Sebab walaupun secara umum terdapat perbedaan, namun pada hakikatnya adalah satu, satu bangsa dan NKRI. Dilihat dari segi hukum ketatanegaraan, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang lahir pada tanggal 17 Agustus 1945 belumlah sempurna sebagai sebuah negara, sebagaimana dipandang oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia pada waktu itu. telah mengambil. hanya sebagian yang memiliki unsur konstitutif kenegaraan. Pengertian tersebut berdasarkan Pasal 1 Ayat (11) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional Untuk Pertahanan Negara.
Mengingat tanggal 19 Desember 1948 merupakan hari bersejarah bagi bangsa Indonesia karena pada tanggal tersebut dibentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia untuk mengisi kekosongan kepemimpinan dalam Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka mempertahankan Negara. negara dan dalam upaya untuk lebih mendorong semangat nasionalisme bela negara untuk mempertahankan kehidupan, bangsa dan negara yang menjaga persatuan dan kesatuan. Bela negara adalah tekad, sikap dan perilaku serta tindakan warga negara, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama, untuk menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keamanan bangsa dan negara, yang dijiwai dengan rasa cinta terhadap negara kesatuan. Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Indonesia pada tahun 1945 untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia dari berbagai ancaman. Artinya penyelenggaraan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia bersifat kesatuan, walaupun penyelenggaraan pemerintahannya pada waktu itu bersifat desentralisasi.
Sejalan dengan itu, negara kesatuan Republik Indonesia dibagi menjadi daerah-daerah provinsi, dan provinsi-provinsi tersebut dibagi menjadi kabupaten dan kota. Undang-Undang Dasar atau UUD, yang bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia disebut UUD 1945 hasil perubahan terakhir I, II, III dan IV pada tahun 2002 (UUD 1945) adalah konstitusi tertulis dan sumber hukum tertinggi di dunia. hierarki ketentuan peraturan perundang-undangan di Republik Indonesia.
Narkoba
Terorisme dan Radikalisme
Money Laundring
Undang-undang Nomor 8 Tahun 200 (UU PP-TPPU) menggantikan undang-undang sebelumnya yang mengatur tentang tindak pidana pencucian uang yaitu Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2003. 8 Tahun 2010, Pelanggaran yang menimbulkan uang pencucian, antara lain: korupsi, penyuapan, narkotika, psikotropika, penyelundupan tenaga kerja, penyelundupan migran, di bidang perbankan, di bidang pasar modal, di bidang asuransi, kepabeanan, cukai, perdagangan manusia, perdagangan senjata ilegal, terorisme, penculikan , pencurian, penggelapan, penipuan, pemalsuan uang, perjudian, prostitusi, di bidang lingkungan hidup, di bidang kelautan dan perikanan, tindak pidana lainnya yang diancam dengan pidana penjara 4 tahun atau lebih. Harta hasil tindak pidana dalam arti formil adalah harta yang dihasilkan atau diperoleh dari suatu tindak pidana. Inilah yang disebut dengan tindak pidana asal pencucian uang, sebagaimana disebutkan dalam 26 jenis tindak pidana asal di atas.
Pendekatan yang dikembangkan dalam pemberantasan kejahatan dalam rezim anti pencucian uang tidak hanya mengedepankan pengejaran terhadap tersangka yang dilakukan oleh sebagian besar aparat penegak hukum untuk menangkap pelaku kejahatan dan memproses perkara, namun juga menggunakan pendekatan paradigma baru. yaitu mengikuti uang. .
Proxy War
Kepentingan nasional negara-negara besar sehubungan dengan perebutan kekuasaan dan pengaruh mempengaruhi hubungan internasional. Proxy war mempunyai motif dan menggunakan pendekatan hard power dan soft power untuk mencapai tujuannya. Menurut Pengamat Militer Universitas Pertahanan, Yono Reksodiprojo, Proxy War adalah istilah yang mengacu pada konflik antara dua negara dimana negara tersebut tidak terlibat langsung dalam perang tersebut karena melibatkan “Proxxy” atau kaki tangannya.
Kejahatan komunikasi massa (cybercrime, ujaran kebencian dan hoax) Salah satu bentuk kejahatan komunikasi massa adalah empati.
Kejahatan mass communication (cybercrime, hate speech, dan hoax) Bentuk tindak kejahatan dalam komunikasi massa adanya empati
Dalam hal ini, ASN sebagai perekat bangsa harus mampu mengoptimalkan komunikasi massa baik melalui media massa maupun media sosial guna melakukan advokasi terhadap nilai-nilai bangsa yang saat ini menjadi salah satu isu krusial dalam kehidupan masyarakat. generasi baru. Kesiapan bela negara adalah terwujudnya nilai-nilai bela negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sesuai peran dan profesi warga negara, guna menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keamanan segenap bangsa dari segala bentuk ancaman. pada intinya terletak landasan proses pembangunan bangsa dan karakter. Kesiapan bela negara bertujuan untuk melawan paham, ideologi, dan budaya yang bertentangan dengan nilai-nilai kepribadian bangsa Indonesia, kesiapan terpadu dalam menghadapi situasi yang tidak terduga dan eskalasi ancaman sebagai akibat dari dinamika perkembangan lingkungan hidup strategis, yang berdampak pula pada pertahanan negara. di tempat. kondisi yang disebabkan oleh faktor ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan.
Kesiapsiagaan bela negara adalah suatu keadaan kesiapsiagaan yang dimiliki seseorang secara jasmani, rohani, dan sosial dalam menghadapi berbagai situasi kerja dan dilaksanakan atas dasar kebulatan sikap dan kebulatan tekad yang ikhlas dan sadar, disertai kesediaan untuk mengerahkan segala upaya. jiwa raga untuk berkorban atas dasar rasa cinta terhadap negara kesatuan. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 untuk melindungi, merawat dan menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara. Pelayanan publik sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Pelayanan Publik adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan setiap warga negara dan penduduk sesuai dengan peraturan perundang-undangan atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Terdapat tiga unsur kunci dalam pelayanan publik khususnya dalam konteks ASN, yaitu 1) penyedia pelayanan publik yaitu ASN/Birokrasi, 2) penerima pelayanan yaitu masyarakat, pemangku kepentingan atau swasta, dan 3) tercapainya kepuasan yang diberikan dan /atau diterima oleh penerima jasa.
Pelayanan publik yang prima sudah tidak bisa ditawar lagi jika institusi pemerintah ingin meningkatkan kepercayaan masyarakat, karena hal ini dapat menimbulkan kepuasan bagi yang dilayani. Untuk memperkuat budaya kerja sebagai salah satu strategi mentransformasikan manajemen ASN menuju pemerintahan kelas dunia, pemerintah telah mencanangkan Nilai-Nilai Dasar (Nilai Dasar) ASN BerAKHLAK dan Employer Branding (Bangga Melayani Negeri). Karena tugas pelayanan publik sangat erat kaitannya dengan pegawai ASN, maka sangat penting untuk memastikan bahwa ASN mengedepankan nilai-nilai yang berorientasi pada pelayanan dalam pelaksanaan tugasnya, artinya setiap ASN harus berkomitmen untuk memberikan pelayanan prima demi kepuasan.
Hal ini tidak hanya terkait dengan bentuk dan jenis layanan publik yang dibutuhkan, namun juga terkait dengan mekanisme pemberian layanan, jam layanan, prosedur, dan biaya pemberian layanan. Citra positif ASN sebagai PNS terlihat dari perilaku pelayanannya yang tersenyum, menyapa dan menyapa, serta berpenampilan rapi; melayani dengan cepat dan tepat waktu; melayani dengan memudahkan Anda memilih layanan yang tersedia; dan melayani dengan kemampuan, keinginan dan tekad untuk memberikan pelayanan prima. Pemberian pelayanan yang berkualitas tidak boleh berhenti pada saat kebutuhan masyarakat sudah terpenuhi, namun harus terus ditingkatkan dan ditingkatkan agar kualitas pelayanan yang diberikan dapat melebihi harapan pengguna jasa.
Untuk mewujudkan visi reformasi birokrasi dan memenangkan persaingan di era digital yang dinamis, diperlukan percepatan dan upaya luar biasa (keluar dari urusan rutin dan biasa) untuk menciptakan terobosan yaitu perubahan tradisi, pola, dan cara memberikan pelayanan publik. Konteks publik atau permasalahan yang dihadapi instansi pemerintah dalam memberikan pelayanannya menjadi akar lahirnya inovasi pelayanan publik. Sayangnya konsep ini sering disalah artikan dengan konsep sedekah dari pihak penerima pelayanan yang sebenarnya salah.
Panduan Perilaku Akuntabel
Walaupun perilaku korupsi yang negatif bisa berdampak sistemik seperti sekarang, namun di sisi lain mentalitas dan pola pikir yang positif juga harusnya bisa memberikan dampak serupa. Aspek – Aspek akuntabilitas antara lain sebagai berikut, yaitu akuntabilitas merupakan hubungan, akuntabilitas berorientasi pada hasil, akuntabilitas memerlukan laporan, akuntabilitas memerlukan konsekuensi, dan akuntabilitas meningkatkan kinerja. Tanggung jawab publik terdiri dari dua jenis, yaitu: tanggung jawab vertikal dan tanggung jawab horizontal.
Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas pribadi, akuntabilitas individu, akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi, dan akuntabilitas pemangku kepentingan. karyawan menggunakan komputer atau mengunjungi website).. hal penting yang harus diperhatikan dalam membangun lingkungan kerja yang bertanggung jawab adalah: 1) kepemimpinan, 2) transparansi, 3) integritas, 4) tanggung jawab, 5) keadilan, 6) kepercayaan, 7) keseimbangan , 8) kejelasan dan 9) konsistensi. Untuk mencapai organisasi yang akuntabel di sektor publik maka mekanisme akuntabilitas harus memuat 3 dimensi yaitu akuntabilitas kejujuran dan hukum, akuntabilitas proses, akuntabilitas program, dan akuntabilitas kebijakan. Mengelola kebijakan konflik kepentingan dan gratifikasi dapat membantu membangun budaya akuntabilitas dan integritas di lingkungan kerja.
Akuntabel dalam konteks organisasi pemerintahan
- Urgensi Loyalitas ASN
- Makna loyal dan loyalitas
- Loyal dalam core valuess ASN
- Membangun perilaku loyal
Berdasarkan arahan Presiden mengenai pengembangan sumber daya manusia dan penyiapan kebutuhan SDM talenta digital, literasi digital berperan penting dalam meningkatkan kemampuan kognitif sumber daya manusia di Indonesia agar keterampilannya tidak hanya sebatas mengoperasikan perangkat saja. Kerangka literasi digital terdiri dari kurikulum keterampilan digital, keamanan digital, budaya digital, dan etika digital. Kerangka kurikulum literasi digital ini digunakan sebagai metode untuk mengukur tingkat kompetensi kognitif dan afektif masyarakat dalam penguasaan teknologi digital.
Literasi digital lebih dari sekedar masalah fungsional belajar menggunakan komputer dan keyboard atau cara melakukan pencarian online. Literasi digital juga mengacu pada pertanyaan tentang sumber informasi, kepentingan produsennya, dan cara informasi tersebut mewakili dunia; dan memahami bagaimana perkembangan teknologi ASN Pintar 30 ini berhubungan dengan kekuatan sosial, politik, dan ekonomi yang lebih luas. Menurut UNESCO, literasi digital adalah kemampuan mengakses, mengelola, memahami, mengintegrasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi dan menciptakan informasi secara aman dan tepat melalui teknologi digital untuk pekerjaan, pekerjaan yang layak dan kewirausahaan.
Hasil survei Indeks Literasi Digital Kominfo tahun 2020 menunjukkan rata-rata skor Indeks Literasi Digital masyarakat Indonesia masih berkisar 3,3. Peta Jalan Literasi Digital 2021-2024 yang disusun oleh Kominfo, Siberkreasi dan Deloitte pada tahun 2020 merupakan panduan mendasar untuk mengatasi tantangan terkait percepatan transformasi digital, dalam konteks literasi digital. Oleh karena itu, perlu dirumuskan kurikulum literasi digital yang terbagi dalam empat bidang kompetensi, yaitu: ● keterampilan digital, ● budaya digital, ● etika digital ● dan keamanan digital.
Padahal, literasi digital merupakan sebuah konsep dan praktik yang tidak hanya berfokus pada kemampuan menguasai teknologi. Lebih dari itu, literasi digital juga sangat menekankan pada keterampilan pengguna media digital dalam melakukan proses mediasi media digital secara produktif (Kurnia & Wijayanto, 2020; Kurnia & Astuti, 2017). Seorang pengguna yang memiliki keterampilan digital yang baik tidak hanya dapat menggunakan alat, tetapi juga dapat menggunakan media digital secara bertanggung jawab.
Empat pilar yang mendukung literasi digital adalah etika, budaya, keselamatan, dan keterampilan media digital. Dalam hal media digital yang aman, perlu dilakukan penguatan: ● pengetahuan dasar tentang fungsi perlindungan perangkat keras (password, sidik jari) pengetahuan dasar tentang perlindungan identitas digital (password) ● pengetahuan dasar untuk mencari informasi dan data yang valid dari sumber yang terverifikasi dan terpercaya, memahami spam, peniruan identitas. Literasi digital merupakan keterampilan wajib yang harus dimiliki masyarakat agar dapat saling melindungi hak digital setiap warga negara.