MANAJEMEN RISIKO DALAM MEMINIMALISIR RISIKO LIKUIDITAS DI LEMBAGA KEUANGAN NON BANK (STUDI KASUS
BMT AL-HASAN MITRA UMMAT LENEK)
Oleh:
Iskandar Fahrul Syah NIM 170502272
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI MATARAM MATARAM
2021
MANAJEMEN RISIKO DALAM MEMINIMALISIR RISIKO LIKUIDITAS DI LEMBAGA KEUANGAN NON BANK (STUDI KASUS
BMT AL-HASAN MITRA UMMAT LENEK)
Skripsi
Diajukan Kepada Universitas Agama Islam Negri Mataram Untuk Melengkapi Persyaratan Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi
Oleh :
Iskandar Fahrul Syah 170502272
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH FAKUKTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
MATARAM 2021
i
ii
iii
iv
v MOTTO
“Ketika kamu tidak mau berjalan hari ini Maka bersiaplah untuk berlari dihari esok”
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Teruntuk kasih sayang mu yang tak terbatas Serta do’a yang tak pernah putus
Ku persembahkan kepada kedua orang tua ku Bapak Mashal dan Ibu Nase’ah serta
Adikku Muhammad Yusuf Qardawi dan Zahratul Munawwarah Serta kakakku Nur Syariah Hidayati
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya berkat rahmat dan petunjuk-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Manajemen Risiko Dalam Meminimalisir Risiko Likuiditas Di Lembaga Keuangan Non Bank (Studi Kasus BMT Al-Hasan Mitra Ummat Lenek)” dengan baik walaupun dalam bentuk sederhana dan masih perlu banyak membutuhkan kritik dan saran agar dapat di tindak lanjuti dalam penulisan yang lebih baik. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita baginda Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, kerabat, serta para pengikutnya yang telah membawa petunjuk kebenaran bagi seluruh umat manusia yaitu Ad-Dinul Islam yang kita harapkan syafaatnya di dunia dan di akhirat. Dengan terselesainya skripsi ini, tidak lupa penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan dukungan baik moril maupun material. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati saya ucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Masnun, M. Ag. selaku Rektor UIN Mataram.
2. Bapak Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Beserta Jajaran.
3. Bapak Ketua Dan Wakil Ketua Jurusan Perbankan Syariah Terima Kasih Atas Dukungannya Selama Ini.
4. Kedua Orang Tuaku Dan Saudara-Saudaraku, Beserta Sahabat-Sahabat Dan Teman-Teman Kelas G Perbankan Syariah Yang Selalu Memberikan Semangat Dan Dukungan Yang Tiada Henti-hentinya.
viii
5. Ibuk Hj. Siti Nurul Khaerani, M.M. dan Ibu Naili Rahmawati, M.Ag. Selaku Dosen Pembimbing 1 Dan 2 Yang Telah Membimbing Penulis Dalam Menyelesaikan Skripsi Ini.
6. Kepada Seluruh Pihak Akademik FEBI UIN Mataram
7. Kepada pihak BMT Al-Hasan Mitra Ummat Lenek, penulis mengucapkan banyak terima kasih telah mengizinkan penulis dalam melalukan penelitian.
8. Dan kepada semua pihak yang tidak penulis sebutkan namanya satu persatu, terima kasih telah memberikan dukungan dalam memperlancar penyelesaian skripsi ini.
Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis harapkan kritik serta saran yang membangun dari semua pihak untuk penelitian selanjutnya. Akhir kata, semoga skripsi ini bisa bermanfaat terutama bagi penulis maupun bagi pihak lain yang membacanya.
Mataram, 2 September 2021 Penulis
(Iskandar Fahrul Syah)
ix DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i
NOTA DINAS PEMBIMBING ... ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii
PENGESAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR LAMPIRA ... xi
ABSTRAK ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ... 6
E. Telaah Pustaka ... 7
F. Kerangka Teori... 13
G. Metode Penelitian... 30
H. Sistematika Pembahasan ... 39
BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN ... 40
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 40
B. Penerapan Manajemen Risiko dalam Meminimalisir Risiko Likuiditas Di BMT Al-Hasan Mitra Ummat Lenek ... 47
C. Kendala–Kendala Dalam Penerapan Manajemen Risiko Dalam Meminimalisir Risiko Likuiditas Di BMT Al-Hasan Mitra Ummat Lenek ... 54
x
BAB III PEMBAHASAN ... 57
A. Penerapan Manajemen Risiko dalam Meminimalisir Risiko Likuiditas Di BMT Al-Hasan Mitra Ummat Lenek ... 57
B. Kendala–Kendala Dalam Penerapan Manajemen Risiko Dalam Meminimalisir Risiko Likuiditas Di BMT Al-Hasan Mitra Ummat Lenek ... 62
BAB IV PENUTUP ... 66
A. Kesimpulan ... 66
B. Saran ... 67 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xi
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Dokumentasi penelitian Lampiran 2 Surat Izin Penelitian Lampiran 3 Kartu Konsul
Lampiran 4 Pedoman Wawancara
xii
Manajemen Risiko Dalam Meminimalisir Risiko Likuiditas Di Lembaga Keuangan Non Bank (Studi Kasus BMT Al-Hasan Mitra Ummat Lenek)
Abstrak
Manajemen risiko merupakan suatu proses dimana risiko dapat diukur, diidentifikasi, dinilai, dan dikelola untuk menciptakan nilai tambah ekonomi. BMT Al-Hasan Mitra Ummat merupakan lembaga keuangan mikro syariah yang hadir untuk membantu para pelaku UMKM yang berlandaskan prinsip syariah dan menjauhkan masyarakat dari praktik riba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan manajemen risiko dalam meminimalisir risiko likuiditas dilembaga keuangan non bank dan bagaimana kendala dalam penerapan manajemen risiko yang dilakukan di BMT Al-Hasan Mitra Ummat.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriftif.
Dengan prosedur pengumpulan data yakni observasi, wawancara, dan dokumentasi ke lokasi penelitian. Sedangkan tekhink analisis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu, reduksi data, penyajian data, verifikasi data.
Hasil penelitian dalam skripsi ini bahwa dalam penerapan manajemen risiko dalam meminimalisir risiko likuiditas di BMT Al-Hasan Mitra Ummat memiliki beberapa tahapan yakni, identifikasi risiko, menempatkan ukuran-ukuran risiko, menempatkan alternatif-alternatif, dan melakukak pengawasan oleh pengurus dan pengawas. Dan tahapan-tahapan tersebut tidak hanya berdampak positif bagi BMT saja akan tetapi juga memberikan kemudahan bagi nasabah atau anggota BMT karena dengan adanya manajemen risiko likuiditas BMT memberikan modal kerja bagi para anggota yang mampu membantu para nasabah dalam melunasi hutang di BMT, dan dalam penerapan manajemen risiko ini telah terlaksana dengan baik, kendala dalam penerapan manajemen risiko ini sudah ditangani sesuai dengan regulasi yang ada.
Kata Kunci: Manajemen Risiko, Risiko Likuiditas, Baitul Maal Wat Tamwil.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Koperasi sebagai salah satu lembaga keuangan non bank memiliki peranan yang penting dalam suatu negara, khususnya negara yang sedang berkembang seperti negara Indonesia. Salah satu peran strategis koperasi ini yaitu membantu dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat. Bentuk pengembangan kegiatan ekonomi lokal salah satunya dengan memberikan akses pendanaan kepada usaha mikro, kecil dan menengah. Lembaga keuangan mikro merupakan salah satu alat yang cukup penting untuk mengangkat tingkat prekonomian masyarakat saat ini, lembaga yang dapat menjalankan peran sebagai lembaga keuangan mikro syariah saat ini salah satunya adalah Baitul Maal Wat Tamwil (BMT).1
BMT sebagai lembaga keuangan non bank yang terbagi atas dua fungsi yaitu Baitul Maal (Rumah Harta) berfungsi sebagai pengelola dana sosial sesuai dengan peruntukannya dan Baitul Tamwil (Rumah pengembangan harta) sebagai pelaksana fungsi bisnis untuk mengembangkan usaha produktif dari proses penghimpunan dana dari masyarakat.
Dalam lembaga keungan baik lembaga keuangan bank maupun non bank pasti menemukan yang namanya manajemen risiko, manajemen risiko ini dinilai penting sebab pada dasarnya kegiatan intermediasi merupakan bisnis kepercayaan dimana dana dari pada pihak yang menyimpan dananya pada
1 Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2016), Hlm.
469.
lembaga keuangan, lalu pihak lembaga keuangan menyalurkan dalam bentuk pembiayaan kepada pihak yang membutuhkan. Risiko muncul ketika terdapat lebih dari satu kemungkinan hasil (out come), dan hasil yang paling akhir ini tidak dapat diketahui. Risiko dapat didefinisikan sebagai perubahan atau perbedaan hasil yang tidak diharapkan. Risiko biasa diukur dengan standar deviasi dari hasil historis. Meskipun semua bisnis mengandung ketidakpastian, lembaga keuangan menghadapi jenis-jenis risiko yang secara alami muncul dari aktivitas yang mereka jalankan.2 Risiko likuiditas merupakan bentuk risiko yang dialami oleh suatu perusahaan karena ketidakmampuannya dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.3 Simpanan anggota merupakan kewajiban bagi pihak BMT. Dari sisi pendanaan, penyimpan tentunya mengharapkan dana yang di titipkan dapat ditarik setiap saat. Untuk itu, lembaga keuangan, dalam hal ini BMT hendaknya dapat mengatur likuiditasnya sehingga kepercayaan dari anggota dapat terjaga.
Selain itu, menurut Peraturan Menteri Bab II Pasal 4 Poin C Nomor 35.3/Per/M.KUKM/X/2007, dikatakan bahwa: “KJKS dan UJKS Koperasi
adalah alat dari rumah tangga anggota untuk mandiri dalam mengatasi masalah kekurangan modal (bagi anggota pengusaha) atau kekurangan likuiditas (bagi anggota rumah tangga) sehingga berlaku asas menolong diri sendiri (self help).”4
2 Tariqullah Khan Dan Habib Ahmed, Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta Timur : PT. Bumi Aksara, 2008), Hlm. 9.
3 Irham Fahmi, “Manajemen Risiko”, (Bandung: Alfabeta, 2018), Hlm. 115.
4 Peraturan Menteri Nomor 35.3/Per/M.KUKM/X/2007, Tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Jasa Keuangan Syariah Dan Unit Jasa Keuangan Syariah Koperasi.
Dari hasil pengamatan bahwa, BMT Al-Hasan Mitra Ummat Lenek sebagai salah satu lembaga keuangan mikro syariah yang bersifat terbuka, berorientasi pada pengembangan tabungan dan pembiayaan untuk mendukung ekonomi yang produktif bagi anggota dan kesejahteraan sosial masyarakat sekitar, terutama para pelaku usaha mikro dan menengah sehingga pada tahun 2015 dibentuk BMT Al-Hasan Mitra Ummat Lenek dengan modal awal yang bersumber dari kumpulan dana para anggota kurang lebih Rp.200.000.000,00 dan dana dari masyarakat berupa zakat infak dan shadaqah. BMT Al-Hasan Mitra Ummat Lenek dalam upaya menjaga likuiditasnya tentu memerlukan peran penting seorang manajer atau pimpinannya dalam mengatur strateginya seperti menerapkan manajemen risiko dengan lebih teliti terutama dalam memberikan pembiayaan. Hasil wawancara dengan bapak Hasanuddin,S.Pd,I selaku manajer BMT Al-Hasan Mitra Ummat Lenek mengemukakan bahwa regulasi tentang manajemen risiko likuiditas untuk BMT sampai saat ini belum ada secara spesifik dan rinci. Maka setiap BMT termasuk BMT-Al Hasan Mitra Ummat dalam mengelola likuiditasnya lebih mengandalkan regulasi yang dibuat dan dijalankannya sendiri (self regulation). Hal ini akan menjadi kelemahan lembaga, bila regulasi yang di buat sendiri ternyata tidak mampu menjamin kelangsungan likuiditas tersebut dengan manajemen risiko likuiditas yang aman.5 Selain itu juga peneliti melakukan penelitian ini terkait masalah atau kendala yang ada pada regulasi di BMT Al-Hasan Mitra Ummat Lenek, menurut hasil observasi yang ditemukan BMT tersebut tidak mampu
5 Observasi, BMT AL-HASAN MITRA UMMAT LENEK, 4 Januari 2020.
mencairkan dana baik untuk pembiayaan maupun tabungan nasabahnya sendiri karena pandemi COVID-19, maka pemasukan dari BMT itu sendriri mengalami penurunan. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa masalah yang terjadi di BMT Al-Hasan Mitra Ummat Lenek kurangnya Likuiditas dari dana yang masuk. Bapak Hasanuddin selaku direktur beliau menyebutkan bahwa:
“pada tahun 2018 pendapatan BMT mencapai kurang lebih 300 juta sedangkan pada tahun 2019-2021 rata-rata pendapatan pertahun BMT mengalami penurunan yakni kurang dari 200 juta.”6
Tahun Pendapatan
2018 Rp.311.000.000 2019 Rp.159.000.000 2020 Rp.192.000.000
Tabel pendapatan BMT Al-Hasan Mitra Ummat Lenek
Dari tabel pendapatan tersebut dapat diketahui bahwa dalam 3 tahun terakhir BMT Al-Hasan Mitra Ummat Lenek mengalami penurunan pendapatan.
Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian tentang “Manajemen Risiko dalam Meminimalisir Risiko Likuiditas Di Lembaga Keuangan Non Bank BMT Al-Hasan Mitra Ummat Lenek”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun fokus yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu,
6 Hasanuddin, (Direktur BMT Al-Hasan Mitra Ummat Lenek), Wawancara, Lenek 25 Juli 2021
1. Bagaimana bentuk penerapan manajemen risiko dalam meminimalisir risiko likuiditas di BMT Al-Hasan Mitra Ummat Lenek?
2. Apa saja kendala – kendala dalam penerapan manajemen risiko dalam meminimalisir risiko likuiditas di BMT Al-Hasan Mitra Ummat Lenek?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang telah diuraikan diatas, adapun tujuan dari penelitian yaitu,
a. Untuk mengetahui bentuk penerapan manajemen risiko dalam meminimalisir risiko likuiditas di BMT Al-Hasan Mitra Ummat Lenek.
b. Untuk mengidentifikasi kendala–kendala dalam penerapan manajemen risiko dalam meminimalisir risiko likuiditas di BMT Al- Hasan Mitra Ummat Lenek.
2. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat yang baik secara teoritis dan praktis sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis manfaat yang penulis harapkan dalam penelitian ini yaitu dapat menambah wawasan teradap mata kuliah yang pernah ditempuh oleh penulis yang berkaitan dengan judul pada penelitian ini, diantaranya mata kuliah: Bank dan Lembaga Keuangan Non
Bank, Pengantar Perbankan Syariah, Manajemen Risiko Perbankan Syariah, dan Manajemen Risiko Pembiayaan.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis mamfaat yang dapat diambil dari penelitian ini sebagai berikut :
1) Bagi Perusahaan
Diharapkan dapat memberikan mamfaat bagi perusahaan terkait pentingnya manajemen risiko dalam meminimalisir risiko likuiditas di BMT Al-Hasan Mitra Ummat Lenek.
2) Bagi peneliti
Memberikan bahan masukan bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan manajemen risiko dalam meminimalisir risiko likuiditas di BMT Al-Hasan Mitra Ummat Lenek.
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian 1. Ruang Lingkup
Mengingat luasnya pembahasan dalam penelitian ini, maka peneliti sengaja membatasi permasalahan pada pembahasan yang lebih mendalam dan spesifik. Pembahasan ini di maksudkan agar dalam penelitian selanjutnya menuju kepada permasalahan yang sesuai dengan tujuan yang hendak di capai. Adapun ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian bagaimana penerapan manajemen risiko dalam meminimalisir risiko likuiditas di lembaga keuangan non bank, dan
kendala-kendala dalam penerapan manajemen risiko dalam meminimlisir Risiko Likuiditas di BMT Al-Hasan Mitra Ummat Lenek.
2. Setting Penelitian
Setting penelitian adalah tempat penelitian di mana peneliti akan melakukan penelitian lapangan, penelitian ini berlokasi di BMT Al-Hasan Mitra Ummat Lenek.
E. Telaah Pustaka
Studi terdahulu adalah penelusuran terhadap studi dan karya-karya terdahulu yang terkait untuk menghindari duplikasi, plagiasi, reptisi serta menjamin keaslian dan keabsahan peneliti yang di lakukan, peneliti mendapatkan atau menemukan beberapa pendapat, yaitu:
1. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Eko Lita Permana dengan judul :
“Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan dalam Menjaga Likuiditas dan Solvabilitas BMT (Studi Kasus pada BMT Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta)”.7
Dalam penelitiannya Eko Lita Permana memfokuskan meneliti tentang Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan di BMT Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta yang terfokus pada identifikasi risiko, pengukuran risiko, pemantauan risiko, dan pengendalian risiko.
Metode yang di gunakan dalam penelitian ini desain penelitian lapangan (field research), yakni penyusun mencari data secara langsung
7 Eko Lita Permana, “Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan Dalam Menjaga Likuiditas Dan Solvabilitas BMT Studi Kasus Pada BMT Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta”, (Skripsi, Ekonomi Islam, Fakultas Ilmu Agama Islam UII Yogyakarta, Yogyakarta, 2018).
ke tempat obyek penelitian, yang berlokasi di BMT Bina Ihsanul Fikri Cabang Yogyakarta. Penelitian ini bersifat deskriptif analisis, yaitu memaparkan teori-teori yang berkaitan dengan penerapan manajemen risiko pembiayaan dalam menjaga likuiditas dan solvabilitas di BMT baik yang terdapat dalam literature terdahulu, jurnal, peraturan perundang- undangan tentang perkoperasian, dan setelah itu baru dilakukan penganalisaan. Lokasi penelitian dilakukan di BMT Bina Ihsanul Fikri Kantor Cabang Yogyakarta, Jl. Rejowinangun N0. 28 B Kotagede, Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta
Persamaan skripsi tersebut dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang manajemen risiko untuk menjaga atau meminimalisir risiko likuiditas, sedangkan perbedaan skripsi tersebut dengan penelitan ini adalah skripsi tersebut lebih memfokuskan pada manajemen risiko pembiayaan dan penerapannya pada BMT.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Aan Zainul Anwar dan Edi Susilo dengan judul “Implementasi Manajemen Risiko Likuiditas Lembaga Keuangan
Mikro Syariah”, dalam Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis Vol.12, No.2, Oktober 2015.8
Dalam penelitian ini berfokus kepada Penerapan Manajemen Risiko Likuiditas di BMT Aman Utama Jepara, manajemen risiko likuiditas dan
8 Aan Zainul Anwar Dan Edi Susilo, “Implementasi Manajemen Risiko Likuiditas Lembaga Keuangan Mikro Syariah”, Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis, Vol.12, No.2, Oktober 2015.
menjadi masukan bagi lembaga-lembaga sejenis di Indonesia serta memberikan masukan untuk regulator.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitis dengan analisis taksonomi. Analisis taksonomi dilakukan setelah menentukan domain penelitian yaitu manajemen risiko.
Persamaan dalam penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu membahas tentang manajemen risiko likuiditas, adapun perbedaan yang terdapat dalam penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu terletak pada metode penelitianya, metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian analitis dengan analisis taksonomi. Analisis taksonomi dilakukan setelah menentukan domain penelitian yaitu manajemen risiko, sedangkan metode penelitian yang akan di gunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian kualitatif deskritif, dimana menurut Bogdan dan Taylor mendefinisikan metode kualitatif yaitu penelitian yang mengasilkan data berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.
3. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Alfiana ‘Azizah dengan judul
“Implementasi Manajemen Risiko Dalam Pengelolaan Baitul Mall Di BMT Pahlawan Tulungagung Dan BMT Harapan Ummat Tulungagung”.9
9 Intan Alfiana ‘Azizah, “Implementasi Manajemen Risiko Dalam Pengelolaan Baitul Mall Di BMT Pahlawan Tulangagung Dan BMT Harapan Ummat Tulungagung”, (Skripsi, Perbankan Syariah, FEBI IAIN Tulungagung, Tulungagung, 2019)
Dalam penelitiannya Alfiana ‘Azizah berfokus pada implementasi
manajemen risiko dalam pengelolaan Baitul Maal. Dimana pembiayaaan merupakan kegiatan BMT yang sensitif dengan risiko.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan deskriptif analisis, yakni penelitian yang menggambarkan data dan informasi yang berlandaskan fakta-fakta yang diperoleh di lapangan, dianalisis kemudian disimpulkan. Dimana dalam penelitian ini terdapat beberapa permasalahan yang ditemukan diantaranya yaitu Bagaimana proses, dampak dan kendala dalam penerapan manajemen risiko dalam pengelolaan Baitul Maal di BMT Pahlawan Tulungagung dan BMT Harapan Umat Tulung agung. Berdasarkan hasil penelitian ini peneliti menemukan gambaran tentang implementasi manajemen risiko dalam pengelolaan Baitul Maal diantaranya BMT Pahlawan Tulungagung dan BMT Harapan Umat Tulungagung tersebut telah menerapkan proses manajemen risiko sesuai dengan kebutuhan BMT, mulai dari sebelum pencairan sampai sesudah pencairan, dan mengendalikan pembiayaan bermasalah. Prosesnya meliputi mengidentifikasi dan mengukur risiko, pemantauan, serta pengendalian risiko.
Berdasarkan pemaparan data di atas persamaan dalam penelitian ini dan penelitian yang akan dilakukan yaitu sama-sama membahas tentang manajemen risiko dimana dalam hal ini membahas tentang proses penerapan manajemen risiko, adapun perbedaan dari penelitian ini dan penelitian yang akan dilakukan adalah pada fokus penelitian dimana dalam
penelitian ini berfokus pada penerapan manajemen risiko saja sedangkan dalam penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti sekarang ini tidak hanya berfokus pada penerapan manajemen risiko saja akan tetapi juga terhadap likuiditas dari BMT tersebut.
4. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Novela Pertiwi dengan judul
“Implementasi Manajemen Risiko pada Produk Pembiayaan di Bank
Sinarmas Syariah Cabang Bengkulu”.10
Skripsi Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Bengkulu.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan manajemen risiko pada pembiayaan Bank Sinarmas Syariah dalam meminimalisir pembiayaan bermasalah.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan analisis deskriptif. Hasil penelitian ini adalah penerapan manajemen risiko yang telah diterapkan pada Bank Sinarmas Syariah dapat membantu meminimalisir pembiayaan yang bermasalah.
Adapun persamaan penelitian ini dan penelitian yang akan dilakukan adalah ingin mengetahui implementasi manajemen risiko. Dan yang menjadi perbedaan dalam penelitian ini adalah objek, waktu dan tempat penelitian dimana pada penelitian ini meneliti tentang bagaimana penerapan manajemen risiko dan bagaimana mekanisme pengukuran risiko pada pembiayaan untuk meminimalisir pembiayaan yang bermasalah pada
10 Novela Pertiwi, Implementasi Manajemen Risiko pada Produk Pembiayaan di Bank Sinarmas Syariah Cabang Bengkulu, (“skripsi” Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam IAIN Bengkulu, 2016)
Bank Sinarmas Syariah. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah tentang Manajaemen Risiko Dalam Meminimalisir Risiko Likuiditas Di Lembaga Keuangan Non Bank BMT Al-Hasan Mitra Ummat Lenek.
5. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sekti Kurniawan dengan judul
“Implementasi Manajemen Risiko Pembiayaan Murabahah dalam
Meningkatkan Profitabilitas pada BPRS Safir Bengkulu”11
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi manajemen risiko pembiayaan murabahah dalam peningkatan keuntungan atau profit.
Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian lapangan (field research) dan penelitian pustaka (library research) dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi manajemen risiko pembiayaan murabahah yang diterapkan sudah sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada mengenai profitabilitas dengan adanya manajemen risiko tersebut sudah berpengaruh akan tetapi belum terlalu besar dan signifikan.
Adapun persamaan dalam penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu ingin mengetahui implementasi manajemen risiko. Dan yang menjadi perbedaan dalam penelitian ini adalah objek, waktu dan tempat dimana pada penelitian ini meneliti tentang implementasi manajemen risiko pembiayaan murabahah dalam meningkatan profit atau
11 Sekti Kurniawan, Implementasi Manajemen Risiko Pembiayaan Murabahah dalam Meningkatkan Profitabilitas pada BPRS Safir Bengkulu, (“Skripsi” Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam IAIN Bengkulu, 2018)
keuntungan. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu tentang Manajemen Risiko Dalam Meminimalisir Risiko Likuiditas Di Lembaga Keuangan Non Bank di BMT Al-Hasan Mitra Ummat Lenek.
F. Kerangka Teori
1. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)
a. Pengertian Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)
BMT terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal dan baitul tamwil.
baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non-profit, seperti zakat, infaq, dan shadaqah.
Sedangkan baitul tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial. Usaha-usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga yang mendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil yang berlandaskan prinsip Syariah.12
BMT adalah kependekan kata balai usaha mandiri terpadu atau Baitul Maal Wat Tamwil, yaitu lembaga keuangan mikro (LKM) yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah.Baitul mal wat tamwil (BMT) adalah balai usaha mandiri terpadu yang isinya berintikan bayt al-mal wa al-tamwil dengan kegiatan mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil bawah dan kecil dengan antara lain
12 Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014), Hlm. 353.
mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya.13
Baitul Maal wat Tamwil (BMT) adalah lembaga ekonomi/
keuangan syari’ah non-perbankan yang bersifat informal yang
dibentuk secara swadaya oleh masyarakat. Tim PINBUK mendefinisikan BMT sebagai lembaga balai usaha mandiri terpadu yang isinya berintikan pengembangan kegiatan usaha kecil dengan meningkatkan investasi dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang kegiatan pembiayaan (permodalan) usahanya. Selain itu, lembaga ini dapat menerima pembayaran zakat, infak dan sadaqah dari masyarakat yang juga diorientasikan untuk peningkatan ekonomi masyarakat melalui kegiatan produktif yang bersumber dari dana sosial.5 Dari sisi ini dapat dilihat bahwa lembaga BMT dapat berfungsi ganda; sosial-ekonomi-bisnis.14
Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) adalah lembaga keuangan non bank yang dananya bersumber dari masyarakat yang akan di salurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan atau pinjaman dengan sistem bagi hasil. BMT ini adalah menggunakan perinsip syari’ah. Sehingga dalam pengoprasiannya menggunakan sistem bagi hasil dan berbagai produk yang telah dibuat sesuai dengan syari’at Islam. Berbeda dengan lembaga keuangan konvensional dalam
13 Andri Soemitra, Bank..., Hlm. 473.
14 Muh Salahuddin, Ekonomi Syariah: Gerak Arus Bawah, (Mataram: FEBI UIN Mataram,2019), Hlm.68
pengoprasiannya menggunakan sistem bunga yang memang sudah jelas bertentangan dengan syariat Islam. BMT hanya memfokuskan kegiatan usahanya kepada pengusaha mikro, kecil dan menengah kebawah yang dapat memberikan dampak yang positif bagi para pengusaha, misalnya dengan peningkatan kesejahteraan keluarga pengusaha tersebut yang diakibatkan dari terpenuhinya modal usaha, sehingga usaha dapat berjalan dengan lancar seperti yang diharapkan.15
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa BMT sebagai lembaga keuangan non bank yang terbagi atas dua fungsi yaitu Baitul Maal (Rumah Harta) berfungsi sebagai pengelola dana sosial sesuai dengan peruntukannya dan Baitul Tamwil (Rumah pengembangan harta) sebagai pelaksana fungsi bisnis untuk mengembangkan usaha produktif dari proses penghimpunan dana dari masyarakat.
b. Landasan Hukum Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)
Menurut keputusan Nomor 90/Kep/M.KuKm/IX/2004, pengertian koperasi, KJKS, dan UJKS adalah sebagai berikut:
koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
15 Sanwani Dkk, “Strategi Penghimpunan Dan Penyaluran Dana Pada Baitul Maal Wat Tamwil (Bmt) Al-Hidayah Di Kabupaten Lombok Timur” Iqtishoduna, Vol. 6, No. 1, April 2017, Hlm. 39.
berdasar atas asas kekeluargaan. Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) adalah koperasi yang kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan, investasi dan simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah).
Unit Jasa Keuangan Syariah (UJKS) adalah unit koperasi yang bergerak dibidang usaha pembiayaan investasi dan simpanan dengan pola bagi hasil (syariah) sebagai bagian dari kegiatan koperasi yang bersangkutan.16
Apabila BMT memilih berbadan hukum koperasi, maka koperasi akan beroprasi sama dengan mekanisme operasional KJKS. Namun apabila BMT memilih berpayung hukum LKM maka BMT dikategorikan sebagai salah satu lembaga keuangan mikro syariah di bawah pembinaan Otoritas Jasa Keuangan. Lembaga Keuangan Mikro adalah lembaga keuangan yang khusus didirikan untuk memberikan jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat, baik melalui pembiayaan atau pinjaman dalam usaha skala mikro kepada anggota dan masyarakat, pengelolaan simpanan, maupun pemberian jasa konsultasi pengembangan usaha yang tidak semata-mata mencari keuntungan.17
c. Fungsi Dan Peran Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)
Fungsi utama Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) diantaranya berfungsi sebagai media yang menyalurkan pendayagunaan harta
16 Fitri Nurhartati Dan Ika Saniyati Rahmaniyah, Koperasi Syariah, (Surakarta: PT Era Adicitra Intermedia, 2012), Hlm. 58
17 Andri Soemitra, Bank..., Hlm. 478.
untuk ibadah seperti : zakat, infak, ṣadaqah dan wakāf, serta dapat juga berfungsi sebagai instuisi yang bergerak di bidang investasi produktif.
Selain itu fungsi BMT adalah sebagai berikut :18
1) Meningkatkan kualitas SDM anggota, pengurus, pengelola menjadi lebih profesional, mendesain (selamat, damai dan sejahtera), dan amanah sehingga semakin utuh dan tangguh dalam berjuang dan berusaha (beribadah) menghadapi tantangan global.
2) Mengorganisasi dan memobilisasi dana sehingga dana yang dimiliki oleh masyarakat dapat termanfaatkan secara optimal di dalam dan di luar organisasi untuk kepentingan rakyat banyak.
3) Mengembangkan kesempatan kerja.
4) Mengukuhkan dan meningkatkan kualitas usaha dan pasar produk- produk anggota.
Adapun fungsi lain dari BMT menurut Muhammad Ridwan demi mencapai tujuannya, adalah sebagai berikut:19
1) Mengidentifikasi, memobilisasi, mengorganisasi, mendorong dan mengembangkan potensi serta kemampuan potensi ekonomi anggota, kelompok anggota muamalat, dan daerah kerjanya.
2) Meningkatkan kualitas SDM anggota dan pokusma menjadi lebih professional dan Islami sehingga semakin utuh dan tangguh dalam menghadapi persaingan global.
18 Sholihin, Ahmad Ifham, Buku Pintar Ekonomi Syariah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010 Hlm. 175.
19 Eef Saefullah, Fitria Handayani, “Impelementasi Fungsi Bayt Al-Māl Dan Pengelolaannya Pada Bmt Al-Falah Sumber”, Al-Amwal, Volume 8, No. 2 Tahun 2016
3) Menggalang dan memobilisasi potensi masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan anggota.
4) Menjadi perantara keuangan (financial intermediary), antara agniya sebagai ṣahibul māl dengan dhu’afa sebagi mudharib, terutama untuk dana-dana sosial seperti zakāh, infaq, ṣadaqah, wakāf, hibah dan lain-lain.
5) Menjadi perantara keuangan (financial intermediary), antara pemilik dana (ṣahibul māl), baik sebagai pemodal maupun
menyimpan pengguna dana (mudharib) untuk pengembangan usaha produktif.
Disamping itu Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) juga mempunyai beberapa peran, yaitu:20
1) Menjauhkan masyarakat dari praktik ekonomi non syariah, aktif melakukan sosialisasi di tengah masyarakat tentang arti penting sistem ekonomi Islam.
2) Melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil. BMT harus bersikap aktif menjalankan fungsi sebagai lembaga keuangan mikro, misalnya dengan jalan-jalan mendampingi, pembinaan, penyuluhan, dan pengawasan terhadap usaha-usaha nasabah atau masyarakat umum.
20 Heri Sudarsono, “Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah”, (Yogyakarta: Ekonosia, 2007), Hlm. 107
3) Melepaskan ketergantungan debitur pada rentenir, masyarakat yang masih tergantung rentenir disebabkan rentenir mampu memenuhi keinginan masyarakat labih baik, misalnya selalu tersedia dana setiap saat.
4) Menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan distribusi merata.
Fungsi BMT langsung berhadapan dengan masyarakat yang kompleks dituntut harus pandai bersikap, oleh karena itu langkahlangkah untuk melakukan evaluasi dalam rangka pemetaan skala 28 prioritas harus diperhatikan, misalnya dalam masalah pembiayaan, BMT harus memperhatikan kelayakan nasabah dalam hal golongan nasabah dan jenis pembiayaan.
2. Manajemen Risiko
a. Pengertian Manajemen Risiko
Manajemen risko merupakan suatu proses dimana risiko dapat diukur, diidentifikasi, dinilai, dan dikelola untuk menciptakan nilai tambah ekonomi21. Gheorge dan michael mendefinisikan manajemen risiko sebagai proses yang mengidentifikasi kerugian eksposur yang dihadapi organisasi dan memilih tekhnik yang tepat untuk mengelolanya.22
Risiko di definisikan sebagai bentuk keadaan ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya (future) dengan
21 Dahlia Bonang Dan Shopia Mauizotun Hasanah, “Manajemen Risiko Investasi Syariah”, (Mataram: UIN Mataram Press, 2020), Hlm. 31
22 Gheorge Dan Michael, “Princeples Of Risk Management And Insurance”, (USA:
Pearson Education, 2008), Hlm. 44.
keputusan yang di ambil berdasarkan berbagai pertimbangan saat ini.
Menurut Ricky W. Griffin dan Ronald J. Ebert, Risiko adalah uncertainly about future events. Adapun Joel G. Siegel dan Jae K.
Shim mendefinisikan risiko pada tiga hal, yaitu: pertama adalah keadaan yang mengarah kepada sekumpulan hasil khusus, dimana hasilnya dapat di proleh dengan kemungkinan yang telah di ketahui oleh penambil keputusan. Kedua adalah variasi dalam keuntungan, penjualan, atau variabel keuangan lainya. Ketiga adalah kemungkinan dari sebuah masalah keunan yang mempengaruhi kinerja operasi perusahaan atau posisi keuangan, seperti risiko ekonomi, ketidak pastian politikdan masalah industri.23
Manajemen risiko di definisikan sebagai suatu metode logis dan sistematik dalam identifikasi, kuantifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi, serta melakukan monitor dan pelaporan risiko yang berlangsung pada setiap aktivitas atau proses.24 Dalam konteks ini perbankan syariah dan BMT juga berpotensi menghadapi risiko- risiko tersebut kecuali risiko yang berasal dari tingkat bunga sebab mereka tidak ada hubungannya dengan bunga. Dengan demikian manajemen risiko memiliki fungsi sebagai filter atau pemberian
23 Irham Fahmi, Manaejemen Risiko..., Hlm.2.
24 Ferry N.Idroes, Manajemen Risiko Perbankan, (Depok: PT Raja Grafindo Persada, 2017), Hlm. 6.
peringatan dini (early warning system) terhadap kegiatan usaha perbankan maupun BMT.25
Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen risiko merupakan sistem yang digunakan untuk mengelola risiko yang dihadapi dan mengarahkan risiko tersebut agar tidak merugikan terutama bagi lembaga keuangan syariah.
b. Fungsi dan Tujuan Manajemen Risiko
Sasaran manajemen risiko ialah mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan jalannya kegiatan usaha lembaga keuangan, dengan tingkat risiko yang wajar secara terarah, terintegrasi, dan berkesinambungan. Dengan demikian, manajemen risiko berfungsi sebagai filter terhadap kegiatan usaha lembaga keuangan. Jadi secara garis besar manajemen risiko berfungsi sebagai berikut:26
1) Menetapkan kebijaksanaan dan strategi manajemen risiko, 2) Primary champion of risk managment pada level strategis dan
operasional,
3) Membangun budaya sadar risiko di dalam organisasi melalui pendidikan yang memadai,
25 Adiwarman A. Karim, “Bank Syariah Analisi Fiqih Dan Keuangan”, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), Hlm 25.
26 Hinsa Siahaan, “Manajemen Risiko Pada Perusahaan Dan Birokrasi”, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2009), Hlm 45.
4) Menetapkan kebijaksanaan risiko internal dan struktur pada unit usaha,
5) Mendesain dan mengkaji ulang manajemen risiko,
6) Pengoordinasian berbagai macam kegiatan fungsional yang memberikan nasihat tentang masalah-masalah manajemen risiko dalam organisasi,
7) Membangun proses cepat tanggap risiko, meliputi penyusunan program kontingensi dan kesinambungan bisnis, dan
8) Menyiapkan laporan tentang risiko kepada dewan direksi dan kepada stakcholders.
Secara umum tujuan dari manajemen risiko antara lain: 27
1) Agar perusahaan tetap hidup dengan perkembangan yang berkesinambungan.
2) Memberikan rasa aman.
3) Biaya risiko manajemen yang efisien dan efektif.
4) Agar pendapatan perusahaan stabil dan wajar, memberikan kepuasan bagi pemilik dan pihak lain.
5) Ketenangan dalam berfikir.
6) Memperkecil atau meniadakan gangguan dalam berproduksi.
7) Mengembangkan pertumbuhan perusahaan.
8) Mempunyai tanggung jawab sosial terhadap karyawan.
27 Soeisno Djojosoedorso, “Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko Dan Asuransi”, (Jakarta:
Salemba Empat, 2003), Hlm 4.
c. Mamfaat manajemen risiko.
Dengan di terapkannya manajemen risiko di suatu perusahaan ada beberapa mamfaat yang akan di peroleh:28
1) Perusahaan memiliki ukuran kuat sebgai pijakan dalam mengambil setiap keputusan, sehingga para manjer menjadi lebih berhati-hati (prudent) dan selalu menempatkan ukuran-ukuran dalamberbagai keputusan.
2) Mampu memberi arahan bagi suatu perusahaan dalam melihat pengaruh-pegaruh yang mungkin timbul baik secara jangka pendek dan jangka panjang.
3) Mendorong para manjer dalam mengambil keputusan untuk selalu menghindari risiko dan menghindari dari pengaruh terjadinya kerugian khusunya kerugian dari segi finansial.
4) Memungkinkan perusahaan memperoleh risiko (risk manajemen concept) yang di rancang secara detai; maka artinya perusahaan telah membangun arah dan mekanisme secara suistainable (berkelanjutan).
d. Tahap–Tahap Dalam Melaksanakan Manajemen Risiko
Tahapan manajemen risiko merupakan tindakan dari seluruh entitas terkait. Untuk mengimplementasikan manajemen risiko secara
28 Irham Fahmi, Manajemen Risiko..., Hlm. 3.
komprehensif ada beberapa tahap yang harus di laksanakan oleh suatu perusahaan, yaitu:29
1) Identifikasi Risiko, pada tahap ini manajemen perusahaan melakukan tindakan berupa mengidentifikasi setiap ririko yang di alami perusahaan, ternasuk bentuk-bentuk risiko yang mungkin akan dialami oleh perusahaan. Identifikasi di lakukan dengan cara melihat potensi-potensi risiko yang sudah terlihat dan yang akan terlihat.
2) Mengidentifikasi Risiko, bentuk-bentuk risiko yang di identifikasi di sini telah mampu dijelaskan secara detail, seperti ciri-ciri risiko dan faktor-faktor timbulnya risiko tersebut. Pada tahap ini pihak manajemen perusahaan juga sudah mengumpulkan dan menerima berbagai data-data bersifat kualitatif dan kuantitatif.
3) Menempatkan ukuran-ukuran risiko, pada tahapan ini pihak manajemen perusahaan sudah menempatkan ukuran atau skala yang di pakai, termasuk rancangan model metodologi penelitian yang akan di guanakn. Data-data yang masuk baik berupa kualitatif ataupun kuantitatip serta pemeilihan data di lakukan berdasarkan pendekatan metodologi yang di guanakan. Dari pemikiran rancangan metodologi penelitian yang ada di harapkan
29 Ibid., Hlm. 3.
pihak manajemen perusahaan telah memiliki fondasi kuat guna melakukan pengolahan data.
4) Menempatkan alternatif-alternatif, pada tahapan ini pihak manajemen perusahaan telah melakukan pengolahan data.
5) Menganalisis alternatif, pada tahapan ini setiap alternatif yang ada selanjutnya di analisis dan di kemukakan berbagai sudut pandang serta efek-efek yang mungkin timbul.
6) Memutuskan satu alternatif, pada tahapan ini berbagai alternatif di paparkan dan di jelaskan baik dalam bentuk lisan maupun tulisan oleh para manajemen perusahan maka di harapkan pihak manajer perusahaan sudah memiliki pemahaman secara khusus dan mendalam.30
7) Melaksanakan alternatif yang di pilih, pada tahapan ini manajer perusahaan sudah mengeluarkan Surat Keputusan (SK) yang di lengkapi dengan rincian biaya. Rincian biaya yang dialokasikan tersebut telah disetujui oleh bagian keuangan serta otoritas pengambil penting lainnya.
8) Mengontrol alternatif yang di pilih tersebut, pada tahap ini alternatif yang telah dilaksanakan dan pihak tim manajemen beserta para manajer perusahaan. Tugas utama manajer perusahaan adalah melakukan kontrol yang maksimal guna menghindari timbulnya berbagai risiko yang tidak diinginkan.
30 Ibid., Hlm. 4
9) Mengevaluasi jalannya alternatif yang dipilih, pada tahap ini setelah alternatif dilaksanakan dan kontrol dilakukan maka selanjutnya pihak tim manajemen secara sistematis melaporkan kepada pihak manajer perusahaan. Pelaporan tersebut berbentuk data-data yang bersifat fundamental dan teknikal serta dengan tidak mengesampingkan informasi yang bersifat lisan. Tujuan melakukan evaluasi dari alternatif yang dipilih tersebut adalah bertujuan agar pekerjaan tersebut dapat terus dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan.31
3. Risiko Likuiditas
a. Pengertian risiko likuiditas
Risiko likuiditas merupakan bentuk risiko yang dialami oleh suatu perusahaan karena ketidakmampuannya dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, sehingga itu memberi pengaruh kepada terganggunya aktivitas perusahaan ke posisi tidak berjalan secera normal. Oleh karena itu risiko likuiditas sering disebut dengan short term liquidity risk.32 Risiko likuiditas dapat didefinisikan sebagai risiko ketidakmampuan untuk melikuidasi secara tepat waktu dengan harga yang wajar. Bank menghadapi risiko likuiditas apabila mereka tidak melikuidasi aset mereka pada harga yang wajar. Aset ditawarkan
31 Ibid., Hlm. 5.
32 Ibid., Hlm. 113.
dengan harga jual murah, sementara kebutuhan melikuidasi aset bank mendesak. Hal ini dapat mengakibatkan kerugian dan penurunan yang signifikan dalam pendapatan.33
Risiko Likuditas adalah risiko terjadinya kerugian yang merupakan akibat dari adanya kesenjangan antara sumber pendanaan yang pada umumnya berjangka pendek dan aktiva yang pada umumnya berjangka panjang. Secara umum terdapat dua resiko dalam likuiditas, yaitu pertama resiko ketika kelebihan dana dimana dana yang ada dalam bank banyak yang idle (menganggur), hal ini akan menimbulkan pengorbanan tingkat bunga yang tinggi. Kedua resiko ketika kekurangan dana, akibatnya dana yang tersedia untuk mencukupi kebutuhan kewajiban jangka pendek tidak ada. Dan juga akan mendapat pinalti dari bank sentral. Kedua keadaan ini tidak diharapkan oleh bank karena akan mengganggu kinerja keuangan dan kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa ketika bank mengharapkan keuntungan yang maksimal akan beresiko pada tingkat likuiditas yang rendah atau ketika likuiditas tinggi berarti tingkat keuntungan tidak maksimal.
Disinilah terjadi konflik kepentingan antara mempertahankan likuiditas yang tinggi dan mencari keuntungan yang tinggi.34
33A. Khairul Anam,”Pengaruh Likuiditas Dan Dampaknya Terhadap Kinerja Perbankan Di Indonesia”, Jurnal Dinas Ekonomi Dan Bisnis, Vol. 10, No.1, Maret 2013, Hlm.4
34 Muhammad Ardy Zaini, “Urgensi Manajemen Likuiditas Bank : Tarik-Ulur (Trade-Off) Antara Likuiditas Dan Profitabilitas”, Iqtishoduna, Vol.7, No.1, April 2016, Hlm. 115.
Risiko likuiditas merupakan risiko yang mungkin dihadapi bank karena tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada deposan, investor, dan kreditur, yang disebabkan oleh keterbatasan pendanaan atau ketidakmampuan bank untuk melikuidasi aset pada harga wajar.
Untuk mengelola likuiditas, selain menjaga primary reserves, juga menjaga secondary reserves, dan membuat proyeksi arus kas yang terinci dalam mata uang USD dan Rupiah. Sedangkan menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/23/PBI/2011, risiko likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan/atau aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan bank.35
b. Sebab-Sebab Terjadinya Risiko Likuiditas
Sebab-sebab terjadinya Risiko Likuiditas di latar belakangi dengan beberapa sebab sebagai berikut:36
1) Utang perusahaan yang berada pada posisi extreme leverage artinya utang perusahaan sudah berada dalam kategori yang membahayakan perusahaan itu sendiri.
2) Jumlah utang dan berbagai tagihan yang datang di saat jatuh tempo sudah begitu besar, baik utang di perbankan, leasing, mitra bisnis utang dagang, utang dalam bentuk bunga obligasi yang
35 Peraturan Bank Indonesia No. 13/23/PBI/2011, Tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum Syariah Dan Unit Usaha Syariah.
36 Irham Fahmi, Manajemen Risiko..., Hlm. 116.
sudah jatuh tempo harus secepatnya di bayar dan berbagai bentuk tagihan lainya.
3) Perusahaan telah melakukan kebijakan strategi yang salah sehingga memberi pengaruh pada kerugian yang bersifat jangka pendek dan jangka panjang.
4) Kepemilikan aset perusahaan tidak lagi mencukupi untuk menstabilkan perusahaan, yaitu sudah terlalu banyak aset yang di jual sehingga jika aset yang tersisa tersebut masih ingin di jual maka itu juga tidak mencukupi untuk menstabilkan perusahaan.
5) Penjualan dan hasil keuntungan yang di proleh adalah jika terjadi penutrunan yang sistematis secara fluaktif. Jika penjualan dan keuntungan di proleh bersifat fluaktif, maka artinya perusahaan harus melakukan perubahan konsep sebelum terlambat.
c. Kendala-Kendala Dalam Penerapan Risiko Likuiditas
Dalam penerapan risiko likuiditas terdapat beberapa kendala antara lain:37
1) Kurangnya akses untuk memperoleh pendanaan jangka pendek.
2) Kurangnya akses ke pasar uang sehingga lembaga keuangan syariah hanya dapat memelihara likuiditas dalam bentuk kas.
3) Kendala operasional, kesulitan dalam mengendalikan likuiditasnya secara efesien, sebagai contoh tidak tersedianya
37 Elfadhli, “Manajemen Likuiditas Perbankan Syariah”, JURIS, Vol.11, Nomor 1, Juni 2012, Hlm.55.
kesempatan investasi segera atas dana-dana yang diterimanya, kesulitan mencairkan dana investasi yang sedang berjalan sehingga berakibat bank-bank dan lembaga keuangan syariah menahan alat likuidnya dalam jumlah besar dibandingkan dengan lembaga keuangan non syarah.
d. Hubungan antara manajemen risiko dan risiko likuiditas sebagai berikut:
Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.11/25/2009, pengertian risiko likuiditas adalah risiko bank akibat ketidakmampuan bank memenuhi kewajiban bank yang telah jatuh tempo dari pendanaan arus kas dan atau aset yang likuid tanpa mengganggu aktifitas bank sehari-hari. Dari pengertian tersebut bank harus menyediakan dana cadangan apabila ada penarikan nasabah mendadak dan aktiva yang diinvestasikan bank cukup likuid apabila harus mencairkan untuk menutupi kebutuhan dana.38 Maka dari itu pentingnya manajemen risiko dalam menjaga likuiditas bank, dimana manajemen risiko merupakan proses antisipasi terhadap risiko agar kerugian tidak terjadi kepada organisasi39 Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/25/PBI/2010 mengenai perubahan atas PBI Nomor 5/8/PBI/2003 tentang penerapan manajemen risiko, risiko adalah serangkaian
38 A. Khairul Anam, “Risiko Likuidittas Dan Dampaknya Terhadap Kinerja Perbankan Di Indonesia”, Jurnal Dinamika Ekonomi Dan Bisnis, Vol. 10, No.1, Maret 2013, Hlm.3
39 Firmansyah H. Sandhi, “Implementasi Framework Manajemen Risiko Terhadap Penggunaan Teknologi Informasi Perbankan”, (Bandung: :STMIK Teknik Informatika, 2010).
Hlm. 170
metodologi dan prosedur yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko yang timbul dari seluruh kegiatan usaha bank.40
G. Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya suatu rancangan untuk mendapat atau menganalisis atau memecahkan masalah-masalah dalam suatu penelitian supaya data yang di dapatkan signifikan. Oleh karena itu di perlukan metode atau cara yang tepat untuk memperoleh suatu data. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian sebagai berikut:
1. Desain penelitian
Desain penelitian ini menggunakan penelitian lapangan (filed reseacrh) yaitu rancangan susunan penelitian untuk mendapatkan data langsusng ke tempat penelitian yaitu BMT Al-Hasan Mitra Ummat Lenek.
Pendekatan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif deskriftif, dimana menurut Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodelogi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriftif berupa kata- kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat di amati.41 Alasan peneliti menggunakan metode penelitian ini berdasarkan judul pada penelitian ini yakni manajemen risiko dalam meminimalisir risiko likuiditas di lembaga keuangan non bank. Dalam penelitian ini, peneliti sebagai instrumen yang turun langsung untuk melakukan observasi,
40 PBI Nomor 5/8/PBI/2003 tentang penerapan manajemen risiko
41Lexy J.Moleon, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017),Hlm.4
wawancara, dan dokumentasi. Dalam melakukan penelitian diperlukan metode penelitian yang disusun secara sistematis agar data yang di proleh benar keabsahannya sehingga penelitian ini layak di uji kebenarannya.
2. Kehadiran peneliti
Kehadiran peneliti adalah peran dan upaya peneliti dalam memperoleh data terhadap penelitian yang dilakukan. Kehadiran peneliti dilokasi penelitian merupakan hal yang sangat penting, karena dengan peneliti hadir langsung dilokasi penelitian akan memungkinkan peneliti mendapatkan data yang di butuhkan. Subjek penelitian yang berada dilokasi penelitian mengetahui kehadiran peneliti sebagai peneliti.
3. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di BMT Al-Hasan Mitra Ummat Lenek, Kec. Lenek, Kab. Lombok Timur. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2021.
4. Sumber data
Dalam penyusunan penelitian ini, peneliti menggunakan 2 jenis sumber data yaitu :
a. Sumber data Primer
Sumber data primer merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media prantara).42
42 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta CV 2017), Hlm. 308.
Data pokok yang tertulis atau tercatat yang digunakan sebagai bukti atau keterangan yang sah. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data wawancara dari manajer dan para staf-staf yang ada di BMT Al-Hasan Mitra Ummat Lenek.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber yang tidak secara langsung memberikan data kepada pengumpulan data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Selanjutnya dilihat dari segi tehnik pengumpulan data, maka tehnik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, interview, dokumentasi dan gabungan ketiganya.43 yang diproleh dari laporan-laporan atas data-data yang diberikan oleh BMT Al-Hasan Mitra Ummat Lenek.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, peneliti melakukan pengumpulan data dengan menggunakan beberapa teknik meliputi observasi, wawancara dan dokumentasi.
a. Observasi
Nasution menyatakan bahwa, observasi merupakan dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yakni fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Peneliti melakukan observasi pertisipan. Dalam observasi ini peneliti hadir langsung dengan kegiatan sehari-hari orang yang
43 Ibid., Hlm. 309.
sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.44 Dengan menggunakan tehnik imi, peneliti dapat melihat berbagai aktivitas di BMT Al-Hasan Mitra Ummat Lenek terkait dengan Manajemen Risiko Dalam Meminimalisir Risiko Likuiditas Di Lemabaga Keuanganan Non Bank. Peneliti disini hanya memaparkan hasil dari penerapan manajemen risiko likuiditas dan kendala-kendala manajemen risiko likuiditas, lembaga tidak memperbolehkan peneliti dalam memaparkan laporan keuangan BMT Al-Hasan Mitra Ummat.
b. Wawancara
Wawancara (Interview) merupakan pertemuan dua orang atau lebih untuk bertukar ide dan informasi melalui proses tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
Secara umum sebelum melakukan wawancara, peneliti terlebih dahulu menetapkan secara persis seperti apa data yang diperlukan.45
Oleh karena itu penelitian ini menggunakan wawancara tidak terstruktur sebagai tehnik pengumpulan data tentang informasi apa yang diperoleh. Wawancara tidak terstruktur yaitu wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan
44 Ibid., Hlm. 310.
45 Ibid..,Hlm. 317.
datanya, pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis- garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.46
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan bapak Hasanuddin, selaku kepala BMT, dan salah satu pegawai yang bekerja di BMT Al-Hasan Mitra Ummat Lenek untuk memproleh informasi yang lebih mendalam mengenai Manajemen Risiko Dalam Meminimalisir Risiko Likuiditas di Lembaga Keuangan Non Bank.
Berikut kisi- kisi pertanyaan wawancara yang akan di gunakan oleh peneliti di lokasi penelitian:
1) Penerapan Manajemen Risiko Dalam Meminimalisir Risiko Likuiditas Di BMT Al-Hasan Mitra Ummat Lenek.
2) Kendala-Kendala Dalam Penerapan Manajemen Risiko Dalam Meminimalisir Risiko Likuiditas Di Bmt Al-Hasan Mitra Ummat Lenek.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan penting yang sudah berlalu.
Dokumentasi bisa berbentuk tulisan (majalah, surat kabar, koran, tabloid, artikel), gambar (sketsa, lukisan, foto, gambar hidup, dan lain- lain), atau karya-karya (candi, prasasti, arca, dan lain-lain).47
Dari paparan diatas bahwa dokumentasi merupakan kelengkapan dari penggunaan metode observasi dan wawancara yag di gunakan
46 Ibid., Hlm. 320.
47 Ibid., Hlm. 329.
oleh peneliti untuk mendapatkan informasi. Tujuan dari dokumentasi ini untuk memperoleh data dan informasi tentang profil BMT Al- Hasan Mitra Ummat Lenek, catatan, surat-surat, dokumen resmi seperti arsip lembaga yang berkaitan dengan hasil wawancara dan observasi mengenai Manajemen Risiko Dalam Meminimalisir Risiko Likuiditas Di Lembaga Keuangan Non Bank.
6. Teknik Analisis Data
Jika peneliti telah melakukan observasi, wawancara serta dokumentasi tentu akan memperoleh sekian banyak data terkait dengan permasalahan yang telah difokuskan. Harus diketahui bahwa tidak semua data yang telah diperoleh peneliti akan valid kebenaran, dan langsung bisa dijadikan sebagai jawaban dari fokus permasalahan, maka dari itu perlu peneliti menyaring dan mensortikan data-data tersebut agar tersusun secara sistematis dan matang untuk dipublikasikan dan proses ini disebut dengan tahapan penganalisis data.48 Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan model Miles and Huberman mengemukakan bahwa aktitivitas dalam analisis data, yaitu data (1) Reduksi Data, (2) Penyajian Data (3) Verifikasi Data.49
a. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduction data yaitu proses berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan dan kedalam wawasan yang tinggi, maka
48 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabbeta, 2014), Hlm. 91.
49 Ibid., Hlm.99.
dari itu data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak.
Untuk itu perlu dicatat secara detail dan rinci, seperti telah dikemukakan makin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan makin banyak rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data, mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting.50 Dengan demikian yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.
Dalam penelitian ini data-data yang diperoleh dalam mereduksi data yakni melalui observasi, wawancara, dokumentasi terkait Manajemen Risiko Dalam Meminimalisir Risiko Likuiditas Di Lembaga Keuangan Non Bank.
b. Penyajian Data (Data Display)
Display data merupakan penyajian data hasil reduksi maka selanjutnya adalah menyajikan data, penyajian data ini dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya.51 Berdasarkan jenis metode penelitian maka data di sajikan dalam bentuk teks narasi atau deskriptif yakni Manajemen Risiko Dalam Meminimalisir Risiko Likuiditas Di Lembaga Keuangan Non Bank.
50 Sugiyono, Metode..., Hlm. 341.
51 Ibid., Hlm. 345.
c. Conclusion Drawing/Verification
Setelah melewati tahap reduksi data dan penyajian data, maka tahap yang terakhir adalah verifikasi atau penarikan kesimpulan dari hasil yang diperoleh di lapangan. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan mengenai Manajemen Risiko Dalam Meminimalisir Risiko Likuiditas Di Lembaga Keuangan Non Bank.
7. Keabsahan Data
Untuk meyakinkan bahwa data hasil penelitian yang diperoleh dilokasi penelitian benar-benar dapat dipercaya maka penelitian ini dilakukan dengan cara:
a. Meningkatkan ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan, dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sintematis.52 Meningkatkan ketekunan peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan salah atau tidak, demikian juga dengan meningkatkan ketekunan maka peneliti dapat memberi deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati di lokasi penelitian terkait dengan Manajemen Risiko Dalam Meminimalisir Risiko Likuiditas Di Lembaga Keuangan Non Bank.
b. Triangulasi
52 Ibid., Hlm. 370.
Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat mengabungkan dari berbagai tehnik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada, oleh karena itu triangulasi yang dipakai pada penelitian ini adalah triangulasi tehnik.
Triangulasi teknik adalah proses pembuktian keabsahan data dengan memadukan tiga teknik pengumpulan data yaitu obsevasi, wawancara dan dokumentasi, maka yang dipadukan dalam hal ini adalah memadukan atau membanding-bandingkan hasil dari tiga teknik yang dipakai yakni hasil dari observasi, hasil dari wawancara serta hasil dari dokumentasi, bila terdapat perbedaan jawaban dari ketiga teknik ini menolak atau meragukan dari pernyataan seorang narasumber maka hal ini membuktikan bahwa pernyataan narasumber itu adalah salah.53 Pernyataan atau jawaban narasumber akan dianggap valid apabilan terbukti benar dan tidak ada perbedaan jawaban setelah dibanding-bandingkan dari hasil ketiga teknik pengumpulan data tersebut yaitu: observasi, wawancara, dan dokumentasi. Jadi triangulasi ini bertujuan untuk memelihara ke validitan data khususnya mengenai “Manajemen Risiko Dalam
Meminimalisir Risiko Likuiditas Di Lembaga Keuangan Non Bank”.
c. Menggunakan bahan referensi
Bahan referensi yang dimaksud disini yakni adanya penduduk untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh penelitian, Dalam
53 Sugiyono, Memahami..., Hlm. 91.
laporan penelitian, sebaiknya data-data yang dikemukakan perlu dilengkapi dengan foto-foto atau dokumen autentik sehingga menjadi lebih dipercaya.54 Dalam hal ini kecukupan referensi menggunakan bahan dokumentasi, catatan lapangan yang tersimpan untuk melihat apakah masih ada yang diragukan atau tidak ada antara data informasi dan kesimpulan hasil penelitian.
H. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan yang digunakan peneliti dalam menyusun skripsi ini adalah sistematika laporan penelitian kualitatif deskriptif disusun menjadi minimal empat (4):
1. BAB I: pendahuluan terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat, rung lingkup dan setting penelitin, telaah pustaka, kerangka teor, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
2. BAB II: paparan dan temuan, dibagian ini diuangkapkan seluruh data dan temuan penelitian. Dalam hal ini, peneliti sebisa mungkin menjaga jarak dan menahan diri untuk mencampuri fakta terlebih dahulu.
3. BAB III: pembahasan, dibagian ini pembahasan ini di ungkapkan proses analisis terhadap semua penelitian sebagaimana dipaparkan di BAB II berdasarkan pada persepektif penelitian pada kerangka teoritik sebagimana diungkap dibagian pendahuluan.
4. BAB IV: penutup, berisi kesimpulan dan saran.
54 Sugiyono, Metode…, Hlm. 375.