TUGAS UAS
MKP KAJIAN KAWASAN PERBATASAN
MASALAH KAWASAN
PERBATASAN DI
INDONESIA
Illegal Fishing di Natuna
Michaela Lydia Gabriela 195060600111061
Kelas H
PENDAHULUAN
MKP KAJIAN KAWASAN PERBATASAN 2022
Sebelah utara : batas terluar zona ekonomi eksklusif (ZEE) Indonesia – Vietnam
Sebelah timur : batas terluar ZEE Indonesia – Malaysia, perbatasan darat Indonesia – Malaysia di Provinsi Kalimantan Barat.
Sebelah selatan : Kabupaten Belitung, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka Belitung
Sebelah barat : Kabupaten Kampar, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau, batas laut Indonesia – Singapura, batas terluar ZEE Indonesia – Malaysia.
Potensi sumber daya ikan laut Indonesia meliputi 37% dari spesies ikan di dunia. Indonesia memiliki beberapa jenis ikan bernilai ekonomis tinggi, seperti Tuna, Udang, Lobster, ikan Karang, berbagai jenis ikan hias, Kekerangan, dan Rumput Laut. Potensi lestari sumber daya ikan laut Indonesia diperkirakan sebesar 12,54 juta ton per tahun yang tersebar di perairan wilayah Indonesia dan perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI).
Pengelolaan perikanan di Indonesia terbagi menjadi 11 Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP), salah satunya Perairan Natuna Utara yang termasuk dalam perairan laut tertutup/setengah tertutup (enclosed/semi-enclosed sea) di luar perairan 12 mil laut.
Kepulauan Natuna, terletak di ujung utara Indonesia. Kepulauan Natuna merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau, dengan Pulau Ranai Bunguran sebagai ibu kota kabupaten. Secara administratif, Laut Natuna Utara termasuk kedalam WPP-NRI 711 yang memiliki batas-batas wilayah dengan rincian sebagai berikut:
PETA 1.
KABUPATEN
NATUNA
TINJAUAN PUSTAKA
MKP KAJIAN KAWASAN PERBATASAN 2022
IUU fishing merujuk pada aktivitas penangkapan ikan yang tidak konsisten atau bertentangan dengan manajemen atau tindakan konservasi yang berlaku untuk perikanan tertentu (Agnew &
Barnes, 2004). IUU fishing adalah illegal fishing yang biasanya mengacu pada penangkapan ikan tanpa lisensi, memancing di area tertutup, memancing dengan alat yang dilarang, memancing lebih dari kuota, atau memancing spesies terlarang.
ILLEGAL FISHING
o Penangkapan ikan secara illegal di perairan ZEE, tidak memiliki izin melakukan penangkapan ikan dari negara bersangkutan dan bertentangan dengan hukum dan peraturan yang berlaku (Agnew & Barnes, 2004).
o Kapal penangkap ikan yang menjadi anggota organisasi pengelola perikanan tetapi beroperasi bertentangan dengan ketentuan konservasi dan pengelolaan yang diadopsi oleh organisasi / ketentuan relevan dengan hukum internasional yang berlaku (MRAG, 2005).
o Pelanggaran hukum nasional / kewajiban internasional juga negara yang bekerja sama dengan organisasi pengelolaan perikanan regional yang relevan (Jaelani & Basuki, 2014).
UNREGULATED FISHING
o Di bidang penerapan organisasi manajemen perikanan regional oleh kapal tanpa kewarganegaraan / mengibarkan bendera dari sebuah negara yang bukan dari organisasi itu, atau oleh entitas penangkapan ikan, dengan cara yang tidak konsisten dengan atau bertentangan dengan langkah-langkah konservasi dan manajemen organisasi itu (Halford, 2013).
o Di daerah atau untuk stok ikan yang tidak ada tindakan konservasi atau pengelolaan yang berlaku dan di mana kegiatan penangkapan ikan tersebut dilakukan dengan cara yang tidak konsisten dengan tanggung jawab negara untuk konservasi sumber daya laut sesuai hukum internasional
UNREPORTED FISHING
o Yang tidak pernah dilaporkan atau dilaporkan secara tidak benar kepada instansi yang berwenang, tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan nasional (Agnew & Barnes, 2004).
o Yang dilakukan di area yang menjadi kompetensi organisasi pengelolaan perikanan regional, namun tidak pernah dilaporkan atau dilaporkan secara tidak benar, tidak sesuai dengan prosedur pelaporan dari organisasi tersebut.
IDENTIFIKASI
PERMASALAHAN
MKP KAJIAN KAWASAN PERBATASAN 2022
Laut Natuna Utara yang masuk kedalam WPP NRI 711 merupakan spot yang paling dominan terjadi illegal fishing oleh kapal ikan asing dan mengancam kedaulatan wilayah perbatasan Indonesia serta merugikan secara ekonomi. Hasil kajian Ocean Justice menyatakan jumlah kapal ikan Vietnam yang terdeteksi illegal fising di Laut Natuna pada kuartal pertama tahun 2021 diperkirakan mencapai lebih dari seratus kapal dalam satu periode waktu dengan menggunakan alat tangkap Pair Trawl.
Peta 2. WPP 711 sebagai bagian dari 11 WPP-NRI
Sumber : Rochman Nurhakim, 2021
Peta 3. Persebaran Kapal Ikan Vietnam Memasuki ZEEI di Laut Natuna Utara Berdasarkan Data AIS (Automatic Identification System) dan Citra Satelit
Sumber : Rochman Nurhakim, 2022
Peta 3 menunjukan pemantauan melalui data satelit selama satu kuartal (periode Februari April 2021) terdeteksi terdapat ratusan kapal ikan Vietnam yang berada di utara laut natuna, dan 90
% nya berada di dalam wilayah ZEE Indonesia.
Peta 4. Overlay Sebaran Deteksi Kapal Ikan Vietnam Berdasarkan AIS dan Citra Satelit Periode Mei 2021
Sumber : Rochman Nurhakim, 2022
IDENTIFIKASI
PERMASALAHAN
MKP KAJIAN KAWASAN PERBATASAN 2022
Berdasarkan Peta 4, adanya pengawalan dari kapat patroli Vietnam terhadap kapal-kapal ikan Vietnam yang melakukan kegiatan illegal fishing (warna hijau). Kapal-kapal ikan Vietnam dikawal oleh beberapa kapal patroli perikanan Vietnam Fisheries Resources Surveillance (VFRS) di sepanjang garis Landas Kontinen Indonesia-Vietnam. Kapal-kapal VFRS tersebut diduga melindungi dan memberikan informasi untuk mendukung aktivitas penangkapan ikan ilegal oleh kapal ikan Vietnam di ZEE Indonesia dan menjadi modus baru illegal fishing.
Pemantauan data melalui overlay data ais dan citra satelit pada bulan Mei dan Juni 2021 menunjukkan adanya kapal ikan tiongkok yang sangat patut diduga telah melakukan illegal fishing di laut Natuna Utara. Pada bulan Mei 2021, berdasarkan data AIS terpantau 24 kapal Vietnam yang diduga kuat
melakukan illegal fishing di wilayah ZEE Indonesia di zona utara Laut Natuna Utara. Sedangkan bulan Juni 2021, terpantau 11 kapal Vietnam yang diduga melakukan illegal fishing di Laut Natuna Utara (ZEE Indonesia, WPPNRI 711).
Peta 5 menunjukkan bahwa sebanyak 70 persen (dari 218 kapal yang dipantau) KIA Vietnam yang ditangkap oleh KKP, berada / dideteksi di dalam Batas Landas Kontinen RI. Hal ini memiliki korelasi positif dengan pernyataan Direktur Kemenlu sebagaimana yang telah diuraikan diatas. Nampaknya, faktor overlapping area ZEE cukup mempengaruhi banyaknya intensitas illegal fishing di Laut Natuna Utara. Posisi dan sebaran kapal ikan illegal yang ditangkap di laut Natuna Utata selama kurun waktu tahun 2017 s/d 2020 menunjukkan bahwa pencurian ikan dominan terjadi di ZEE Indonesia.
Peta 5. Sebaran Kapal Illegal Fishing di WPPNRI 711 Periode Tahun 2016-2020
Sumber : Rochman Nurhakim, 2021
IDENTIFIKASI
PERMASALAHAN
MKP KAJIAN KAWASAN PERBATASAN 2022
Terjadinya overfishing (tangkap lebih) di negara-negara tetangga yang kemudian mendorong mereka mencari daerah tangkapan di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan produksi dan pemasarannya.
Sementara Laut Natuna Utara masih memiliki sumberdaya ikan cukup besar.
Luasnya wilayah laut yang menjadi yurisdiksi Indonesia di laut Natuna Utara dan kenyataan masih sangat terbukanya ZEE Indonesia yang berbatasan dengan laut lepas (High Seas) telah menjadi magnet penarik masuknya kapal-kapal ikan asing maupun lokal untuk melakukan illegal fishing.
Adanya tumpang tindih Zona Ekonomi Ekslusif antara Indonesia dan Vietnam. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Direktur Asia Tenggara Kementerian Luar Negeri pada Rapat Koordinasi Satgas 115 pada 13 Oktober 20203 , yang menyebut banyaknya kapal Vietnam yang melakukan illegal fishing di Laut natuna Utara tak terlepas dari adanya tumpang tindih klaim ZEE di perairan tersebut.
Keterbatasan pengawasan, khususnya sarana dan prasarana pengawasan serta SDM pengawasan dibandingkan dengan luas Laut Natuna yang harus diawasi.
Kosongnya sebagian wilayah laut Natuna dari kegiatan penangkapan ikan oleh kapal ikan Indonesia.
Faktor -faktor yang menyebabkan terjadinya illegal fishing di Laut Natuna
Utara tidak terlepas dari kondisi perikanan di negara tetangga yang
memiliki perbatasan laut dengan Indonesia dalam hal ini Vietnam dan
China dan faktor internal lainnya. Secara garis besar faktor-faktor yang
mendorong maraknya illegal fishing di Laut Natuna Utara diuraikan
sebagai berikut :
DAMPAK ILLEGAL FISHING
MKP KAJIAN KAWASAN PERBATASAN 2022
Kerugian Indonesia akibat illegal fishing diperkiraan mencapai Rp. 30 triliun per tahun. Hal ini diperjelas dengan pernyataan dari Kementerian Kelautan Perikanan (KKP) bahwa tingkat kerugian tersebut sekitar 25 persen dari total potensi perikanan yang dimiliki Indonesia sebesar 1,6 juta ton per tahun.
Berdasarkan data tersebut, setiap tahun diperkirakan Indonesia mengalami kerugian akibat illegal fishing sebesar Rp. 101.040 trilliun/tahun. Kerugian ekonomi lainnya adalah hilangnya nilai ekonomis dari ikan yang dicuri, pungutan hasil perikanan (PHP) akan hilang dan subsidi BBM dinikmati oleh kapal perikanan yang tidak berhak (Rangga, 2019)
DAMPAK EKONOMI
Salah satu pemicu konflik atau ketegangan hubungan diplomatik diantara negara-negara adalah permasalahan illegal fishing. Beberapa negara menganggap Indonesia tidak mampu mengelola sumberdaya kelautan dengan baik. Hubungan bilateral antar negara yang berdekatan / bertetangga yang dilakukan oleh kapal nelayan tradisional (traditional fishing right) / kapal-kapal pukat yang dimiliki oleh setiap negara.
DAMPAK POLITIK
Dampak sosial muncul dengan rawannya terjadi konflik / sengketa diantara para nelayan tradisional antar Negara dan pemilik kapal pukat / trawl. Seiring dengan berkurangnya hasil tangkapan dan kegiatan illegal fishing, maka secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup karyawan pengolahan pabrik ikan. Pasokan ikan yang berkurang, menyebabkan beberapa perusahaan tidak beroperasi lagi dan banyak terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK).
DAMPAK SOSIAL
Kejahatan pencurian ikan berakibat pada rusaknya sumberdaya kelautan dan perikanan. Alat tangkap yang digunakan dalam bentuk bahan beracun yang akan merusak terumbu karang, sebagai tempat berpijahnya ikan, akan berakibat makin sedikitnya populasi ikan dalam suatu perairan tertentu, atau menangkap menggunakan alat tangkap ikan skala besar (seperti trawl dan Pukat harimau) yang tidak sesuai dengan ketentuan dan keadaan laut Indonesia secara semena- mena dan eksploitatif, sehingga menipisnya sumberdaya ikan , hal ini akan mengganggu keberlanjutan perikanan.
DAMPAK EKOLOGIS
MKP KAJIAN KAWASAN PERBATASAN 2022
Agnew, D. J., & Barnes, C. T. (2004). Economic Aspects and Drivers of IUU Fishing: Building a Framework. Fish Piracy. Combating Illegal, Unreported and Unregulated Fishing, 169–200. https://doi.org/10.1787/9789264016804-5-en European Parliament. (2014). Illegal, Unreported and Unregulated Fishing:
Sanctions in the Eu
Halford, K. (2013). FAQ : Illegal , Unreported , and Unregulated Fishing, 1–6.
Jaelani, A. Q., & Basuki, U. (2014). Illegal Unreported and Unregulated (IUU) Fishing: Upaya Mencegah dan Memberantas Illegal Fishing dalam Membangun Poros Maritim Indonesia By :, 3(1).
MRAG. (2005). Review of Impacts of Illegal, Unreported and Unregulated Fishing on Developing Countries. Final Report, MRAG, London, (July), 178.
Retrieved from http://transparentsea.co/images/5/58/Illegal-fishing- mrag report.pd
Rangga, N. (2021). Illegal Fishing di Perairan Indonesia.
Rochman, Nurhakim. (2022). Penegakan Hukum Terhadap Illegal Fishing di laut Natuna Utara.