• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN KREDIT BANK

N/A
N/A
Syefiah

Academic year: 2024

Membagikan "MANAJEMEN KREDIT BANK "

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN KREDIT BANK

Ditunjukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah manajemen perbankan

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Suhartono S.E., M.M

Kelompok 4

NO NAMA NIM

1. Nurul Aisyah 2021610032

2. Azkiah Triyana 2021610111

3. Fachri Apriliyan Mutiyasnur 2021610116

4. Muhammad Raihan Fasha 2021610136

5. Syefiah 2021610248

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI BALIKPAPAN 2023

(2)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat dan karunia-nya , sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar.

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah manajemen perbankan sebagai salah satu penilaian terhadap proses pembelajaran mata kuliah manajemen perbankan.

Meski dalam penyusunan makalah ini, kami telah berusaha dengan maksimal, namun kami masih merasa memiliki kekurangan dalam makalah ini, maka dari itu kami meminta kritik dan saran pembaca makalah ini.

Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kami pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Amin

Balikpapan, 11 Oktober 2023

Kelompok 4

(3)

DAFTAR ISI

MANAJEMEN KREDIT BANK...1

KATA PENGANTAR...2

DAFTAR ISI...3

BAB 1...4

PENDAHULUAN...4

A. Latar Belakang...4

B. Rumusan Masalah...5

C. Tujuan Penulisan...5

BAB 2...6

PEMBAHASAN...6

1. Pengertian Dan Unsur Kredit...6

2. Jenis Kredit...9

3. Prinsif Pemberian Kredit...14

4. Prosedur Pemberian Kredit...17

BAB III...20

PENUTUP...20

A. Kesimpulan...20

DAFTAR PUSTAKA...21

(4)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dengan semakin berkembangnya suatu kegiatan perekonomian atau perkembangan suatu kegiatan usaha dari suatu perusahaan, maka akan dirasakan perlu adanya sumber-sumber untuk penyediaan dana guna membiayai kegiatan usaha yang semakin berkembang tersebut. Untuk itu bank memiliki peranan yang sangat penting dalam memajukan perekonomian suatu Negara.

Adapan kegiatan bank yang kedua setelah menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito adalah menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa keuntungan utama dari bisnis perbankan adalah selisih antara bunga yang diterima dari alokasi dana tertentu.

Sesuai dengan penjelasan Undang-Undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan ditegaskan bahwa “Kredit yang diberikan oleh bank mengandung resiko, sehingga dalam pelaksanaannya bank harus dapat memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat.

Dalam hal ini diperlukan suatu manajemen kredit yang merupakan pengelolaan kredit yang baik mulai dari perencanaan jumlah kredit, penentuan suku bunga, prosedur pemberian kredit, analisis pemberian kredit sampai kepada pengendalian dan pengawasan kredit yang macet

(5)

(Kasmir, 2002:71-72 ). Manajemen perkreditan bank adalah suatu hal yang penting untuk mengoptimalkan kinerja bank untuk memaksimalkan profit atas sektor perkreditannya. Dengan kata lain manajemen perkreditan perbankan adalah manajemen piutang pada perusahaan umum.

Dalam pelaksanaan pemberian kredit dan pengelolaan perkreditannya bank wajib mematuhi kebijaksanaan perkreditan yang telah dibuat tersebut secara konsekuen dan konsisten. Kebijaksanaan perkreditan harus sudah diterapkan dan dilaksanakan selambat- lambatnya

Apabila dalam pelaksanaannya ternyata bank memberikan kredit tidak sesuai dengan kebijaksanaan perkreditan yang telah ditetapkannya, maka Bank Indonesia akan memberikan sanksi yang mempengaruhi penilaian kesehatan bank dan sanksi sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Dan Unsur Kredit?

2. Apa Saja Jenis Kredit?

3. Prinsip Pemberian Kredit 4. Prosedur Pemberian Kredit C. Tujuan Penulisan

1. Untuk dapat Mengidentifikasi dan mendefinisikan pengertian kredit bank

(6)

2. Menjelaskan unsur dan jenis kredit

3. Menguraikan langkah-langkah pemberian kredit

(7)

BAB 2 PEMBAHASAN

1. Pengertian Dan Unsur Kredit

Kredit adalah bentuk pinjaman yang diberikan oleh bank kepada peminjam. Dalam transaksi kredit, bank memberikan dana kepada peminjam dengan persyaratan tertentu, termasuk pembayaran bunga dan jangka waktu pengembalian. Kredit dapat digunakan untuk berbagai tujuan, termasuk investasi, konsumsi, atau modal kerja.

Manajemen Kredit adalah bagaimana cara mengelola pemberian kredit mulai dari kredit tersebut diberikan sampai dengan kredit tersebut lunas. Agar pengelolaan kredit dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya maka kita terlebih dahulu harus mengenal segala sesuatu yang berhubungan dengan kredit. Perbedaan kredit yang diberikan oleh lembaga keuangan lain dengan kredit yang diberikan oleh bank terletak pada bidang pengelolaan kreditnya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa manajemen kredit atau manajemen perkreditan pada dasarnya merupakan suatu proses yang terintegrasi antara sumber – sumber dana kredit, alokasi dana yang dapat dijadikan kredit dengan perencanaan, pengorganisasian, pemberian, administrasi dan pengamatan kredit.

Sedangkan menurut Undang-undang perbankan, yaitu UU no. 7 tahun 1998, bahwa kredit adalah “Penyediaan uang atau tagihan yang bisa disamakan berdasarkan kesepakatan atau persetujuan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lainnya dan mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya dengan jumlah bunga, imbalan atau bagi hasil lainnya dalam jangka waktu yang disepakati.”

(8)

Unsure Kredit

Unsur kredit merujuk pada risiko yang dihadapi bank ketika memberikan kredit kepada peminjam. Bank harus mempertimbangkan risiko bahwa peminjam mungkin gagal membayar pinjaman atau membayar terlambat. Oleh karena itu, manajemen unsur kredit adalah pendekatan untuk mengelola risiko ini melalui proses analisis kredit yang cermat.

Dalam pengertian kredit diatas terkandung unsur-unsur kredit itu sendiri,yaitu:

1. Waktu, yaitu adanya jarak antara saat persetujuan pemberian kredit dan pelunasannya. Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah atau jangka panjang.

2. Kepercayaan, yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (berupa uang, barang atau jasa) akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu di masa datang. Yang melandasi pemberian kredit oleh kreditur/Bank kepada debitur, yaitu kredit akan dikembalikan setelah jangka waktu tertentu sesuai kesepakatan yang disetujui kedua belah pihak. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, di mana sebelumnya sudah dilakukan penelitian penyelidikan tentang nasabah baik cara interen maupun eksteren. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi masa lalu dan sekarang terhadap nasabah pemohon kredit.

3. Penyerahan atau objek, dimana pihak kreditur menyerahkan nilai ekonomi atau objek berupa uang atau tagihan kepada debitur yg harus dikembalikan setelah jatuh tempo

4. Risiko adalah suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu resiko tidak tertagihnya/macet pemberian kredit yang mungkin timbul sepanjang jangka waktu kredit. Semakin

(9)

panjang suatu kredit semakin besar resikonya demikian pula sebaliknya. Resiko ini menjadi tanggungan bank, baik resiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun oleh resiko yang tidak sengaja. Misalnya terjadi bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya.

5. Kreditur dan Debitur, yaitu antara kreditur dan debitur terdapat suatu persetujuan/ perjanjian pinjam meminjam uang yang dibuktikan dengan suatu akta perjanjian dan masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.

6. Balas jasa, merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank. Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil.

Selain itu unsur-unsur diatas, bahwa pengertian kredit pada pasal UU No. 7 tahun 1998, juga memiliki beberapa unsur-unsur yang juga terkandung dalam definisi kredit diatas, yaitu :

a. Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, b. Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank

dengan pihak lain.

c. Terdapat kewajiban pihak peminjam untuk melunasi hutangnya dalam jangka waktu tertentu.

d. Pelunasan utang yang disertai dengan bunga.

Unsur pertama dari kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu; uang disini seyogyanya ditafsirkan sebagai sejumlah dana ( tunai dan saldo rekening giro) baik dalam mata uang rupiah maupun dalam valuta asing. Dalam pengertian “ penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu “ adalah cerukan ( overdraft) , yaitu saldo negatif pada rekening giro nasabah yang tidak dapat dibayar lunas pada akhir hari, pengambilalihan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang ( factoring) dan pengambilalihan ( pembelian ) kredit atau piutang dari pihak lain seperti negosiasi hasil ekspor.

(10)

Unsur kedua dari kredit adalah persetujuan atau kesepakatan antara bank dan debitur. Sesuai dengan pasal 1320 KUH Perdata, agar suatu perjanjian menjadi sah diperlukan empat syarat, yaitu kesepakatan para pihak, kecakapan untuk membuat perjanjian, terdapat objek tertentu dan ada suatu kausa ( cause ) yang halal. Selain kesepakatan antara debitur dan kreditur juga diperlukan ketiga syarat lain tersebut diatas sebagai dasar untuk menyatakan sahnya suatu perjanjian.

Unsur ketiga dari kredit adalah adanya kewajiban debitur untuk mengembalikan jumlah keseluruhan kredit yang dipinjam kepada kreditur dalam jangka waktu tertentu. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari adanya hubungan pinjam-meminjam antara debitur dan kreditur.

Unsur terakhir, dari kredit adalah adanya pengenaan bunga terhadap kredit yang dipinjamkan. Bunga merupakan nilai tambah yang diterima kreditur dari debitur atas sejumlah uang yang dipinjamkan kepada debitur dimaksud.

2. Jenis Kredit

Bank menyediakan berbagai jenis kredit untuk memenuhi kebutuhan beragam nasabah dan tujuan. Berikut adalah beberapa jenis kredit bank yang umum:

1. Jenis Kredit Berdasarkan Agunan atau Jaminannya

Kredit yang didasarkan pada jaminan merupakan jenis kredit yang didukung oleh jaminan (agunan). Namun juga terdapat jenis kredit yang tidak didasarkan pada agunan atau jaminan. jadi, jenis kredit berdasarkan jenis jaminan terbagi menjadi dua yaitu kredit dengan jaminan (scured loan) dan kredit tanpa jamian (unscured loan).

Kredit dengan jaminan (scured loan) diberikan kepada nasabah dengan terbagi menjadi beberapa golongan yaitu Kredit Jaminan

(11)

Benda Tidak Berwujud (seperti obligasi, saham, dan surat berharga lainnya), Kredit Jaminan Benda Berwujud (seperti kendaraan bermotor, inventaris kantor, mesin, dan lainya), Kredit Jaminan Perorangan (seperti ganti rugi apabila terdapat kerugian dan lain sebagainya).

Kredit tanpa jaminan (unscured loan) diberikan kepada nasabah yang dianggap anggap mampu membayar pinjamannya dengan lancar dan tanpa hambatan. Hal tersebut dikarenakan nasabah memiliki sumber pelunasan kedua agar hutang kreditnya dapat terbayar. dan sifat dari jenis kredit ini adalah suka rela. nasabah berhak mengambil jaminan atau tidak.

2. Jenis Kredit Berdasarkan Jangka Waktunya

Kredit jenis ini didasarkan kepada kemampuan seberapa lama nasabah membayar hutang kredit kepada bank. Berdasarkan jangka waktunya, kredit dibagi menjadi tiga yaitu :

a. Kredit jangka panjang

Kredit jangka panjang merupakan jenis kredit yang diberikan oleh bank kepada nasabah dengan jangka waktu yang lebih dari tiga tahun (Kredit < 3 tahun). Kredit ini diberikan kepada nasabah umumnya untuk investasi seperti investasi pembelian gedung, pengadaan peralatan dan mesin, pembangunan proyek, dan lain sebagainya yang memiliki nilai nominal yang cukup besar sehingga diperlukannya pelunasannya.

b. Kredit jangka menengah

kredit jangka panjang untuk kredit jangka menengah merupakan jenis kredit yang diberikan oleh bank kepada nasabah dengan jangka waktu antara satu tahun hingga tiga tahun (1 tahun <

Kredit < 3 tahun). Kredit jenis ini umumnya digunakan untuk modal kerja, kebutuhan investasi, dan kebutuhan konsumtif.

(12)

Jangka waktu kredit ditentukan berdasarkan nilai besarnya kredit yang digunakan oleh nasabah.

c. kredit jangka pendek

Kredit jangka pendek merupakan jenis kredit yang diberikan oleh bank kepada nasabah dengan jangka waktu yang dekat, maksimal adalah satu tahun ( Kredit > 1 tahun). Kredit tersebut biasanya digunakan oleh nasabah untuk modal kerja yang memiliki siklus usaha kurang atau sama dengan setahun.

Kredit sesuai jangka waktu

Jangka Panjang Lebih dari 3 tahun

Jangka Menengah 1 - 3 tahun

Jangka Pendek 0 - 1 tahun

3. Jenis Kredit Berdasarkan Tujuan Penggunaannya

Jika ditinjau berdasarkan tujuan dari penggunaan kredit itu sendiri, maka kredit tersebut terbagi menjadi tiga yaitu kredit konsumtif, modal kerja, dan kredit investasi. Perbedaan dari masing - masing jenis kredit tersebut didasarkan pada tujuan penggunaannya, karena hal tersebut akan berpengaruh terhadap bagaimana cara nasabah mengangsurnya dan berapa lama waktu yang dibutuhkannya.

Kredit konsumtif adalah jenis kredit yang disediakan oleh bank untuk para nasabah yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan membeli barang atau jasa yang dibutuhkan secara pribadi dan tidak digunakan untuk keperluan usaha. contoh dari kredit jenis ini adalah pembelian kendaraan bermotor pribadi, kredit keperluan habis pakai, kredit pembelian rumah, dan lain sebagainya.

Dari pengertian diatas, bahwa kredit konsumtif memiliki arti yang sangat ekonomis. Dengan adanya penarikan kredit konsumtif, proses

(13)

sirkulasi uang yang berada pada sektor produksi dapat berjalan lancar dan memberikan feedback yang meningkat pula.

Kredit modal kerja adalah jenis kredit yang disediakan oleh bank untuk para nasabah yang kemudian digunakan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja. Pada umumnya modal kerja tersebut habis dalam satu siklus usaha. Contoh dari kredit modal kerja yaitu kredit pembelian bahan baku, kredit penutupan utang dagang, kredit upah buruh dan lain sebagainya.

Dengan adanya pemberian pada kredit ini, diharapkan sirkulasi kegiatan produksi dapat meningkat pula, sehingga perputaran uang di masyarakat untuk mengkonsumsi hasil produksi juga meningkat pula.

Kredit investasi adalah kredit yang disediakan oleh bank untuk para nasabah dengan keperluan investasi. Umumnya kredit investasi diberikan kepada bank dengan jangka yang besar dengan nilai kredit yang besar. Contoh dari kredit investasi yaitu kredit pendirian perusahaan baru, kredit pengadaan barang modal (aset tetap), kredit pendirian proyek baru, Kredit pembelian kendaraan demi kelancaran usaha, dan lain sebagainya. Kredit ini juga dapat digunakan sebagai pengadaan barang modal, seperti pembelian mesin, bangunan, tanah untuk pabrik, pembelian alat alat produksi yang baru, perbaikan alat- alat produksi secara besar-besaran.

4. Jenis Kredit Berdasarkan Cara Penarikannya

Dilihat dari bagaimana cara penarikan pembayaran kreditnya, kredit itu sendiri terbagi menjadi tiga jenis, yaitu kredit rekening koran, bertahap, dan sekaligus.

Kredit rekening koran adalah kredit yang disediakan oleh bank kepada untuk para nasabah yang penarikannya melalui pemindahbukuan. Bank akan memindahkan kredit tersebut ke dalam rekening giro nasabah, sedangkan penarikannya dilakukan dengan menggunakan sarana penarikan berupa bilyet giro, cek, atau surat

(14)

pemindahbukuan. penarikan rekening ini juga dapat dilakukan sewaktu - waktu sesuai dengan kebutuhan. Pada kredit ini, perusahaan tidak menarik sekaligus namun dilakukan secara bertahap. Sedangkan bunga yang dibayar oleh nasabah hanya untuk jumlah yang benar-benar dipergunakan, walaupun perusahaan mendapatkan kredit lebih dari jumlah yang dipakainya.

Kredit Bertahap adalah kredit yang diberikan kepada nasabah yang penarikannya tidak dilakukan secara sekaligus, akan tetapi secara bertahap 2,3,4 kali atau lebih pencairan dalam masa kredit.

Pencairannya disesuaikan dengan dana yang dibutuhkan oleh nasabah. Contoh dari kredit bertahap ini adalah kredit investasi pembangunan yang pencairannya disesuaikan dengan termin pembayaran proyek.

Kredit sekaligus adalah kredit yang disediakan oleh bank untuk para nasabah yang menginginkan pencairan kredit secara sekaligus sesuai dengan plafon kredit yang disetujui. dalam praktik kredit sekaligus, pembayaran dapat dilakukan dengan angsuran sampai dengan lunas setelah jangka waktu tertentu dan juga pembayaran dapat dilakukan sekaligus pada akhir masa kredit.

5. Jenis Kredit Berdasarkan Bentuk Penyaluran.

Cash Loan adalah pinjaman uang tunai yang diberikan oleh bank kepada nasabahnya. Dalam pemberian fasilitas cash loan ini bank telah menyediakan dana ( fresh money ) yang dapat digunakan oleh nasabah berdasarkan ketentuan yang ada dalam perjanjian kreditnya.

Non cash Loan adalah fasilitas yang diberikan bank kepada nasabahnya, tetapi atas fasilitas tersebut bank belum mengeluarkan uang tunai. Dalam fasilitas yang diberikan ini bank baru menyatakan kesanggupan untuk menjamin pembayaran kewajiban nasabah kepada pihak lain / pihak ketiga, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam surat jaminan yang dikeluarkan oleh bank.

(15)

3. Prinsif Pemberian Kredit

Sebelum fasilitas kredit diberikan, maka bank harus yakin bahwa kredit yang diberikan akan kembali, keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit sebelum kredit tersebut disalurkan, untuk mendapatkan nasabah yang benar - benar layak untuk diberikan pinjaman, dilakukan dengan analisis 5C dan 7P, penilaian dengan analisis 5C menurut Kasmir (2008:117) adalah sebagai berikut :

a. karakter (Character)

Bank akan menilai karakter nasabah, termasuk integritas, reputasi, dan kemampuan keuangan mereka. Ini mencakup sejarah pembayaran utang, perilaku kredit sebelumnya, dan apakah nasabah bersedia dan mampu membayar kembali pinjaman.

b. Kapasitas (Capacity):

Kapasitas mengacu pada kemampuan finansial nasabah untuk membayar kredit. Bank akan memeriksa pendapatan, pekerjaan, dan kemampuan untuk memenuhi kewajiban pembayaran kredit.

c. Modal (Capital):

Bank akan menilai modal nasabah, yaitu sejauh mana nasabah memiliki investasi atau aset yang dapat digunakan sebagai jaminan atau sebagai dukungan finansial jika terjadi kesulitan.

d. Jaminan (Collateral):

Dalam banyak kasus, bank akan meminta jaminan atau agunan sebagai perlindungan jika nasabah gagal membayar kredit. Jaminan dapat berupa properti, saham, atau aset berharga lainnya.

e. Kondisi (Conditions):

Kriteria dari prinsip 5C yang terakhir adalah condition, yaitu kondisi perekonomian baik yang bersifat general atau khusus pada bidang usaha yang dijalankan nasabah. Jika memang kondisi perekonomian sedang tidak baik atau sektor usaha nasabah tidak menjanjikan, biasanya bank akan mempertimbangkan kembali dalam memberikan kredit. Hal ini terkait kembali dengan bagaimana kemampuan nasabah dalam membayar pinjamannya nanti yang tentu terpengaruhi atas kondisi ekonomi. Selain

(16)

prinsip 5C, prinsip lainnya yang digunakan oleh lembaga keuangan dalam memberikan kredit adalah prinsip 7P. Dalam prinsip ini terdapat tujuh kriteria yang harus dipenuhi, yaitu:

1. Personality

Kriteria pertama adalah personality, yaitu kepribadian dari calon peminjam yang mengajukan kreditnya. Kriteria ini hampir sama dengan kriteria character dari prinsip 5C yang telah dijelaskan diatas, dimana melihat bagaimana keseluruhan kepribadian nasabah mencakup sikap dan perilakunya sehari-hari.

2. Party

Yang kedua dalam prinsip 7P adalah party, dimana calon peminjam dimasukkan ke dalam beberapa golongan yang terkait dengan kondisi keuangannya. Biasanya pihak bank mengklasifikasikan nasabah berdasarkan modal yang dimiliki, kepribadian, loyalitas, dan lain sebagainya. Dengan adanya perbedaan klasifikasi dan golongan ini, akan ada perbedaan pula dalam pemberian fasilitas kredit nantinya.

3. Purpose

Kriteria yang ketiga adalah purpose, yaitu apa tujuan dari calon peminjam dalam mengajukan kreditnya pada lembaga keuangan. Pihak bank perlu mengetahui untuk apa dana tersebut akan digunakan, misalnya untuk modal usaha, investasi, biaya pendidikan, atau justru kegiatan konsumtif. Hal ini juga akan menyesuaikan dengan fokus dari bank atau lembaga keuangan tersebut, misalnya jika bank tersebut berfokus pada pengelolaan modal maka akan tepat bagi nasabah yang mengajukan kredit untuk usaha.

4. Prospect

Kriteria keempat dari prinsip 7P adalah prospect, yaitu bagaimana prospek dari usaha yang dijalankan oleh calon peminjam. Tentu saja prinsip ini berlaku khusus bagi nasabah yang mengajukan pinjaman untuk modal usaha atau bisnis yang dikelolanya. Dengan mengetahui apakah usaha dan bisnis tersebut memiliki prospek ke depan yang bagus atau tidak, maka bank pun dapat memprediksi bagaimana perkiraan kemampuan bayar dari nasabah.

5. Payment

(17)

Masih berkaitan dengan kriteria sebelumnya, kriteria yang kelima ini juga bertujuan mengukur bagaimana kemampuan bayar dari calon peminjam. Prinsip payment dilihat dari sumber pendapatan nasabah, kelancaran usaha yang dijalankan, hingga prospek dari usaha tersebut.

Dengan begitu, pihak bank atau lembaga keuangan dapat menilai apakah nasabah tersebut memang dapat membayar kreditnya atau tidak.

6. Profitability

Kriteria keenam adalah profitability, dimana pihak bank melihat bagaimana kemampuan calon peminjam dalam menghasilkan keuntungan atau laba. Sama seperti beberapa kriteria sebelumnya, kriteria ini lebih dikhususkan pada nasabah yang meminjam untuk keperluan usahanya. Semakin tinggi tingkat profitability dari calon peminjam, maka akan semakin tinggi pula kemungkinan kredit yang diajukan dapat disetujui bank.

7. Protection

Tidak jauh berbeda dengan kriteria collateral pada prinsip 5C, kriteria protection ini juga mengacu pada jaminan yang dapat diberikan oleh calon peminjam. Selain jaminan berupa barang seperti aset rumah atau perusahaan, protection ini juga dapat berupa jaminan asuransi yang dimiliki oleh nasabah.

Penting untuk diingat bahwa setiap bank mungkin memiliki kebijakan dan prosedur yang berbeda dalam menerapkan prinsip-prinsip pemberian kredit ini. Prinsip-prinsip ini dirancang untuk membantu bank mengukur risiko dan meminimalkan risiko kredit, sehingga mereka dapat menjaga stabilitas dan keberlanjutan operasi mereka. Seiring berjalannya waktu, prinsip-prinsip ini membantu bank memastikan bahwa pinjaman yang diberikan adalah aman dan nasabah dapat memenuhi kewajiban pembayaran kreditnya.

(18)

4. Prosedur Pemberian Kredit

Prosedur pemberian kredit oleh bank adalah proses yang melibatkan beberapa tahap yang ketat untuk memastikan bahwa pemberian kredit dilakukan dengan hati-hati dan risiko yang minimal.

Prosedur pemberian kredit dan penilaian kredit oleh dunia perbankan secara umum antar bank yang satu dengan yang lain tidak jauh berbeda.

Yang menjadi perbedaan mungkin hanya terletak dari bagaimana tujuan bank tersebut serta persyaratan yang ditetapkannya dengan pertimbangan masing-masing. Prosedur pemberian kredit dibedakan antara pinjaman perseorangan dan badan hukum, yang secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Pengajuan berkas-berkas

Pengajuan proposal kredit hendaklah yang berisi antara lain : a. Latar belakang perusahaan

b. Maksud dan tujuan

c. Besarnya kredit dan jangka waktu d. Cara pengembalian kredit

e. Jaminan kredit

Selanjutnya proposal ini dilampiri dengan berkas-berkas yang telah dipersyaratkan seperti :

a. Akte notaries

b. Tanda daftar perusahaan (TDP) c. Nomor Pokok wajib Pajak (NPWP)

d. Neraca dan laporan rugi laba 3 tahun terakhir e. Bukti diri dari pimpinan perusahaan

f. Foto copy sertifikat jaminan 2. Penyelidikan berkas pinjaman

Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas pinjaman yang diajukan sudah lengkap sesuai persyaratan dan sudah benar. Jika

(19)

menurut pihak perbankan belum lengkap atau cukup maka nasabah diminta untuk segera melengkapinya dan apabila sampai batas waktu tertentu nasabah tidak sanggup melengkapi kekurangannya, maka sebaiknya permohonan kredit dibatalkan saja.

3. Wawancara I

Merupakan penyelidikan kepada calon peminjam dengan langsung berhadapan dengan calon peminjam.

4. On the Spot

Merupakan kegiatan pemeriksaan ke lapangan dengan meninjau berbagai objek yang akan dijadikan usaha atau jaminan. Kemudian hasilnya dicocokan dengan hasil wawancara I.

5. Wawancara II

Merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada kekurangan pada saat setelah dilakukan on the spot di lapangan.

6. Keputusan Kredit

Keputusan kredit dalam hal ini adalah menentukan apakah kredit akan diberikan atau ditolak, jika diterima, administrasinya. Biasanya mencakup :

a. jumlah uang yang diterima b. jangka waktu

c. biaya-biaya yang harus dibayar

7. Penandatangan akad kredit/perjanjian lainnya maka dipersiapkan Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari diputuskannya kredit, maka sebelum kredit dicairkan maka terlebih dahulu calon nasabah menandatangani akad kredit.

(20)

8. Realisasi kredit

Diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang diperlukan dengan membuka rekening giro atau tabungan di bank yang bersangkutan.

9. Penyaluran/penarikan

adalah pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai realisasi dari pemberian kredit dan dapat diambil sesuai ketentuan dan tujuan kredit yaitu:

a. Sekaligus atau b. Secara bertahap

(21)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Manajemen kredit bank adalah bagian krusial dari operasi perbankan. Ini melibatkan pemberian kredit dengan mempertimbangkan unsur kredit, jenis kredit, prinsip pemberian kredit, dan prosedur pemberian kredit. Bank harus memastikan bahwa pemberian kredit dilakukan secara hati-hati dan sesuai dengan peraturan untuk mengelola risiko dan menjaga kesehatan keuangan mereka. Dengan manajemen kredit yang baik, bank dapat berkontribusi secara positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan memberikan layanan yang baik kepada masyarakat.

Manajemen kredit pada dasarnya merupakan suatu proses yang terintegrasi antara sumber-sumber dana kredit, alokasi dana yang dapat dijadikan kredit dengan perencanaan, pengorganisasian, pemberian, administrasi dan pengamatan kredit.

Masalah perkreditan bersifat “ Kasuasistis” artinya masalah yang ada pada satu debitur akan berbeda dengan debitur lainnya, dari kondisi ini maka aparat perbankan harus mempunyai daya analistis yang cukup tajam dan secara cepat harus mampu pula mengadakan identifikasi dari permasalahan yang dihadapi para nasabahnya.

Dalam kegiatan perkreditan banyak tersangkut dengan ketentuan-ketentuan perundang-undangan, peraturan-peraturan pemerintah maupun kebijakan kebijakan pemerintah yang sering berubah dari suatu periode ke periode yang lainya.

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Noor, H. Chairil M. "Manajemen Kredit Bank Umum dan BPR." Quantum Expert. Bandung (2013).

Peraturan Bank Indonesia Nomor : 2/27/PBI/2000 tentang Bank Umum.

Ak, M. "MANAJEMEN KREDIT (Teori dan Konsep Bagi Bank Umum)."

(2021).

Frida, Catharina Vista Okta. "Manajemen perbankan." (2021).

Andrianto. MANAJEMEN KREDIT Teori dan Konsep Bagi Bank Umum.

Jawa timur: Qiara Media. (2020).

Undang – Undang No. 10/1998 Tentang Perubahan UU No. 7 / 1992 Tentang Perbankan.

Referensi

Dokumen terkait

Kredit yang diberikan oleh bank didasarkan atas kepercayaan sehingga dengan demikian pemberian kredit oleh bank dimaksudkan sebagai salah satu usaha bank untuk mendapatkan

TINJAUAN YURIDIS PROSES PEMBERIAN KREDIT PADA BANK KONVENSIONAL DAN PEMBERIAN KREDIT PADA BANK SYARIAH1. Diajukan

Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada Bank BTN merupakan fasilitas Kredit yang diberikan kepada usaha produktif dan layak ( fesible ) namun belum bankable , dalam bentuk Kredit Modal

Persetujuan pemberian kredit harus didasarkan atas penilaian menyeluruh terhadap semua fasilitas kredit yang telah diberikan atau akan diberikan secara bersamaan

Kepercayaan, yaitu keyakinan si pemberi kredit (bank) bahwa prestasi (uang) yang diberikan akan benar-benar diterima kembali dari si penerima kredit pada suatu masa yang akan

Kredit yang diberikan oleh bank didasarkan atas kepercayaan sehingga dengan demikian pemberian kredit oleh bank dimaksudkan sebagai salah satu usaha bank untuk mendapatkan

Risiko kredit adalah risiko kerugian yang terjadi sebagai akibat dari tidak dilunasinya kembali kredit yang diberikan bank kepada debitur maupun counterparty lainnya pada saat

Penilaian terhadap objek jaminan yang akan dijadikan jaminan Bank dan atau objek lain yang berkaitan dengan pemberian fasilitas kredit dilakukan oleh kantor jasa