• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

N/A
N/A
Antoni Randa

Academic year: 2024

Membagikan "MANAJEMEN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN "

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

Disusun oleh:

Ade Novita Sari Aziztya 181400019 Amin Yoga Raahmawati 181400021 Astri Widi Astuti 181400012 Nikmatul Maskanah 181400025 Khasanah Nur Hidayah 181400024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN

UNIVERSITAS ALMA ATA YOGYAKARTA

2019

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia–Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan uraian dari pemenuhan tugas kelompok Manajemen Pendidikan mengenai Manajemen Pembiayaan Pendidikan. Terselesainya makalah ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang telah memberikan semangat, dorongan maupun materil. Sehingga pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak dan Ibu dosen mata kuliah Manajemen Pendidikan.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Yogyakarta, 03 Desember 2019

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI iii

BAB I 1

Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 1

Tujuan 1

BAB II 3

Pengertian Manajemen Pembiayaan Pendidikan 3 Azas dalam anggaran 4

Hal-hal yang berpengaruh terhadap Pembiayaan Pendidikan 5 Karakteristik pembiayaan pendidikan8

Perencanaan anggaran pendapatan dan belanja negara 8 Anggaran rutin dan anggaran pembangunan 14

Sumbangan pembinaan pendidikan 16 Dana penunjang pendidikan 16

Rencana anggaran pendapatan dan belanja sekolah 17 BAB III 20

Kesimpulan 20

Daftar pustaka 21

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dari semua sumber daya pendidikan yang dianggap penting adalah uang.

Pendidikan tidak akan berjalan tanpa adanya biaya atau uang. Uang ini termasuk sumber daya yang langka dan terbatas. Sehingga, uang perlu dikelola dengan efektif dan efisien agar membantu pencapaian tujuan pendidikan.

Pendidikan yang berkualitas merupakan suatu investasi yang mahal. Kesadaran masyarakat untuk menanggung biaya pendidikan pada hakikatnya akan memberikan suatu kekuatan pada masyarakat untuk bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan pendidikan. Organisasi pendidikan dikategorikan sebagai organisasi publik yang non profit. Oleh karena itu, manajemen pembiayaan memiliki keunikan sesuai dengan misi dan karakteristik pendidikan.

B. Rumusan masalah

1. Apa pengertian manajemen pembiayaan pendidikan?

2. Bagaimana azas dalam anggaran?

3. Apa hal-hal yang berpengaruh terhadap pembiayaan pendidikan?

4. Bagaimana karakteristik pembiayaan pendidikan?

5. Bagaimana Perencanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN)?

6. Bagaimana anggaran rutin dan anggaran pembangunan?

7. Bagaimana Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP)?

8. Bagaimana Dana Penunjang Pendidikan (DPP)?

9. Bagaimana Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah?

C. Tujuan

Dilihat dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari makalah ini adalah : 1. Mengetahui pengertian manajemen pembiayaan pendidikan.

2. Mengetahui bagaimana azas dalam anggaran.

3. Mengetahui hal-hal yang berpengaruh terhadap pembiayaan pendidikan.

4. Mengetahui karakteristik pembiayaan pendidikan.

5. Mengetahui Perencanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN).

6. Mengetahui anggaran rutin dan anggaran pembangunan.

(5)

7. Mengetahui Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP).

8. Mengetahui Dana Penunjang Pendidikan (DPP).

9. Mengetahui Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS).

(6)

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Manajemen Pembiayaan Pendidikan

Pembiayaan adalah kemampuan interval sistem pendidikan untuk mengelola dana-dana pendidikan secara efisien. Pembiayaan pendidikan adalah sebagai nilai rupiah dari seluruh sumber daya (input) yang digunakan untuk suatu kegiatan pendidikan. Pembiayaan pendidikan tidak hanya menyangkut analisa sumber, tetapi juga menggunakan dana secara efisien. Semakin efisien sistem pendidikan itu semakin kurang pula dana yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuannya dan lebih banyak yang dicapai dengan anggaran yang tersedia.

Manajemen pembiayaan pendidikan adalah segenap kegiatan yang berkenaan dengan penataan sumber, penggunaan, dan pertanggungjawaban dana pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan. Kegiatan yang ada dalam manajemen pembiayaan meliputi tiga hal, yaitu: penyusunan anggaran, pembiayaan, dan pemeriksaan.

Manajemen keuangan adalah sumber daya yang diterima yang akan dipergunakan untuk penyelenggaraan pendidikan. Manajemen keuangan dimaksudkan sebagai suatu manajemen terhadap fungsi-fungsi keuangan.

Menurut Jones (1985), manajemen keuangan meliputi:

1. Perencanaan financial, yaitu kegiatan mengkoordinir semua sumber daya yang tersedia untuk mencapai sasaran yang diinginkan secara sistematik tanpa efek samping yang merugikan.

2. Pelaksanaan (implenmentation involves accounting), yaitu kegiatan berdasarkan rencana yang telah dibuat.

3. Evaluasi, yaitu proses penilaian terhadap pencapaian tujuan.

Dalam kegiatan umum keuangan, kegiatan manajemen pembiayaan pendidikan meliputi tiga hal, yaitu: Budgeting (Penyusunan Anggaran), Accounting (Pembukuan), Auditing (Pemeriksaan).

a. Budgeting (Penyusunan Anggaran)

Penganggaran merupakan kegiatan atau proses penyusunan anggaran (budget).

Budget merupakan rencana operasional yang dinyatakan secara kuantitatif dalam bentuk satuan uang yang digunakan sebagai pedoman dalam kurun

(7)

waktu tertentu. Oleh karena itu, dalam anggaran tergambar kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan oleh suatu lembaga.

Penyusunan anggaran merupakan langkah-langkah positif untuk merealisasikan rencana yang telah disusun. Kegiatan ini melibatkan pimpinan tiap-tiap unit organisasi. Pada dasarnya, penyusunan anggaran merupakan negosiasi atau perundingan/ kesepakatan antara puncak pimpinan dengan pimpinan di bawahnya dalam menentukan besarnya alokasi biaya suatu penganggaran. Hasil akhir dari suatu negosiasi merupakan suatu pernyataan tentang pengeluaran dan pendapatan yang diharapkan dari setiap sumber dana.

b. Accounting (Pembukuan)

Pengurusan ini meliputi dua hal yaitu, pertama mengurusi hal yang menyangkut kewenangan menentukan kebijakan menerima atau mengeluarkan uang.

Pengurusan kedua menyangkut urusan tindak lanjut dari urusan pertama yaitu, menerima, menyimpan dan mengeluarkan uang. Pengurusan ini tidak menyangkut kewenangan menentukan, tetapi hanya melaksanakan dan dikenal dengan istilah pengurusan bendaharawan. Bendaharawan adalah orang atau badan yang oleh Negara diserahi tugas menerima, menyimpan dan membayar, atau menyerahkan uang atau surat-surat berharga dan barang-barang termasuk dalam pasal 55 ICW (Indische Comptabiliteits Wet), sehingga dengan jabatan itu mereka mempunyai kewajiban atau pertanggungjawabaan apa yang menjadi urusannya kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

c. Auditing (Pemeriksaan)

Auditing adalah semua kegiatan yang menyangkut pertanggungjawaban penerimaan, penyimpanan dan pembayaran atau penyerahan uang yang dilakukan bendaharawan kepada pihak-pihak yang berwenang. Bagi unit-unit yang ada didalam departemen, mempertanggungjawabkan urusan ini kepada BPK melalui departemen masing-masing.

B. Azas dalam anggaran

Uang negara merupakan milik seluruh rakyat yang diperoleh dengan cara yang tidak mudah. Pengamanan terhadap uang negara tersebut diatur oleh beberapa ketentuan atau azas agar uang yang dijatahkan oleh pemerintah mengenai sasaran dengan tepat. Ketentuan atau azaz tersebut antara lain :

1. Azas Plafond

(8)

Artinya bahwa Anggaran Belanja tidak boleh melebihi jumlah standart yang ditentukan. Misalnya jika dalam RAPBN telah ditetapkan bahwa anggaran pendidikan untuk tahun anggaran ini adalah 20% dari seluruh Anggaran Belanja Negara, dan Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dialokasikan sebesar 100 Milyar Rupiah, maka walaupun ada kebutuhan mendesak atau ada kenaikan harga, perintaan tidak boleh melebihi anggarannya. Kekurangan biaya tersebut dapat diajukan pada anggaran tahun berikutnya.

2. Azas pengeluaran berdasarkan mata anggaran

Pengeluaran Pembelajaran harus didasarkan pada anggaran yang telah ditetapkan.

Misalnya dalam pembelian kertas sudah ditetapkan 1 juta rupiah, tapi ternyata tidak cukup, kita tidak boleh semaunya menggeser uang Pemeliharaan Kendaraan Dinas dipakai untuk menutup kekurangan anggaran kertas tersebut. Setiap anggaran yang disetujui telah pula dibagi-bagi menurut mata anggaran masing- masing. Pergeseran penggunaan hanya dapat dilakukan apabila ada ijin dari Direktorat Jenderal Anggaran Departemen.

3. Azas tidak langsung

Ketentuan bahwa setiap penerimaan uang tidak boleh digunakan secara langsung untuk keperluan pengeluaran. Setiap penerimaan uang misalnya SPP di sekolah harus disetorkan ke Bank atau Kas Negara. Kemudian jika kita akan minta hak yang telah dialokasikan, baru kemudian mengajukan permintaan ke kas negara.

C. Hal-hal yang berpengaruh terhadap biaya pendidikan

Pembiayaan pendidikan tidak pernah tetap akan tetapi selalu berkembang dari tahun ke tahun. Secara garis besar perubahan pembiayaan ini dipengaruhi oleh dua hal yaitu faktor eksternal dan faktor internal.

1. Faktor Eksternal, yaitu faktor yang ada diluar sistem pendidikan yang meliputi hal- hal sebagai berikut :

a. Berkembangnya demokrasi pancasila

Dahulu banyak negara yang masih dijajah oleh bangsa lain yang tidak memperbolehkan penduduknya untuk menikmati pendidikan. Dengan lepasnya bangsa itu dari cengkraman penjajah, terlepas pula kekanggan atas keinginan memperoleh pendidikan. Di Indonesia Demokrasi Pendidikan dirumuskan dengan jelas dalam pasal 31 Undang-Undang Dasar 1945 ayat 10 dan ayat 2.

(9)

Konsekuensi dari adanya demokrasi itu maka pemerintah menyediakan dana yang cukup untuk itu.

b. Kebijaksanaan pemerintah

Pemberian hak kepada warga negara untuk memperoleh pendidikan merupakan kepentingan suatu bangsa agar mampu mempertahankan dan mengembangkan bangsanya. namun demikian, agar tujuan itu tercapai pemerintah memberikan fasilitas-fasilitas berupa hal-hal yang bersifat meringankan dan menunjang pendidikan misalnya : (1) Pemberian pembiayaan yang besar bagi pendiri gedung dan kelengkapannya, (2) Meringankan beban siswa dalam bentuk bantuan SPP dan pengaturan pemungutan serta beasiswa, (3) kenaikan gaji guru dan lain sebagainya.

c. Tuntutan akan pendidikan

Kenaikan tuntutan akan pendidikan terjadi di mana-mana. Di dalam negeri tuntutan akan pendidikan ditandai oleh segi kuantitas yaitu semakin banyaknya orang yang menginginkan pendidikan dan segi kualitas yaitu naiknya keinginan memperoleh tingkat pendidikan yang tinggi. Ingat bahwa kalau dahulu orang sudah puas hanya dengan mengenyam pendidikan sekolah dasar, kini berubah belum puas jikalau belum menyandang gelar. Bagi suatu bangsa kenaikan tuntutan ini juga mempertinggi kualitas bangsa dan menaikkan taraf hidup. Di luar negeri pendidikan selalu dicari di negara-negara yang melaksanakan sistem pendidikan lebih baik dan lebih bervariasi. Hal ini berarti bahwa bukan hanya terjadi aliran dari negara berkembang ke negara maju tetapi sebaliknya juga mungkin terjadi. Hanya orang dari negara maju menuntut ilmu dinegara berkembang karena ingin memdalami hal-hal yang menarik perhatiannya.

Disamping tingkat pendidikan sebagai lambang status sosial bagi keluarga, sistem pengajian di Indonesia masih mempertimbangkan pendidikan (ingat sistem skala ganda dalam pengajian) dibeberapa negara yang masih kekurangan tenaga kerja, tambahan ijasah tidak banyak berpengaruh terhadap kenaikan gaji sehingga sebagai misal, lulusan SMEA memilih langsung bekerja dibandingkan dengan melanjutkan kuliah di Perguruan Tinggi. Penyebab lain mengapa mereka lebih senang bekerja adalah pengaruh sistem keluarganya yakni adanya

(10)

tuntutan bagi pemuda yang sudah dianggap dewasa (tamat SMA) sudah tidak pantas lagi meminta biaya hidup pada orang tuanya.

d. Adanya inflasi

Yang dimaksud dengan inflasi adalah keadaan menurunnya nilai mata uang suatu negara. Faktor inflasi sangat berpengaruh terhadap biaya pendidikan karena harga satuan biaya tertentu naik mengikuti kenaikan inflasi.

2. Faktor Internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam sistem pendidikan itu sendiri yang sepenuhnya mempengaruhi biaya pendidikan. Faktor tersebut antara lain :

a. Tujuan pendidikan

Sebagai salah satu contoh bahwa tujuan pendidikan berpengaruh terhadap besarnya biaya pendidikan adalah tujuan institusional suatu lembaga pendidikan. Berubahnya tujuan pendidikan ke arah penguasaan 10 kompetensi dibandingkan dengan tujuan yang mempengaruhi besarnya biaya yang harus dikeluarkan.

b. Pendekatan yang digunakan

Strategi belajar mengajar menuntut dilaksanakannya praktek bengkel dan laboratorium menuntut lebih banyak biaya dibandingkan dengan metode lain dan pendekatan secara individual.

c. Materi yang disajikan

Materi pelajaran yang menuntut dilaksanakan praktek bengkel menuntut lebih banyak biaya dibandingkan dengan materi pelajaran yang hanya dilaksanakan dengan penyampaian teori.

d. Tingkat dan jenis pendidikan

Dua dimensi yang berpengaruh terhadap biaya pendidikan adalah tingkat dan jenis pendidikan. Dengan dasar pertimbangan lamanya jam belajar, banyak ragamnya bidang pelajaran, jenis materi yang diajarkan, banyaknya guru yang terlibat sekaligus kualitasnya, tuntutan terhadap kompetensi lulusannya, biaya pendidikan di Sekolah Dasar akan jauh berbeda dengan biaya pendidikan di Perguruan Tinggi, apalagi bagi jurusan yang banyak memerlukan praktek.

Faktor-faktor yang mempengaruhi biaya dan pembiayaan pendidikan sekolah hal ini dipengaruhi oleh:

(11)

1. Kenaikan harga (rising prices)

2. Perubahan relatif dalam gaji guru (teacher’s sallaries)

3. Perubahan dalam populasi dan kenaikannya prosentasi anak disekolah negeri 4. Meningkatnya standar pendidikan (educational standarts)

5. Meningkatnya usia anak yang meninggalkan sekolah

6. Meningkatnya tuntutan terhadap pendidikan lebih tinggi (higher educational) D. Karakteristik pembiayaan pendidikan

Beberapa hal yang merupakan karakteristik atau ciri-ciri pembiayaan pendidikan adalah sebagai berikut :

1. Biaya pendidikan selalu naik, perhitungan pembiayaan pendidikan dinyatakan dalam satuan unit cost, yang meliputi:

a. Unit cost lengkap, yaitu perhitungan unit cost berdasarkan semua fasilitas yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan pendidikan.

b. Unit cost setengah lengkap, hanya memperhitungkan biaya kebutuhan yang berkenaan dengan bahan dan alat yang berangsur habis walaupun jangka waktunya berbeda.

c. Unit cost sempit, yaitu unit cost yang diperoleh hanya dengan memperhitungkan biaya yang langsung berhubungan dengan memperhitungkan biaya yang lain yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar

2. Biaya terbesar dalam pelaksanaan pendidikan adalah biaya pada faktor manusia.

Pendidikan dapat dikatakan sebagai “human investment”, yang artinya biaya terbesar diserap oleh tenaga manusia.

3. Unit cost pendidikan akan naik sepadan dengan tingkat sekolah.

4. Unit cost pendidikan dipengaruhi oleh jenis lembaga pendidikan. Biaya untuk sekolah kejuruan lebih besar daripada biaya untuk sekolah umum.

5. Komponen yang dibiayai dalam sistem pendidikan hampir sama dari tahun ke tahun.

E. Perencanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN)

Suharsimi Arikunto, 1990: 54, Perhitungan biaya didasarkan atas kebutuhan riil yang diajukan oleh unit-unit utama (sekolah, jurusan , kantor). Kemudian di teruskan ke pusat melalui atasan setempat. Agar pengajuan biaya dapat tepat pada waktunya maka diadakan penjadwalan secara ketat.

Jalannya pengusulan anggaran :

1. Setiap bulan juli sekolah, jurusan harus menyusun kebutuhan untuk anggaran yang akan datang.

2. Pada bulan Agustus, usulan sekolah dan jurusan diterima di Kabid dan Fakultas.

Dalam hal ini Kantor Bidang dan Fakultas menghimpun usulan yang diterima ditambah dengan kebutuhan untuk kantor itu sendiri.

(12)

3. Bulan Oktober, Kantor Bidang dan Fakultas mengirimkan Rencana Anggaran Belanja kepada Kantor Perwakilan dan Universitas/ Institut menghimpun usulan yang diterima ditambah dengan kebutuhan kantornya sendiri.

4. Pada bulan yang sama RAB tersebut sudah diterima oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah dan Dirjen Dikti. Setelah diolah dan ditambah dengan kebutuhan Direktorat Jenderal itu sendiri , maka diuruslah RAB Direktorat Jenderal untuk diajukan kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

5. Pada bulan November Departemen Pendidikan dan Kebudayaan membahas semua usulan RAB untuk kemudian disusun menjadi RAB Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

6. Pada bulan Desember, semua Deptemen menyerahkan RAB yang tersusun kepada Departemen Keuangan untuk selanjutnya disusun menjadi Keuangan Negara. Pada bulan Januari maka disampaikan kepada Kabinet untuk dibahas oleh semua Menteri sebelum diajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk disahkan.

7. Pada bulan Januari RAB harus selesai dibahas dan disahkan. Waktu yang masih tersedia, yaitu 3 bulan sampai pada permulaan tahun anggaran yaitu 1 April, maka digunakan untuk menyelesaikan segala sesuatu lainnya.

Untuk disampaikan kepada saat setiap unit kerja dapat menerima dan menggunakan anggaran yang telah disetujui maka diperlukan suatu proses tertentu.

Walaupun dahulu penyusunannya sudah dibuat perencanaan, tapi masih harus dibuat lagi rencana penggunaan secara konkrit, baru dapat dimintakan uang.

Bagan prosedur anggaran:

Keterangan,

1. Perwakilan mengirimkan rencana penggunaan uang per Triwulan dan per Bulan kepada Ditjen Dikbud.

2. Ditjen meneruskan rencana tersebut kepada Ditjen Anggaran Departemen Keuangan untuk disetujui.

3. Setelah Rencana Anggaran disetujui, maka Ditjen Pendidikan mengeluarkan atau menerbitkan Surat Keputusan Otorisasi (SKO), dan kemudian dikirim kepada perwakilan atau Universitas/Institusi. Saat ini perwakilan Depdikbud berhak menggunakan uang negara sebesar yang tercantum dalan SKO.

4. Berdasarkan SKO tersebut Perwakilan Depdikbud mengeluarkan reotorisasi yang disampaikan ke sekolah-sekolah. (dalam hal ini biasanya Universitas/

Institusi tidak mengeluarkan Reotorisasi untuk Fakultas)

(13)

5. Berdasarkan Reotorisasi tersebut maka Bendaharawan sekolah mengajukan permintaan uang kepada kantor perbendaharaan Negara (KPN) . Kadang- kadang perwakilan Dikbud tidak menerbitkan otorisasi tetapi pengambilan uangnya langsung ke KPN untuk semua sekolah dan Kanwil sendiri.

6. KPN mengeluarkan surat perintah membayar uang (SPMU) atau surat mendaftar diberikan kepada bendaharawan tersebut.

7. Bendaharawan menguangkan SPMU tersebut ke kas negara untuk digunakan menurut ketentuan

8. Setelah uang tersebut diterima dan digunakan, bendaharawan harus mengirimkan surat pertanggungjawaban (SPJ) yang harus sudah dikirimkan paling lambat tanggal 10 setiap bulan.

9. Oleh kas negara SPJ diberikan ke KPN dan direktorat jenderal Pendidikan untuk diteliti kebenaran penggunaannya, diperhitungkan sisa Anggarannya dan pengeluaran SKO berikutnya.

Hal yang perlu diperhatikan :

1. Kecuali untuk belanja pegawai, tunjangan dan sebagainya, berlaku system

“dropping” yang besarnya ditentukan besarnya prosentasi penerimaan uang negara. Dengan demikian besarnya uang yang diterima pertriwulan belum tentu sama dengan yang diajukan.

2. Otorisasi dikeluarkan oleh Ditjen untuk bahan tetap dan bahan sementara (uang-uang yang harus di pertanggungjawabkan = UUDP)

3. Otorisasi dikeluarkan berdasarkan tersedianya kredit anggaran sehingga apabila anggaran belanja suatu instansi sudah di drop sebelum tahun anggaran habis, tidak akan menerima lagi otorisasi (jatah sudah habis).

Penggeseran penggunaan uang harus sesuai dengan pengajuan. Jika ada keperluan mendadak dan karena ada perubahan dari yang sudah di tentukan, maka harus dimintakan persetujuan terlebih dahulu dari direktorat Jenderal Pendidikan.

SKO, SPMU hanya berlaku untuk tahun anggaran yang sedang berlangsung. Jadi apabila disebabkan karena satu dan lain hal SKO dan SPMU belum sempat direalisasikan dalan tahun anggaran tersebut, maka ini berarti SKO atau SPMU tersebut habis masa berlakunya, dan uangnya dinyatakan hangus.

Catatan :

(14)

Mekanisme permintaan dan pemberian anggaran ini hanya berlaku untuk sekolah menengah. Untuk keperluan sekolah dasar maka departemen dalam negerilah yang mengatur dan dilakukan menurut struktur yang ada. Pengambilan uang dilakukan oleh dinas pendidikan bersumber dari 4 arah, yaitu :

1. Dari pemerintah meliputi kurang lebih 70% terbagi atas:

a) Pemerintah pusat yang memikul sebagian besar pengeluaran untuk melaksanakan pendidikan sehari-hari baik personal maupun nonpersonal

b) Pemerintah daerah propinsi yang asalnya sebagai subsidi dari pendapatan di daerahnya.

c) Pemerintah daerah tingkat II yang berasal dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah tingkat I sebagai uang subsidi serta dana lain yang merupakan kekayaan daerah.

2. Dari Orang Tua

Dari orangtua siswa kurang lebih 10-24% berupa uang SPP dan uang bangunan yang dikumpulkan melalui BP3 (Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan). Perolehan dana yang berasal dari orang tua diperoleh dengan menggalakan orangtua untuk mau dan tertib membayar SPP serta dana lain yang diijinkan pemerintah dan

memanfaatkan dana yang diperoleh dari sumbangan orangtua.

3. Dari Masyarakat

Dari masyarakat meliputi kurang lebih 5% berupa dana yang diberikan oleh masyarakat secara tidak langsung tetapi melalui yayasan atau lembaga swasta misalnya bantuan berupa alat-alat sekolah oleh pabriknya, atau toko-toko perabot yang memberi sumbangan sukarela melalui departemen.

4. Dari dana bantuan luar negeri

Meliputi kurang lebih 1% dari seluruh anggaran pendidikan. Misalnya dari IIEP (International Institute for Education Planning), UNESCO, UNICEF, Word Bank, USAID, Ford Fondation, British Council. Perolehan dana yang berasal dari luar negri diperoleh dengan mengusahakan bentuk kerja sama tidak saling mengikat tetapi saling menguntungkan merencanakan secara cermat bentuk-bentuk pinjaman yang tidak memberatkan untuk sasaran pengembangan pendidikan.

5. Dari pemerintah pusat dan daerah:

(15)

a. Mengusahakan agar alokasi untuk sektor pendidikan dapat diperbesar, mengenai alokasi dana ini dapat diketahui bersama pada waktu DPR menyetujui RAPBN yang diajukan Presiden setiap awal tahunnya,

b. Memanfaatkan dana yang dialokasikan untuk pendidikan secara efektif dan efisien. Untuk langkah ini biasanya ada aturan-aturan yang dikeluarkan pemerintah untuk menjaga agar tidak terjadi pemborosan, misalnya Kepres No.

34/1997.

c. Mengusahakan adanya alokasi bagi sektor pendidikan yang diambil dari pajak umum

d. Dari pemerintah daerah diusahakan adanya peningkatan, pendapatan dan partisipasi yang lebih besar untuk menggarap usaha-usaha dibidang pendidikan.

Pemerintah terus melakukan upaya untuk meningkatkan layanan pendidikan berkualitas yang merata bagi setiap warga negara. Anggaran pendidikan yang dialokasikan Pemerintah dengan porsi 20 persen dari APBN sesuai dengan amanat konstitusi, perlu diikuti dengan peningkatan kualitas pendidikan, yang pada akhirnya peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Berbagai langkah yang akan ditempuh Pemerintah, antara lain mencakup:

1. Peningkatan akses yang merata dan berkeadilan.

2. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana sekolah;

3. Meningkatkan kualitas dan ketersediaan guru;

4. Memperkuat pendidikan vokasi;

5. Memperkuat sinergi antara Pemerintah Pusat dan Pemda terutama dalam peningkatan akses dan kualitas pendidikan;

6. Mempersiapkan tenaga pendidik yang adaptif dan responsif terhadap perkembangan teknologi digital; dan

7. Mendorong perluasan program beasiswa afirmasi dan pengembangan beasiswa yang bersifat khusus

(16)
(17)

F. Anggaran Rutin dan Anggaran Pembangunan

Anggaran yang bersal dari pemerintah dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu anggaran rutin dan anggaran pembangunan.

1. Anggaran Pembangunan

Anggaran pembangunan, yang adanya tidak terus menerus setiap tahun. Dalam istilah umum sering disebut dengan "Capital Cost" atau"Capital Outlay" (capital berarti modal; biaya yang digunakan untuk keperluan modal pertama atau buat tambahan, misalnya untuk penambahan lokal, pembelian alat-alat pembelajaran, pembelian kendaraan dinas dan lain sebagainya yang dinyatakan dalam bentuk proyek. Anggaran pembangunan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan penting mendesak dan tidak terjangkau dengan anggaran rutin.

Program pembangunan di Indonesia disusun berdasarkan program jangka lima tahunan sebagaimana tercantum di dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang ditetapkan oleh MPR. Untuk mencapai tujuan pelaksanaan nasional melalui program rutin dan program pembangunan. Program pembangunan dijabarkan ke dalam rentang pembangunan 5 tahun (REPELITA) yang merupakan penunjang program rutin untuk menyelesaikan masalah yang sifatnya mendesak dan temporer yang belum terjangkau oleh anggaran rutin. Satu kegiatan dalam proses pembangunan bisa saja selesai dalam waktu satu tahun atau kurang, sedangkan program rutin akan terus berulang setiap tahunnya.

Menurut jangka waktunya, perencanaan dapat dibedakan dalam tiga kategori, yaitu:

a. Perencanaan jangka penjang (lebih dari 10 tahun) b. Perencanaan jangka sedang (5-10 tahun)

c. Perancanaan jangka pendek (kurang dari 5 tahun)

Berdasarkan atas kategori tersebut maka perencanaan tahunan termasuk perencanaan jangka pendek, yang merupakan realisasi tahap-tahap dari REPELITA. Untuk perencanaan tahunan pembagunan, kegiatan yang disusun adalah kegiatan pembabakan REPELITA, maka dari itu apa yang dilakukan dalam perencanaan tahunan merupakan suatu bagian dari REPELITA, yang mempunyai kaitan yang erat dengan apa yang telah dilakukan pada tahun berikutnya. Beberapa ketentuan mengenai perencanaan tahunan adalah:

a. Perencanaan tahunan bersifat memperbaiki perencanaan yang lalu.

b. Sifat perencanaan tahunan tidak boleh kaku, tetapi harus fleksibel, artinya masih terbuka untuk dilaksanakan atau disesuaikan dengan kebijaksanaan yang baru, baik yang datang dari departemen pendidikan dan kebudayaan,

(18)

departemen keuangan maupun BAPPENAS, khususnya dalam hal penyediaan dana.

c. Perencanaan tahunan erat hubungannya dangan kebijaksanaan pemerintah (pusat maupun daerah) tentang program-program kegiatan, walaupun sebenarnya suatu perencanaan tahunan seharusnya didasarkan pada output.

d. Perencanaan tahunan merupakan suatu mekanisme penyusunan sasaran kegiatan suatu program atas dasar hasil yang dicapai.

e. Perencanaan tahunan merupakan suatu kegiatan yang berulang setiap tahunnya.

2. Anggaran Rutin

Anggaran rutin, yaitu anggaran yang selalu dibutuhkan tiap tahun tanpa henti. Oleh karena itu sering disebut dengan istilah lain "Reccurent Cost" (reccurent berarti mengalir; biaya yang mengalir untuk kegiatan terus menerus. Kalau dalam anggaran pembangunan dikenal dengan istilalah DUP, pra DIP, UKOP, dan DIP, maka dalam anggaran rutin dikenal dengan istilah-istilah DUK (daftar usulan kegiatan), pra DIK, UKOR (uraian kegiatan operasional rutin) dan DIK (daftar isian kegiatan).

Pengertian atau penjelasan tentang istilah yang digunakan dalam penyusunan rencana dan program rutin:

a. Kantor, adalah suatu tempat kerja dalam suatu badan organisasi tempat dilaksnakannya pekerjaan-pekerjaan yang bersifat teknis administratif.

Misalnya kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten.

b. Satuan kerja, suatu unit kerja yang satuannya bukan kantor, misalnya sekolah, dan perpustakaan.

c. Sektor, suatu gabungan dari sub-sub sektor yang programnya secara bersama mengarah pada tujuan-tujuan khas dan memberikan jasa-jasa tertentu yang kongkrit kepada masyarakat. Misalnya sektor pendidikan kebudayaan nasional dan pembinaan generasi muda.

d. Sub sektor, adalah suatu bagian dari sektor, misalnya subsektor pendidikan umum dan pembinaan generasi muda.

e. Program, suatu kegiatan dari sub sektor, program pembinaan pendidikan lanjutan umum. Dalam hal ini dapat dibedakan antara 2 pengertian program yaitu, program sebagai suatu bagian dari sub sektor dan program yang artinya rencana.

(19)

f. Kegiatan, adalah suatu bagian dari suatu program dan merupakan suatu kumpulan pekerjaan yang bersifat terus menerus dalam rangka mencapai tujuan.

g. Jenis pengeluaran, adalah sekelompok mata anggaran yang mendukung atau menunjang suatu kegiatan. Dalam kegiatan rutin ada 5 jenis pengeluaran, yaitu: belanja pegawai, belanja barang, belanja pemeliharaan, belanja perjalanan dan subsidi/ bantuan.

h. Mata anggaran, suatu perincian dari suatu jenis pengeluaran belanja pegawai, misalnya diperinci menjadi mata anggaran gaji dan mata anggaran tunjangan beras.

i. Daftar usulan kegiatan (DUK), daftar yang berisi usulan kegiatan beserta biaya dan sasaran yang akan dicapai oleh setiap kantor dan satuan kerja, yang dikelompokkan berdasarkan unit utama dan wilayahnya.

j. Daftar isian kegiatan (DIK), daftar yang berisi satu kegiatan dalam satu propinsi atau satu direktorat jendral untuk pelaksanaan anggaran belanja rutin.

k. Satuan 2A, 2B, 2C dan nomor penjelasan, daftar uraian menjadi plafond anggaran dari setiap kantor/satuan kerja perprogram, perkegiatan menurut jenis pengeluaran yang diputuskan oleh menteri keuangan.

l. Uraian kegiatan oprasional rutin (UKOR)

m. UKOR terdiri atas UKOR INDUK dan UKOR TERURAI G. Sumbangan Pembinaan Pendidikan

Pendidikan adalah tanggunng jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Dana pendidikan yang berasal dari orang tua dapat berupa uang yang dibayarkan secara rutin maupun insidental. Yang dibayar secara rutin dan diatur dengan suatu peraturan yang berupa SPP, sedangkan yang lain berupa sumbangan BP3 yang diatur tersendiri oleh pihak keluarga dan orangtua. SPP adalah sumbangan yang dikenakan kepada wajib bayar untuk digunakan bagi keperluan penyelenggaraan dan pembinaan pendidikan. Wajib bayar adalah orang tua kandung, orang tua tiri atau angkat wali dari siswa yang mengikuti pendidikan pada suatu sekolah, dibayar secara bulanan selama 12 bulan dalam satu tahun ajaran. Menurut Suharsimi Arikunto, 1990:57, besarnya uang SPP tidak didasarkan pada kemampuan wajib bayar secara perseorangan tetapi kemampuan rata-rata wajib bayar tersebut dan dinyatakan dalam bentuk kategori pungutan. Utuk semua siswa dalam satu sekolah berlaku satu kategori dari daftar kategori. Penetapan serta perubahan dari satu kategori ke kategori lain di

(20)

tetapkan oleh menteri pendidikan dan kebudayaan serta menteri keuangan atas usul kepada kanwil yang bersangkutan setelah mendengar pendapat gubenur/ kepala daerah tingkat 1. Untuk kelancaran penerimaan dan penyetoran SPP, menteri pendidikan dan kebudayaan mengangkat bendahara penerima SPP di sekolah, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

H. Dana Penunjang Pendidikan

Sebenarnya, uang SPP yang disetorkan dikembalikan lagi ke sekolah dalam wujud DPP. Untuk menyelenggarakan pengurusan DPP, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengangkat bendaharawan pada sekolah. Adapun tugas bendaharawan serta langkah realisasi DPP adalah sebagai berikut:

1. Bendaharawan DPP mengajukan surat permintaan pembayaran menurut permintaan yang ditentukan kepada KPN.

2. KPN membayar pada kantor bank pusat, selanjutnya bank menyalurkan ke sekolah menengah, Kandep, Kanwil dan Kantor Pusat melalui cabang BRI setempat, sesuai dengan penyediaan dana yang diminta.

3. Cabang BRI menyampaikan salinan bukti penyaluran jumlah uang kepada Sekjen Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Ketua Tim Pengelola SPP dan DPP pusat.

4. Bendaharawan DPP Sekolah Menengah, Kandep dan Kanwil mengajukan permintaan biaya kepada cabang BRI setempat yang digunakan sesuai kebutuhan.

Apabila ada perubahan rencana penggunaan DPP yang telah diajukan, maka:

1. Kepala Sekolah atau Kepala Kandep mengajukan Pengusulan Perubahan untuk mendapatkan penilaian dan keputusan

2. Kepala Kanwil menolak atau menyetujui dengan memperhatikan jumlah siswa, kelas guru tetap, dan guru tidak tetap dan tembusan penolakan atau persetujuannya.

Ketentuan pertanggung jawaban DPP, sebagai berikut:

1. Selambat-lambatnya tanggal 10 tiap bulan, Kepala Sekolah dan Kepala Kandep mengirimkan surat pertanggungjawaban (SPJ) tentang penggunaan DPP bulan yang lalu kepada Kanwil

2. Selambat-lambatnya tanggal 10 tiap bulan berikutnya, kepala Biro Keuangan menyampaikan SPJ yang telah diteliti kepada Biro Keuangan Depdikbud

3. Pada tiap akhir Triwulan Kepala Kanwil menyampaikan kepada Kepala Biro Keuangan Depdikbud dengan tembusan kepada Dirjen Dikdasmen.

4. Sebulan terakhir setelah akhir setiap Triwulan Kepala Biro Keuangan Depdikbud menyampaikan Laporan Realisasi Penggunaan DPP mengenai Triwulan sebelumnya berdasarkan SPJ yang telah ditentukan

Alokasi DPP untuk masing-masing sekolah tergantung pada tingkat besar kecilnya sekolah. Disamping itu besarnya DPP tidak sama untuk setiap propinsi.

I. Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS)

(21)

RAPBS adalah rencana biaya dan pendanaan RPS. RAPBS merupakan dokumen anggaran sekolah dan madrasah resmi yang harus ditandatangani oleh Komite Sekolah dan Kepala Sekolah serta penanggungjawab perumusan RAPBS, untuk menjadi Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (APBS). RAPBS dibuat hanya untuk satu tahun anggaran pelajaran mendatang, dan terdiri dari 2 bagian : Pendapatan dan Pengeluaran. RAPBS mencakup semua biaya dan pendapatan yang ada pada Rencana Anggaran Pendapatan dan Biaya Tahunan, khususnya untuk tahun anggaran mendatang.

Pendapatan yang dicantumkan di RAPBS hanya mencakup dana dalam bentuk uang, baik yang akan diterima dan dikelola langsung oleh sekolah. Pendapatan yang dicantumkan di RAPBS hanya mencakup dana dalam bentuk uang yang akan diterima dan dikelola langsung oleh sekolah.

Tujuan penyusunan anggaran ini disamping ada pedoman pengumpulan dana dan pengeluaran, juga sebagai pendapatan dan pertanggungjawaban sekolah terhadap uang- uang yang telah diterima.

Secara garis besar, kegiatan RAPBS dilakukan agar rencana penerimaan dan pengeluaran dana sekolah/madrasah dapat dikontrol dengan baik. Adapun secara rinci, RAPBS berfungsi untuk :

1. Pedoman pengumpulan dana dan pengeluarannya 2. Menggali dana secara kreatif dan maksimal 3. Menggunakan dana secara jujur dan terbuka 4. Mengembangkan dana secara produktif

5. Mempertanggung-jawabkan dana secara objektif

Rencana Pendapatan dan Belanja Sekolah atau RAPBS adalah pilar manajemen sekolah dengan RAPBS inilah semua kegiatan sekolah direncanakan, tidak sekadar teknis pelaksanaan tetapi juga non teknis, dalam hal ini pendanaannya. Dana yang didapatkan dari pemerintah dan masyarakat serta dana bantuan lain yang mungkin didapatkan sekolah, diatur sedemikian rupa sehingga penggunaannya jelas dan terbuka.

Hal ini juga untuk membiasakan keterbukaan dalam sistem manajemen. Setiap kegiatan yang diselenggarakan sekolah sudah direncanakan dalam RAPBS karena terkait dengan pembiayaan kegiatan tersebut. Kita tidak munafik jika setiap kegiatan selalu

(22)

membutuhkan pembiayaan, baik itu besar maupun kecil untuk itulah, maka RAPBS disusun sekolah dan stakeholder terkait.

Dengan dukungan pendanaan yang sesuai kebutuhannya, kemungkinkan ketercapaian program sangat besar. Tetapi, jika program kegiatan tidak didukung pendanaan yang sesuai, tentunya program-program tersebut hanyalah isapan jempol semata dan dalam RAPBS itulah setiap kegiatan sekolah direncanakan secara utuh dan kebutuhan dananya.

Dengan adanya RAPBS ini maka sekolah tidak dapat semuanya memungut sumbangan dari orang tua siswa (BP3) dan sebaliknya BP3 menjadi puas mengetahui arah pengeluaran dana yang telah mereka berikan.

Sumber pendapatan sekolah adalah pemerintah, orang tua siswa dan masyarakat.

Pada tahun 1978 sumber-sumber pembiayaan sekolah terdiri atas:

1. ICW(Indonesia Comptabiliteits WET, dahulu Indiche comtabiliteits wet, peraturan akuntansi, peraturan perbendaharaan yang berlaku untuk Indonesia) kemudian ICW ini dikenal sebagai uang yang berasal dari pemerintah yang harus bertanggungjawabkan

2. SPP (Sumbangan Pembinaan Pendidikan)

3. Sumbangan dari BP3 (Dahulu POMG = Persatuan Orang Tua Siswa dan Guru) sumber-sumber pembiayaan pendidikan setelah dikategorikan menjadi 5 yaitu : 1. Anggaran Rutin dan AOBN (Anggaran Pembangunan)

2. Dana Penunjang Pendidikan (DPP) 3. Bantuan sumbangan dari BP3

4. Sumbangan dari Pemerintah Daerah Setempat (kalau ada) 5. Bantuan lain-lain

Sekolah swasta tidak terikat oleh dana pemerintah terlalu banyak oleh karenanya, maka lebih leluasa menyusun RAPBSnya. Atas RAPBS disusun dengan melalui proses tertentu, yang besar kecilnya didasarkan pada kebutuhan minimum tiap tahun, dan perkiraan pendapatannya berpedoman pada penerimaan tahun yang lalu. Adapun proses penyusunan dan penjadwalan waktu adalah sebagai berikut:

1. Ada awal tahun pelajaran, sekolah-sekolah menerima perintah dari Kantor Wilayah (Kanwil) untuk mengajukan RAPBS untuk tahun yang bersangkutan

2. RAPBS yang telah disusun oleh Kepala Sekolah dikirim dan dimintakan persetujuan kepada Kepala Kantor Wilayah selambat-lambatnya tanggal 15 Juni telah diterima oleh Kantor Wilayah (ditandatangani oleh bagian perencanaan),

(23)

sebanyak rangkap 4 termasuk lembar aslinya. Besar biaya yang diajukan belum tentu seluruhnya disetujui oleh Kanwil.

Kegiatan yang boleh dibiayai hanya hal-hal yang diijinkan Kanwil, yang meliputi:

a. Kegiatan Belajar Mengajar b. Sarana

c. Honorarium d. Bahan/Alat

e. Lain-lain, seperti biaya perjalanan dinas, rapat penataran

3. RAPBS yang telah disetujui oleh Kepala Kanwil diteruskan oleh BP3 sekolah yang bersangkutan, selambat-lambatnya tanggal 18 Juli, yang kemudian dirapatkan/dimusyawarahkan oleh BP3 sekitar tanggal 31 Juli.

4. Hasil musyawarah BP3, sebagai bukti dilampirkan juga notulen rapat selengkapnya, dimintakan persetujuan pemerintah Daerah Tingkat II setempat, selambat-lambatnya tanggal 14 Agustus.

5. Setelah mendapatkan persetujuan pemerintah Daerah Tingkat BP3 dapat melaksanakan program-program kegiatannya, sekolah kemudian membuat RAPBS berdasarkan atas persetujuan pemerintah daerah tersebut.

(24)

BAB III PENUTUP KESIMPULAN

Manajemen pembiayaan pendidikan adalah segenap kegiatan yang berkenaan dengan penataan sumber, penggunaan, dan pertanggungjawaban dana pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan. Kegiatan yang ada dalam manajemen pembiayaan meliputi tiga hal, yaitu: penyusunan anggaran, pembiayaan, pemeriksaan.

Dalam kegiatan umum keuangan, kegiatan manajemen pembiayaan pendidikan meliputi tiga hal, yaitu: Budgeting (Penyusunan Anggaran), Accounting (Pembukuan), Auditing (Pemeriksaan).

Pembiayaan pendidikan tidak pernah tetap akan tetapi selalu berkembang dari tahun ke tahun. Secara garis besar perubahan pembiayaan ini dipengaruhi oleh dua hal yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Sedangkan dari segi anggaran, anggaran yang berasal dari pemerintah dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu anggaran rutin dan anggaran pembangunan.

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini dan Lia Yuliana. 2019. Manajemen Pendidikan. Sleman: Graha Cendekia.

https://www.academia.edu/38356590/MANAJEMEN_PEMBIAYAAN_PENDIDIKAN.docx . (Diakses pada 02 Desember 2019 )

https://www.academia.edu/18897223/Summary_Manajemen_Pembiayaan_Pendidikan.

(Diakses pada 02 Desember 2019)

Referensi

Dokumen terkait

LEMBAR PENGESAHAN ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR LAMPIRAN ... Latar Belakang Penelitian ... Identifikasi dan Batasan Masalah ... Rumusan Masalah ... Tujuan

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN...i KATA PENGANTAR...ii DAFTAR ISI...iii DAFTAR TABEL...v DAFTAR GAMBAR...vi.. BAB I

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Ruang Lingkup C. Maksud dan Tujuan Penulisan BAB. II. PERMASALAHAN

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Ruang Lingkup C. Maksud dan Tujuan Penulisan BAB. II. PERMASALAHAN

DAFTAR ISI JUDUL i PENGESAHAN iii KATA PENGANTAR iv DAFTAR ISI v INTISARI 1 BAB I PENDAHULUAN 2 BAB II PENGAMAN KELISTRIKAN 2.1 Penyebab Kecelakaan Listrik 3 2.2 Keselamatan

v DAFTAR ISI PRAKATA ii ACKNOWLEDGEMENT iii DAFTAR ISI v BAGIAN I ARTI PENTING KOMUNITAS DALAM PEMBANGUNAN 1 BAB I TENTANG KOMUNITAS 3 Pendahuluan 3 Pengertian Komunitas

DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR ……… i DAFTAR ISI ……… iii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI DAFTAR ISI 2 DAFTAR GAMBAR 4 KATA PENGANTAR 6 RINGKASAN 7 BAB 1 PENDAHULUAN 8 Latar Belakang 8 Rumusan Masalah 9 Tujuan 9 Manfaat 9 Sasaran 9 Metode 10 Delineasi