• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN STRATEGI MUTU LAYANAN DI BIDANG KESEHATAN

N/A
N/A
Legif Leboka

Academic year: 2023

Membagikan "MANAJEMEN STRATEGI MUTU LAYANAN DI BIDANG KESEHATAN"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS

MANAJEMEN STRATEGI MUTU LAYANAN DI BIDANG KESEHATAN

Dosen Pengampu: ARIDA OETAMI, dr.M.Kes

Oleh :

MEDYA HANDAYANI 2213101041

PRODI MAGISTER ILMU FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI

2023

(2)

TUGAS 1

Beberapa ISU Kesehatan Nasional Yang beredar di Masyarakat Menurut Mahasiswa Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Fort De Cock Bukit Tinggi :

1. Masyarakat Indonesia Lebih percaya dengan pelayanan kesehatan di luar negeri dibandingkan pelayanan kesehatan didalam negeri.

2. Banyaknya masyarakat Indonesia yang mengeluh dengan SISRUJ (system rujukan), permasalahannya yaitu lamanya balasan SISRUJ dari rumah sakit yang akan dituju.

3. Untuk permasalahan masyarakat yang menderita kejiwaan : obatnya tidak sinkron antara rumah sakit dengan puskesmas, artinya adanya perbedaan obat yang diberikan antara rumah sakit dengan puskesmas walaupun kandungan obatnya sama.

4. Banyaknya stok obat yang kosong di puskemas maupun di Rumah Sakit sehingga banyak masyarakat yang terpaksa beli obat diluar.

5. Masih banyak FasKes didaerah yang Kualitas pelayanan kesehatannya yang kurang karena keterbatasan Alkes.

6. Masalah BPJS :

a. Banyaknya kartu BPJS bagi masyarakat yang tidak mampu di non aktikan tanpa dikoordinasikan dulu dari pihak BPJS

b. BPJS tidak terdaftar

7. Masih banyaknya fasilitas pelayanan kesehatan yang membedakan dari kelas masyarakatnya, hal ini yang umum yang terjadi adalah dilihat dari Ekonomi, Pangkat, Jabatan dan Kekuasaan.

Selaku Mahasiswa Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Strategi Apa Yang Harus Kita Lakukan ,Untuk Menghadapi Isu Atau Permalahan Diatas ?

JAWABAN :

1. Masyarakat Indonesia Lebih percaya dengan pelayanan kesehatan di luar negeri dibandingkan pelayanan kesehatan didalam negeri. Apa yang membuat banyak masyarakat Indonesia justru memilih berobat ke luar negeri?

STRATEGI:

Secara umum, alasan masyarakat adalah ketidakpuasan terhadap pelayanan yang ada di Indonesia. Selain itu, faktor penarik berupa layanan yang lebih lengkap di negara tujuan juga cukup berpengaruh.

SARAN

Pemerintah melalui Dinas Kesehatan atau instansi lain sebaiknya membangun perhatian dan kepekaan masyarakat terhadap dampak dan aspek etik dalam aktivitas berobat ke luar negeri. Selain itu, rumah sakit juga diharapkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang beragam.

(3)

2. Banyaknya masyarakat Indonesia yang mengeluh dengan SISRUTE (system rujukan terintegrasi), permasalahannya yaitu lamanya balasan SISRUTE dari rumah sakit yang akan dituju.

STRATEGI:

Permasalahan dalam System Rujukan bisa terjadi karena kurangnya sosialisasi ini juga terjadi pada mekanisme system rujukan balik sehingga menjadikan perbedaan presepsi yang berakibatkan pada tidak optimalnya aktivitas rujukan balik dan berakibatkan pada kesalahan tenaga Kesehatan dalam mendiagnosis pasien yang pantas untuk dirujuk. Selain itu, masih terdapat beberapa tenaga Kesehatan yang kurang dalam menuliskan diagnosis sehingga menyulitkan FKTRL dalam menangani penyakit pada pasien. Hal ini dapat menurunkan kualitas pengisian formular rujukan yang diterima oleh rumah sakit.

Selain itu, beberapa pasien juga meminta rujukan sendiri beralasan karena sudah terbiasa menerima pelayanan di rumah sakit yang dipilihnya dan oleh karena tidak percaya dengan pelayanan FTKP membuat pasien langsung meminta dirujuk ke rumah sakit. Apabila dilihat dari kebijakan BPJS, tidak semua diagnosis penyakit yang dapat di rujuk ke rumah sakit, hanya penyakit yang tidak dapat ditangani oleh FKTP yang bisa dirujuk ke rumah sakit. Terakhir, beberapa hambatan lainnya adalah waktu tunggu yang lama dalam menunggu kesediaan rumah sakit rujukan dalam menerima rujukan.

3. Untuk permasalahan masyarakat yang menderita kejiwaan : obatnya tidak sinkron antara rumah sakit dengan puskesmas, artinya adanya perbedaan obat yang diberikan antara rumah sakit dengan puskesmas walaupun kandungan obatnya sama.

STRATEGI:

Sebaiknya petugas apotik menjelaskan dan memberikan edukasi kepada pasien ketika memberikan pasien obat, bahwa obat puskesmas dan rumah sakit mempunyai khasiat dan kandungan yang sama, hanya berbeda merk obat saja.

4. Banyaknya stok obat yang kosong di puskemas maupun di Rumah Sakit sehingga banyak masyarakat yang terpaksa beli obat diluar.

STRATEGI:

Puskesmas atau Rumah sakit harus melakukan prosedur dengan tahapan yang terstruktur agar ketersedian obat selalu terpenuh dengan cara senagai berikut :

(1). Tahap Perencanaan Obat di Puskesmas dan RS (2). Tahap Pengadaan Obat diPuskesmas dan RS (3). Tahap Penerimaan Obat di Puskesmas dan RS (4). Tahap Penyimpanan Obat diPuskesmas dan RS (5). Tahap Pendistribusian

(4)

(6). Tahap Pencatatan dan Pelaporan (7). Tahap Pemusnahan dan Penarikan (8). Tahap Monitoring dan Evaluasi

5. Masih banyak FasKes didaerah yang Kualitas pelayanan kesehatannya yang kurang karena keterbatasan Alkes.

STRATEGI:

Alkes atau alat kesehatan merupakan sarana dan prasarana penting dalam proses perawatan, penyembuhan atau pencegahan penyakit bagi pelayanan kesehatan.

Ketersediaan alat-alat kesehatan dapat membantu dalam menyelamatkan banyak nyawa manusia, mulai dari proses diagnosa hingga tahap operasi.

Namun sangat disayangkan, standarisasi alat-alat kesehatan yang baku di Indonesia masih belum memadai. Hal ini disebabkan karena penetapan standarisasi SNI yang diterapkan belum terlalu ketat sehingga pengujian alat-alat kesehatan masih harus dilakukan di luar negeri yang membutuhkan dana banyak. Selain itu, menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, masih banyak fasilitas kesehatan di Indonesia yang belum percaya pada kualitas alat kesehatan lokal sehingga ekosistem investasi di bisnis alat kesehatan belum terbentuk. Pemerintah perlu mengganaskan kampanye bangga membeli produk Indonesia, khususnya di alat kesehatan. Disamping hal tersebut, penetapan standarisasi juga harus segera dijalankan. Dengan demikian, program penyebaran alat medis yang memadai dapat terlaksanakan dengan baik di Indonesia.

6. Masalah BPJS :

a. Banyaknya kartu BPJS bagi masyarakat yang tidak mampu di non aktikan tanpa dikoordinasikan dulu dari pihak BPJS

b. BPJS tidak terdaftar STRATEGI:

a. Umumnya, penyebab status kepesertaan BPJS Kesehatan seseorang menjadi non-aktif adalah telat atau menunggak pembayaraan iuran.

Alhasil, ada tunggakan yang perlu dilunasi dengan segera. BPJS Kesehatan menjadi non-aktif dan tidak dapat digunakan jika iuran per bulannya telat dibayarkan. Berdasarkan Buku Panduan Layanan JKN KIS, status peserta BPJS Kesehatan menjadi non-aktif sejak tanggal 1 bulan berikutnya ketika peserta terlambat membayar iurannya. Agar kartu BPJS tetap aktif dan dapat digunakan, maka peserta BPJS harus membayar iuran secara teratur setiap bulannya.

(5)

b. Salah satu penyebab utama BPJS Tidak terdaftar adalah NIK/KTP belum aktif atau belum tersinkronisasi dalam system kependudukan nasional.

Untuk mengatasinya perlu dilakukan konsolidasi data di Dukcapil Kota / Kabupaten setempat.

Cara Cek BPJS Kesehatan dengan NIK dengan Hp 1. Buka aplikasi Mobile JKN.

Masuk menggunakan NIK atau nomor BPJS Kesehatan dan password yang telah terdaftar.

2. Isi kode captcha sesuai permintaan.

3. Pilih menu 'Info Peserta'

BPJS Kesehatan akan memberikan informasi status kepesertaan Anda apakah aktif atau tidak.

7. Masih banyaknya fasilitas pelayanan kesehatan yang membedakan dari kelas masyarakatnya, hal ini yang umum yang terjadi adalah dilihat dari Ekonomi, Pangkat, Jabatan dan Kekuasaan.

STRATEGI:

Kita bisa menggunakan strategi pemerataan pelayanan kesehatan yaitu tanpa memandang kelas masyarakat baik dari ekonomi dari pangkat jabatan dan kekuasaan karena pada dasarnya untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan perlu adanya pemerataan pelayanan kesehatan tanpa membeda- bedakan kasta masyarakat.

Tugas 2 :

Jelaskan Maksud dari Istilah-istilah diatas ?

(6)

Mutu adalah gambaran dan karateritik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan pelanggan baik berupa kebutuhan yang dinyatakan maupun kebutuhan yang tersirat.

Mutu pelayanan di puskesmas dan rumah sakit merupakan bagian proses untuk menciptakan atau membentuk kepuasan pasien serta pihak lainnya. Karena mutu pelayanan yang baik, akan membuat puskesmas dan rumah sakit dimintai oleh berbagai pihak yang berkepentingan (stakholders).

Dalam praktek pengkajian mutu adakalanya ditemukan masalah yang tidak dapat dipecahkan secara individu, akan tetai masalahnya menyangkut kelompok atau organisasi dan system secara keseuruhan, maka pendekatan pemecahan untuk (1) kelompok (unit kerja) dikenal sebagai quality control circley (gugus kendali mutu) dan (2) organisasi dikenal sebagai total quality management.

Pengembangan mutu di bidang kesehatan di Indonesia dilaksanakan dengan berbagai pendekatan anatara lain melalui penjaminan mutu (quality assurance) pelayanan kesehatan dasar di puskesmas, gugus kendali diberbagai rumah sakit baik pemerintah maupun di swasta, pengendalian mutu terpadu, manajemen mutu terpadu (total quality managent).

Ukuran yang terpenting dalam mutu bukanlah harga atau biaya, akan tetapi kesamaan terhadap standar yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, suatu barang atau jasa dikatakan bermutu apabila barang atau jasa tersebut mempunyai derajat kesempurnaan yang sesuai dengan derajat standar yang ada. Dalam istilah lain dapat dikemukakan bahwa mutu adalah perpaduan sifat-sifat dan karakteristik produk atau jasa yang dapat memenuhi kebutuhan pemakai atau pelanggan.

A. Quality Assurance(QA)

1. Pengertian Quality Assurance

(7)

Quality Assurance (menjaga mutu) sering diartikan sebagai menjamin mutu atau memastikan mutu. Seperti dalam kata to assure (=

toconvince, to make sure or certain, to ensure, to secure) artinya menyakinkan orang, mengusahakan sebaik-baiknya, mengamankan atau menjaga. Berikut adalah beberapa definisi Quality Assurance:

1. Dr. Avedis Donabedian mendefinisikan QA dari aspek proses pelayanan sebagai berikut:

a. Menjaga mutu termasuk kegiatan-kegiatan secara periodik atau kontinyu menggambarkan keadaan dimana pelayanan disediakan. Pelayanannnya sendiri dimonitor dan hasil pelayanannya diikuti (jejaknya). Dengan demikian kekurangan- kekurangan itu ditemukan dan dibuatkan koreksi yang diperlukan, menghasilkan perbaikan kesehatan dan kesejateraan. QA dalam hal ini adalah proses siklus.

b. QA adalah semua penataan-penataan dan kegiatan-kegiatan yang dimaksudkan untuk menjaga keselamatan, memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan.

2. Dr. Heather Palmer (Universitas Harvard, 1983) mendefinisikan QA adalah suatu proses pengukuran mutu, menganalisa kekurangan yang ditemukan dan membuat kegiatan untuk meningkatkan penampilan yag diikuti dengan pengukuran mutu kembali untuk menentukan apakah peningkatan telah dicapai. Ia adalah suatu kegiatan yang sistematik, suatu siklus kegiatan yang mempergunakan standar pengukuruan.

3. Dr. Rueles dan Frenk dari Mexico, memberikan definisi QA adalah suatu proses sistematik untuk menutup gap antara kinerja yang ada dan outcome yang diharapkan.

4. Lori Di Prete Brown, Quality Assurance intinya adalah suatu susunan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan untuk menyusun standar- standar dan untuk memonitor dan meningkatkan kinerja sehingga

(8)

pelayanan yang diselenggarakan sedapat mungkin adalah efektif dan selamat.

5. Dr. Donald Berwick, menjelaskan bahwa pendekatan QA adalah suatu pendekatan pengorganisasian secara terintegrasi untuk mengoptimalka kebutuhan pasien dan harapan pasien dengan manajemen serta staf pada waktu proses peningkatan dan pelayanan dengan menggunakan teknik kuantitatif dan piranti analisis.

6. JCAH (Joint Commisio on Accreditation of Hospital), meyatakan bahwa QA adalah suatu program berlanjut yang disusun secara objekif dan sistematik, memantau dan menilai mutu dan kewajaran pelayanan terhadap pasien, menggunakan kesempatan untuk meningkatkan pelayanan pasien dan memecahkan masalah yang terungkap.

7. Menurut ISO 8402, QA adalah semua kegiatan sistematik dan direncanakan yang diperlukan untuk menyediakan kepercayaan yang memadai sehingga produk dan pelayanannya memuaskan sesuai dengan syarat-syarat mutu.

8. ANSI/ ASQC (A.3-1978) mendefinisikan QA adalah semua kegiatan yang direncanakan yang diperlukan untuk menyediakan kepercayaan yang memadai sehingga produk atau pelayanannya memuaskan sesuai dengan kebutuhan.

9. JIZ Z8101 mendefiniskan QA adalah kegiatan-kegiataan sistematik yang dilakukan oleh perusahaan/pabrik untuk menjamin sepenuhnya mutu yang diharapkan oleh konsumen/ pemakai.

10.DR. K. Ishikawa mengatakan QA dimaksudkan untuk menjamin mutu dimana konsumen dapat membeli dan menggunakan dengan kepercayaan dan kepuasan dan masih dapat digunakan untuk jangka panjang.

(9)

Berdasarkan definisi para ahli dapat disimpulkan bahwa Quality Assurance adalah suatu rangkaian kegiatan pelayanan kesehatan berdasarkan standar dan prosedur medis yang semestinya agar mutu pelayanan tetap terjaga, diitinjau dari pandangan pemberi pelayanan kesehatan maupun kepuasan pasien.

Dilihat dari rangkaian proses input – proses – output – outcome - impact, dalam pengertian QA lebih mengkhususkan pada satu segi yaitu yang secara langsung berkaitan dengan proses pemberian pelayanan medis atau yang diperlukan untuk kegiatan menjaga mutu pelayanan kesehatan.

2. Prinsip Quality Assurance (QA)

Dalam menjaga dan meningkatkan mutu serta menyelesaikan masalah mutu yang timbul melalui pendekatan QA terdapat 4 prinsip utama :

1. Fokus pada pasien, klien dan pelanggan

Artinya bahwa dalam perencanaan mutu dan penampilan pelayanan kesehatan mengacu pada pelanggan eksternal yaitu mereka yang memperoleh manfaat dari pelayanan kesehatan yang merupakan pelanggan terakhir, yaitu pasien, keluarganya atau teman-temannya.

Juga fokus pada pelanggan internal yaitu teman sejawat di organisasi, anggota tim, supervisor dan sebagainya.

2. Fokus pada sistem dan proses

Artinya mutu pelyanan kesehatan biasanya dinilai output atau outcomenya. Apabila outcome tidak sesuai harapan, orang akan menilai kurang terhadap motivasi petugas dan usaha sebagai penyebabnya. Padahal hasil pekerjaan itu tergantung dari proses pelayanannya. Suatu proses adalah serangkaian seri langkah-langkah atau tugas yang mengatur orang, metode, dan bahan-bahan sehingga menjadi produk atau jasa pelayanan. Proses bekerja dalam suatu

(10)

system bersama. Masalah mutu, dalam suatu proses sering kali berhubungan dengan suatu kekurangan dalam satu atau lebih system yang berhubungan atau karena kegagalan koordinasi-koordinasi dalam proses berhubungan. Apabila prosesnya kurang bermutu outcomenya juga kurnag bermutu. Peningkatan mutu memerlukan suatu pemahaman dari proses yang berkaitan dan tingkat penerimaan terhadap variasi.

3. Fokus pada keputusan berdasar data

Artinya peningkatan proses memerluka informasi tentang bagaimana fungsi yang dilaksanakan. Daripada membuat asumsi-asumsi tentang apa pendapat klien, perasaan dan kebutuhan-kebutuhan, lebih baik Tim QA mengumpulkan informasi-informasi tentang kebutuhan klien dan tingkat kepuasan. Data diperlukan dalam proses problem solving adalah :

a. Membantu mendeteksi dan menetapkan masalah-masalah

b. Identifikasi akan permasalahan dan proses kecenderungan atau mudah terjadinya kesalahan

c. Monitor efek dari solusi yang dilaksanakan untuk menjaga pekerjaan.

4. Fokus pada partisipasi dan tim kerja dalam peningkatan mutu

Artinya agar peningkatan mutu berjalan dengan baik, para petugas harus berpartisiasi aktif dalam kegiatan pembahasan dalam system dan proses organisasi. Pemberdayaan pegawai dalam melaksanakan peningkatan mutu mempunyai 2 maksud :

 Dalam pekerjaan sehari-hari seringkali para pelaksana tugas yang paling tahu, dimana terjadi kekurangan dan langsung melakukan perbaikan sedapat mungkin sesuai kemampuan.

 Orang akan mau melaksanakan pembahasan apabila mereka merasa menjadi bagian dan diperlukan dalam solusinya.

3.

Pendekatan Sistem dalam Menjaga Mutu Pelayanan

(11)

Kesehatan

Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dasar (PKD) atau menyelesaikan masalah-masalah mutu, dengan program QA, dilakukan dengan pendekatan system, artinya memperhatikan proses manajemen mutu sejak INPUT, PROSES, OUTPUT, OUTCOME dan IMPACT.

Program QA adalah menekankan kegiatanannya pada PROSES pelayanan kesehatan yang langsung berhubungan dengan standar pelayanan medis (standar operating procedure), tanpa mengabaikan INPUT atau IMPACT, karena INPUT dan IMPACT banyak dipengaruhi berbagai macam factor intern maupun ekstern selain mutu pelayanan kesehatan. Dan QA tidak harus banyak meningkatkan mutu INPUT dengan menambah (kuantitas).

4.

Proses Quality Assurance (QA) dalam Pelayanan Kesehatan

Proses QA yang dikemukan Lori Di Prete Brown (Wijono, 1999) terdapat 10 langkah dalam proses QA yaitu :

1. Perencanaan QA

2. Membuat pedoman dan menyusun standar-standar 3. Mengkomunikasikan standard an spesifikasi

4. Monitoring mutu

5. Identifikasi masalah-masalah dan seleksi peluang-peluang untuk peningkatan

6. Mendefiniskan secara operasional permasalahan 7. Memilih suatu tim

8. Menganalisis dan mempelajari masalah untuk identifikasi akan penyebab masalahnya

9. Membuat solusi solusi dan kegiatan-kegiatan untuk peningkatan 10. Melaksanakan dan memngevaluasi upaya peningkatan mutu

(12)

Siklus QA mencakup tiga kelompok kegiatan:

1.

Mendesain mutu/QA: merencanakan, menyusun standar, mengkomunikasikan standar.

Langkah-langkah yang dikerjakan:

Langkah I: merencanakan QA

Mengembangkan visi dan strategi kegiatan QA, menetapkan tugas-tugas dan alokasi sumber daya.

Langkah 2: menyusun standar-standar dan spesifikasi

Membuat pedoman-pedoman dan menyusun standar-standar, menetapkan apa yang dikehendaki untuk pelayanan kesehatan yang bermutu.

Langkah 3: mengkomunikasikan pedoman- pedoman dan standar-standar

Menjaga bahwa siapa yang harus melaksanakan standar-standar, sadar, mengerti dan percaya terhadapnya.

2. Monitoring mutu/QA

Langkah 4: monitoring mutu

Mengembangkan indikator dan mengumpulkan data untuk mengukur penampilan dan identifikasi masalah - masalah yang sedang terjadi atau masalah yang akan terjadi. Monitoring adalah pengumpulan dan review data yang membantu menilai apakah norma-norma program diikuti mutu atau apakah outcome

(13)

ditingkatkan. Dengan monitor, indikator-indikator kunci, manajer dan supervisor dapat menetapkan apakah pelayanan yang diselenggarakan mengikuti prakter-praktek yang diuraikan dan mencapai hasil yang diharapkan. QA melibatkan suatu orientasi proses baru yang mempunyai implikasi mendalam untuk monitoring termasuk pengumpulan dan pengolahan datanya. Dan perlu peningkatan kemampuan staf dalam peggunaan data dalam problem solving dan system pelayanan keseluruhan.

Desain atau redesain system monitor memerlukan penjabaran statement tentang mutu yang diharapkan ke dalam indikator-indikator yang bias diukur, di seluruh tingkat organisasi.

a. Seleksi indikator; tidak perlu memilih indikator-indikator untuk tiap-tiap standar atau spesifikasi. Jumlah indikator- indikator seharusnya dibatasi pada penilaian proses-proses kunci dan identifikasi bidang masalah potensial.

b. Menyusun nilai ambang batas; menetapkan tingkatan- tingkatan penampilan yang dapat diterima, seperti diukur oleh indikator, pada titik tertentu. Tingkatan ini adalah relative dan dapat disesuaikan keadaan sumber daya untuk memacu kegiatan ketika indikator yang dimonitor menunjukkan penampilan program yang kurang. Ambang batas penampilan tidak diperlukan dalam semua kasus-kasus.

c. Menyeleksi sumber informasi; banyak organisasi siap dengan data-data yang dikumpulkan. Sumber informasi yang pertama adalah system informasi yang ada. Sumber informasi pelayanan kesehatan yang dapat diperoleh pada instalasi rekam medis, catatan-catatan keluhan, interview dan sebagainya. Data yang dikumpulkan dari bawah, yang diolah oleh manajemer diatasnya dapat menjadi wahana dialog antara petugas kesehatan dan manajer, tentang maslaah dan prioritas-prioritas.

(14)

d. Mendesain suatu system untuk mengumpulkan dan kompilasi data; adalah penting untuk menetukan siapa yang mengumpulkan dan mengolah data, dan melaporkan atau menjadikan pada pihak atasan yang memerlukannya untuk pengambilan keputusan atau mengikuti perkembangan pelayanan kesehatan. Untuk kegiatan ini perlu kerjasama seluruh lapisan manajemen, dan wilayah dari dasar sampai pusat.

e. Melaksanakan kegiatan-kegiatan monitoring;system didesain dan yang bertanggung jawab ditentukan, pengumpulan dan kompilasi data dapat dikerjakan. Petugas kesehatan membantu pengumpulan dan penggunaan data.

3.

Memecahkan masalah mutu/QA; menetapkan masalah, identifikasi masalah, analisis masalah dan melaksanakan solusi

Langkah 5: mengidentifikasi masalah dan meyeksi peluang untuk pengingkatan

Meningkatkan mutu pelyanan kesehatan dimulai dengan identifikasi masalah mutu dan mencari peluang peningkatan.

Menguji informasi melalui monitoring rutin, berbicara pada seseorang, melaksanakan survey khusus dengan maksud untuk identifikasi maslah yang ada atau mendesak. Kemudian seleksi masalah-masalah yang paling penting atau proses bermasalah untuk diselesaikan. Manajer-manajer program dapat mengidentifikasi peluang-peluang peningkatan mutu dengan memonitoring dan evaluasi kegiatan-kegiatan.

Identifikasi masalah-masalah dan seleksi peluang-peluang untuk peningkatan terdiri dari beberapa tahapan:

a. Identifikasi maslaah-masalah

(15)

b. Kesepakatan kriteria

c. Seleksi area pekerjaan (target area) untuk peningkatan.

Langkah 6: menetapakan masalah – operasionalisasinya

Tujuan menetapkan masalah operasional adalah untuk menyatakan secara jelas masalah yang dimaksudkan. Definisi operasional suatu masalah atau kekurangan mutu menunjukkan perbedaan, secara spesifik dan dalam ungkapan yang dapat diamati, antara keadaan peristiwa yang diinginkan dan yang sedang terjadi sesungguhnya.

Langkah menetapkan masalah, dalam operasionalisasi:

a. Uraikan maslah dan bagaimana tahu bahwa itu adalah masalah.

b. Tetapkan batasan-batasan apa yang akan dan tidak akan bekerja.

c. Verifikasi bahwa dalam pernyataan maslaah “tidak ada ungkapan menyalahkan”, atau “penyebab masalah”.

Langkah 7: memilih tim: identifikasi siapa yang seharusya bekerja

Demikian staf telah berpartisipasi untuk seleksi dan menetapkan problem, perlu ditetapkan tim kecil untuk mengatasi masalah- masalah tertentu. Tim ini akan menganalisis masalah, membuat rencana perbaikan, melaksanakan, dan mengevaluasi usaha-usaha peningkatan. Tim juga mengitung apa yang diperlukan input sumber daya, kegiatan-kegiatan, dan mafaat-manfaat penyelesaiaan masalah yang terjadi. Belajar bekerja efektif dalam tim adalah merupakan tantangan dan merupakan proses terus- menerus.

Memilih tim:

a. Identifikasi mereka yang terlibat b. Menuyususn tim

(16)

c. Membuat prosedur kerja tim

Langkah 8: analisis masalah dan identifikasi penyebab masalah

Menganalisa dan mempelajari masalah untuk identifikasi penyebab masalah mengumpulkan dan analisis data untuk memahami masalah aslinya dan prinsipnya dan identifikasi akar penyebab masalahnya. Ini adalah tahap di mana tim atau individu akan memahami lebih banyak tentang masalah atau kekurangan mutu. Analisis dan studi masalah untuk identifikasi penyebab masalah utama, meliputi dan difokuskan pada:

a. Statemen masalah dan klasifikasi masalah b. Memahami proses sekitar permasalahan c. Membuat hipotesa tentang penyebab masalah d. Test hipotesa dan menetapkan penyebab utama

Langkah 9: membuat solusi-solusi dan kegiatan-kegiatan untuk peningkatan mutu

Membuat solusi dan kegiatan-kegiatan untuk peningkatan mutu, membangkitkan suatu daftar keinginan solusi, memilih satu atau lebih yang langsung kepada penyebab utama permasalahan dan mendesain solusi dalam praktek yang memungkinkan sebagian besar tim atau individu adalah berhasrat sekali sampai pada tahap ini: solusi. Tim adalah alasan seluruhnya bagi upaya peningkatan mutu untuk membuat sesuatu yang lebih baik. Sasaran dari langkah ini adalah untuk membuat suatu solusi yang memecahkan masalah.

Langkah membuat solusi dkegiatan peningkatan mutu:

a. Memilih dan mendesain semua solusi b. Daftar semua solusi potensial

c. Seleksi kriteria untuk menetapkan solusi terbaik

(17)

d. Memilih solusi untuk pelaksanaan menyelesaikan masalah/peningkatan mutu.

e. Ungkapan solusi secara praktis dan mudah dilaksanakan

Langkah 10: melaksanakan mengevaluasi upaya-upaya peningatan mutu

Melaksanakan dan mengevaluasi upaya peningkatan mutu:

merencanakan pelaksanaan solusi (siapa, apa, di mana, kapan, bagaimana), memutuskan test-tes dan menetapkan bagaimana mengembangkan pelaksanaan, modifikasi solusi untuk membuat lebih efektif atau meninggalkan sousi dalam keadaan lain.

Langkah final ini, biasanya dikenal dengan PDCA (siklus Deming, Sklus Shewart) : Plan Do, Check, Action. Di desain untuk menjaga bahwa solusi dilaksanakan dengan tepat. Langkah akhir ini terdiri dari empat kegiatan utama:

a. Merencanakan pelaksanaan solusi (Plan) b. Melaksanakan solusi (Do)

c. Mengikuti pelaksanaan solusi dan hasilnya (Cehck)

d. Membuat keputusan bilamana pelaksanaannya diperluas, dimodifikasi solusinya atau memilih solusi lainnya untuk ditest (Action)

4. Aplikasi Kegiatan Quality Assurance (QA) di Rumah Sakit 1. Topic-topik QA yang dapat dilakukan di rumah sakit.

a. Tindakan pelayanan medis secara umumnya b. Kegiatan-kegiatan pre dan pasca operatif

c. Kebijaksanaan terapi, termasuk terapi antibiotika.

d. Reaksi transfuse darah.

e. Pelayanan laboratorium.

f. Pelayanan radiologi.

(18)

g. Koordinasi pelayanan gawat darurat.

h. Perawatan luka baring.

i. Perawatan luka bakar.

j. Pertolongan partus.

k. Pengendalian infeksi nosocomial.

l. Pengendalian suntikan jarum infus.

m. Kebersihan dan sterilisasi, dan sebagaianya.

2. Kegiatan-kegiatan untuk mendukung penyelenggaraan QA pelayanan kesehatan di rumah sakit.

a. Pendidikan dan pelatihan medis berkelanjutan.

b. Pelatihan metode statistic, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.

c. Periview.

d. Audit medis.

e. Manajemen mutu pelayanan kesehatan.

f. Standarrisasi pelayanan medis.

g. Indikator-indikator klinik.

h. Akreditasi.

i. Sertifikasi.

j. Masyarakat ilmiah atau asosiasi kedokteran.

k. Symposium, seminar, lokakarya, meeting ilmu kedokteran.

3. Pelaksanaan fungsi pengorganisasian QA di rumah sakit.

a. Lini depan: pelayanan langsung sehari-hari:

1) Penerimaan dan transfer pasien (triase).

2) Rekam medis atau pencatatan pelaporan.

3) Pelayanan klinik/tindakan medis dan keperawatan.

4) Pelayanan laboratorium.

5) Pelayanan radiologi.

6) Pelayanan transfuse darah.

7) Kebersihan dan sterilisasi ruangan.

(19)

8) Gugus kendali mutu, dan sebagainya.

b. Lini tengah: pelayanan tidak langsung/periode:

1) Pengendalian infeksi (termasuk penyakit nosokomial)

2) Pereview 3) Surgical review 4) Tissue review

5) Medical record review 6) Black tranfussion review 7) Drug usage review 8) Case study

9) Death case study 10) Audit commitee 11) Drug commitee 12) Accidence commitee 13) Autopsy meeting 14) Medical commitee

c. Lini belakang: pengarahan dan koordinasi QA:

1) Kebijaksanaan manajemen mutu rumah sakit 2) Koordinasi pelayanan mutu bersama komite medic,

standarisasi prosedur pelayanan, akreditasi.

3) Pendidikan dan pelatihan umum.

4) Penanganan keluhan, klien, dan kepuasan pasien.

5) Kegiatan lintas fungsional.

6) Proyek peningkatan mutu pelayanan yang diperlukan.

7) Monitoring dan evaluasi pelayanan mutu.

4. Model pelayanan rumah sakit

Manajemen rumah sakit sesugguhnya bersifat kompleks. Tidak hanya menyangkut manajemen pelayanan medik, pelayanan keperawatan, namun juga menyangkut manajemen perhotelan, pelayanan

(20)

komunikasi, informasi dan edukasi, manajemen personalia, manajemen perlengkapan, tranportasi dan manajemen pelayanan umum lainnya.

B. Total Quality Management (TQM) 1.

Pengertian TQM

TQM adalah mendekatan untuk meningkatkan daya saing, efektivitas dan fleksibilitas organisasi secara keseluruhan (Oacklan, 2000). TQM merupakan pendekatan manajemen untuk memadukan upaya-upaya pengembangan mutu, pemeliharaan mutu, dan peningkatan mutu dari berbagai kelompok dalam organisasi untuk menghasilkan produk yang ekonomis serta terpenuhinya kepuasan konsumen.

Pada konsep TQM ini sudah melibatkan semua jajaran organisasi dan seluruh anggota organisasi, serta lebih menekankan pada terlibatnya unsur-unsur manajer mulai dari atas (top manager) sampai manajer paling bawah (lower manager). Terdapat tiga kata kunci dalam manajemen mutu terpadu (TQM) yaitu:

a. Terpadu (Total), berarti mutu menjadi bagian integral dari setiap fase atau proses dalam organisasi, dengan tumbuhnya saling keterkaitan dan ketergantungan satu sama lain.

b. Mutu (quality) yaitu inti dari TQM. Apabila kita mengadopsi TQM, maka mutu didasarkan kepada kebutuhan pelanggan, bukan atas ukuran atau parameter dari suatu produk. Mutu dirancang ke dalam produk dari proses, mutu mengalir dari proses, dan membudaya dalam organisasi.

Mutu bukan hasil dari pengawasan atau perbaikan kesalahan.

(21)

c. Management adalah bagian yang penting sekali dalam konsep TQM, oleh karean itu dorongan untuk TQM harus datang dari unsur pimpinan puncak.

TQM adalah peningkatan kinerja yang terus-menerus dari individu, kelompok dan organisasi. Jadi, TQM merupakan suatu proses manajemen dengan pendekatan perilaku atau budaya organisasi yang berorientasi pada peningkatan mutu terus-menerus dan kepuasan pelanggan, dengan dukungan komitemen pimpinan, kebersamaan karyawan serta secara lintas fungsional, menyeluruh, terpadu dengan pendekatan system, dan didasari metode ilmiah dalam pemecahan masalah serta pengambilan keputusan.

2.

Prinsip TQM

TQM adalah peningkatan kinerja yang terus menerus dari individu, kelompok dan organisasi, Dalam pelaksanaan TQM, dikenal beberapa prinsip dasar yang harus dilaksanakan oleh management, yaitu:

1. Fokus Pelanggan (Customer Focus)

Mutu didasarkan pada suatu konsep bahwa setiap orang dalam organisasi memiliki pelanggan yang memerlukan pemenuhan kebutuhan dan harapan secara keseluruhan. oleh karena itu perlu pendataan dan analisis kebutuhan dan harapan pelanggan sehingga dapat memusatkan perhatian pada upaya untuk memuaskan pelanggan (delight the customer) dengan memenuhi kebutuhan dan melebihi harapan pelanggan. Aktivitas yang dilakukan meliputi:

a) Identifikasi pelanggan tentang who dan what are customer want adn expectation

b) Lakukan how untuk memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapannya

(22)

2. Melakukan perbaikan proses secara berkelanjutan (process improvement)

Konsep peningkatan mutu yang terus menerus dibangun atas premis bahwa pekerjaan merupakan hasil serangkaian proses (aktivitas) yang menghasilkan suatu manfaat (output/outcome).

Tujuan perbaikan terus menerus pada setiap proses sebuah aktivitas akan mereduksi adanya penyimpangan mutu, sehingga dihasilkan mutu yang reliable (menghasilkan hasil pada setiap proses yang sama) Perbaikan proses ini dilakukan dalam jangka panjang dan dalam seluruh proses dan output organisasi sebagai salah satu dasar komitmen dalam pemberian pelayanan prima tanpa cacat dan selalu dapat memuaskan pelanggan.

3. Mengambil langkah-langkah untuk melibatkan seluruh karyawan (Total Involvement)

Pendekatan ini dimulai dengan kepemimpinan proaktif dari para manajer senior dan pemberdayaan seluruh staf untuk merebut keunggulan bersaing (competitive advantges). semua orang dalam organisasi terlibat dalam peningkatan proses layanan dan memuaskan pelanggan. Dalam TQM memerlukan keterampilan baik kepemimpinan dan manajemen. Manajemen memfokuskan pada hasil yang dicapai melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, koordinasi dan pengendalian. Sedangkan kepemimpinan memfokuskan perbaikan visi, komitmen (align), pemberdayaan, pendmapingan (coach) dan pemeliharaan (care).

Keterlibatan total terjadi bila dukungan manajemen baik berupaperbaikan sistem imbalan, gaji dan upah, pemberdayaan staf yang mana semua hal tersebut dapat memberikan motivasi dan pelayanan yang berorientasi pelanggan (customer oriented).

staf yang telah diberdayakan dan termotivasi akan memberikan pelayanan prima dan akhirnya membangun loyalitas pelanggan.

Melaksanakan fungsi manajemen selalu didasarkan adanya data dan informasi yang tepat dan akurat.

(23)

Menurut pakar mutu “Deming” dalam pelaksanaan TQM terdapat 14 butir kewajiban, yaitu :

1. Peningkatan produk dan jasa merupakan tujuan yang secara terus-menerus hendak dicapai. Mutu bukan tujuan

sementara dan untuk meningkatkannya perlu kesepakatan manajemen.

2. Menerapkan filosofi yang sepakat terhadap mutu.

3. Mengurangi ketergantungan pada pengawasan karena penekanan disini adalah pada peningkatan proses.

4. Hentikan pendapat bahwa “harga membawa nama”.

5. Peningkatan terus-menerus pada system pelayanan dan system produksi.

6. Pendidikan dan pelatihan bagi karyawan.

7. Kepemimpinan yang sepakat terhadap mutu menjadi katalisator proses perubahan, yaitu sebagai katalisator bagi karyawan dalam membangkitkan motivasi dan kebanggaan karyawan terhadap hasil sebagai katalisator bagi karyawan dalam membangkitkan motivasi dan kebanggaan karyawan terhadap hasil kerja mereka.

8. Hilangkan rasa takut dalam iklim kerja.

9. Hilangkan barrier/hambatan antara unit kerja.

10. Batasi penggunaan slogan.

11. Kurangi penekanan angka pada pencapaian target.

12. Hilangkan hambatan terhadap kepuasan/kebanggan kerja.

13. Rencanakan dan laksanakan program pendidikan dan pelatihan yang membangun.

14. Lakukan sesuatu untuk mencapai proses perubahan

Manajemen mutu menurut juran, dilaksanakan dengan menggunakan 3 proses manajerial yang lebih dikenal dengan “trilogy Juran”, yaitu :

1. Perencanaan mutu (quality planning), merupakan kegiatan pengembangan produk dan proses yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Kegiatan ini merupakan suatu

(24)

rangkaian langka universal yang terdiri atas : a. Mengidentifikasi pelanggan

b. Menentukan kebutuhan pelanggan

c. Mengembangkan ciri atau karakterristik produk atau jasa yang memenuhi harapan pelanggan

d. Menetapkan tujuan mutu

e. Mengembangkan proses untuk mencapai tujuan f. Meningkatkan kapabilitas proses

2. Pengendalian mutu (quality control), yaitu proses pengawasan yang dilakukan oleh karyawan itu sendiri dalam menjalankan proses kegiatan untuk mencapai tujuan produk/jasa pelayanan yang sesuai dengan standar yang ditetapkan.

3. Peningkatan mutu (quality improvement), yaitu sarana untuk meningkatkan produk/jasa yang dapat bersaing di pasar dengan mengurangi tingkat kesalahan pada mutu produk/jasa. Langkah kegiatannya antara lain membangun infra struktur yang diperlukan untuk menjamin upaya peningkatan mutu.

3.

Pokok Pemikiran TQM

Schmidt dan Finning (1992) mengemukakan bahwa pondasi atau akar penunjang TQM, termasuk:

1. Manajemen ilmiah: suatu cara terbaik untuk mengerjakan suatu pekerjaan.

2. Dinamika kelompok: memperoleh dan mengorganisasikan kekuatan dari penagalaman kelompok.

3. Pelatihan dan pengembangan: investasi modal sumber daya manusia.

4. Pencapaian motivasi: orang memperoleh kepusanan dari prestasinya.

5. System sosiotonik: organisasi beroperasi sebagai system terbuka.

6. Budaya organisasi: kepercayaan, mitos, dan nilai-nilai yang menuntun perilaku manusia dalam organisasi.

7. Pengembangan organisasi: membantu organisasi dalam belajar dan perubahan.

8. Teori kepemiminan baru: inspirasi dan memberdayakan dalam kegiatan- kegiatan.

(25)

9. Konsep “rangkaian peniti” (the Linking Pin Concept) dari organisasi, konsep yang menekankan hubungan pertalian: menciptakan crossfuntional team.

10. Rencana strategis: menentukan di mana menempatkan organisasi dan bagaimana mencapai tujuan.

System pengendalian dalam TQM merupakan proses yang berlangsung terus-menerus dan berulang-ulang untuk mencapai kualitas dan produktivitas yang tinggi disbanding sebelumnya. Proses pengendalian dalam TQM meliputi tahap yang berulang dan setiap pengulangan dari proses ini, akan memberikan peningkatan kualitas maupun kuantitas, merupakan suatu siklus atau daur yang disebut dengan siklus P-D-C-A (Plan-Do-Check-Action) atau siklus Deming.

Proses siklus P-D-C-A tidak hanya suatu proses yang berlangsung terus-menerus, namun juga merupakan system yang berhubugan dan saling membutuhkan secara berinteraksi antara unit-unit kerja dan mekanisme organisasi secara harmonis.

C.

Continous Quality Improvemen (CQI)

1. Pengertian

CQI pada dasarnya tidak banyak berbeda dengan konsep penjaminan mutu.Konsep ini lebih menekenkan pada pendekatan analitik dan secara berkesinambungan melaksanakan peningkatan mutu untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada dalam pelayanan. Konsep ini lebih mengutamakan penggunaan piranti statistic dalam organisasi yang digunakan untuk menganalisis hasil produksi dan peningkatan proses pelayanan.

Dengan mengenal dan memahami proses secara luas, akan dapat menjamin tercapainya hasii statistic dalam organisasi yang digunakan untuk menganalisis hasil produksi dan peningkatan proses pelayanan.Dengan mengenal dan memahami proses secara luas, akan dapat menjamin tercapainya hasil kerja (outcome) yang lebih baik.

Peningkatan mutu secara berkelanjutan dalam suatu organisasi membutuhkan partisipasi individu/kelompok dalam menganalisis dan

(26)

meningkatkan proses pelayanan, dan sekaligus merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam suatu organisasi.

CQI biasanya terdiri atas unsur yang dapat dibagi dalam tiga kategori : 1. Unsur filosofi (filsafat, keyakinan)

a. Fokus pada pelanggan : penekanan pada kepuasan pelanggan (pasien, petugas atau provider dan yang membiayai) dan hasil (outcome) kesehatan sebagai ukuran penampilan

b. Wawasan sistem: penekanan pada analisis dari seluruh sistem yang menyelenggarakan pelayanan atau yang mempengaruhi outcome

c. Analisis data yang berkaitan : penekanan pada pengumpulna dan penggunaan dari data yang objektif pada operasi sistem dan penampilan sistem dan penyebab-penyebab mendasar, mencari penyebab-penyebab yang mendasar dari suatu fenomena.

d. Keterlibatan semua secara lintas fungsional : penekanan pada keterlibatan seluruh komponen, mencari pengertian bersama dalam proses pelayanan, tenaga medis, paramedis, non medis dan manajemen.

e. Identifikasi solusi dan perbaikan berkelanjutan : mencari solusi untuk peningkatan mutu penampilan dan melakukan peningkatan berkelanjutan, terus menerus melakukan analisis sistem, meski telah diperoleh solusi untuk kepuasan pelanggan.

f. Optimasi proses peningkatan : optimasi dalam proses penghantaran pada kebutuhan pelanggan internal maupun eksternal

2. Unsur struktural, pengorganisasian

Elemen struktural menggambarkan operasionalisasi CQI yaitu:

a. komitmen manajemen puncak terhadap CQI – dukungan pelaksanaan CQI di segala lapisan manajemen

b. tim perbaikan proses – penekanan pada pembentukan dan pemberdayaan tim pegawai agar sesuai dengan problema dan peluang yang ada.

c. metode statistik – penggunaan tujuh alah/metode statistik seperti flowcharts, diagram sebab-akibat, check sheets, histogram, diagram

(27)

pareto, control charts dan analisis korelasi.

d. pengukuran kepuasan pelanggan: memonitor diberbagai tingkatan organisasi

e. pemanfaatan benchmarking – untuk memeperoleh kemajuan dengan membandingkan diri dengan yang terbaik atau memakai target penampilan.

3. Unsur spesifik profesi kesehatan

Organisasi pelayanan kesehatan sudah mempunyai tradisi sendiri sejak awal pembentukannya berabad-abad yang lalu. Pada awalnya berupa kegiatan sosial menyantuni orang sakit yang dikelola oleh para pendeta, ulama atau biarawam. Selanjutnya dokter menjadi pusat kegiatan. Kemudian berkembang dengan adanya asuransi kesehatan dan akhirnya terjadi pergeseran dari sosial oriented ke komersial oriented atau kepuasan pelanggan. kesemuanya terikat dengan moral-kode etik dan pengabdiannya kepada kemanusiaan.

D. Quality kontrol

Quality Control adalah proses untuk memastikan bahwa produk yang dihasilkan berkualitas. Proses pengecekan ini dilakukan sesuai standar di perusahaan. Profesi tersebut memegang peran penting. Hal ini karena bertanggung jawab penuh terhadap kualitas produk sebelum didistribusikan ke pasar. Dalam menjalankan tugasnya menguji produk, biasanya QC menjalin kerja sama dengan QA karena masih dalam satu departemen.

Syarat menjadi quality control di setiap perusahaan berbeda – beda, pada umumnya menyesuaikan dengan jenis industri. Contohnya adalah di industri makanan maka membutuhkan karyawan dengan latar pendidikan sarjana teknologi pangan. Berbeda dengan perusahaan obat maka dibutuhkan seorang lulusan dari farmasi. Sedangkan untuk industri bahan kimia, maka salah satu syaratnya adalah lulusan teknik kimia atau jurusan kimia murni.

Tujuan adanya QC antara lain adalah mengontrol aktivitas kerja agar hasilnya sesuai standar dan selesai tepat waktu.

Lalu, menghasilkan produk yang ramah terhadap lingkungan sehingga bisa menjamin keselamatan kerja.

(28)

Fungsi Quality Control dalam Perusahaan

Fungsi dari QC antara lain adalah melakukan pemnatauan selama proses produksi berlangsung. Selain itu,bertanggang jawab jika ada kendala dalam memproduksi suatu barang. Apabila ditemukan suatu kejanggalan saat produksi berlangsung, maka wajib melaporkan kepada supervisor. Selain itu, melakukan pengecekan apakah barang hasil produksi lolos uji kualitas atau tidak.QC ditugaskan untuk meguji sampel dan menyusun laporan hasil berdasarkan hasil pengamatan di tempat produksi. Fungsi lainnya adalah memastikan produk sudah sesuai dengan persyaratan dan SOP (Standar Operasional Prosedur).

Tugas Quality Control

Tugas adalah melakukan pengujian pada produk agar kualitas dan kuantitasnya sesuai dengan standar. Prosesnya terdiri atas 4 tahap, yaitupemilihan bahan baku, kemudian mengemas produk dan mendistribusikannya. Sebelum kamu memulai maka harus memiliki standar sebagai acuan dalam bekerja. Setelah itu, baru melakukan berbagai macam pengujian terhadap sampel.

Seorang quality control tidak boleh lupa mendokumentasikan semua proses dan membuat laporan. Disamping itu, bertanggung jawab terhadap peralatan dan fasilitas pendukung lainnya. Kemudian bertugas menganalisis faktor penyebab kegagalan produk. Saat menjalan kan tugas quality control harus memperhatian banyak aspek. Salah satunya adalah mengutamakan kualitas, menyusun perencanaan yang matang sebelum melakukan suatu tindakan.

D.

Quality Improvement

(29)

Proses peningkatan mutu (Quality Improvemnet) adalah mengidentifikasi indikator mutu dalam pelayanan, memonitor indikator tersebut dan mengukur hasil dari indikator mutu tersebut yang tentunya mengarah pada outcome, serta selalu berfokus dalam rangka peningkatan proses, sehingga tingkat mutu dari hasil yang dicapainakan meningkat.

Tentunya upaya peningkatan mutu (quality Improvement) dilakukan diawali dengan jaminan mutu (quality assurance), kemudian mengarah pada peningkatan mutu yang proaktif. Hal penting yang menjadi sebuah catatan adalah mutu yang rendah masih dapat dilakukan dengan peningkatan mutu (quality Improvement).

Langkah – langkah Quality Improvement :

1. Mendefenisikan dan menganalisis masalah

2. Mengembangkan ide dan alternatif solusi masalah 3. Mengevaluasi ide dan memilih solusi alternatif terbaik 4. Melaksanakan solusi masalah

REFERENSI

Al-Assaf, A.F. 2009.Health Care Quality:Perspektif Internasional. Jakarta: EGC.

Bustami.2011. Penjaminan Mutu Pelayanan Kesehatan dan Akseptabilitasnya.

Padang: Erlangga.

Chassin, M. R., Loeb, J. M., Schmaltz, S. P., & Wachter, R. M.

2010.Accountability Measures-Using Measurement to Promote Quality Improvement.the new England Journal of Medicine, 683-688.

Kaplan, Heather C., et all. 2010. The Influence of Context on Quality Improvement Succes in Health Care: A Systematic Review of the Literature. The Milbank Quarterly, 500-559.

(30)

Mainz, Jan. 2003. Methodology Matters: Defining and Classifyng Clinical Indicators for Quality Improvent. International Journal for Quality in Health Care, 523-530.

Muninjaya, A.A. Gde. 2004. Manajemen Kesehatan Edisi 2. Jakarta : EGC Pohan, Imbalo S. 2007. Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan: Dasar- Dasar Pengertian dan Penerapan. Jakarta: EGC. Sabarguna, Boy S.

2009. Buku Pegangan Mahasiswa Manajemen Rumah Sakit. Jakarta:

Sagung Seto.

Secanel, Mariona., et all. 2014. Deeping Our Undertanding of Quality Improvement in Europe (DUQuE): Oveview of a Study of Hospital Quality Managemen in Seven Countries. International Journal for Quality Health Care, 5-15.

Supriyanto, S., Wulandari, Ratna D. 2010.Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Surabaya: Health Advokasi.

Taylor, Michael J., McNicholas, Chirs., Nicolay, Chris., Darzi, Ara., Bell, Derek., Reed, Julie E. 2014. Systematic Review of the Application of then Plan-Do-Study-Act Method to Improve Quality in Healthcare.BMJ Quality Safety, 290-298.

The National Learning Consotium (NLC). 2013. Continuous Quality Improvent (CQI) Strategies to Optimize your Practice.

Amerika: Advancing America’s Health Care.

Wagner., et all. 2014. Developmetn and Validiion of an Index to Assess Hospital Quality Management Systems. International Journal for Quality Health Care, 16-26.

Wijono, Djoko. 1999. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehan. Teori, Srategi dan Aplikasi Vol1.Surabaya: Airlangga University Press.

Referensi

Dokumen terkait

Input Proses Output.. Suatu informasi merupakan hasil dari pengolahan data menjadi bentuk yang lebih berguna bagi yang menerimanya. Suatu informasi mengambarkan

Terkait dengan peningkatan mutu input, proses dan output pendidikan serta pengembangan sistem penjaminan mutu akademik di Universitas Mulawarman, maka diperlukan suatu

Studi ini merupakan suatu kajian yang menguji secara empirik hubungan langsung atau tidak langsung dalam suatu rangkaian dari sistem pendidikan input – proses – output yang

Sebagai suatu system transformasi, bisnis memiliki beberapa subsistem, yaitu subsistem input, proses, dan output yang bermanfaat untuk menganalisis problem-problem yang berkaitan

Untuk meningkatkan dan menunjang pelaksanaan proses manajemen output, maka harus didukung oleh input pendidikan, seperti : kebijakan, tujuan dan sasaran, mutu yang

Ketersediaan input yang memadai, terlaksananya proses yang efektif, dan output yang memenuhi kebutuhan dan harapan senantiasa diupayakan kepala madrasah sebagai

• Untuk tingkatan lokal/daerah/program tertentu dapat dikembangkan indikator yang rinci (indikator input, proses, output, dan outcome) dan indikator yang spesifik untuk

4 Berdasarkan monitoring dan evaluasi pemenuhan mutu pada tahapan siklus SPMI diperoleh: Program Kegiatan Capaian Kesimpulan dan rekomendasi Input Proses Output Outcome