• Tidak ada hasil yang ditemukan

Masyarakat Indonesia

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Masyarakat Indonesia"

Copied!
272
0
0

Teks penuh

Sejak diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pelaksanaan hubungan kerja sistem kontrak terus menuai pro (setuju) dan kontra (tidak setuju). Kelompok Pengusaha (APINDO) dan Serikat Pekerja/Buruh (selanjutnya disingkat SP/SB) adalah pihak-pihak yang paling berkepentingan dengan praktik hubungan perburuhan dalam sistem tersebut. Praktek hubungan perburuhan dengan sistem outsourcing telah dilaksanakan bahkan sebelum peraturan tersebut ditetapkan dalam undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan2.

Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan disebutkan bahwa pengertian hubungan kerja dengan sistem outsourcing hanya dapat dilakukan melalui dua bentuk perjanjian kerja yang bersifat tertulis, yaitu (1) kerja piagam atau (2) penyedia jasa pekerja/. Berkenaan dengan hubungan kerja sistem outsourcing, UU Ketenagakerjaan hanya mengusulkan untuk mengatur jenis outsourcing untuk penyediaan tenaga kerja/pelayanan ketenagakerjaan.

Tabel 1. Perbedaan Aturan terkait Outsourcing Sebelum dan  Pascareformasi
Tabel 1. Perbedaan Aturan terkait Outsourcing Sebelum dan Pascareformasi

PERATURAN PERUNDANGAN DAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF

Mencermati pengertian, tujuan dan karakteristik siswa berkebutuhan khusus serta hakikat pendidikan inklusif sebagaimana tersebut di atas. Regulasi yang lebih operasional adalah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 70 Tahun 2009 tentang “pendidikan inklusif bagi peserta didik penyandang disabilitas dan potensi kecerdasan dan/atau. Pendidikan inklusif memerlukan kurikulum yang fleksibel untuk kondisi anak berkebutuhan khusus yang memiliki karakteristik berbeda.

Melalui sikap negatif guru terhadap pendidikan inklusif dan anak berkebutuhan khusus akan menghambat proses belajar mengajar (Elliot 2008). Pendidikan inklusif bagi peserta didik penyandang disabilitas dan potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa”.

PENGARUH NEGARA DAN ORGANISASI KEAGAMAAN PADA KEBIJAKAN SEKOLAH

Bagian ini akan membahas kebijakan pendidikan agama yang diterapkan di sekolah dengan menggunakan analisis komparatif. Dengan demikian, organisasi keagamaan berusaha agar pendidikan agama di sekolah sesuai dengan ideologi organisasi. Meski tidak sekuat di sekolah Islam, organisasi keagamaan Kristen turut mempengaruhi pelaksanaan pendidikan agama di sekolahnya.

Hal ini menjelaskan mengapa terdapat perbedaan pendidikan agama di antara sekolah-sekolah Katolik. Pendidikan agama di sekolah Islam sejalan dengan yang diinginkan pemerintah yaitu: pendidikan monoagama.

RASIONALITAS TUNTUTAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR UNTUK OTONOMI KHUSUS

Eksploitasi besar-besaran sumber daya alam lokal oleh pemerintah pusat telah menyebabkan kerusakan alam yang luar biasa di wilayah tersebut. Kaltim pun terheran-heran, bagaimana mungkin daerah-daerah yang pernah mengalami kerusuhan, seperti Aceh dan Papua, justru menikmati otonomi khusus (otsus), sementara daerah-daerah yang "ditundukkan" seperti Kaltim belum mendapat perhatian negara. pemerintah. Tuntutan untuk otonomi yang lebih besar dan otonomi khusus juga berasal dari fakta bahwa negara mengalokasikan terlalu sedikit neraca ke daerah, berapapun jumlahnya diperhitungkan.

Tentunya, jika pemerintah pusat tidak menutupi kekurangan anggaran, kabupaten tidak akan banyak melakukan kegiatan. Kaltim membandingkannya dengan pembagian dana bagi hasil (DBH) berdasarkan UU No 21 Tahun 2001 tentang Otsus Papua, dimana pembagian tambang minyak menggunakan model 70 persen ke daerah dan 30 persen untuk pusat. pemerintah. . Baru-baru ini, uji materil gagal di Mahkamah Konstitusi, sehingga memunculkan gagasan dari beberapa pihak di Kaltim yang merasa sudah kehilangan kesabaran untuk menuntut otonomi tersendiri bagi Kaltim, bahkan Kaltim harus merdeka jika pemerintah pusat tidak menghormati otonomi khusus untuk Kalimantan Timur.

Kaukus DPD dan DPR RI di empat provinsi di Kalimantan pernah mendesak pemerintah pusat untuk menetapkan otonomi khusus bagi empat provinsi di Kalimantan. Ketimpangan pembangunan dan minimnya kontribusi pemerintah pusat terhadap daerah, menjadi latar belakang tuntutan status otonomi khusus seperti Aceh dan Papua (http://www.portalbr.com, 26 Desember 2012). Pemerintah provinsi atau daerah tidak bisa berbuat apa-apa terhadap kawasan perbatasan karena kewenangan ada di tangan pemerintah pusat.

Banyak jalan rusak yang berstatus jalan nasional, dimana perbaikan seharusnya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat. Bukan tidak mungkin taktik apa yang dibaca oleh pemerintah pusat, sehingga kecil kemungkinan pemerintah pusat akan merespon tuntutan Otonomi Khusus Kaltim. Apa jadinya jika anggaran dinaikkan lagi ketika tuntutan otonomi khusus dipenuhi oleh pemerintah pusat.

IS WORKING AN EMPOWERMENT TOOL FOR WOMEN? CASE STUDY INDONESIAN MIGRANT

First, it explores the extent to which the idea of ​​women's labor force participation is empowering, especially for transnational domestic workers. In the context of Indonesian domestic workers in Malaysia, economic growth has pushed Malaysian women away from home to pursue their career aspirations. Their work as transnational domestic workers is very similar to their daily responsibilities in their own houses.

The migration of transnational domestic workers in Indonesia is managed by the Ministry of Manpower and Transmigration (Kemenakertrans). Rianto states that many transnational domestic workers suffer loneliness and their sexual needs go unfulfilled. One of the main ways domestic workers negotiate these conflicts is to maintain regular communication with their family.

Most transnational domestic workers spend a portion of their income on communication through mail, telephone and text messages. Upon their return home, domestic international workers continue to experience mistreatment, particularly in the repatriation sector. Additionally, some domestic workers experience conflict with their family when trying to manage their income.

First, I argue that the narratives of domestic workers suggest that transnational housework is not an empowering form of work, but a gendered form of labour. Transnational domestic workers direct most of their remittances to their families, rather than spending on themselves. Information Dissemination Needs of Indonesian Migrant Domestic Workers in Malaysia”, Journal of Southeast Asian Research.

Figure 1: Flows of Migrant Workers from Indonesia to Malaysia
Figure 1: Flows of Migrant Workers from Indonesia to Malaysia

MENGURAI GAGASAN NEGARA PASCAKOLONIAL: KONTEKSTUALISASI

Pembahasan gagasan negara pascakolonial sangat menarik untuk dikaji dalam konstelasi permasalahan negara Dunia Ketiga saat ini. Seperti pengalaman negara-negara pascakolonial yang terjadi di Amerika Latin, Afrika dan Asia yang memiliki ciri khasnya masing-masing. Artikel ini mengelaborasi dan merajut benang merah gagasan negara pascakolonial dari perspektif ilmu sosial yang berbeda.

Kedua, tidak seperti masyarakat kapitalis Barat, masyarakat negara pascakolonial tidak memiliki kelas yang dominan di dalam negara. Memang, konteks otonom dalam pengertian negara pascakolonial menunjukkan adanya rezim pengatur negara yang otoriter. Yang sering terjadi dalam konteks pembentukan sistem politik di negara-negara pascakolonial adalah sentralisasi dan pemeliharaan hubungan patronase.

Konteks swalayan dalam negara pascakolonial menunjukkan adanya sikap klientelisme yang tidak ditinggalkan setelah dekolonialisasi. Perekonomian negara-negara pascakolonial masih sepenuhnya dipengaruhi oleh warisan kolonialisme yang kemudian berkembang menjadi sistem ekonomi internasional. Lanzemdorfer (1977) mungkin agak berbeda dari paradigma negara berkembang yang diprakarsai oleh pemikir neo-Marxis seperti John Saul (1974) dan Hamza Alavi (1972), yang menekankan pembentukan borjuasi lokal sebagai cara produksi untuk negara pascakolonial. .

Kondisi ini dapat diamati pada kasus negara-negara pascakolonial yang terletak di Afrika dan Amerika Latin. Membaca kasus Indonesia sebagai negara pascakolonial dalam tulisan ini tidak menekankan dirinya pada rezim tertentu. Konteks analisis kelas dan overdevelopment dalam membaca kasus negara pascakolonial di Indonesia akan mengalami berbagai macam transformasi dalam negara dan masyarakat.

THE CHINESE AND CRIME IN THE OMMELANDEN OF BATAVIA 1780-1793

The increase in criminality in Batavia's Ommelanden also affected the Chinese as part of the population, either as perpetrators or as victims. These criminal activities are recorded in the schepenbank archives and collected under the administration of the College van Schepenen. Vermeulen, "The Chinese in Batavia and the Troubles of 1740" (translated by Tan Yeok Song) in Journal of the South East Society, vol.

The availability of criminal files of the schepenbank in The Hague has limited the study period to 1780 to 1793. The Dutch applied the Roomsch-Hollandsch Recht or Roman Dutch Law as its legal system in the provinces of the Netherlands. Therefore, in the early days of the VOC, the Company adopted laws and customs from the country of origin.

The Chinese lieutenant carried out most of the arrests and initial questioning before sending the accused to Schepenen. The availability of criminal files of the schepenbank in The Hague has limited the study period to 1793. All these cases revealed the involvement of Chinese in crime in the Ommelanden area with their distinctness and characteristics.

The Central Administration of the VOC Government and the Local Institutions of Batavia and Introduction” in G.L. Archives of the Dutch East India Company and Local Institutions in Batavia, Leiden: Brill. The Modern World System: Capitalist Agriculture and the Origins of the European World Economy in the Sixteenth Century, New York: Academic Press.

Table 1. The Diagram of VOC Organization 15
Table 1. The Diagram of VOC Organization 15

MATHEMATICAL MODELING ANALYSIS FOR INVESTIGATING THE FUTURE EXPANSION

Mathematical Modeling Analyzes for Investigating Future Power System Expansion in Indonesia”. This study has five objectives: (i) to investigate the electricity sector before and after the accelerated program of 10,000 MW phases I and II; (ii) analyze the relationship between economic growth and electricity consumption; iii) develop an expansion model aiming at minimizing the cost of energy production and minimizing CO2 emissions; (iv) perform the plant system optimization model for the Java-Bali system; (v) propose policies to achieve a low CO2 emission of the energy system. As shown in Table 1, Indonesia's per capita electricity consumption is still below the average of lower-middle-income countries.

If we compare electricity consumption in ASEAN countries, Indonesia is slightly higher than the Philippines. China's per capita electricity consumption is four times that of Indonesia, but Indonesia's electricity consumption is still slightly higher than India's. Therefore, the government should make a big effort to encourage new investments in electricity supply.

Due to energy shortage, low electrification ratio and electricity subsidy policy, increasing electricity production at the lowest cost is more important than mitigating CO2 emissions. Carbon reduction from the energy sector will be achieved by promoting renewable energy and implementing demand efficiency, especially from the household sector. This study argues that Indonesia needs broader, more gradual and multiple approaches to facilitate the transition to a low-carbon energy system.

However, electricity and heat have the highest contribution to CO2 emissions from the energy sector, and the share will increase in the future if the planned systems are dependent on carbon-intensive sources (see Figure 1). Thus, the electricity system will be trapped in a carbon 'lock-in' situation if there is not a well-designed green power system in the future. This research aims to address the 'green way' power system in terms of two main issues: securing the power supply and achieving low CO2 emissions in Indonesia.

Table 1.  Electricity Production and Consumption in 2009
Table 1. Electricity Production and Consumption in 2009

Gambar

Tabel 1. Perbedaan Aturan terkait Outsourcing Sebelum dan  Pascareformasi
Figure 1: Flows of Migrant Workers from Indonesia to Malaysia
Table 1. The Diagram of VOC Organization 15
Table 2. Number of Crime based on years (1780-1793)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Undang-Undang 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Undang-Undang Republik Indonesia 28 Tahun 1999,