun non pengajaran.

Kepala sekolah yang baik harus memanfaatkan ketrampilan kepemimpinannya akan menunjukan tindakan yang menghasilkan organisasi dan manajemen yang efisien atas layanan khusus. Ini akan menghasilkan pengalaman yang sangat bernilai dalam kehidupan kelompok, baik bagi anak didik maupun bagi personil sekolah. Peran kepala sekolah sangat signifikan

(9)

6

dalam usaha pemenuhan dan pemanfaatan unit layanan khusus di sekolah dan merupakan stimulator dan fasilitator.

Suparlan (2013:41) mengartikan manajemen dengan POAC yaitu pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen Planning, Oganizing, Actuating, and Controlling. Layanan khusus siswa merupakan layanan yang diberikan kepada siswa dalam rangka membantu kelancaran siswa belajar (Rugaiyah, 2011:30). Pada sumber yang sama, disebutkan layanan khusus diberikan dalam bentuk layanan belajar, layanan finansial, dan layanan kesehatan. Salah satu layanan finansial yaitu layanan penyediaan kantin. Zulkarnain (2015:69) mendefinisikan kantin adalah tempat, ruangan, atau bangunan di sekolah yang menyediakan layanan penjualan makanan dan minuman sehat untuk siswa dan warga sekolah dengan harga terjangkau.

MLK kantin yaitu suatu layanan khusus bagian integral dari keseluruhan program sekolah yang melalui proses perencanaan hingga pengawasan khusus dengan memberdayakan segala sumber daya termasuk sarana dan prasarana serta cara menjual makanan dan minuman sehat yang tidak secara langsung berkenaan dengan pembelajaran mengajarkan pesan- pesan kesehatan dan perilaku makan oleh seluruh jajaran layanan khusus kantin kepada siswa untuk memperlancar siswa belajar secara efektif dan efisien.

Prinsip kantin menurut Imron (dalam Zulkarnain, 2015:72-73) sebagai berikut:

1. Prinsip Keterjangkauan

Makanan dan minuman terjangkau oleh uang saku siswa dengan aneka ragam latar belakang ekonomi.

2. Prinsip Pendidikan

Tidak banyak diorientasikan ke profit atau sekedar mencari keuntungan saja. Roe (dalam Kusmintardjo,1993:48) menyebutkan adanya sejumlah kemungkinan pendidikan kepada siswa:

a. Memilih makanan yang baik atau sehat

b. Mengajarkan ilmu gizi secara nyata

c. Menganjurkan kebersihan dan kesehatan

d. Menekankan kesopanan, penggunaan tata krama yang berlaku di masyarakat

(10)

7

e. Memberikan gambaran tentang manajemen yang praktis dan baik

f. Menunjukkan adanya koordinasi antara bidang pertanian dengan bidang industri.

g. Menghindari makanan yang tidak dipertanggungjawabkan kebersihan dan kesehatannya.

3. Prinsip Kooperatif

Kantin tidak menentukan harga sepihak, sebaliknya siswa juga tidak boleh mengadakan penawaran sepihak yang menyebabkan kantin rugi.

4. Prinsip Membantu Siswa

Siswa dapat memesan makanan dan minuman justru di saat-saat mereka membutuhkan.

5. Prinsip Kesehatan

Makanan dan minuman yang tersedia harus terjamin kebersihan dan kesehatannya sehingga dapat mendukung kegiatan belajar siswa.

B. Program Kantin Kejujuran di SMA Antartika Sidoarjo

Sehubungan dengan adanya aturan pemerintah yang diwujudkan melalui Inpres No.17 Tahun 2011 dan kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh kejaksaan negeri Kabupaten Sidoarjo perlu diterapkannya Pendidikan antikorupsi pada sekolah untuk menanamkan jiwa antikorupsi pada peserta didik sejak dini. SMA Antartika telah lebih dahulu menerapkan pendidikan anti korupsi pada tahun 2013 yang pada mulanya diwujudkan dengan adanya kantin kejujuran. Kantin kejujuran merupakan suatu kegiatan, dimana sekolah menyediakan kantin sebagai tempat siswa dan siswa berbelanja tanpa adanya pengawasan dari sekolah tersebut. Kantin ini berbeda dengan kantin pada umumnya, kantin ini dilaksanakan tanpa adanya pengawasan secara langsung dari pihak sekolah. Pihak sekolah hanya memfasilitasi tempat, produk yang dijual, list harga, dan tempat untuk menaruh uang sesuai dengan harga produk yang dibeli.

Kantin kejujuran dibentuk atas dasar adanya anjuran dari pemerintah kabupaten Sidoarjo, yang mana bahwasannya pemerintah memiliki program pembentukan karakter yang terdiri atas beberapa sub program didalamnya.

SMA Antartika dipilih oleh pemerintah untuk melaksanakan sub program

(11)

8

yang diwujudkan dalam bentuk kantin kejujuran sebagai wujud program pembentukan karakter.

SMA Antartika menjalankan kantin kejujuran tersebut pada awalnya mendapatkan dana dari pemerintah untuk kemudian di kelola oleh sekolah.

Untuk mengontrol kesuksesnya kantin kejujuran tersebut pemerintah kabupaten Sidoarjo telah melakukan beberapa kali sidak terhadap SMA Antartika untuk memastikan keeksistensian kantin kejujuran tersebut. SMA Antartika telah sukses menjalankan kantin kejujuran tersebut. Namun, dalam kurun waktu dua tahun terakhir kantin kejujuran tersebut mengalami sepi pembeli. Faktor penyebab sepinya pembeli pada kantin kejujuran tersebut yaitu ; pertama, adanya renovasi sekolah pada tahun 2019 sehingga penempatan kantin kejujuran tidak lagi berada pada tempat yang seharusnya dan cenderung berantakan. Kedua, disebabkan karena adanya pandemic covid-19, yang mana kegiatan pembelajaran di sekolah dilakukan secara online sehingga pembeli kantin kejujuran tersebut hanya dari kalangan guru dan staf sekolah saja.

Bapak Mudjiani selaku Wakil Kepala Sekolah Urusan Kurikulum menjelaskan bahwa pihak SMA Antartika Sidoarjo mendapatkan suntikan dana awal sebesar Rp 4.000.000 (empat juta rupiah) dana tersebut kemudian dikelola oleh pihak sekolah dalam bentuk membeli perlengkapan seperti etalase, dan melengkapi barang-barang yang akan dijual di kantin kejujuran.

Bapak Muslimin menjelaskan bahwasanya:“…Dana awal dari pemerintah sekitar Rp.4.000.000 untuk dibelikan etalase dan perlengkapan barang-barang yang akan dijual di kantin kejujuran...”

Berdasarkan pernyataan Bapak Muslimin di atas, dapat disimpulkan bahwa sekolah berhasil mengembangkan dana yang diberikan pemerintah di awal, sebab hingga saat ini kantin kejujuran masih bertahan sekaligus memberikan citra adanya perilaku positif semua warga sekolah pada kantin kejujuran. Sementara itu, Ibu Endang Isdrijatilowati selaku guru sekaligus pengelola kantin kejujuran menambahkan bahwa disamping dibukanya kantin kejujuran, SMA Antartika Sidoarjo juga menyelenggaran kegiatan pendukung lain sebagai pengembangan program seperti sosialisasi dengan menggandeng

(12)

9

pihak eksternal. Ibu Endang Isdrijatilowati menambahkan bahwasanya:

“…Untuk kantin kejujuran, dananya dari pemerintah karena masuk pada program pemerintah. Kemudian jika ada kegiatan seperti sosialisasi dan sebagainya, itu menggunakan dana sekolah...”

Berdasarkan hasil wawancara pada Ibu Endang di atas dapat disimpulkan bahwa selain kantin kejujuran, pembelajaran di luar kelas juga diwujudkan dengan kerjasama pihak sekolah dan pihak eksternal dalam melakukan sosialisasi yang memuat nilai pendidikan antikorupsi. Pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Mudjaini tersebut sejalan dengan hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada Ibu Elfrida selaku guru yang juga pengelola kantin kejujuran bahwasanya: “…Awalnya kan ada program dinas pendidikan kurikulum berkarakter, ada beberapa sub-sub program di dalamnya yang salah satunya itu kantin kejujuran. Antartika menjadi salah satu sekolah yang dipilih dinas untuk menjalankan kantin kejujuran. Sekolah diberika dana awal untuk kemudian dibelikan perlengkapan kantin kejujuran itu...”

Dapat disimpulkan bahwa penerapan kantin kejujuran dapat mendukung upaya sekolah dalam melakukan pendidikan karakter yang berkualitas. Penerapan pendidikan antikorupsi dilatarbelakangi oleh pentingnya penanaman karakter jujur dalam diri seorang, tidak hanya peserta didik namun seluruh warga sekolah.

Pada pelaksanannya, kebijakan pendidikan antikorupsi di SMA Antartika Sidoarjo melibatkan beberapa agen, yakni seluruh warga sekolah, dimulai dari kepala sekolah, guru, staf dan karyawan, serta peserta didik sebagai faktor sumber daya manusia dalam pelaksanaan kebijakan. Selain itu juga terdapat kerjasama dengan pihak luar, yakni Kepolisian Resort Sidoarjo yang memberikan sosialisasi-sosialisasi yang didalamnya terintegrasi pendidikan karakter untuk memberikan pemahaman mengenai perbuatan yang salah dan yang benar.

Seluruh warga sekolah berkontribusi dalam pendidikan antikorupsi, sehingga adanya sinergi tersebut diharapkan dapat mencapai hasil sesuai tujuan. Dalam hal ini sumber daya manusia yang terlibat dalam pelaksanaan

(13)

10

kebijakan bekerjasama dengan baik dan mendukung pelaksanaan kebijakan tersebut. Keberhasilan suatu kebijakan diperlukan sumber daya manusia yang memiliki komitmen kuat untuk melaksanakan kebijakan tersebut. Dalam hal ini diperlukan sikap agen pelaksana dalam pelaksanakan kebijakan yang telah dibuat. Apabila para agen pelaksana memiliki sikap yang positif maka, kebijakan tersebut akan dapat berjalan secara efektif dan mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

Selama pelaksanaan pendidikan antikorupsi di SMA Antartika Sidoarjo, peneliti juga berfokus terhadap faktor pendukung dan penghambat. Hasil penelitian mendapati temuan bahwa faktor pendukung pendidikan antikorupsi di SMA Antartika Sidoarjo dapat diidentifikasi melalui dukungan dan partisipasi aktif warga sekolah dalam pelaksanaan program-program sekolah.

Faktor pendukung dalam penerapan pendidikan antikorupsi yaitu adanya kerjasama yang baik antara guru dan peserta didik. Mulai dari para guru memberikan contoh bagaimana perilaku yang menunjukkan karakter yang baik seperti, datang ke kelas dengan tepat waktu, adanya fasilitas penunjang pembelajaran, dan adanya partisipasi aktif dari guru dan peserta didik dalam setiap kegiatan yang diadakan oleh sekolah.

Adapun penghambat dalam proses penyelenggaraan pendidikan antikorupsi di SMA Antartika Sidoarjo adalah masih adanya kinerja agen pelaksana yang belum maksimal untuk melaksanakan tugas dan fungsinya.

Agen sekolah dalam hal ini peserta didik diharapkan dapat meningkatkan kembali perilaku yang mencerminkan nilai-nilai yang diajarkan dalam pendidikan antikorupsi di SMA Antartika Sidoarjo. Hambatan tersebut dapat diselesaikan dengan adanya solusi yang tepat, sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Ratnasari selaku guru PPKn bahwa solusinya selalu diingatkan terus- menerus, menegur, dan melakukan pendekatan hati ke hati. Hal ini dikarenakan setiap kesalahan yang dilakukan peserta didik tidak harus selalu dengan cara memarahi, menegur, tetapi kadang justru yang diperlukan peserta didik sebenarnya pendekatan-pendekatan seperti kekeluargaan. Dengan cara seperti itu peserta didik dapat menceritakan mengapa ia melakukan kesalahan

(14)

11

tersebut, dan sebagainya. Sehingga guru bisa memberikan solusi yang tepat sesuai dengan yang dibutuhkan.

Pendidikan antikorupsi memiliki urgensi yang dirasa sangat penting untuk diterapkan. Salah satunya melalui keterlibatan guru dan pihak sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan antikorupsi secara kritis dan solutif.

Penelitian yang dilakukan oleh Subkhan (2020) mengungkapkan perlaunya pendidikan antikorupsi dengan perspektif pedagogi kritis sebab hal ini dapat mendukung siswa dalam membentukkesadaran dan pola pikir yang kritis.

(15)

12 BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Manajemen layanan khusus di sekolah pada dasarnya ditetapkan dan di organisasikan untuk mempermudah atau memperlancar pembelajaran, serta dapat memenuhi kebutuhan khusus siswa di sekolah. Pelayanan khusus diselenggarakan di sekolah dengan maksud untuk memperlancar pelaksanaan pengajaran dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan di sekolah. Pendidikan di sekolah antara lain juga berusaha agar peserta didik senanatiasa berada dalam keadaan baik. Baik disini menyangkut aspek jasmani maupun rohaninya. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen layanan khusus adalah suatu proses kegiatan memberikan pelayanan kebutuhan kepada peserta didik untuk menunjang kegiatan pembelajaran agar tujuan pendidikan bisa tercapai secara efektif dan efisien.

2. Penerapan kantin kejujuran dapat mendukung upaya sekolah dalam melakukan pendidikan karakter yang berkualitas. Penerapan pendidikan antikorupsi dilatarbelakangi oleh pentingnya penanaman karakter jujur dalam diri seorang, tidak hanya peserta didik namun seluruh warga sekolah.

B. Saran

pihak sekolah diharapkan dapat memperbaiki faktor- faktor yang telah menjadi penghambat dalam pelaksanaan kegiatan kantin kejujuran tersebut, sehingga dapat menghasilkan hasil yang maksimum dan juga untuk dapat meningkatkan pendidikan karakter di sekolah dalam rangka melawan korupsi dan menghapuskan korupsi pada generasi selanjutnya, dan untuk para peserta didik dapat diharapkan dapat melaksanakan kegiatan kantin kejujuran ini dengan baik karena hal tersebut merupakan salah satu pendidikan karakter yang dijalankan di sekolah, serta untuk pihak orangtua, selain sekolah sebagai tempat pendidikan formal dirumah

(16)

13

juga merupakan tempat terbaik untuk mendapatkan pendidikan non-formal dari orang tua maka sudah sewajarnya orang tua dapat memberikan contoh yang baik terkait dengan pendidikan karakter anak.

(17)

14

DAFTAR PUSTAKA

Fatimah, Erlinda. (2012). Penerapan pendidikan antikorupsi melalui kantin kejujuran di sma Antartika sidoarjo. Jurnal Kajian Moral dan Kebudayaan.

319-331.

Anggarini, Dian Widyawati. (2017). Manajemen Layanan Khusus Kantin Sekolah di SMP Negeri 11 Surabaya. Jurnal Inspirasi Manajemen Pendidikan.

Referensi

Dokumen terkait

Dimana nantinya metode-metode ini dapat digunakan dalam proses pembuatan karya atau proyek multimedia selama kerja praktek di SMK 2 Antartika Sidoarjo.. BAB V

Adapun yang menjadi fokus pada penelitian kali ini adalah efektifitas penerapan dari kantin kejujuran sebagai upaya untuk melakukan pendidikan karakter pada

Bertepatan dengan hari anti korupsi pada tanggal 9 desember 2008 /silam kantin kejujran yang diresmikan oleh walikota//kantin kejujuran merupakan sebuah momentum mempersiapkan

Kantin kejujuran di sekolah dibuat untuk memberikan pendidikan kejujuran kepada siswa, dimana kejujuran merupakan salah satu kunci untuk mengurangi problem hidup berbangsa

Dari kedua hipotesa tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa hipotesa kerja yang menyatakan tidak ada pengaruh penerapan kantin kejujuran sekolah dalam membentuk akhlak siswa

Berdasarkan deskripsi data hasil penelitian yang diperoleh melalui pengamatan di lapangan meskipun hasil wawancara dengan guru, pengelola kantin kejujuran maupun

“Kantin kejujuran adalah warung yang menjual makanan kecil dan minuman yang tidak memiliki penjual, tidak dijaga, makanan dan minuman dipajang dalam warung, dalam

pembelajaran. Oleh karenanya, dalam penerapan kantin kejujuran diperlukan pengelolaan yang baik. Beberapa indikator dalam program kantin kejujuran tersebut diantaranya